Anda di halaman 1dari 27

UTS

“ILMU RESEP II”

DISUSUN OLEH :
NAMA : NUR EKASANDRA
NIM : G701 18 019
KELAS :C

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
1. Sebutkan penggolongan obat saluran cerna beserta contohnya minimal 3 !

Penggolongan obat saluran pencernaan :


a. Antasida
- Antasida sistemik : Natrium Bikarbonat
- Antasida Non Sistemik : Aluminium Hidroksida, Magnesium Hidroksida
b. Obat yang meningkatkan asam lambung
Sukralfat
c. Obat penghambat sekresi asam lambung
- H2-Blokers : Simetidin, Ranitidin, Raxotidin
- PPI : Omeprazole, Lansoprazole, Pantoprazole
d. Pelindung Ulkus
Mucosaprotectiva, Bismut Koloidal

2. Sebutkan serta jelaskan 2 obat saluran pernapasan meliputi indikasi, kontraindikasi, eso,
mekanisme kerja, precaution, interaksi, dan KIE !

a. Inhaled β-Agonists (Albuterol 5 mg/ml)

- Indikasi
Pengobatan atau pencegahan bronkospasme pada pasien dengan penyakit saluran
napas obstruktif reversibel
- Mekanisme
Albuterol bekerja dengan melemaskan otot polos asma pada saluran udara yang
spasme akibat serangan asma. Sehingga membantu saluran udara terbuka.
Albuterol mempengaruhi seluruh saluran udara, dari trakea besar ke bronkiolus
yang sangat kecil. Ia bekerja dalam lima hingga delapan menit. Efeknya bertahan
tiga hingga enam jam
- Dosis
2.5-5 mg setiap 20 menit untuk tiga dosis, lalu 2.5-10 mg setiap 1-4 jam sesuai
kebutuhan, atau 10-15 mg / jam terus menerus jika di unit gawat darurat atau
dirawat di rumah sakit
- Efek samping
> 10%
1) Gemetar (20%)
2) Gugup pada anak usia 2-6 tahun (20%)
3) Insomnia pada anak usia 6-12 tahun yang menerima 4-12 mg q12jam (11%)

1-10%
1) Mual (10%)
2) Demam (1,6-9%)
3) Bronkospasme (8%)
4) Muntah (7%)
5) Sakit kepala (4-7%)
6) Pusing (1-7%)
7) Batuk (5%)
8) Reaksi alergi (4%)
9) Otitis media (3,3%)
10) Epistaksis pada anak-anak (3%)
11) Nafsu makan meningkat (3%)
12) Infeksi saluran kemih (3%)
13) Mulut kering (<3%)
14) Ereksi atau perut kembung (<3%)
15) Berkeringat meningkat (<3%)
16) Nyeri (2,7%)
17) Dispepsia (1-2%)
18) Hiperaktif (1-2%)
19) Menggigil (<2% )
20) Limfadenopati (<2%)
21) Pruritus okuler (<2%)
22) Berkeringat (<2%)
23) Konjungtivitis pada anak usia 2-6 tahun (1%)
24) Disfonia

(> 1%)
1) Sindrom flu Gugup
2) Nyeri epigastrium Epistaksis pada orang dewasa
3) Hiperaktif pada anak-anak

Frekuensi Tidak Ditentukan Reaksi yang merugikan seperti hipertensi, angina,


vertigo, stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, sakit kepala, asidosis metabolik,
dan pengeringan atau iritasi orofaring Hipersensitivitas Hipokalemia Peningkatan
kadar glukosa darah Interval QT berkepanjangan dan depresi segmen ST Sulit
tidur Takikardia (kejadian bervariasi dengan formulasi) Urtikaria, angioedema,
ruam, bronkospasme, dan edema orofaringeal (jarang).

- Kontraindikasi
Hipersensitivitas parah terhadap protein susu
- Interaksi
Jangan gunakan bronkodilator simpatomimetik kerja pendek bersama dengan
inhaler albuterol

- KIE
Penggunaan Inhaler
1. Kocok inhaler sebelum menggunakannya
2. Hembuskan napas sampai paru-paru Anda kosong
3. Letakkan corong di mulut Anda dan jangan biarkan ada udara yang bocor dari
sela-sela bibir
4. Mulailah bernafas dalam-dalam dan perlahan melalui mulut Anda. Tekan
canister untuk melepaskan “puff” saat Anda menarik nafas. Tekan sampai
tabung berhenti bergerak
5. Tahan napas Anda selama 10 detik. Buang napas perlahan. (Untuk beberapa
inhaler, Anda harus melepas inhaler dari mulut Anda sebelum mulai menahan
nafas)
6. Jika penyedia Anda telah mengatakan kepada Anda untuk mengambil lebih
dari 1 kali hisapan, tunggu 1 menit. Kocok inhaler lagi dan ulangi

b. Rifampisin dan Izoniazid


- Indikasi
Diindikasikan untuk tuberkulosis paru di mana organisme rentan, dan ketika
pasien telah dititrasi pada masing-masing komponen dan oleh karena itu telah
ditetapkan bahwa dosis tetap ini efektif secara terapeutik.

Obat kombinasi dosis tetap ini tidak dianjurkan untuk terapi awal tuberkulosis
atau untuk terapi pencegahan

- Mekanisme kerja
a. Rifampisin menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis
protein, terutama pada tahap transkripsi. Rifampisin menghalangi pelekatan
enzim RNA polimerase dengan berikatan dengan sisi aktif enzim tersebut
b. Isoniazid (INH) bekerja dengan cara menghambat sintesis asam mikolik, yaitu
suatu komponen esensial dinding sel bakteri. Mekanisme inilah yang nantinya
akan menimbulkan efek terapi obat yang bersifat bakterisid terhadap
organisme Mycobacterium tuberculosis yang aktif bertumbuh secara
intraseluler dan ekstraseluler.
- Efek samping
a. Mual
b. Muntah
c. Nyeri ulu hati
d. Tidak nafsu makan
e. Diare
f. Radang usus.

- Peringatan rifampisin / isoniazid


Black Box Warnings Isoniazid
a. Hepatitis yang parah dan terkadang fatal dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
pengobatan dan beberapa bulan setelah pengobatan
b. Risiko terkait dengan usia dan peningkatan dengan konsumsi alkohol setiap
hari Pasien harus diinstruksikan tentang tanda dan gejala hepatitis

- Kontraindikasi
a. Hipersensitivitas terhadap isoniazid, rifamycins
b. Penyakit hati akut, kerusakan hati yang parah, asam urat
c. Rifampisin dikontraindikasikan pada pasien yang menerima saquinavir yang
dikuatkan dengan ritonavir karena peningkatan risiko toksisitas hepatoseluler
yang parah
d. Rifampin dikontraindikasikan dengan banyak obat yang merupakan substrat
CYP, terutama penggunaan bersama CYP3A4
e. Rifampisin pada pasien yang menerima atazanavir, darunavir, fosamprenavir,
saquinavir, atau tipranavir dapat secara substansial menurunkan konsentrasi
plasma yang dapat mengakibatkan hilangnya kemanjuran antivirus untuk
infeksi HIV dan / atau perkembangan virus. resistensi
f. Perhatian Riwayat diabetes mellitus (bisa bikin d manajemen iabetes lebih
sulit)

- KIE
1. Mengkonsumsi obat dengan tepat
2. Menerapkan pola hidup sehat
3. Tidak menggunaan barang atau apapun bersamaan dengan orang lain.
4. Upayakan ruangan yang ditempati masuk sinar matahari
5. Menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin.
3. Sebutkan dan jelaskan 2 gangguan saluran cerna dan 2 gangguan pernapasan disertai
penjelasan diberikan terapi obatnya meliputi indikasi, kontraindikasi, eso, mekanisme
kerja, precaution, interaksi, dan KIE

A. Tukak Lambung
Tukak lambung adalah luka pada lambung yang menyebabkan keluhan sakit maag.
Selain di lambung, luka tersebut dapat terbentuk di usus 12 jari atau di bagian bawah
kerongkongan

Luka di lambung terbentuk ketika selaput yang melapisi lambung terkikis. Pengikisan
selaput lambung umumnya disebabkan oleh:

1. Infeksi bakteri
Infeksi Helicobacter pylori merupakan penyebab utama timbulnya luka pada
lapisan lambung
2. Konsumsi obat antiiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Konsumsi ibuprofen, diclofenac, atau meloxicam secara berlebihan dapat
menyebabkan iritasi atau peradangan pada jaringan lambung hingga menimbulkan
luka.
Selain OAINS, obat lain yang bisa menyebabkan tukak lambung adalah
aspirin, kortikosteroid, dan obat antidepresan golongan SSRI.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya tukak lambung
atau memperparah gejala tukak lambung, yaitu:
o Merokok, terutama pada seseorang yang terinfeksi bakteri pylori.
o Stres yang tidak terkelola dengan baik.
o Konsumsi makanan asam atau pedas.
o Konsumsi minuman beralkohol.

Terapi rekomendasi : Ranitidin


Ranitidin adalah obat yang digunakan untuk menangani gejala atau penyakit yang
berkaitan dengan produksi asam berlebih di dalam lambung. Produksi asam lambung
yang berlebihan dapat membuat memicu iritasi dan peradangan pada dinding
lambung dan saluran pencernaan.

- Indikasi
Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dyspepsia episodic
kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori, sindrom Zollinger-
Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung akan bermanfaat
- Kontraindikasi
Porfiria akut dan hipersensitivitas terhadap ranitidin. Pasien dengan gangguan
fungsi ginjal dan liver memerlukan penyesuaian dosis.

- Mekanisme aksi
Antagonis reseptor H2; mmeblokir reseptor H2 sel parietal lambung,
menyebabkan penghambatan sekresi lambung. (Medscpae, 2020)

- Efek samping (Medscape,2020)


1-10%
Sakit Kepala

<1%
Sakit perut
Kebingunan
Sembelit
Diare
Pusing
Reaksi hipersensitivitas
Mual
Muntah

Frekuensi tidak ditentukan


Anemia
Trombositopenia (Jarang)
Pankreatitis (Jarang)
Pansitopenia (Jarang)
Agranulositosis (Jarang)
Anemia hemolitik imun (Jarang)
Artalgia (Jarang)
Mialgia (Jarang)

- Interaksi Obat
Ranitidin dapat menimbulkan beberapa interaksi saat digunakan bersamaan
dengan obat-obatan lainnya. Interaksi tersebut antara lain:
a. Meningkatkan konsentrasi serum dan memperlambat absorpsi ranitidin oleh
saluran pencernaan, jika digunakan bersama propantheline bromide.
b. Menghambat metabolisme teofilin, diazepam, dan propanolol di dalam organ
hati.
c. Mengganggu penyerapan obat-obatan yang tingkat penyerapannya
dipengaruhi oleh pH, seperti ketoconazol dan midazolam.
d. Menurukan bioavailabilitas ranitidin, jika digunakan bersama dengan obat
antasida atau sukralfat.

- Peringatan (Medscape)
1. Jika penyakit gastroesophageal reflux tidak merespon secara adekuat dalam 6-
8 minggu, jangan menambah dosis; meresepkan penghambat pompa proton
sebagai gantinya
2. Pengobatan jangka panjang dapat menyebabkan malabsorpsi B12 dan
selanjutnya kekurangan vitamin B12; derajat defisiensi berhubungan dengan
dosis dan asosiasi lebih kuat pada wanita dan usia lebih muda (<30 tahun)
3. Berhati-hatilah pada gangguan ginjal; sesuaikan dosis
4. Hati-hati pada gangguan hati
5. Peningkatan kadar ALT yang dilaporkan dengan dosis yang lebih tinggi (2100
mg) atau terapi IV berkepanjangan (25 hari); pantau kadar ALT untuk sisa
pengobatan.
6. Hindari pada pasien dengan porfiria akut; dapat memicu serangan
7. Meredakan gejala tidak menyingkirkan adanya keganasan lambung
8. Keadaan bingung yang dapat dibalik dilaporkan dengan penggunaan (terkait
dengan usia> 50 tahun dan gangguan ginjal atau hati); sembuh dalam waktu
3-4 hari setelah penghentian
9. Jika pasien menggunakan obat resep, pasien harus bertanya kepada dokter
atau apoteker apakah pengurang asam dapat dikonsumsi bersamaan dengan itu
10. Pasien dengan penyakit ginjal harus bertanya kepada dokter sebelum
digunakan

- KIE
a. Ikuti anjuran dokter dan selalu ingat untuk membaca keterangan pada
kemasan sebelum menggunakan ranitidin. Jangan menggandakan atau
mengurangi dosis, serta jangan memperpanjang waktu penggunaan obat.
b. Ranitidin dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Usahakan untuk
mengonsumsi ranitdin pada jam yang sama setiap hari agar obat dapat bekerja
dengan lebih efektif.
c. Jika Anda lupa mengonsumsi ranitidin, disarankan untuk segera
melakukannya jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu
dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
d. Simpan ranitidin dalam suhu ruangan, serta terhindar dari hawa panas dan
lembap. Jauhkan ranitidin dari jangkauan anak-anak.
e. Atur pola makan dengan baik, serta memperbaiki pola hidup
B. Gerd
Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah penyakit kronik pada sistem
pencernaan. GERD terjadi ketika asam lambung naik kembali ke esofagus
(kerongkongan). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada esofagus.
Dalam keadaan normal, makanan seharusnya masuk ke mulut menuju sfingter
esofagus bagian bawah, dan menutup saat makanan sudah masuk ke lambung untuk
mencegah naiknya makanan atau asam lambung kembali ke esofagus. Di sana
makanan umumnya bertahan selama tiga hingga empat jam untuk dicerna.
Namun pada kasus GERD terdapat kelainan berupa terlalu kendur (relaksasi) atau
lemahnya sfingter esofagus bagian bawah sehingga makanan yang sudah ditampung
di lambung naik kembali ke kerongkongan –atau bisa saja hanya berupa cairan asam
lambungnya.
Ketika asam lambung atau makanan naik kembali ke kerongkongan, umumnya
penderita mengalami sensasi terbakar atau panas di dadanya. Seseorang dapat
mengalami GERD ringan setidaknya 2 kali dalam seminggu dan GERD sedang
sampai berat setidaknya 1 kali dalam seminggu.
GERD disebabkan karena kelemahan atau kegagalan relaksasi dari cincin yang
bertugas mengatur proses buka-tutup pintu/klep yang menghubungkan esofagus
bawah dengan lambung. Kelemahan dari sfingter ini bisa terjadi dengan sendirinya
pada wanita hamil atau orang yang obesitas.
Selain itu mereka yang menderita asma, diabetes, skleroderma, dan penyakit hiatus
hernia juga rentan terkena GERD. Ada beberapa makanan yang dapat menjadi faktor
yang memicu Anda terkena GERD, antara lain kopi, alkohol, cokelat, makanan yang
digoreng, saus tomat, bawang putih dan bawang merah.
Hal lain yang juga dapat meningkatkan risiko GERD adalah kebiasaan buruk yang
dilakukan seseorang –baik secara sadar maupun tidak, seperti merokok, kebiasaan
mengonsumsi makanan dalam waktu tiga jam sebelum tidur dan mengurangi porsi
makan yang akan dikonsumsi. Selain itu, jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan
tertentu, seperti aspirin, hal ini dapat meningkatkan risiko terkena GERD.

Terapi Rekomendasi : Pantoprazole

Pantoprazole adalah obat yang digunakan untuk meredakan gejala meningkatnya


asam lambung seperti sakit maag dan gejala refluks asam lambung, misalnya rasa
perih dan panas di dada (heartburn), sulit menelan, serta batuk yang tidak berhenti.

- Indikasi
1. Tukak lambung dan ulkus duodenum
2. GERD (penyakit refluks asam lambung)
3. Infeksi Helicobacter pylori
4. Esofagitis erosive

- Kontra Indikasi
1. Hipersensitivitas terhadap pantoprazole atau penghabat pompa proton lainnya
2. Pemberian bersamaan dengan produk yang mengandung rilpivirine

- Mekanisme Aksi
PPI; berikatan dengan H + / K + - menukar ATPase (pompa proton) dalam sel
parietal lambung, mengakibatkan penyumbatan sekresi asam

- Interaksi dapat terjadi jika pantoprazole dikonsumsi bersama dengan beberapa


jenis obat berikut ini:
1. Digoxin – meningkatkan kadar atau efek digoxin akibat meningkatnya pH
lambung.
2. Diuretik – meningkatkan risiko hipomagnesemia.
3. Warfarin – meningkatkan INR (standar efek antikoagulan oral) dan waktu
pembekuan darah.
4. Methotrexate – meningkatkan kadar methotrexate dalam darah.
5. Sukralfat – menghambat penyerapan pantoprazole.
6. Ketoconazole, itraconazole – menurunkan penyerapan ketoconazole dan
itraconazole.

- Efek samping yang mungkin muncul setelah mengonsumsi pantoprazole, antara


lain adalah:

1-10%
a. Sakit kepala (> 4%)
b. Sakit perut (4%)
c. Edema wajah (<4%)
d. Edema umum (<2%)
e. Nyeri dada (4%)
f. Diare (4%)
g. Sembelit (<4%)
h. Pruritus (4 %)
i. Ruam (4%)
j. Perut kembung (<4%)
k. Hiperglikemia (1%)
l. Mual (1%)
m. Muntah (> 4%)
n. Fotosensitifitas (<2%)

Frekuensi Tidak Ditentukan Angioedema Gastritis atrofik Neuropati optik


iskemik anterior Kerusakan hepatoseluler menyebabkan gagal hati Nefritis
interstisial Pankreatitis Pansitopenia Rhabdomiolisis Risiko anafilaksis Sindrom
Stevens-Johnson Nekrolisis epidermal toksik yang fatal Erythema multiforme
- KIE
a. Ikuti anjuran dokter dan bacalah keterangan yang tertera pada kemasan obat
dalam menggunakan pantoprazole.
b. Pantoprazole dalam bentuk tablet dikonsumsi sebelum makan. Minumlah
tablet pantoprazole secara utuh dengan air. Jangan menghancurkan,
mengunyah, atau membelah tablet karena dapat mengurangi efektivitas obat.
c. Usahakan untuk mengonsumsi pantoprazole pada jam yang sama setiap
harinya, untuk memaksimalkan efek pantoprazole.#
d. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi pantoprazole, disarankan untuk segera
melakukannya jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu
dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
e. Simpanlah pantoprazole di tempat yang tidak terkena paparan sinar matahari
secara langsung, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.
f. Segera hubungi dokter atau tim medis jika gejala belum juga mereda atau
semakin memburuk, dan muncul efek samping lainnya.
g. Hindarilah beberapa makanan atau minuman yang dapat memperburuk gejala
yang berkaitan dengan asam lambung, misalnya makanan pedas, minuman
panas, minuman beralkohol, kopi, cokelat, dan tomat. Selain itu, hindari juga
rokok.
h. Khusus untuk refluks asam lambung, kelebihan berat badan dapat
memperburuk gejala yang muncul. Karena itu, bagi mereka yang mengalami
berat badan berlebih atau obesitas, upayakan untuk menurunkannya.

C. Asma
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang
ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak
atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala
lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua
golongan usia, baik muda atau tua.
Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa hal
yang kerap memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas fisik, udara
dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.

Terapi Rekomendasi : Inhaled β-Agonists (Albuterol 5 mg/ml)

- Indikasi
Pengobatan atau pencegahan bronkospasme pada pasien dengan penyakit saluran
napas obstruktif reversibel
- Mekanisme
Albuterol bekerja dengan melemaskan otot polos asma pada saluran udara yang
spasme akibat serangan asma. Sehingga membantu saluran udara terbuka.
Albuterol mempengaruhi seluruh saluran udara, dari trakea besar ke bronkiolus
yang sangat kecil. Ia bekerja dalam lima hingga delapan menit. Efeknya bertahan
tiga hingga enam jam
- Dosis
2.5-5 mg setiap 20 menit untuk tiga dosis, lalu 2.5-10 mg setiap 1-4 jam sesuai
kebutuhan, atau 10-15 mg / jam terus menerus jika di unit gawat darurat atau
dirawat di rumah sakit
- Efek samping
> 10%
1) Gemetar (20%)
2) Gugup pada anak usia 2-6 tahun (20%)
3) Insomnia pada anak usia 6-12 tahun yang menerima 4-12 mg q12jam (11%)

1-10%
1) Mual (10%)
2) Demam (1,6-9%)
3) Bronkospasme (8%)
4) Muntah (7%)
5) Sakit kepala (4-7%)
6) Pusing (1-7%)
7) Batuk (5%)
8) Reaksi alergi (4%)
9) Otitis media (3,3%)
10) Epistaksis pada anak-anak (3%)
11) Nafsu makan meningkat (3%)
12) Infeksi saluran kemih (3%)
13) Mulut kering (<3%)
14) Ereksi atau perut kembung (<3%)
15) Berkeringat meningkat (<3%)
16) Nyeri (2,7%)
17) Dispepsia (1-2%)
18) Hiperaktif (1-2%)
19) Menggigil (<2% )
20) Limfadenopati (<2%)
21) Pruritus okuler (<2%)
22) Berkeringat (<2%)
23) Konjungtivitis pada anak usia 2-6 tahun (1%)
24) Disfonia
(> 1%)
1) Sindrom flu Gugup
2) Nyeri epigastrium Epistaksis pada orang dewasa
3) Hiperaktif pada anak-anak

Frekuensi Tidak Ditentukan Reaksi yang merugikan seperti hipertensi, angina,


vertigo, stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, sakit kepala, asidosis metabolik,
dan pengeringan atau iritasi orofaring Hipersensitivitas Hipokalemia Peningkatan
kadar glukosa darah Interval QT berkepanjangan dan depresi segmen ST Sulit
tidur Takikardia (kejadian bervariasi dengan formulasi) Urtikaria, angioedema,
ruam, bronkospasme, dan edema orofaringeal (jarang).

- Kontraindikasi
Hipersensitivitas parah terhadap protein susu
- Interaksi
Jangan gunakan bronkodilator simpatomimetik kerja pendek bersama dengan
inhaler albuterol

- KIE
Penggunaan Inhaler
1. Kocok inhaler sebelum menggunakannya
2. Hembuskan napas sampai paru-paru Anda kosong
3. Letakkan corong di mulut Anda dan jangan biarkan ada udara yang bocor dari
sela-sela bibir
4. Mulailah bernafas dalam-dalam dan perlahan melalui mulut Anda. Tekan
canister untuk melepaskan “puff” saat Anda menarik nafas. Tekan sampai
tabung berhenti bergerak
5. Tahan napas Anda selama 10 detik. Buang napas perlahan. (Untuk beberapa
inhaler, Anda harus melepas inhaler dari mulut Anda sebelum mulai menahan
nafas)
6. Jika penyedia Anda telah mengatakan kepada Anda untuk mengambil lebih
dari 1 kali hisapan, tunggu 1 menit. Kocok inhaler lagi dan ulangi

D. Tuberkulosis (TBC)
TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat
kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk
yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang
mengeluarkan darah.
Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tulang,
usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita
TBC, ketika berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada
seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.
Terapi Rekomendasi :Rifampisin dan Izoniazid
- Indikasi
Diindikasikan untuk tuberkulosis paru di mana organisme rentan, dan ketika
pasien telah dititrasi pada masing-masing komponen dan oleh karena itu telah
ditetapkan bahwa dosis tetap ini efektif secara terapeutik.

Obat kombinasi dosis tetap ini tidak dianjurkan untuk terapi awal tuberkulosis
atau untuk terapi pencegahan

- Mekanisme kerja
a. Rifampisin menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis
protein, terutama pada tahap transkripsi. Rifampisin menghalangi pelekatan
enzim RNA polimerase dengan berikatan dengan sisi aktif enzim tersebut
b. Isoniazid (INH) bekerja dengan cara menghambat sintesis asam mikolik, yaitu
suatu komponen esensial dinding sel bakteri. Mekanisme inilah yang nantinya
akan menimbulkan efek terapi obat yang bersifat bakterisid terhadap
organisme Mycobacterium tuberculosis yang aktif bertumbuh secara
intraseluler dan ekstraseluler.

- Efek samping
g. Mual
a. Muntah
b. Nyeri ulu hati
c. Tidak nafsu makan
d. Diare
e. Radang usus.

- Peringatan rifampisin / isoniazid


Black Box Warnings Isoniazid
a. Hepatitis yang parah dan terkadang fatal dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
pengobatan dan beberapa bulan setelah pengobatan
b. Risiko terkait dengan usia dan peningkatan dengan konsumsi alkohol setiap
hari Pasien harus diinstruksikan tentang tanda dan gejala hepatitis
- Kontraindikasi
a. Hipersensitivitas terhadap isoniazid, rifamycins
b. Penyakit hati akut, kerusakan hati yang parah, asam urat
c. Rifampisin dikontraindikasikan pada pasien yang menerima saquinavir yang
dikuatkan dengan ritonavir karena peningkatan risiko toksisitas hepatoseluler
yang parah
d. Rifampin dikontraindikasikan dengan banyak obat yang merupakan substrat
CYP, terutama penggunaan bersama CYP3A4
e. Rifampisin pada pasien yang menerima atazanavir, darunavir, fosamprenavir,
saquinavir, atau tipranavir dapat secara substansial menurunkan konsentrasi
plasma yang dapat mengakibatkan hilangnya kemanjuran antivirus untuk
infeksi HIV dan / atau perkembangan virus. resistensi
f. Perhatian Riwayat diabetes mellitus (bisa bikin d manajemen iabetes lebih
sulit)

- KIE
1. Mengkonsumsi obat dengan tepat
2. Menerapkan pola hidup sehat
3. Tidak menggunaan barang atau apapun bersamaan dengan orang lain.
4. Upayakan ruangan yang ditempati masuk sinar matahari
5. Menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin.

4. Sebutkan dan jelaskan 2 (dua) gangguan pembuluh darah dan 2 (dua) gangguan jantung
disertai terapi obat meliputi indikasi, KI, ESO, Interaksi, Mekanismekerja, KIE

A. Pembuluh darah
1. Hipertensi
Furosemide
a. Indikasi
Furosemide adalah obat golongan diuretik yang bermanfaat untuk
mengeluarkan kelebihan cairan dari dalam tubuh melalui urine. Obat ini
sering digunakan untuk mengatasi edema (penumpukan cairan di dalam
tubuh) atau hipertensi (tekanan darah tinggi)
b. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap furosemid dan sulfonamid. Anuria atau gagal ginjal,
peny Addison, hipovolemia atau dehidrasi, keadaan prekomatosa yg
berhubungan dg sirosis hati.
c. Interaksi obat
Dapat meningkatkan nefrotoksisitas sefalosporin (misalnya sefalotin),
NSAID. Dapat meningkatkan ototoksisitas aminoglikosida, asam etakrilat,
obat ototoksik lainnya. Mengurangi kadar serum dengan aliskiren. Dapat
meningkatkan efek hipotensi dari penghambat ACE atau antagonis reseptor
angiotensin II. Peningkatan risiko hiperkalemia dg diuretik hemat K.
Peningkatan risiko kardiotoksisitas dengan glikosida jantung, antihistamin.
Dapat mengurangi tingkat serum litium. Dapat melawan efek hipoglikemik
dari antidiabetik. Peningkatan efek hipotensi dengan MAOI. Peningkatan
hiponatremia dengan karbamazepin. Mengurangi efek natriuretik dan
hipotensi dengan indometasin. Efek diuretik berkurang dengan salisilat.
d. Mekanisme
Deskripsi: Furosemide menghambat reabsorpsi Na dan Cl terutama di bagian
meduler loop asendens Henle. Ekskresi K dan amonia juga meningkat
sedangkan ekskresi asam urat berkurang. Ini meningkatkan aktivitas plasma-
renin, plasma-norepinefrin dan konsentrasi plasma-arginin-vasopresin. Onset:
Diuresis: 30-60 menit (oral); 30 menit (IM); sekitar 5 menit (IV). Edema:
dalam 15-20 menit sebelum efek diuretic. Durasi: 6-8 jam (oral); 2 jam (IV).

Farmakokinetik: Absorpsi: Diserap cukup cepat dari saluran GI. Ketersediaan


hayati: Kira-kira 60-70%. Distribusi: Melintasi plasenta; memasuki ASI.
Pengikatan protein plasma: Hingga 99% (terutama albumin). Metabolisme:
Menjalani metabolisme hati yang minimal. Ekskresi: Terutama melalui urin
(seperti tidak berubah obat). Waktu paruh: Hingga sekitar 2 jam.
e. Efek samping
Pusing, vertigo, mual dan muntah, diare dan sembelit.
f. KIE
- Jangan menggunakan furosemide jika Anda memiliki riwayat alergi
terhadap obat ini dan obat golongan sulfa, seperti sulfametoxazole.
- Beri tahu dokter jika Anda memiliki riwayat pembesaran
prostat, penyakit ginjal, gangguan hati, penyakit asam urat,
diabetes, lupus, dan ketidakseimbangan elektrolit.
- Beri tahu dokter jika Anda baru menjalani pemeriksaan yang melibatkan
penyuntikan zat radioaktif (kontras) ke dalam pembuluh darah vena,
sebelum menggunakan obat ini.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan
kehamilan sebelum menggunakan furosemide.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lain,
termasuk suplemen, dan produk herbal.
- Segera temui dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau overdosis
setelah menggunakan obat ini.
- Obat ini dapat diberikan sesudah makanan, hal tersebut karena dilihat
dari efek samping yang ditimbulkan yaitu mual dan muntah.
2. Arteri perifer
Peripheral arterial disease (PAD) atau penyakit arteri perifer adalah kondisi di mana
aliran darah ke tungkai tersumbat akibat penyempitan pembuluh darah yang berasal
dari jantung (arteri). Dampaknya, tungkai yang kekurangan pasokan darah akan
terasa sakit, terutama saat berjalan

Penyakit arteri perifer terkadang tidak menimbulkan gejala dan berkembang


secara perlahan. Jika dibiarkan tanpa penanganan, penyakit arteri perifer bisa
memburuk hingga menimbulkan kematian jaringan, dan berisiko
untuk diamputasi.

Penyakit ini dipicu oleh berbagai kondisi akibat gaya hidup yang tidak sehat,
seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi. Oleh karena itu, cara paling
efektif untuk mencegah penyakit arteri perifer adalah menjalankan gaya hidup
sehat, yaitu dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin
berolahraga

Terapi : Captopril
a. Kelas : ACE Inhibitors / Direct Renin Inhibitors
b. Mekanisme
Kaptopril adalah penghambat ACE yang mengandung sulfhidril yang secara
kompetitif menghambat ACE untuk mencegah konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II, sehingga meningkatkan aktivitas renin plasma dan mengurangi
sekresi aldosteron (Mims,2020)
c. Indikasi (Mims,2020)
- Hipertensi
- Gagal jantung kongestif
- Pasca infark miokard
- Nefropati Diabetes
d. Dosis (Mims,2020)
Dewasa
- Hipertensi
Awal: 25-75 mg / hr dlm 2-3 dosis terbagi. Dosis bersifat individual sesuai
dengan respons klinis dan dapat ditingkatkan setelah setidaknya 2 minggu,
menjadi 100-150 mg setiap hari dalam 2-3 dosis terbagi sesuai kebutuhan
untuk mencapai target TD. Pasien dengan diuretik atau dengan
dekompensasi jantung: Awalnya, 6,25 mg atau 12,5 mg dua kali lipat.
e. Kontraindikasi
Riwayat angioedema terkait pengobatan ACE, edema angioneurotik herediter
atau idiopatik. Penggunaan bersama dengan aliskiren esp pada pasien dengan
diabetes mellitus atau gangguan ginjal (GFR <60 mL / min / 1.73m2) dan
penghambat neprilysin (misalnya sakubitril). Kehamilan. (Mims,2020)
f. Precautions
Pasien dengan deplesi volume dan / atau Na, penyakit kardiovaskular atau
serebrovaskular iskemik, stenosis aorta, stenosis arteri ginjal unilateral /
bilateral tanpa stent, obstruksi saluran hipertrofi dan aliran keluar, penyakit
vaskular kolagen. Pasien yang menjalani operasi besar atau selama anestesi.
Perawatan desensitisasi (misalnya racun hymenoptera). Ras kulit hitam.
Gangguan ginjal. Anak-anak dan orang tua. Laktasi. (Mims,2020)
g. Interaksi
- Obat
Meningkatkan konsentrasi dan toksisitas litium. Peningkatan risiko
leukopenia dengan prokainamid dan imunosupresan. Penurunan klirens
ginjal dengan probenesid. Meningkatkan efek hipotensi dari TCA dan
antipsikotik. Penurunan efek antihipertensi dengan agen simpatomimetik.
Peningkatan efek hipotensi dengan agen penghambat adrenergik dan
NSAID (misalnya indometasin, ibuprofen). Mempotensiasi efek penurun
glukosa darah dari insulin dan antidiabetik oral (misalnya sulfonilurea).
Dapat menyebabkan penurunan volume dan risiko hipotensi dengan tiazid
atau diuretik loop (kecuali furosemid dan hidroklorotiazid). Dapat
meningkatkan serum K dengan diuretik hemat K (misalnya amilorida,
spironolakton, triamteren), pengganti garam atau suplemen yang
mengandung K. Peningkatan risiko fungsi ginjal rendah akibat
peningkatan K serum dengan NSAID. Peningkatan risiko angioedema
dengan penghambat neprilysin dan target mamalia dari penghambat
rapamycin (misalnya temsirolimus, everolimus).

Berpotensi Fatal: Peningkatan risiko hipotensi, hiperkalemia, dan


gangguan fungsi ginjal dengan aliskiren. Peningkatan risiko angioedema
dengan penghambat neprilysin (misalnya sakubitril). Dapat menyebabkan
reaksi anafilaktoid dengan dekstran sulfat dalam apheresis LDL.
- Makanan
Penurunan konsentrasi serum dengan makanan.
a. Efek Samping (Medscape,2020)
> 10%
- Hiperkalemia (1-11%)

1-10%
- Hipersensitivitas rxns (4-7%)
- Ruam kulit (4-7%)
- Dysgeusia (2-4%)
- Hipotensi (1-2,5%)
- Pruritus (2%)
- Batuk (0,5-2%)
- Nyeri dada (1%)
- Palpitasi (1%)
- Proteinuria (1%)
- Takikardia (1%)

Frekuensi Tidak Ditentukan


Henti jantung, Hipotensi ortostatik, Ataksia, Kebingungan
h. Monitoring
Pantau tekanan darah, BUN, kreatinin serum, CBC dengan perbedaan, dan
elektrolit. Pantau tanda-tanda angioedema dan kaji status kehamilan.
(Mims,2020)
i. Aturan minum
Harus diminum saat perut kosong. Ambil 1 jam sebelum atau 2 jam setelah
makan. (MIMS,2020)
j. KIE
- Jangan menggunakan captopril jika Anda memiliki alergi terhadap obat ini
atau obat-obatan golongan ACE inhibitor lainnya, seperti enalapril,
lisinopril, perindopril, ramipril, dan trandolapril.
- Harap berhati-hati menggunakan captopril jika Anda menderita gangguan
ginjal (termasuk yang menjalani cuci darah atau hemodialisis), gangguan
hati, gangguan jantung, dan diabetes.
- Harap berhati-hati menggunakan captopril jika Anda mengalami diare,
penyakit autoimun seperti lupus, skleroderma, dan rheumatoid arthritis,
gangguan jantung dan pembuluh darah, angioedema, sindrom
Marfan, sindrom Sjögren, atau pernah menjalani transplantasi ginjal.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan captopril sebelum
menjalani penanganan medis apapun.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lainnya,
termasuk obat herbal dan suplemen.
- Beri tahu dokter, jika Anda sedang hamil, menyusui, atau sedang
merencakan kehamilan, sebelum mengonsumsi obat ini.
- Captopril dapat menyebabkan pusing, sehingga tidak mengemudi atau
mengoperasikan alat berat saat mengonsumsi obat ini.
- Jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis, segera temui dokter.
B. Gangguan Jantung
1. Aritmia
Aritmia adalah gangguan yang terjadi pada irama jantung. Penderita aritmia bisa
merasakan irama jantungnya terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.
Sebenarnya aritmia normal terjadi pada kondisi jantung yang sehat. Namun bila
terjadi terus menerus atau berulang, aritmia bisa menandakan adanya masalah
pada organ jantung.

Aritmia bisa terjadi tanpa menimbulkan gejala, sehingga kadang tidak disadari
oleh penderitanya. Gejala aritmia yang dapat muncul antara lain:

 Jantung berdetak lebih cepat dari normal (takikardia)


 Jantung berdetak lebih lambat dari normal (bradikardia)
 Pusing
 Pingsan
 Cepat lelah
 Sesak napas
 Nyeri dada

Perlu diketahui, seseorang yang mengalami gejala di atas belum tentu mengalami
aritmia. Oleh karena itu, pemeriksaan oleh dokter diperlukan agar dapat diketahui
apa yang memicu gejala tersebut.
Terapi rekomendasi : Lidocaine
1. Dosis Aritmia

Suntik(darurat)
Dewasa: 300 mg diberikan melalui otot bahu. Dapat diulang setelah 60-90
menit, jika dibutuhkan.

Suntik(stabil)
Dewasa: 1-1,5 mg/kgBB, dapat diulang jika dibutuhkan. Dosis maksimal: 3
mg/kgBB. Dapat diulang satu atau dua kali. Dosis perlu dikurangi jika
penggunaan obat lebih lama dari 24 jam.
2. Inkompatibilitas
Amfoterisin B, Na sulfadiazin, Na metoheksital, Na cefazolin, Na fenitoin,
pantoprazol, metoprolol.
3. Kontraindikasi
Hipovolemia, blok jantung lengkap, sindrom Adam-Stokes, sindrom Wolff-
Parkinson-White. Tidak boleh diterapkan pada kulit yang meradang atau
terluka.
4. Precautions
Pasien dengan defisiensi / pseudocholinesterase, depresi pernapasan. Ggn hati
dan ginjal. Pasien lansia atau lemah. Kehamilan dan menyusui.
5. Reaksi obat yang merugikan
Aritmia, bradikardia, kejang arteri, kolaps CV, edema, kemerahan, blok hert,
hipotensi, penekanan simpul sinus, agitasi, kecemasan, koma, kebingungan,
kantuk, halusinasi, euforia, sakit kepala, hiperesthesia, hipoaestesi, pusing,
lesu, gugup, psikosis , kejang, bicara cadel, tidak sadar, mengantuk, mual,
muntah, rasa logam, tinitus, disorientasi, pusing, paresthesia, depresi
pernapasan, dan kejang. Patch: Memar, depigmentasi, petechiae, iritasi.
Ophth: Hiperemia konjungtiva, perubahan epitel kornea, diplopia, perubahan
visual.
6. Interaksi Obat :
Dapat meningkatkan kadar serum dengan simetidin dan propranolol.
Peningkatan risiko depresi jantung dengan penyekat β dan antiaritmia lainnya.
Efek jantung aditif dg fenitoin IV. Hipokalemia yang disebabkan oleh
acetazolamide, loop diuretics dan thiazides dapat melawan efek lidocaine.
Kebutuhan dosis dpt ditingkatkan dg penggunaan jangka panjang dari fenitoin
dan pemicu enzim lainnya.
7. Mekanisme
Lidocaine adalah anestesi lokal tipe amida. Ini menstabilkan membran saraf
dan menghambat gerakan ion Na, yang diperlukan untuk konduksi impuls. Di
jantung, lidokain mengurangi depolarisasi ventrikel selama diastol dan
otomatisitas dalam sistem His-Purkinje. Durasi potensial aksi dan periode
refraktori efektif juga berkurang..
8. KIE
- Harap hati-hati dalam menggunakan obat ini, bila pernah atau sedang
menderita penyakit jantung seperti gangguan irama jantung, syok
kardiogenik, gagal jantung, Sindrom Wolff-Parkinson-White, sindrom
Stoke-Adams, serta gangguan hati, hipoksia, gangguan pernapasan, syok
hipovolemik, dan defisiensi pseudokolinesterase.
- Pasien yang menerima lidocaine suntik (pembuluh darah) harus melakukan
pemeriksaan ektrokardiografi (EKG) terlebih dahulu.
- Penggunaan lidocaine pada pasien lanjut usia harus dengan anjuran dan
pengawasan dokter.
- Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
- Dapat menyebabkan hilangnya sensasi dan aktivitas motorik sementara

2. Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi pada endokardium, yaitu lapisan bagian dalam
jantung. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh masuknya bakteri ke aliran darah,
yang kemudian menginfeksi bagian jantung yang rusak. Bila kondisi ini tidak
segera ditangani, endokarditis dapat merusak katup jantung, dan memicu
komplikasi yang berbahaya.
Pada umumnya, endokarditis tergolong jarang, dan tidak menyerang seseorang
dengan jantung yang sehat. Akan tetapi, penyakit ini rentan terjadi pada individu
dengan kondisi tertentu. Misalnya, pada jenis penyakit jantung tertentu, seperti
penderita penyakit jantung bawaan, penderita kardiomiopati, dan seseorang
dengan katup jantung prostetik.

Terapi : Vancomycin
1. Indikasi
Infeksi stafilokokus berat, Infeksi Gram-positif yang rentan, Profilaksis
endokarditis

2. Kontraindikasi
Hipersensitivitas thd vankomisin dan antibiotik glikopeptida lain (misalnya
teicoplanin).

3. Efek Samping
Signifikan: Diare, kemerahan pada tubuh bagian atas (sindrom pria merah
atau leher merah), anafilaksis, reaksi infus (misalnya hipotensi, pembilasan,
urtikaria), tromboflebitis, ekstravasasi, nefrotoksisitas; neutropenia,
superinfeksi bakteri (penggunaan lama). Ototoksisitas jarang terjadi.
Gangguan darah dan sistem limfatik: Jarang, eosinofilia.
Gangguan gastrointestinal: Sakit perut, mual, muntah.
Gangguan umum dan kondisi tempat administrasi: Menggigil, demam obat,
flebitis, nyeri.

Pemeriksaan penunjang: Peningkatan kreatinin serum dan BUN.


Gangguan muskuloskeletal dan jaringan ikat: Kejang otot dada dan otot
punggung.
Gangguan ginjal dan kemih: nefritis interstitial, nekrosis tubular akut.
Gangguan pernapasan, toraks, dan mediastinal: sesak, stridor.
Gangguan kulit dan jaringan subkutan: Eksantema, radang mukosa, ruam,
pruritus.
Gangguan pembuluh darah: Penurunan tekanan darah.
Berpotensi Fatal: Kolitis pseudomembran, reaksi hipersensitivitas.

4. Mekanisme Kerja
Sebagai antibiotik glikopeptida yang mengikat erat bagian D-alanyl-D-alanine
dari prekursor dinding sel, menghalangi polimerisasi glikopeptida yang
menyebabkan penghambatan sintesis dinding sel bakteri. Ini juga merusak
permeabilitas membran sel bakteri dan sintesis RNA.

5. Precaution
Pasien dengan gangguan inflamasi pada mukosa usus, gangguan pendengaran
atau tuli sebelumnya, anuria akut, kerusakan koklea. Gangguan ginjal. Anak-
anak dan orang tua. Kehamilan dan menyusui.

6. Interaksi obat
Peningkatan risiko ototoksisitas dan nefrotoksisitas dengan aminoglikosida,
amfoterisin B, bacitracin, polymyxin B, viomycin, cisplatin, loop diuretik dan
NSAID. Dapat meningkatkan depresi miokard yang diinduksi oleh anestesi,
eritema, pembilasan seperti histamin dan reaksi anafilaktoid. Dapat
memperpanjang dan meningkatkan efek relaksan otot (mis. Succinylcholine,
vecuronium).

7. KIE
- Harap hati-hati dalam menggunakan obat ini, bila pernah atau sedang
menderita penyakit jantung seperti gangguan irama jantung, syok
kardiogenik, gagal jantung, Sindrom Wolff-Parkinson-White, sindrom
Stoke-Adams, serta gangguan hati, hipoksia, gangguan pernapasan, syok
hipovolemik, dan defisiensi pseudokolinesterase.
- Pasien yang menerima lidocaine suntik (pembuluh darah) harus melakukan
pemeriksaan ektrokardiografi (EKG) terlebih dahulu.
- Penggunaan lidocaine pada pasien lanjut usia harus dengan anjuran dan
pengawasan dokter.
- Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
- Dapat menyebabkan hilangnya sensasi dan aktivitas motorik sementara

5. Sebutkan dosis harian vitamin untuk tubuh


A. Vitamin A (Medscape, 2020)
Described as retinol activity equivalent (RAE)
1 RAE = Retinol 1 mcg
- Pria : 900 mcg/day (3000 U/day)
- Wanita : 700 mcg/day (2330 U/day)
- >18 Tahun Hamil : 750-770 mcg/day (2500-2600 U/day)
- >18 Tahun Menyusui : 1300 mcg RAE (4330 U)
Anak-anak
- 0-6 bulan : 400 mcg / hari RAE (1333 U / hari)
- 6-12 bulan : 500 mcg / hari RAE (1666 U / hari)
- 1-3 tahun : 300 mcg / hari RAE (1000 U / hari)
- 3- 8 tahun : 400 mcg / hari RAE (1333 U / hari)
- 8-13 tahun : 600 mcg / hari RAE (2000 U / hari)
- 13-18 tahun : 900 mcg / hari RAE (3000 U / hari)

B. Vitamin B1 (Medscape,2020)
- Pria : 1,2 mg/hari
- Wanita : 1,1 mg/day
- Kehamilan : 1,4 mg/day
- Anak-anak
1. 0-6 bulan : 0,2 mg/day
2. 6-12 bulan : 0,3 mg/day
3. 1-3 tahun : 0,5 mg/day
4. 3- 8 tahun : 0,6 mg/day
5. 8-13 tahun : 0,9 mg/day
6. 13-18 tahun : 1,2 mg/day (Pria), 1 mg/day (Wanita)

C. Vitamin B2
Dewasa : 10 mg per hari selama 10 hari.
D. Vitamin B3
Pria : 16 mg
Wanita : 14 mg

E. Vitamin B6
Pria usia 19-50 : 1,3 mg
Pria usia 51 ke atas : 1,7 mg
Wanita usia 19-50 : 1,3 mg
Wanita usia 51 ke atas : 1,5 mg
F. Vitamin B7
Bayi : 5 mcg per hari
Dewasa : 30 mcg per hari
Wanita menyusui : 35 mcg per hari

G. Vitamin B9
Segala usia : 400 mcg (microgram)
Ibu hamil atau sedang merencanakan kehamilan : 800 mcg
Ibu menyusui : 600 mcg

H. Vitamin B12 (Medscape,2020)


>19 Tahun : 2,4 mcg
Wanita hamil : 2,6 mcg
Wanita menyusui : 2,8 mcg
Suplemen Makanan : 50-6000 mcg/day
Anak-anak
1. 0-6 bulan : 0,4 mcg/day
2. 7-12 bulan : 0,5 mcg/day
3. 1-3 tahun : 0,9 mcg/day
4. 4- 8 tahun : 1,2 mcg/day
5. 9-13 tahun : 1,8 mcg/day
6. >14 tahun : 2,4 mcg/day

I. Vitamin B-Kompleks
Usia 70 ke atas: 1.800 mg
Wanita : 425 mg

J. Vitamin C (Medscape, 2020)


Pria : 90 mg/day
Wanita : 75 mg/day
Wanita Hamil : 85 mg/day. Tidak lebih dari 2000 mg/day
Perawatan : 120 mg/day. Tidak lebih dari 2000 mg/day
Anak-anak
1. 0-6 bulan : 40 mg/day
2. 7-12 bulan : 50 mg/day
3. 1-3 tahun : 15 mg/day
4. 4- 8 tahun : 25 mg/day
5. 8-13 tahun : 45 mg/day
6. 13-18 tahun : Wanita (65 mg/day), Pria (75 mg/day)

K. Vitamin D
19-70 Tahun : 600 IU (15 mcg) / day
Wanita hamil atau menyusui : 600 IU (15 mcg) / day
Anak-anak
1. 0-12 Bulan : 400 IU (10 mcg)
2. 1-18 Tahun : 600 IU (15 mcg)/day
>70 Tahun : 800 IU (20 mcg) / day

L. Vitamin K
Pria : 120 mcg/day
Wanita : 90 mcg/day
Anak-anak
1. 0-6 bulan : 2 mcg/day
2. 7-12 bulan : 2,5 mcg/day
3. 1-3 tahun : 30 mcg/day
4. 4- 8 tahun : 55 mcg/day
5. 9-13 tahun : 60 mcg/day
6. 14-18 tahun : 75 mcg/day

6. Sebutkan 2 (DUA) Vitamin dan suplemen yang beredar di pasaran, disertai penjelasan
kandungan dan khasiatnya
A. Vitamin
- VITAMIN B COMPLEX
Vitamin B Complex merupakan tablet yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan vitamin B kompleks di tubuh. Vitamin B kompleks berperan dalam
proses metabolisme karbohidrat dan protein dalam tubuh dalam menghasilkan
energi.
Komposisi : vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, calcium pethonate,
nicotinamide
- Pharmaton
PHARMATON VIT merupakan kombinasi dari multivitamin, mineral dan ekstrak
gingseng serta diperkaya Selenium yang digunakan untuk untuk membantu
meningkatkan sistem daya tahan tubuh pada masa penyembuhan atau pada saat
sakit.
Mengandung :
Vitamin A 4000 IU, Vitamin B1 2 mg, Vitamin B2 2 mg, Vitamin B6 1 mg,
Vitamin B12 1 mcg, Vitamin C 60 mg, Vitamin D 400 IU, Vitamin E 10 mg.
B. Suplemen
- ASTRIA 4 MG
Astria 4 mg merupakan suplemen yang mengandung zat aktif Asthaxanthin.
Suplemen ini digunaka untuk membantu memelihara kesehatan.
Komposisi : Astaxanthin 4 mg
- AFOLAT 400 MCG TABLET
Afolat merupakan suplemen yang mengandung asam folat. Suplemen ini
digunakan sebagai penunjang untuk ibu hamil, ibu menyusui serta dapat
digunakan sebagai terapi penunjang pada pengobatan anemia megaloblastik.
Komposisi : Asam folat 400 mcg

Anda mungkin juga menyukai