Anda di halaman 1dari 7

1.

1 KONSEP TEORI PENYAKIT


1.2.1 Pengertian Artritis Reumatoid
Arthritis rheumatoid adalah sebuah penyakit kronis, sistemik, inflamasi yang
menyebabkan kerusakan sendi dan perubahan bentuk dan mengakibatkan
kelumpuhan (Lueckenotte, 2000).

Arthritis rheumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai system organ.
Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung
difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Artritis
rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien

artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai
dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala
berupa kelemahan umum cepat lelah (Corwin, 2001).

1.2.2 Tanda Dan Gejala Rematik

Penderita penyakit rematik kebanyakan datang ke dokter sudah


dalam kondisi parah. Ada yang sudah tidak bisa jalan, sendi-sendi
tangannya cacat, atau depresi berat. Padahal jika pasien ditangani secara
dini maka setidaknya kecacatan itu dapat dihindari lewat metode
pengobatan, operasi, dan terapi fisik. dengan penanganan yang tepat,
penderita rematik dapat menjalani hidup seperti orang sehat pada
umumnya.
Deteksi penyakit Rematik pada awalnya dilakukan dengan tes
Rheumatoid Faktor (RF). Namun tes antibodi ini juga digunakan
untuk mendiagnosis penyakit autoimun lainnya, seperti infeksi kronik.
Penanda yang lebih spesifik untuk penyakit ini dilakukan lewat tes anti
CPP atau Anti-cylic citrullinated antibody. Tes ini relatif batu dan
merupakan penanda yang dapat mendeteksi munculnya rematik secara
lebih dini. Karena hasil tes ini bisa memprediksi munculnya rematik
lima tahun kedepan. Deteksi dini sangat penting bagi diagnosis
rematik. Pasalnya dengan penanganan dini pula maka berbagai
kerusakan sendi dapat dicegah.
Adapun Gejala Rematik antara lain:
1.2.2.1 Kekakuan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 3 0-
60 menit di pagi hari.
1.2.2.2 Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan.
1.2.2.3 Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi
tangan.
1.2.2.4 Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris
(nyeri pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan
umumnya menyerang sendi pergelangan tangan (Corwin,
2001)
1.2.3 Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1.1
Gambar Sendi lutut normal dan reumatoid arthritis

Gambar 1.2
Gambar sendi lutut Normal Gambar sendi lutut Rheumatoid arthritis

Sistem muskulo skeletal bekerja membuat gerakan dan tindakan yang


harmoni sehingga manusia menjadi seorang yang bebas dan mandiri.
Sistem muskuloskeletal terdiri dari kerangka, sendi, otot, ligamentum
dan bursa.

Kerangka membentuk dan menopang tubuh, melindungi organ penting


dan berperan sebagai penyimpanan mineral tertenatu seperti kalsium,
magnesium, dan fosfat. Rongga medula tulang adalah tempat utama yang
memproduksi sel darah. Otot memberikan kekuatan untuk
menggerakkan tubuh, menutup lobang luar dari sistem
gastrointestinal dan saluran kencing serta meningkaykan produksi
panas untuk menjaga kontrol temperatur (Charlene J, 2001)
1.2.4 Etiologi

Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara


pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik,
lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor
pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma
dan virus (Lemone & Burke, 2001).

Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis


reumatoid, yaitu:
1.2.4.1 Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-
hemolitikus.
1.2.4.2 Endokrin
1.2.4.3 Autoimmun
1.2.4.4 Metabolik
1.2.4.5 Faktor genetik serta pemicu lingkungan

Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor


autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II,
faktor infeksi mungkin disebabkan karena virus dan organisme
mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II
kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

1.2.5 Patofisiologi

Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian


diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami
patofisiologi penyakit rheumatik. Fungsi persendian sinovial adalah
gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati
masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada
sendi-sendi yang dapat digerakkan.

Pada sendi sinovial yang normal. Kartilago artikuler membungkus


ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta
ulet untu gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula
fibrosa dan mensekresikan cairan kedalam ruang antara-tulang.
Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock
absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak
secara bebas dalam arah yang tepat.

Sendi merupakan bagian tubuh yang sering terkena inflamasi dan


degenerasi yang terlihat pada penyakit rheumatik. Meskipun
memiliki keaneka ragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu
sendi hingga kelainan multi sistem yang sistemik, semua penyakit
reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang
biasa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian
sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi
merupakan proses primer dan degenerasi yang merupakan proses
sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi
jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun.
Sebaliknya pada penyakit reumatik degeneratif dapat terjadi proses
inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan
serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar
kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut. Sinovitis
dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang
bebas dari karilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-
faktor imunologi dapat pula terlibat (Brunner&Suddarth, 2002).

1.2.6 Manifestasi klinik

Rasa nyeri merupakan gejala penyakit reumatik yang paling


sering menyebabkan seseorang mencari pertolongan medis gej ala
yang sering lainnya mencakup pembengkakan sendi. Gerakan yang
terbatas, kekakuan, kelemahan, dan perasaan mudah lelah.
(Brunner&Suddarth, 2002).

1.2.7 Penatalaksanaan

Sendi yang meradang di istirahatkan selama eksaserbasi, periode-


periode istirahat setiap hari, kompres panas dan dingin bergantian, aspirin,
obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya, atau steroid sistemik, pembedahan
untuk mengeluarkan membran sinovium atau untuk memperbaiki
deformitas (Corwin, 2001).
DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi dan terapi. Edisi IV: FKUI. 1995. Jakarta

Jurnalistik International of Cardiovasculer Medicine,Surgery and pathology: 1997

Marcia Stanhope dan Ruth N. Knollmueler. 1997. Keperawatan Komunitas dan


kesehatan rumah ,pengkajian intervensi dan penyuluhan:buku kedokteran
EGC. Jakarta

Nasrul Effendi editor Yasmin Asih. 1998. Dasar Keperawatan Kesehatan


Komunitas edisi II: buku kedokteran EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai