PENDAHULUAN
idealistis, dan logis. Remaja yang mulai berpikir secara abstrak, idealis, dan
logis, rawan masuk dalam masalah-masalah yang negatif karena remaja
mulai mempertimbangkan hal-hal yang idealis menurut mereka dan bukan
menurut orangtua lagi. Apa yang menurut orangtua b enar, remaja dapat
mempertimbangkannya dengan pemikiran mereka dan membandingkan
dengan pengalamannya saat melihat teman-temannya. Namun, remaja
dengan pemikiran ini masih dapat dinasehati atau diarahkan agar tidak
terjerumus dalam hal-hal yang negatif karena adanya pertimbangan-
pertimbangan yang mereka lakukan. Remaja dengan pemikiran idealis dan
logis diharapkan dapat diajak untuk bertukar pikiran dalam mencari pilihan
yang tepat dan benar dalam menentukan pencarian jati dirinya.
Remaja yang rawan masuk dalam masalah-masalah yang negatif,
memerlukan pendampingan dan bimbingan dari orang yang lebih dewasa,
terutama orangtua dan keluarga. Peran orangtua dan masyarakat di
lingkungan sekitar remaja sangat diperlukan untuk membimbing para
remaja agar tidak jatuh dalam kenakalan remaja (Hartini, 1999: 80). Salah
satu upaya pencegahan dan penanganan dapat dilakukan dengan program
kakak asuh (big brothers and big sisters) (Gold & Petronio dalam Santrock,
2002: 25). Upaya-upaya pencegahan dan penanganan dapat dilak ukan di
berbagai tern pat, seperti lingkungan keluarga, sekolah, atau pun di Gereja.
Gereja merupakan tempat lain yang dapat membantu orangtua
dalam mendidik anak remaja mereka, khususnya mendidik dalam
pemahaman materi pendalaman Alkitab, mengingat bahwa re maja sudah
memiliki pandangan sendiri dalam hal keTuhanan. Mendidik remaja melalui
pengajaran Alkitab di gereja diduga merupakan salah satu upaya
pencegahan dan penanganan untuk remaja yang bermasalah. Salah satu
contohnya remaja yang rajin membaca Alkitab akan menemukan banyak
kutipan mengenai cinta kasih dan bagaimana seharusnya menjalin relasi
yang positif dengan orang lain. Sebagai contoh salah satu ayat dalam
Alkitab, yaitu Roma 12:17 berbunyi :
"Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang
baik bagi semua orang!"
Ayat Alkitab ini meng ajarkan bahwa sebagai pengikut Kristus, kita tidak
boleh membalas kejahatan dengan kejahatan dan sebaliknya, kita diajar
untuk melakukan apa yang baik bagi semua orang. Remaja yang mudah
emosi, dapat diajar melalui ayat Alkitab tersebut agar remaja tidak 1 angsung
melakukan tindak kekerasan (melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan)
ketika sedang dalam kondisi emosi.
Pengajaran Alkitab di setiap gereja dapat dilakukan dengan cara
yang berbeda-beda. Kegiatan pengajaran Alkitab di suatu Gereja dapat
dibedakan berdasarkan jenjang usia. Gereja X di Surabaya Pusat memiliki
kegiatan untuk remaja dari kelas 1 SLIP sampai 3 SMU. Kegiatan tersebut
berupa cell group dimana remaja dibagi berdasarkanjenjang kelas (1 SLIP
sampai 3 S:tvru) dan jenis kelamin (laki -laki dan perempuan). Dalam cell
group ini, remaja dibimbing oleh pemuda gereja X sebagai guru. Hal ini
mendukung pendapat Gold dan Petronio dalam hal remaja yang rawanjatuh
dalam hal-hal negatif dapat dicegah dan ditangani dengan adanya program
kakak asuh. Iugas guru dalam cell group adalah menyampaikan penjelasan
ayat-ayat Alkitab. Bahan penyampaian Firman Iuhan diperoleh dari
kurikulum yang telah disusun selama satu semester.
Dalam satu semester, guru pengajar memiliki target tersendiri,
yaitu remaja menjadi lebih mengerti dan memahami Alkitab. Setiap guru
pengajar dan pembimbing remaja di gereja X memiliki target, yaitu
menghasilkan remaja yang takut akan Iuhan dan nantinya dapat menjadi
guru pengajar di cell group setelah lulus S:tvru. Setiap minggu, guru
pengajar mempersiapkan materi pendalaman Alkitab dan berharap agar para