(Irfan) Askep Maternitas DGN Abortus
(Irfan) Askep Maternitas DGN Abortus
M DENGAN KASUS
ABORTUS DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH UNDATA PALU
DISUSUN OLEH:
IRFAN
NPM. JP019.008
CI Institusi
A. Pengertian Abortus
Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus adalah berakhirnya
kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan
penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya
telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada
20 minggu (Sastrawinata, 2005)
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat
badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Prawirohardjo S, 2009).
B. Etiologi
Menurut Prawirohardjo S (2009) penyebab abortus antara lain adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat juga disebut factor ovovetral.
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan
janin dan kelainan pada plasenta. Kelainan hasil konsepsi dapat
menyebabkan kematian janin atau cacat.kelainan berat biasanya
menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.faktor-faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut.
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering digunakan pada abortus
spontan ialah risomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan diendometrium
disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga penberian zat-
zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar.Radiasi, virus, obat-obat dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus.Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam viliporeales dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu ,sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin.keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak,seperti pmeumonea,typis abdominalis, pielonefritis,
malaria dan lain-lain yang menyebabkan abortus.Toksin, bakteri, virus,
atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia
berat, keracuanan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit menahun
seperti bruselosis, mononucleosis infeksiosa, toksosplamosis juga dapat
menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
4. Kelainan traktus genitalis
Retriversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus.tetapi, harus di ingat bahwa hanya retroversion uteri
gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan
penting. Sebab lain abortus dalam trimester II ialah serviksin kompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang
tidak dijahit.
Secara umum abortus disebabkan oleh :
1. Infeksi akut : virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri,
misalnya streptokokus. Parasit, misalnya malaria. Infeksi kronis : Sifilis,
biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. Tuberkulosis paru,
aktif, pneumonia.
2. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah,air raksa, dan lain-lain.
3. Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat
penyakit jantung : toxemia gravidarum.
4. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dan lain-lain.
5. Trauma fisik. Penyebab yang bersifat lokal: Fibroid, inkompetensia
serviks. Radang pelvis kronis, endometrtis. Retroversi kronis. Hubungan
seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus.
6. Kelainan alat kandungan.
7. Gangguan kelenjar tiroid.
8. Penyebab dari segi Janin / Plasenta Kematian janin akibat kelainan
bawaan.
9. Kelainan kromosom. Linkungan yang kurang sempurna.
10. Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi.
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan
sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
PATHWAY
Terlampir
D. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus.
E. Jenis-Jenis Abortus
1. Abortus Provokatus : Disengaja, digugurkan.
a. Abortus Provokatus artifisial atau abortus therapeutic : Pengguran kehamilan
biasanya menggunakan alat-alat dengan alasan, bahwa kehamilan membahayakan
bagi ibunya sebelum usia kandungan 28 minggu.
b. Abortus provocatus criminalis : Pengguran kehamilan tanpa adanya alasan medis
yang sah dan dilarang oleh hukum.
2. Abortus Spontan : Terjadi dengan sendirinya, keguguran. Biasanya abortus spontan
dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Jenis abortus berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 8, yaitu:
a. Abortus Iminens. Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini,
hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan (dilatasi
serviks)
b. Abortus Insipiens. Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan
disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi pembukaan atau
dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim.
c. Abortus Inkomplet. Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu, sementara sebagian masih berada di dalam rahim. Terjadi
dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau
sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa
hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
d. Abortus komplet. Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim
kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk.
Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita
yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika
datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang
tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
e. Abortus Servikalis. Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang
tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan
uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.
f. Missed Abortion. Keguguran tertunda. Ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum
minggu ke-22, tetapi bertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin
mati.
g. Abortus Habitualis. Keguguran berulang-ulang. Ialah abortus yang telah berulang dan
berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3x berturut-turut.
h. Abortus Mengancam. Gejalanya adalah perdarahan ringan yang terjadi beberapa hari
hingga beberapa minggu di awal kehamilan, namun mulut rahim masih menutup. Jika
perdarahan berhenti biasanya kehamilan akan dapat terus berlanjut, walaupun ada
risiko terjadi kelahiran prematur, atau berat lahir bayi rendah. Namun perdarahan
seperti ini tidak menyebabkan kecacatan pada janin.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data laboratorium tes urine,
hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
1) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
2) Adakah disertai bekuan darah
3) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
4) Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
1) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
2) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
3) Apakah tampak jaringan keluar ostium
4) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
1) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
2) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
3) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
4) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
5) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
6) Adakah terasa tumor atau tidak
7) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
G. Penatalaksanaan
1. Abortus iminens.
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap 4
jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negatif mungkin jaringan sudah mati.
d. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum pada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang
menyetujui bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormone progesteron.
Apabila difikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian hasil
konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak factor, maka pemberian
hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
e. Pemeriksaan ultrasonografi penting di lakukan untuk menentukan apakah masih
janin hidup.
f. Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preprat hematinik
misalnya, sulfas ferosus 600-1000 mg.
g. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
h. Membersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptik.
2. Abortus insipiens.
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
ditangani dengan penosongan uterus memakai kuret vacum atau cunam abortus
disusul kerokan memakai kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg IM.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam dekstrose
5%, 500ml dimulai 8 per menit dan naikan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi
abortus komplit.
d. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
3. Abortus incomplit
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus NaCl fisiologis atau Ringer
Laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, dikerok dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
IM.
c. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
d. Berikan antibiotic.
4. Abortus komplit
a. Bila pasien baik, berikan ergometri 3 x 1 tablet selama 3-5 hari.
b. Pasien anemi, berikan sufas ferosus atau transfusi darah.
c. Berikan antibiotik.
d. Diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.
5. Missed abortion
a. Bila keadaan fibrinogen normal segera keluarkan jaringan kinsepsi dengan cunam
ovum lalu kuret tajam.
b. Bila fibrinogen rendah berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum
mengeluarkan konsepsi.
c. Kehamilan kurang dari 12 minggu, pembukaan serviks dengan gagang laminaria
selama 12 jam lalu dilatasi serviks dengan dilatator hegar kemudian ambil hasil
konsepsi dengan cunam ovum dan kuret tajam.
d. Kehamilan lebih dari 12 minggu berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg infus oksitosin 10
IU dalam Dekstrose 5%sebanyak 500 ml dan 20 tetes permenit kemudian naikkan
dosis sampai uterus berkontrasi
e. Bila tinggi fundus uteri ebih dari 2 dari bawah pusat, hasil konsepsi keluarkan
dengan menyuntikkan larutan garam 20% dalam cavum uteri dinding perut.
6. Abortus serfikalis
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasi konsepsi dari kanalis servikalis.
7. Abortus habitualis
penangannya terdiri atas; memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang
sempurna, anjuran istirahat sangat banyak, larangan koitus dan olah raga, terapi dengan
hormone progesteron, vitamin, hormone tiroid dan lainnya mungkin mempunyai
pengaruh psikologis karena penderita mendapat kesan bahwa ia diobati.
8. Abortus infeksiosus (Septik)
a. Kepada penderita dengan abortus infeksiosus yang telah mengalami banyak
perdarahan hendaknya diberikan infuse dan tranfusi darah.
b. Pasien segera diberi antibiotika
c. Kuretase dilakukan dalam 6 jam dan penanganan demikian dapat
dipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa abortus mencegah perdarahan
dan menghilangkan jaringan yang nekrotis. Yang bertindak sebagai medium
pembiakan bagi jasad renik. Pemberian antibiotika diteruskan sampai febris tidak
ada lagi selama 2 hari atau ditukar bila tidak ada perubahan dalam 2 hari.
d. Pada abortus septic diperlukan pemberian antibiotika dalam dosis yang lebih tinggi.
H. Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus
harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi
serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan
hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih
besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau
diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati
keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan
perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan
laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan
pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum,
maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon
pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya
incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan
sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum
uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada
suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa
terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi
darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya
infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran
darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis
antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi
kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik
adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam
pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung,
penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat
ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan
diare.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
PADA KASUS ABORTUS
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001)
1. Data subyektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian (Nursalam, 2001)
2. Data objektif
1. Fungsi fisiologi
integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar
yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks
a. Oksigenasi
b. Nutrisi
c. Eliminasi
e. Proteksi / perlindungan
i. Fungsi endokrin
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri
ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the
dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini
sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi
b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik
dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut
Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder
4. Mode interdependensi
oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/
untuk dirinya.
No Intervensi Rasional
1 Kaji kondisi nyeri yang dialami klien Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2 Terangkan nyeri yang diderita klien Meningkatkan koping klien dalam melakukan
dan penyebabnya guidance mengatasi nyeri
3 Kolaborasi pemberian analgetika Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
3. Ansietas
Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan/persepsi Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
klien dan keluarga terhadap penyakit peningkatan rasa cemas
2 Kaji derajat kecemasan yang dialami Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan
klien penurunan penialaian objektif klien tentang
penyakit
3 Bantu klien mengidentifikasi Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan
keperawatan merupakan support yang
penyebab kecemasan
mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien
4 Asistensi klien menentukan tujuan Peningkatan nilai objektif terhadap masalah
perawatan bersama berkontibusi menurunkan kecemasan
5 Terangkan hal-hal seputar aborsi yang Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi
klien untuk meningkatkan pengetahuan dan
perlu diketahui oleh klien dan
membangun support system keluarga; untuk
keluarga mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
D. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik (Nursalam, 2001).
E. Evaluasi
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada
criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman pembuatan SOAP, atau
SOAPIE pada masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi sebagian.
DAFTAR PUSTAKA
Ralph c, benson (2009) buku saku obstetri dan ginekologi edisi 9. Egc: jakarta
Sastrawinata, s (2005). Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. 2nd ed. Egc : jakarta
Wilkinson, judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta
FORMAT PENGKAJIAN PRENATAL
Derajat : -
Senam hamil []
Rencana tempat melahirkan []
Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu []
Kesiapan mental ibu dan keluarga []
Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan dan cara mengatasi nyeri
proses persalinan []
Perawatan payudara []
DS :
- klien mengatakan nyeri pada bagian bawah perut
- klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
- klien mengatakan nyeri seperti diremas-remas
- kien mengatakan nyeri hilang timbl ± tiap 5 menit
- klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir
- klien mengatakan sering merasa haus
DO: - klien mengatakan badannya terasa lemas dan cepat lelah
Uterus berkontraksi
aat berg
Nyeri s erak
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH
09.05 H:
S:
- klien mengatakan nyeri pada bagian - klien mengatakan nyeri pada
bawah perut bagian bawah perut
- klien mengatakan nyeri bertambah saat - klien mengatakan nyeri
bergerak bertambah saat bergerak
- klien mengatakan nyeri seperti diremas- - klien mengatakan nyeri
remas seperti diremas-remas
- kien mengatakan nyeri hilang timbl ± - kien mengatakan nyeri
tiap 5 menit hilang timbl ± tiap 5 menit
- klien Nampak meringis
- skala nyeri 7 (skala 0-10) O:
- N : 110x/mnt - klien Nampak meringis
- skala nyeri 6 (skala 0-10)
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan - N : 100x/mnt
09.20
tenang
A: Masalah belum teratasi
H: klien mengatakan sudah nyaman dengan
lingkungannya P: Lanjutkan intervensi
1. kaji karakteristik nyeri
3. Mengajarkan klien tehnik relaksasi napas
09.30
dalam dengan cara menarik napas panjang 2. ciptakan lingkungan yang
nyaman dan tenang
secara perlahan melalui hidung lalu tahan
3. ajarkan klien tehnik relaksasi
selama 2-3 detik dan hembuskan secara
napas dalam
perlahan melalui mulut, tehnik tersebut
4. penatalaksanaan pemberian
dilakukan sebanyak 3-5 kali jika nyeri
terapi analgetik sebagai
timbul . tindakan kolaborasi
H : klien mampu mengikuti tehnik relaksasi
sesuai yang diajarkan perawat
10.00
4. Melayani pemberian terapi analgetik
sebagai tindakan kolaborasi
3. 20/8/2020 1. Mengkaji kemampuan klien dalam 14.50
11.00
beraktivitas
S:
H: klien mengatakan badannya terasa lemas Klien mengatakan badannya
dan cepat lelah dan hanya bisa beraktivitas masih terasa lemas
ditempat tidur
O:
- klien Nampak lemas
2. Membantu dan latih klien dalam melakukan - klien hanya dapat
11.10
aktivitas secara bertahap beraktivitas ditempat tidur
- TD : 110/70 mmHg
H: klien hanya dapat melakukan aktivitas N : 100 x/mnt
ringan ditempat tidur S : 37 oC
3. Menganjurkan klien untuk meningkatkan R :22 x/mnt
11.25
istirahat saat beraktivitas A: masalah belum teratasi
H: klien selalu bristirahat sesaat sedang
P: lanjutkan intervensi
beraktivitas
11.30
4. Menganjurkan keluarga klien untuk selalu
mendampingi klien
H: keluarga klien selalu mendampingi klien
CATATAN PERKEMBANGAN
NO. WAKTU IMPLEMANTASI EVALUASI
DX
1. 21/8/2020 1. Mengkaji keadaan umum klien 14.20
H:
S:
09.00 - klien Nampak lemah Klien mengatakan badannya
- mukosa kering terasa lemas dan keluar darah dari
- Konjungtiva anemis jalan lahir
- TD : 110/70 mmHg
N : 90 x/mnt O:
S: 37 oC -
klien Nampak lemah
-
klien Nampak pucat
R : 20 x/ mnt
-
TD : 110/70 mmHg
2. Mengkaji perdarahan klien N : 90 x/mnt
09.10 S : 37 oC
H: R :22 x/mnt
- klien mengatakan keluar darah dari - perdarah pervaginam ± 15
jalan lahir cc
- terdapat perdarahan aktif pada jalan A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
lahir ± 20 cc
1. kaji keadaan umum klien
2. kaji perdarahan klien
3. Menganjurkan klien untuk banyak minum
09.25 3. anjurkan klien untuk banyak
H: klien mengatakan sering minum
minum
4. penatalaksanaan pemberian
4. Melayani pemberian terapi sebagai tindakan
terapi sebagai tindakan
12.00 kolaborasi
2. 21/8/2020 1. Mengkaji karakteristik nyeri 14.35 kolaborasi
09.05 H:
S:
- klien mengatakan nyeri pada bagian - klien mengatakan nyeri pada
bawah perut bagian bawah perut
- klien mengatakan nyeri seperti diremas- berkurang
remas - klien mengatakan nyeri
- kien mengatakan nyeri hilang timbl seperti diremas-remas
- klien Nampak meringis jika nyeri timbul - kien mengatakan nyeri
- skala nyeri 5 (skala 0-10) hilang timbl
- N : 90x/mnt
O:
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan - klien Nampak lebih rileks
tenang - skala nyeri 4 (skala 0-10)
- N : 90x/mnt
H: klien mengatakan sudah nyaman dengan
09.20
lingkungannya A: Masalah teratasi
3. Mengajarkan klien tehnik relaksasi napas
P: Perthankan intervensi
dalam dengan cara menarik napas panjang 1. ciptakan lingkungan yang
secara perlahan melalui hidung lalu tahan
09.30
nyaman dan tenang
selama 2-3 detik dan hembuskan secara
2. anjurkan klien untuk
perlahan melalui mulut, tehnik tersebut
melakukan tehnik relaksasi
dilakukan sebanyak 3-5 kali jika nyeri
napas dalam jika nyeri
timbul .
timbul
H : klien mampu mengikuti tehnik relaksasi
sesuai yang diajarkan perawat
4. Melayani pemberian terapi analgetik
sebagai tindakan kolaborasi
10.00
3. 21/8/2020 5. Mengkaji kemampuan klien dalam 15.00
11.00 S:
beraktivitas
Klien mengatakan sudah bisa
H: klien mengatakan sudah bisa berjalan beraktivitas secara perlahan
sekirar tempat tidur tapi masi merasa lemas
O:
- keadaan umum kien sedang
6. Membantu dan latih klien dalam melakukan
- klien dapat berjalan
11.10 aktivitas secara bertahap - TD : 110/70 mmHg
H: klien dapat beraktivitas di sekitaran tempat N : 90 x/mnt
S : 37 oC
tidur sampai ke toilet
R :22 x/mnt
7. Menganjurkan klien untuk meningkatkan
istirahat saat beraktivitas A: masalah teratasi
11.25
H: klien selalu bristirahat sesaat sedang P: Pertahankan intervensi
beraktivitas 1. anjurkan klien untuk
meningkatkan istirahat saat
8. Menganjurkan keluarga klien untuk selalu beraktivitas
11.30
mendampingi klien 2. anjurkan keluarga klien untuk
H: keluarga klien selalu mendampingi klien selalu mendampingi klien