Disusun oleh:
Disusun Oleh:
Hari/Tanggal:…………………………………………………………
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Maksud dari
penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu komponen penilaian dan dapat
dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam proses pembelajaran serta dengan
harapan untuk memotivasi penulis sehingga mampu memahami segala
pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Makalah ini, untuk mengingatkan kembali akan pentingnya mempelajari
proses pembelajaran, karena konsep-konsep pembelajaran ini akan sangat
membantu dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan cara belajar atau
aspek-aspek pembelajaran.
Terima kasih kepada dosen pembimbing Kerja Praktek atas segala
bimbingannya, sehigga penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Laporan ini tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi kami semua
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
vi
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………...ii
LEMBAR ASISTENSI………………………………………………………….iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….…….x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................5
1.3 Tujuan...........................................................................................................5
1.4 Batasan Masalah...........................................................................................6
1.5 Metode Pengumpulan Data...........................................................................6
1.6 Sistematika Penulisan...................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................8
2.1 Gambaran Umum..........................................................................................8
2.2 Manajemen Proyek Konstruksi.....................................................................8
1. Unsur-Unsur Pengelola Proyek.....................................................................9
2. Hubungan antar Unsur-Unsur Proyek.........................................................10
2.3 Organisasi Proyek.......................................................................................12
1. Organisasi Fungsional.................................................................................12
2. Organisasi Koordinator...............................................................................12
3. Organisasi Gugus Tugas (Task Force)........................................................13
4. Organisasi Matriks......................................................................................14
2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).....................................................14
1. Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).......................15
2. Kelengkapan Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).........15
3. Penyususnan Safety Plan............................................................................15
4. Pelaksanaan Kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lapangan.....16
vii
5. Perlengkapan dan Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)........17
BAB III TINJAUAN UMUM PROYEK............................................................23
3.1 Data Proyek.................................................................................................23
3.2 Pengelola Proyek.........................................................................................23
1. Pemilik Pekerjaan Proyek (Owner).............................................................23
2. Konsultan Perencana...................................................................................24
3. Konsultan Pengawas...................................................................................24
4. Kontraktor...................................................................................................24
3.3 Uraian Tugas dan Wewenang.....................................................................24
1. Pemilik Proyek (Owner).............................................................................24
2. Konsultan Perencana...................................................................................25
3. Konsultan Pengawas...................................................................................26
4. Kontraktor...................................................................................................26
3.4 Organisani Proyek.......................................................................................26
3.5 Pelaksanaan Pekerjaan................................................................................27
1. Lingkup Pekerjaan......................................................................................27
2. Jangka Waktu Pelaksanaan.........................................................................28
3. Sumber Dana...............................................................................................28
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK................................................................29
4.1 Manajemen Konstruksi...............................................................................29
4.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Pelaksanaan Proyek....................29
4.3 Pelaksanaan Pekerjaan................................................................................29
1. Pekerjaan Timbunan...................................................................................30
2. Lapis Pondasi Agregat Kelas A (LPA).......................................................31
3. Lapis Pondasi Agregat Kelas B (LPB).......................................................34
BAB V PENUTUP................................................................................................37
5.1 Kesimpulan.................................................................................................37
5.2 Saran............................................................................................................37
viii
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
jalan tambahan, pelebaran jalan maupun pembangunan jalan alternatif. Sehingga
aksesbilitas untuk suatu wilayah lebih terjamin.
Pekan Olahraga Nasional (PON) menjadi salah satu event empat tahunan yang
diikuti seluruh provinsi di Indonesia. Pelaksanaan PON ke 20 yang berlangsung di
Papua menjadikan Jayapura sebagai salah satu lokasi pertandingan, melakukan
langkah penanggulangan berbagai prediksi yang dapat terjadi. Salah satunya
dengan melaksanakan pembangunan jalan alternatif Telaga Ria-Kalkote guna
menanggulangi potensi kemacetan akibat peningkatan volume kendaraan.
Pembangunan jalan alternatif Telaga Ria-Kalkote yang berlokasi di Sentani,
diharapkan dapat menjadi solusi dari lonjakan penggunaan jalan pada saat
kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON) berlangsung. Sehingga dapat
menanggulangi risiko kemacetan akibat peningkatan jumlah kendaraan. Selain itu,
pembangunan jalan ini diharapkan dapat memperlancar arus lalu lintas baik
manusia maupun barang atau jasa sehingga dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat di daerah tersebut untuk perencanaan jangka panjang.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami metode pelaksanaan pekerjaan timbunan pilihan pada
pembangunan jalan alternatif Telaga Ria-Kalkote-Dapur Papua (MYC).
2
2. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi bawah dan
lapis pondasi atas pada pembangunan jalan alternatif Telaga Ria-Kalkote-
Dapur Papua (MYC).
3
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memahami lebih jelas laporan ini, maka materi-materi yang tertera
pada laporan ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika
penyampaian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Sistematika
Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang uraian umum manajemen proyek serta unsur-
unsur yang terlihat dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek
serta pola hubungan kerja dalam proyek.
BAB III TINJAUAN UMUM PROYEK
Menguraikan tentang data dan pengelolaan proyek serta
manajemen proyek.
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
Bab ini berisi tentang metode pelaksanaan pekerjaan timbunan
pilihan, lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah dalam proyek
pembangunan jalan Telaga Ria-Kalkote-Dapur Papua (MYC).
Serta uraian analisa perbandingan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dengan standar Spesifikasi Umum untuk Pekerjaan
Konstruksi Jalan dan Jembatan tahun 2018.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran untuk pelaksanaan
pekerjaan jalan Telaga Ria-Kalkote-Dapur Papua (MYC).
Daftar Pustaka
Lampiran
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Secara umum, konstruksi dibagi menjadi dua jenis. Yaitu konstruksi bangunan
gedung misalnya bangunan gedung, perumahan dan hotel. Serta konstruksi
bangunan sipil, seperti jembatan, jalan, lapangan terbang, terowongan, irigasi,
bendungan, dan lain-lain. Selain itu, konstruksi dikenal memiliki empat tipe yakni
konstruksi perumahan, konstruksi gedung, konstruksi rekayasa berat, dan
konstruksi industri.
5
1. Unsur-Unsur Pengelola Proyek
Suatu proyek dalam pelaksanaannya, diperlukan adanya suatu organisasi
pelaksanaan yang merupakan tata kerja untuk menunjang keberhasilan proyek.
Organisasi menjadi komponen penting dalam pengendalian dan pelaksanaan
proyek sehingga tercipta hubungan yang baik dalam pelaksanaannya. Dalam hal
ini, organisasi dapat didefinisikan sebagai kelompok yang bekerjasama dalam
suatu lingkup kerja yang saling terkait serta bertanggung jawab dan bekerjasama
secara harmonis guna menjapai suatu tujuan. Sehingga diharapkan tercapai
kerjasama berdasarkan hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap unsur proyek.
Unsur-unsur proyek sendiri terdiri dari:
b. Konsultan Perencana
Konsultan perencana memiliki kewajiban atau tugas merencanakan suatu
rencana dalam perencanaan struktur, arsitektur, dan mekanikal/elektrikal,
dengan ketentuan yang diinginkan pemilik proyek.
c. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek (owner)
untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat
berupa organisasi atau perorangan yang bersifat multi disiplin yang bekerja
untuk dan atas nama pemilik proyek (owner).
d. Kontraktor
Kontraktor pelaksana adalah perusahaan berbadan hukum yang bergerak
dalam bidang pelaksanaan pemborongan. Berupa perorengan maupun badan
hukum baik pemerintah maupun swasta. Seperti yang telah ditetapkan dari
pemilik proyek serta telah menandatangani Surat Perjanjian Kerja (SPK).
6
Kontraktor pelaksana bekerja dengan mengacu pada gambar kerja (bestek),
dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) yang telah disusun sebelumnya.
7
3) Hubungan antara owner dan konsultan pengawas dapat dirincikan sebagai
berikut:
b. Konsultan Perencana
Konsultan perencana merupakan pihak yang ditunjuk oleh owner sebagai
pihak yang menghasilkan detail perencanaan pekerjaan sesuai keinginan owner
dan memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Dimana perencanaan tersebut akan
menjadi acuan kontraktor dalam pelaksanaan pembangunan. Sehingga jika terjadi
hal-hal yang akan merubah perencanaan, maka dikonsultasikan kepada konsultan
perencana.
c. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas merupakan badan usaha yang ditunjuk oleh pemilik
proyek sebagai pihak yang mengawasi pelaksanaan suatu pekerjaan apakah sudah
sesuai dengan perencanaan dan spesifikasi yang telah ditentukan.
d. Kontraktor
Kontraktor merupakan pihak yang melaksanakan suatu proyek yang diperoleh
dalam suatu pelelangan, penunjukan langsung atau pengadaan langsung.
Kontraktor wajib melaksanakan pembangunan proyek tersebut dengan
mengacupada desain rencana yang dibuat oleh konsultan perencana. Jika terjadi
hal-hal yang akan merubah perencanaan, maka dikonsultasikan kepada konsultan
perencana.
8
2.3 Organisasi Proyek
Struktur organisasi atau bagan organisasi adalah suatu diagram yang
menunjukkan fungsi-fungsi departemen atau posisi dalam organisasi dan
bagaimana saling berhubungan. Berikut adalah macam-macam struktur
organisasi:
1. Organisasi Fungsional
Struktur organisasi ini memiliki ciri-ciri yakni proyek merupakan bagian dari
organisasi fungsional yang dipimpin oleh manager lini. Berikut adalah
keuntungan dan kekurangan dari organisasi fungsional:
a. Keuntungan Organisasi Fungsional
1) Para spesialis tidak bergantung pada proyek tertentu, sehingga terdapat
kemungkinan untuk menambah pengalaman dan keahlian.
2) Setiap bidang keahlian menimbulkan fleksibilitas dalam pemanfataan
smber daya.
3) Masing-masing kelompok memiliki jaminan pekerjaan tetap dan adanya
jalur kenaikan pangkat yang cukup jelas.
b. Kekurangan Organisasi Fungsional
1) Tidak ada penenggung jawab yang khusus mengenai penyelengaraan
proyek secara terpadu.
2) Kurangnya penekanan pentingnya proyek karena manajer fungsional
mengerjakan yang terbaik untuk bidangnya.
3) Koordinasi horizontal antar bidang dan memerlukan waktu lama lebih-
lebih kepada pihak diluar perusahaan.
4) Lambat dalam menanggapi masalah diluar rencana karena informasi perlu
disaring melewati beberapa lapisan jenjang fungsional.
2. Organisasi Koordinator
Organisasi koordinator memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan Organisasi Koordinator
1) Ditunjuk seorang koordinator yang bertugas sepenuhnya mengurus proyek.
9
2) Koordinator berfungsi sebagai anggota staf bagi manajer lini dan
melaksanakan pimpinannya atas proyek dengan jalan prosedur yang
dijalankan bukan seperti wewenang dari manajer lini.
3) Sebagai sumber informasi tentang kemajuan proyek, kesulitan yang
dihadapi, dan memberikan saran atas perbaikan yang diperlukan.
b. Kekurangan Organisasi Koordinator
Dikarenakan kedudukannya, akan sulit untuk melaksanakan pimpinan yang
efektif terhadap proyek dikareanakan tidak dapat mendesak dan memerintahkan
pelaksana proyek agar bertindak cepat dan tepat sesuai dengan keperluan karena
wewenang yang dimilikinya hanya terbatas pada menghimbau atau menganjurkan.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari organisasi gugus tugas adalah sebagi
berikut:
a. Kelebihan Organisasi Gugus Tugas
1) Adanya komando tunggal yang memiliki wewenang dan tanggung jawab
yang jelas dan sasaran yang spesifik.
2) Memungkinkan ditanggapi perubahan dan diambilnya keputusan yang
cepat.
3) Adanya status mandiri akan menimbulkan identitas team.
4) Dengan dipindahkan para spesialis dari organisasi fungsional ke dalam
organisasi proyek maka jalur komunikasi dan arah kerja lebih pendek.
10
1) Biaya keseluruhan yang dikeluarkan terlalu mahal.
2) Tidak efisien dengan membagi dan memecah penggunaan sumber daya
terutama bila proyek banyak dan tenaga spesialis terbatas serta pada waktu
yang bersamaan.
4. Organisasi Matriks
Organisasi matriks memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan Organisasi Matriks
1) Dapat diarahkan pada tujuan bersama yaitu terselesaikannya proyek.
2) Bila proyek itu rahasia maka kukungan informasi di dalam kelompok kerja
tersebut sangat membantu dalam pengamanannya.
11
Menurut America Society of Safety and Engineering (ASSE) Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dapat diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditunjukkan
untuk menegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan
dan situasi kerja. Secara umum, K3 didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
tentang antisipasi, pengakuan, evaluasi, dan pengendalian bahaya yang timbul di
tempat kerja yang yang dapat menganggu kesehatan dan kesejahteraan pekerja.
12
akan aman dari kecelakaan dan bahaya penyakit sehingga menghasilkan
produktivitas kerja yang tinggi. Dalam Safety Plan berisi (Ariestadi 2008):
a. Pembukaan yang berisi gambaran proyek dan pokok perhatian untuk kegiatan
K3.
b. Resiko kecelakaan dan pencegahannya.
c. Tata cara pengoprasian peralatan.
d. Alamat instansi terkait meliputi Rumah sakit, Polisi, Depnaker, Dinas
Pemadam kebakaran.
13
kepada kepala pelaksana yang mengandung bahaya terhadap keselamatan
kerja.
3) Safety Meting, yakni berupa rapat dalam peroyek yang membahas tentang
hasil laporan dari Safety Patrol maupun laporan dari Safety supervisor.
14
Berikut adalah beberapa perlengkapan dan peralatan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) yang diperlukan, yakni:
a. Helm Keselamatan
Helm keselamatan atau safety helmet ini berfungsi untuk melindungi kepala
dari benturan, pukulan, atau kejatuhan benda tajam dan berat yang melayang atau
meluncur di udara. Helm ini juga bisa melindungi kepala dari radiasi panas, api,
percikan bahan kimia ataupun suhu yang ekstrim. Untuk beberapa pekerjaan
dengan risiko yang relatif lebih rendah bisa menggunakan topi ataupun penutup
kepala sebagai pelindung.
15
Gambar 2.3 Sabuk keselamatan atau safety belt
Sumber: Google
c. Sepatu Boot
Sepatu boot ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa
benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin. Bedanya dengan safety shoes
umumnya adalah perlindungan yang lebih maksimal karena modelnya yang tinggi
dan melindungi hingga ke betis dan tulang kering.
d. Sepatu Pelindung
Sepatu pelindung ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau
tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap
panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin. Selain fungsi di atas,
sepatu safety berkualitas juga memiliki tingkat keawetan yang baik sehingga bisa
digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Berbagai sepatu pelindung ataupun
safety shoes tersedia sesuai dengan kebutuhan.
16
Gambar 2.5 Sepatu pelindung
Sumber: Google
e. Masker
Masker pernafasan ini berfungsi untuk melindungi organ pernafasan dengan
cara menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel debu, aerosol,
uap, asap, ataupun gas. Sehingga udara yang dihirup masuk ke dalam tubuh
adalah udara yang bersih dan sehat. Masker ini terdiri dari berbagai jenis, seperti
respirator, cartridge, tangki selam dan regulator, dan alat pembantu pernafasan.
f. Penutup telinga
Penutup telinga ini bisa terdiri dari sumbat telinga (ear plug) atau penutup
telinga (earmuff), yang berfungsi untuk melindungi telinga dari kebisingan
ataupun tekanan.
17
Gambar 2.7 Penutup telinga
Sumber: Google
g. Kacamata Pengaman
Kacamata pengaman ini digunakan sebagai alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dari paparan partikel yang melayang di udara ataupun di
air, percikan benda kecil, benda panas, ataupun uap panas. Selain itu kacamata
pengaman juga berfungsi untuk menghalangi pancaran cahaya yang langsung ke
mata, benturan serta pukulan benda keras dan tajam. Jenis kacamata pengaman ini
bisa berupa spectacles atau googgles.
h. Sarung Tangan
Sarung tangan ini berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari api, suhu
panas, suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan, tergores
benda tajam ataupun infeksi dari zat patogen seperti virus dan bakteri. Sarung
tangan ini terbuat dari material yang beraneka macam, tergantung dari kebutuhan.
18
Ada yang terbuat dari logam, kulit, kanvas, kain, karet dan sarung tangan yang
tahan terhadap bahan kimia.
i. Pelindung Wajah
Pelindung wajah atau face shield ini merupakan alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia berbahaya, partikel
yang melayang di udara atau air, percikan benda kecil, panas ataupun uap panas,
benturan atau pukulan benda keras atau tajam, serta pancaran cahaya. Terdiri dari
tameng muka atau face shield, masker selam, atau full face masker.
j. Pelampung
19
Pelampung ini digunakan oleh pekerja yang bekerja di atas air atau di
permukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam. Pelampung ini terdiri dari
life jacket, life vest atau bouyancy control device untuk mengatur keterapungan.
20
BAB III
TINJAUAN UMUM PROYEK
21
2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana merupakan pihak yang ditunjuk oleh owner sebagai
pihak yang menghasilkan detail perencanaan pekerjaan sesuai spesifikasi yang
ditentukan. Konsultan perencana dalam proyek pembangunan jalan Telaga Ria-
Khalkote_Dapur Papua (MYC) adalah PT. Bumi Persada Engineering.
3. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas merupakan badan usaha yang ditunjuk oleh pemilik
proyek sebagai pihak yang mengawasi pelaksanaan suatu pekerjaan apakah sudah
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Konsultan pengawas dalam
proyek pembangunan jalan Telaga Ria-Kalkote-Dapur Papua (MYC) adalah PT.
Cakra Buana Total Mandiri yang berlokasi di Komplek Perum Jaya asri Blok AC
No. 31, Kelurahan Entrop, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura Provinsi
Papua.
4. Kontraktor
Sebagai pihak pelaksana suatu pekerjaan proyek yang telah ditunjuk oleh
owner dimana penawarannya telah diterima dan disepakati. Pihak kontraktor
dalam pelaksanaan pekerjaan jalan Telaga Ria-Khalkote-Dapur Papua (MYC)
adalah PT. Irja Cipta Persada Pembangunan yang beralamat di Jl. Baru Vihara
No. 90 Kelurahan Wahno Distrik Abepura.
22
a) Menanggung seluruh biaya proyek
b) Menunjuk Konsultan Perencana
c) Menunjuk Kontraktor Pelaksana
d) Memutuskan persetujuan pekerjaan tambahan dan kurang tambah suatu
proyek
e) Menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan gambar
f) Menetapkan denda terhadap kontraktor apabila proyek terlambat
g) Menetapkan konsultan pengawas lapangan sebagai wakil owner
2. Konsultan Perencana
Tugas dan tanggung jawab konsultan sebagai perencana suatu proyek adalah
sebagai berikut:
a) Mengumpulkan data lapangan, lingkungan dan uraian tentang persyaratan
setempat.
b) Melakukan perencanaan arsitektur, perhitungan struktur bagian atas dan
bagian bawah, perencanaan mekanikal dan elektrikal serta menghitung biaya
keseluruhan proyek.
c) Membuat gambar pra rencana, rencana, dan detail.
d) Menyusun Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), daftar perhitungan
volume pekerjaan, dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
e) Mempersiapkan seluruh dokumen proyek yang berisi syarat-syarat umum dan
khusus, bestek, petunjuk pelelangan, dan waktuperkiraan proyek.
f) Menyerahkan seluruh dokumen proyek kepada pemilik proyek.
g) Memberikan penjelasan kepada kontraktor mengenai isi dokumen kontrak
apabila diperlukan.
h) Mempertimbangkan usulan-usulan yang diajukan oleh kontraktor mengenai
kendala pelaksanaan lapangan terhadap struktur yang telah direncanakan dan
melakukan perubahan sesuai kesepakatan owner.
23
3. Konsultan Pengawas
Sebagai pengawas, konsultan memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
4. Kontraktor
Untuk tugas dan wewenang dari kontrakor adalah sebagai berikut:
a) Mengambil ahli kewenangan di lapangan dari pemilik untuk mengawasi peke
rjaan.
b) Melaksanakan semua pekerjaan sesuai dokumen kontrak yang di setujui.
c) Melakukan koordinasi pada setiap tahapan pelaksanaan proyek.
d) Mengajukan pertimbangan pada konsultan pengawas mengenai metode kerja
selama hal tersebut memungkinkan.
e) Mengajukan tuntutan dalam hal perpanjangan waktu pelaaksanaan pekerjaan.
f) Kontraktor juga bertanggung jawab dan terikat kontrak pemilik.
g) Kontraktor juga berhak menerima bayaran sesuaia perjanjiaan yang tertulis da
lam dokumen kontrak.
24
organization). Dimana pemilik proyek sebagai pimpinan langsung mengkoordinir
pihak-pihak terkait. Yakni konsultan perencana, konsultan pengawas, dan
kontraktor.
1. Lingkup Pekerjaan
Adapun lingkup pekerjaan jalan Telaga Ria-Khalkote-Dapur Papua (MYC)
adalah sebagai berikut:
a. Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi meliputi:
b. Pekerjaan Fisik
Tinjauan pada proyek pembangunan jalan Telaga Ria-Khalkote-Dapur Papua
(MYC) mencakup pekerjaan fisik sebagai berikut:
a) Pekerjaan lapis pondasi atas (LPA) dan lapis pondasi bawah (LPB).
25
b) Pengadaan material diadakan dengan pembelian pada pemilik hak
ulayat untuk urugan pilihan serta quarry milik penyedia jasa.
3. Sumber Dana
Sumber dana untuk Pembangunan Jalan Telaga Ria-Khalkote-Dapur Papua
(MYC) sepenuhnya ditanggung oleh owner, yakni Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.
26
BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK
27
(LPA) dan lapis pondasi agregat kelas b (LPB). Berdasarkan tinjauan yang telah
diamati, akan diuraikan dalam pembahasan berikut:
1. Pekerjaan Timbunan
Tahapan pelaksanaan pekerjaan timbunan akan diuraikan sebagai berikut:
a. Persiapan Pekerjaan
b. Uraian Pengerjaan
3) Memuat material timbunan pilihan dari hasil galian pada lokasi pekerjaan
dengan dum truk, dan ditumpuk dengan jarak tertentu pada lokasi
pekerjaan.
7) Perapihan hasil pekerjaan, setiap material sisa diangkut utuk dibuang pada
area yang telah ditentukan.
(b) (a)
Gambar 4.1 (a) Penghamparan Timbunan, (b) Pemadatan dengan alat Virbratory Roller
Sumber: Dokumentasi
29
1) Pembuatan DMF (Design Mix Formula) dilaksanakan Laboratorium oleh
Direksi pengawas, contoh semua jenis material diambil dari sumber
quarry dengan lokasi sketsa terlampir, pengambilan contoh material (batu,
abu batu, pasir) dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas Lapangan
dan konsultan Pengawas.
2) Setelah DMF selesai kontraktor akan membuat JMF (Job Mix Formula) di
Laboratorium Kontraktor itu sendiri, didampingi konsultan dan Direksi
teknis.
3) Penyediaan material di stock pile atau lokasi pengadukan khususnya
pemecahan batu dilaksanakan segera setelah hasil uji kekerasan memenuhi
syarat, termasuk penyediaan pasir.
4) Percobaan pelaksanaan: menyangkut komposisi masing-masing jenis
material (mengacu JMF), tebal hamparan gembur sehingga dihasilkan
tebal padat yang disyaratkan (diketahui faktor gembur), kadar air optimal,
jumlah lintasan pemadatan sehingga dihasilkan kepadatan maksimal sesuai
spesifikasi teknis. Hasil percobaan pelaksanaan dilakukan pengujian:
ketebalan (pengukuran manual), uji kepadatan (Sand Cone), uji gradasi
lapangan (analisa saringan) dan PI lapangan (atterberg) dan uji CBR
Lapangan (DCP).
5) Staking-out, menentukan lebar dan tebal hamparan sebagai gambar
rencana.
b. Pelaksanaan
1) Pengadukkan material LPA: dilaksanakan di stock pile (lokasi
pengadukan) dengan komposisi berdasarkan JMF dan hasil percobaan
lapangan.
2) Material LPA diangkut dengan menggunakan dump truk, pemuatan
menggunakan wheel loader, jarak hauling diatur sedemikian rupa
(memeprhatikan faktor gembur dari hasil percobaan pelaksanaan) sehingga
penghamparan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.
30
3) Penghamparan menggunakan Motor Grader, tebal hamparan sesuai hasil
percobaan pelaksanaan, dilaksanakan selebar rencana, perapian hamparan
dilaksanakan dengan tenaga manusia dengan peralatan sesuai keperluan
lapangan. Selama proses penghamparan dilakukan control kadar air,
sehingga akan dihasilkan kadar air optimal pada saat pemadatan
dilaksanakan. Dimensi dan kelandaian permukaan dilaksanakan sesuai
dengan gambar rencana.
4) Pemadatan menggunakan Vibrator Roller (berat 8-12 ton), dilaksanakan
mulai dari bagian yang rendah berangsur-angsur menuju bagian yang lebih
tinggi, jumlah lintasan sesuai dengan hasil percobaan pelaksanaan.
Pemadatan dihentikan jika diyakini tercapai kepadatan yang disyaratkan.
(a) (b)
Gambar 4.2 (a) Penyiraman dengan Water Tank, (b) Penghamparan dengan alat Motor
Grader
Sumber: Dokumentasi
31
Gambar 4.3 Pelaksanan Test Pit
Sumber: Dokumentasi
32
jumlah lintasan pemadatan sehingga dihasilkan kepadatan maksimal sesuai
spesifikasi teknis.
6) Hasil percobaan pelaksanaan dilakukan pengujian: ketebalan (pengukuran
manual), uji kepadatan (Sand Cone), uji gradasi lapangan (analisa
saringan) dan PI lapangan (atterberg) dan uji CBR Lapangan (DCP).
7) Staking-out, menentukan lebar dan tebal hamparan sebagai gambar
rencana.
b. Pelaksanaan
1) Pengadukan material LPB: dilaksanakan di stock pile (lokasi pengadukan)
dengan komposisi berdasarkan JMF dan hasil percobaan lapangan.
2) Material LPB diangkut dengan menggunakan dump truk, pemuatan
menggunakan wheel loader, jarak hauling diatur sedemikian rupa
(memperhatikan faktor gembur dari hasil percobaan pelaksanaan) sehingga
penghamparan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.
3) Penghamparan menggunakan motor grader, tebal hamparan sesuai hasil
percobaan pelaksanaan, dilaksanakan selebar rencana, perapian hamparan
dilaksanakan dengan tenaga manusia dengan peralatan sesuai keperluan
lapangan.
4) Selama proses penghamparan dilakukan control kadar air, sehingga akan
dihasilkan kadar air optimal pada saat pemadatan dilaksanakan.
5) Dimensi dan kelandaian permukaan dilaksanakan sesuai dengan gambar
rencana.
6) Pemadatan menggunakan vibrator roller (berat 8-12 ton), dilaksanakan
mulai dari bagian yang rendah berangsur-angsur menuju bagian yang lebih
tinggi, jumlah lintasan sesuai dengan hasil percobaan pelaksanaan.
7) Pemadatan dihentikan jika diyakini telah tercapai kepadatan yang
disyaratkan.
33
Gambar 4.4 Penghamparan LPB
Sumber: Dokumentasi
Sumber: Dokumentasi
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah pengamatan dan analisa dilakukan terhadap pelaksanaan pekerjaan di
lapangan maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pekerjaan
Pembangunan Jalan Alternativ Telaga Ria-Khalkote-Dapur Papua (MYC) belum
sepenuhnya sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknis yang berlaku. Pada
kesehatan keselamatan kerja pekerja kurang memperhatikannya. Meskipun para
pekerja tersebut di lindungi oleh Jasa Raharja yang menjamin kesehatan mereka,
sebaiknya para pekerja juga peduli untuk menjaga kesehatan diri mereka sendiri.
Penerapan suatu proses pelaksanaan pekerjaan dilapangan juga sedikit berbeda
dengan ilmu yang kita pelajari di perkuliahan dimana pada saat dilapangan banyak
hal yang menyimpang tanpa merugikan pembangunan itu sendiri.
5.2 Saran
Beberapa saran dari penulis setelah melakukan pengamatan dan menganalisa
terhadap pelaksanaan pekerjaan di lapangan, yaitu:
1. Perlu ditingkatkannya pengawasan dalam setiap pelaksanaan pekerjaan di
lapangan agar tercapai suatu hasil yang baik.
2. Menerapkan kinerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja untuk para
pekerja di lapangan demi terlaksananya pekerjaan dengan baik.
3. Konsultan perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor harus
meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan
di lapangan sesuai Spesifikasi Teknis yang berlaku bagi para pekerja maupun
pelaksana sehingga dapat tercapainya suatu hasil pekerjaan yang memuaskan.
35
Lampiran
36
Daftar Pustaka
- https://www.civiltekno.id/2018/02/metode-pelaksanaan-timbunan-
pilihan-dari-galian.html
- https://www.kerkuse.id/2018/01/metode-pelaksanaan-pekerjaan-lapis-
pondasi-agregat-klas-a-klas-b-dan-klas-s.html
- http://sipiljurusanku.blogspot.com/2018/04/laporan-praktek-kerja-
lapangan-pkl.html
- https://technozoneksa.com/img/products/safety-tools/1.jpg
- https://tumpi.id/wp-content/uploads/2018/01/Sabuk-Keselamatan-Kerja.jpg
- https://cf.shopee.co.id/file/55271cd0a2a56190163374d4b8718865
- https://i.ytimg.com/vi/Rrx7gz4b5iM/maxresdefault.jpg
- https://1.bp.blogspot.com/-REKCJYXAcPg/WYGUlLP5scI/AAAAAAAAwys/fN0fJ-
JKAFo_I76OLYpa9YXCQkCIVCPqACLcBGAs/s1600/masker.png
- https://s3.bukalapak.com/img/8529624503/original/Screenshot_20180814_002
216.png
- https://www.karuniasafety.id/~img/safety_glasses-435c2-2779_627-
t598_25.jpg
- https://s2.bukalapak.com/img/2512718431/w-
1000/SARUNG_TANGAN_LAS_KULIT_KUNING_16inch_JASON.jpg
- http://3.bp.blogspot.com/-
5iphpPbMPvQ/UN3T58FS_fI/AAAAAAAADYM/A_egzwcejQM/s1600/1810_1151
7_Alat_keselamatan_alat_safety.jpeg
- https://cf.shopee.co.id/file/041f21949c491ec87c9bdb09dd5c2cab_tn
- https://2.bp.blogspot.com/-
n3zZG6HHXvc/WLbTmLJpwGI/AAAAAAAABJ4/hz4AbL52-
Y8XsOTJRCG01VNhOP27k7-MgCEw/s1600/atunas-pelampung-atunas-orange-
0993-7954692-af0e20047f450b52c7d3ad1f78888021.jpg
37
-
38