Anda di halaman 1dari 38

KESELAMATAN LABORATORIUM KIMIA

1. Penataan Alat Laboratorium

Penataan (ordering) alat


dimaksudkan adalah proses
pengaturan alat di laboratorium agar
tertata dengan baik. Dalam menata
alat tersebut berkaitan erat dengan
keteraturan dalam penyimpanan
(storing) maupun kemudahan dalam
pemeliharaan (maintenance).
Keteraturan penyimpanan dan
pemeliharaan alat itu, tentu memerlukan cara tertentu agar petugas lab (teknisi dan
juru lab) dengan mudah dan cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan kerja lab,
juga ada kemudahan dalam memelihara kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian
penataan alat laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun secara teratur,
indah dipandang (estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak
terhalangi atau mengganggu peralatan lain, terpelihara identitas dan presisi alat, serta
terkontrol jumlahnya dari kehilangan.
Di laboratorium terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun peralatan.
Beberapa contoh penataan fasilitas umum lab sudah dikemukakan sebelumnya, pada
bagian ini pembahasan akan difokuskan pada penataan alat. Beberapa hal yang harus
menjadi pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya,
diantaranya adalah :

1. Fungsi alat, apakah sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai


penyimpan bahan kimia saja
2. Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian
3. Keperangkatan
4. Nilai/ harga alat
5. Kuantitas alat termasuk kelangkaannya
6. Sifat alat termasuk kepekaan terhadap lingkungan
7. Bahan dasar penyusun alat, dan
8. Bentuk dan ukuran alat
9. Bobot / berat alat

Tabel 1.1 memperlihatkan beberapa contoh fungsi alat ukur dan penyimpanannya.

Penyimpanan /
Nama Alat Gambar Alat Fungsi
Pemeliharaan
Di ruang
timbang
Neraca dengan meja
Analitik beton (meja
Mengukur tidak
Digital massa benda terpengaruh
dan getaran) dan
terhindar suhu
Neraca tinggi
Analitik
Ayun
Nama Alat Gambar Alat Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan /
Nama Alat Gambar Alat Fungsi
Pemeliharaan
Menentukan ruang khusus
posisi atom
FT-NMR dg kondisi
dalam
molekul tertentu

Menentukan
struktur
dan ruang khusus
Raman dinamika
spectrometer senyawa dg kondisi
kompleksCabinet, tertentu
logam kering,
pH transisi elektroda
Mengukur terlindungi
meter
pH larutan dan tidak
Menentukan ruang khusus
digital massa dan kering dari
GCMS larutan dg
KClkondisi
pemisahan
senyawa jenuhtertentu

Menentukan ruang khusus


FTIR vibrasi dg bebas uap
molekul air

Menentukan
logam trace
dari ruang khusus
Analizer lingkungan
Elektrokimia dan dg kondisi
mekanisme tertentu
reaksi
redoks
Menentukan
Student konsentrasi
ruang
Spectro- larutan
instrumen
photometer berdasarkan
serapan
2.Pengadministrasian Zat di laboratorium
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan bahan di laboratorium
secara umum, antara lain:
1. Aman

Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang
mudah dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari
terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan
sehingga fungsinya berkurang.

2. Mudah dicari 

Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu diberi
tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat
(lemari, rak atau laci).

3. Mudah diambil 

Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari,


rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.

3.Pengadministrasian kegiatan laboratorium

Kinerja suatu lembaga biasanya ditentukan oleh frekuensi dan kualitas kegiatan yang
dilakukannya. Kinerja lembaga yang baik tentu sangat ditentukan oleh seberapa jauh
personel yang ada di dalamnya memfungsikan semaksimal mungkin prasarana dan
sarana yang ada. Prestasi personel dan lembaga tersebut dapat dikenal oleh banyak
orang manakala lembaga tersebut mempublikasikan keadaan lembaganya melalui
media informasi. Publikasi tersebut tidak lain merupakan pertanggung jawaban
(akuntabilitas) lembaga itu tehadap publik. Implikasi dari publikasi yang disajikan,
tentunya menuntut adanya data yang tepat sesuai keadaan nyata. Data kegiatan nyata
dapat diungkapkan, manakala kegiatan yang dilakukan terekam/teradministrasi
dengan baik. Oleh karena itu pengadministrasian kegiatan lembaga khususnya
kegiatan laboratorium merupakan salah satu bagian penting dari pengelolaan
lembaga/laboratorium.

Di suatu lembaga mungkin saja hanya memiliki satu laboratorium mungkin juga
lebih. Misalnya dalam sistem persekolahan mungkin terdapat lab kimia, fisika, dan
biologi; pada lembaga lain untuk bidang kimia sendiri tersedia berbagai macam lab
seperti lab kimia dasar, lab kimia anorganik, lab kimia analitik, lab kimia fisika, lab
kimia instrumen, lab kimia oganik, lab biokimia dll. Dengan tidak memandang banyak
dan sedikitnya jumlah lab yang ada disuatu lembaga, maka pengadminstrasian
kegiatan lab merupakan qonditio sin quanon karena diperlukan untuk kepentingan,
kemajuan dan keberlanjutan lembaga itu.

Untuk mengadministrasikan kegiatan laboratorium digunakan informasi tentang


waktu kegiatan, mata kegiatan/ mata pelaajran praktikum, judul kegiatan/praktikum,
pembimbing kegiatan/praktikum, jenis praktikan dan jumlahnya . Data ini sangat
diperlukan untuk melihat efisiensi dan efektifitas penggunaan laboratorium.

4. Bahaya di Laboratorium Kimia


Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dapat

dikategorikan sebagai berikut:

1. Bahan Kimia.

Keracunan zat-zat kimia pada tubuh manusia dapat membahayakan

kelangsungan hidup. Bahan kimia beracun tersebut akan merusak jaringan tubuh

terpenting sehingga menggangu atau bahkan menghentikan fungsinya. Beberapa

jaringan tubuh yang rentan terhadap keracunan diantaranya kulit, susunan syaraf,

sumsum tulang, ginjal, hati, dan alat-alat pencernaan. Jika organ tersebut

terganggu, terjadilah penurunan tingkat kesehatan yang akan membahayakan jiwa

manusia, terutama bila pertolongan terlambat diberikan.

Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah :

Bahan
Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan
Kimia
Senyawa ini beracun dan korosif.
Simpanlah dalam botol berwarna Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit
AgNO3 dan ruang yang gelap serta jauhkan melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan hal
dari bahan-bahan yang mudah yang sama.
terbakar.
Senyawa ini beracun dan bersifat Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit
HCl korosif terutama dengan kepekatan melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan hal
tinggi. yang sama.
Menghirup bahan ini dapat menyebabkan
Senyawa ini mudah terbakar dan
H2S pingsan, gangguan pernafasan, bahkan
beracun
kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, Jangan menghirup uap asam sulfat pekat
higroskopis, bersifat membakar karena dapat menyebabkan kerusakan paru-
bahan organik dan dapat merusak
jaringan tubuh paru, kontak dengan kulit menyebabkan
Gunakan ruang asam untuk proses dermatitis, sedangkan kontak dengan mata
pengenceran dan hidupkan kipas menyebabkan kebutaan.
penghisapnya.
Senyawa ini bersifat higroskopis
NaOH Dapat merusak jaringan tubuh.
dan menyerap gas CO2.
Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi
dapat menyebabkan pembengkakan saluran
Senyawa ini mempunyai bau yang
NH3 pernafasan dan sesak nafas. Terkena amonia
khas.
pada konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30 menit
dapat menyebabkan kebutaan.
Hindarkan kontak dengan kulit. Jangan
HCN Senyawa ini sangat beracun. menghirup gas ini karena dapat menyebabkan
pingsan dan kematian.
Gas/uap maupun larutannya sangat Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan
HF
beracun. saluran pernafasan.
Dapat menyebabkan luka bakar, menghirup
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif.
uapnya dapat menyebabkan kematian.

Bahan-bahan kimia diatas, jika kita amati adalah bahan-bahan kimia yang
umumnya kita gunakan dalam laboratorium. Ternyata bahan-bahan kimia tersebut
menyimpan potensi untuk meracuni tubuh.

Keracunan bahan kimia diatas, dapat terjadi melalui beberapa cara, sesuai
dengan sifatnya. Keracunan dapat terjadi akibat tertelannya bahan kimia dalam
saluran pencernaan. Untuk bahan kimia berupa gas, saluran pernafasan merupakan
jalan masuk utama ke dalam tubuh seseorang. Bahan beracun dapat pula diserap
melalui kulit atau langsung merusak jaringan kulit apabila terjadi persinggungan
dengannya. Selaput lendir (mukosa) mata juga dapat menjadi salah satu tempat
masuknya bahan kimia yang kemudian meracuni jaringan setempat.

2. Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan

kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor

yang harus diperhatikan antara lain:

Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan

melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.

Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar

keamanan dari peralatan.

Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan

untuk menghindari kecelakaan kerja.

Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang

memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air.Begitu

juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan

listrik.

Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak

membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan

tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.

Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun

isolator sebagai pengaman arus listrik.Sifat korosif bahan kimia dapat

menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.

Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak.

Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang

mudah terbakar.
Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada

bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan

mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida

(PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 oC. Karet silikon dapat

digunakan pada suhu –50oC. Batas maksimum pengoperasian alat juga

penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida dapat

digunakan sampai pada suhu 75 oC, sedangkan karet silikon dapat digunakan

sampai pada suhu 150 oC.

3. Radiasi

Radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X -ray difraksi atau radiasi

internal yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam badan

manusia melalui pernafasan, atau serapan melalui kulit. Non-ionisasi radiasi seperti

ultraviolet, infra merah, frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik dan

medan magnet juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber

kecelakaan kerja.

4. Mekanik.

Walaupun industri dan laboratorium modern lebih didominasi oleh peralatan

yang terkontrol oleh komputer, termasuk didalamnya robot pengangkat benda


berat, namun demikian kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik

seperti transportasi bahan baku, penggantian peralatan habis pakai, masih harus

dilakukan secara manual, sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan

kecelakaan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti helmet, sarung tangan,

sepatu, dan lain-lain perlu mendapat-kan perhatian khusus dalam lingkup

pekerjaan ini.

5. Api.

Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam

berbagai variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau

analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau

industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut

organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida,

toluena, heksana, dan lain-lain.

Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi

yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets (MSDS). Dokumen MSDS

memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk

di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan secara

aman. Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau

tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah

meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi

label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan

kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.


Jenis Bahaya Dalam Laboratorium Kimia Berdasarkan Sifatnya

1. Bahaya Bersifat Kimia

Bahaya kimia berhubungan dengan penyimpanan, penanganan dan

pemakaian bahan kimia berbahaya atau B3 di laboratorium. Bahayanya meliputi

terciprat, tumpah, tertelan, terhirup, terhisap, kontak dengan kulit, kontak dengan

mata dan lain-lain.

Daftar bahaya di atas masih bisa dikembangkan, sesuai dengan kondisi

masing-masing laboratorium maupun alat laboratorium di perusahaan. Untuk

mempermudah melakukan identifikasi bahaya, lakukan dengan cara inspeksi

langsung atau field inspection.

2. Bahaya Bersifat Fisik

Listrik

Terpeleset, tersandung dan jatuh

Temperatur ekstrem (panas dan dingin)

Ventilasi yang buruk

Tingkat pencahayaan yang kurang

Radiasi

Getaran mekanis

Kekurangan oksigen

Terkena benda jatuh (contoh: tertimpa silinder gas)

Kelembaban udara
Benda tajam

3. Bahaya Hayati (Biologi)

Bahaya hayati merupakan masalah di laboratorium yang menangani

mikroorganisme atau bahan yang terkontaminasi mikroorganisme. Bahaya-bahaya

inibiasanya muncul di laboratorium penelitian klinis dan penyakit menular,

tetapimungkin juga muncul di laboratorium lain. Penilaian risiko bahan bahaya

hayati perlumempertimbangkan sejumlah faktor, antara lain organisme yang

dimanipulasi,perubahan yang dilakukan terhadap organisme tersebut, dan kegiatan

yang akandilakukan dengan organisme tersebut.

5.Pertolongan Pertama pada Korban dalam Laboratorium Kimia

1. Keracunan melalui Mulut/Pencernaan

Perlakuan yang dapat diberikan kepada korban adalah


dengan memberikan air minum/susu sebanyak 2-4 gelas,
Apabila korban pingsan jangan berikan sesuatu melalui
mulut. Usahakan supaya muntah segera dengan
memasukkan jari tangan ke pangkal lidah atau dengan
memberikan air garam hangat (satu sendok makan garam
dalam satu gelas air hangat). Ulangi sampai pemuntahan
cairan jernih. Pemuntahan jangan dilakukan apabila
tertelan minyak tanah, bensin, asam atau alkali kuat, atau
apabila korban tidak sadar.

Berilah antidote yang cocok, bila tidak diketahui bahan beracunnya, berilah satu
sendok antidote umum dalam segelas air hangat umum. Bubuk antidote umum terbuat
dari dua bagian arang aktif (roti yang gosong), satu bagian magnesium oksida (milk of
magnesia), dan satu bagian asam tannat (teh kering). Jangan berikan minyak atau
alkohol kecuali untuk racun tertentu.
Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan pertama
terhadap korban keracunan bahan kimia :

Jenis Peracun Pertolongan Pertama


Bila tertelan berilah bubur
Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4),
aluminium hidroksida atau
fluoroboric acid, hydrobromic acid 62%, hydrochloric
milk of magnesia diikuti
acid 32%, hydrochloric acid fuming 37%, sulfur
dengan susu atau putih telur
dioksida, dan lain-lain. Bila tertelan berilah bubur
yang dikocok dengan air.
aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti
Jangan diberi dengan karbonat
dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air.
atau soda kue.
Bila tertelan berilah asam
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium asetat encer (1%), cuka (1:4),
hidroksida (NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), asam sitrat (1%), atau air jeruk.
Kalsium oksida (CaO), soda abu, dan lain-lain. Lanjutkan dengan memberi
susu atau putih telur.
Berikan antidote umum, susu,
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain minum air kelapa, norit,
suntikan BAL, atau putih telur.
Minum air kelapa, susu, vegeta,
Pestisida
norit, suntikan PAM
Bila tertelan usahakan
Garam Arsen pemuntahan dan berikan milk
of magnesia.

2. Keracunan melalui Pernafasan

Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran pernafasan, gunakan
masker khusus atau kalau terpaksa sama sekali tidak ada, tahanlah nafas saat memberikan
pertolongan di tempat beracun. Bawalah korban ke tempat yang berudara sesegera
mungkin dan berikan pernafasan buatan secepatnya, apabila korban mengalami kesulitan
bernafas. Lakukan hal tersebut berulang-ulang sampai petugas kesehatan datang.

3. Keracunan melalui Kulit


Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika memungkinkan tentukan lebih
dulu jenis bahan kimia beracun yang masuk dan usahakan agar tidak tersentuh, siramlah
bagian tubuh korban yang terkena bahan racun dengan air bersih paling sedikit 15 menit.
Langkah selanjutnya, lepaskan pakaian yang dikenakan, berikut sepatu, perhiasan dan
benda-benda lain yang terkena racun. Jangan mengoleskan minyak, mentega atau pasta
natrium bikarbonat pada kulit yang terkena racun, kecuali diperintahkan oleh petugas
kesehatan yang hadir di situ.

4. Keracunan melalui Mata

Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di mata, segeralah
melakukan pencucian pada kedua mata korban dengan air bersih dalam jumlah banyak
(disini anda dapat mengunakan air hangat-hangat kuku). Buka kelopak mata atas dan
bawah, tarik bulu matanya supaya kelopak mata tidak menyentuh bola mata. Posisi ini
memungkinkan masuknya air bersih dan dapat mencuci seluruh permukaan bola mata dan
kelopaknya. Teruskan pekerjaan ini sampai paling sedikit 15 menit.

Untuk mencegah terjadinya keracunan selama bekerja di laboratorium, berikut adalah


beberapa hal yang harus diperhatikan penguna :

1. Mempunyai pengetahuan akan bahaya dari setiap bahan kimia sebelum melakukan
analisis.
2. Simpanlah semua bahan kimia pada wadahnya dalam keadaan tertutup dengan label
yang sesuai dan peringatan bahayanya.
3. Jangan menyimpan bahan kimia berbahaya dalam wadah bekas makanan/minuman,
gunakanlah botol reagen.
4. Jangan makan/minum atau merokok di laboratorium.
5. Gunakan lemari asam untuk bahan-bahan yang mudah menguap dan beracun.
6. Gunakan atau pakailah jas laboratorium selama bekerja di laboratorium.
7. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan bila terjadi keracunan bahan kimia di
laboratorium.

B. Toksisitas Bahan Kimia


Toksisitas bahan kimia yaitu akan berdampak pada efek akut dan kronis pada

kehidupan manusia. Berdasarkan pengertiannya bahan kimia beracun (toxic) adalah bahan

kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan

kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak

lewat kulit.

Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar

keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung

mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain.  Tetapi

dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan 

menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam

tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.

Berikut ini dijelaskan simbol-simbol bahaya termasuk notasi bahaya dan huruf kode
(catatan: huruf kode bukan bagian dari simbol bahaya)
a) Explosive (bersifat mudah meledak)

Huruf kode: E
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
„explosive“ dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan,
pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen
atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi
dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan
dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for Explosive Substances
Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah
terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak . Sebagai contoh, asam nitrat dapat
menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter,
etanol, dll. Produksi atau bekerja Inflammable substances (bahan mudah terbakar)
Bahan mudah terbakar terdiri dari sub-kelompok bahan peledak, bahan
pengoksidasi, bahan amat sangat mudah terbakar (extremely flammable substances), dan
bahan sangat mudah terbakar (highly flammable substances). Bahan dapat terbakar
(flammable substances) juga termasuk kategori bahan mudah terbakar (inflammable
substances) tetapi penggunaan simbol bahaya tidak diperlukan untuk bahan-bahan
tersebut.
dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis
maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas
harus dijaga sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun
persediaan/cadangan.Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3
contohnya adalah 2,4,6-trinitro toluena (TNT)

b) Oxidizing (pengoksidasi)

Huruf kode: O

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „oxidizing“ biasanya
tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat
mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam
berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat
pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik.
Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9
Contohnya adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam nitrat pekat

c) Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)


Huruf kode:F+

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „extremely


flammable “ merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0o C) dan
titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC). Bahan amat sangat mudah
terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah
meledak di bawah kondisi normal.
Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar : R12
Contohnya adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas)

d) Highly flammable (sangat mudah terbakar)

Huruf kode: F

Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah
subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka
mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21oC). Beberapa bahan sangat mudah terbakar
menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban.
Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan
pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai ‘highly flammable’
Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar : R11
Contohnya adalah aseton dan logam natrium, yang sering digunakan di laboratorium
sebagai solven dan agen pengering.
e) Very toxic (sangat beracun)

Huruf kode: T+

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very toxic’ dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion),
atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan sangat beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) ≤ 25 mg/kg berat badan

LD50 dermal (tikus atau kelinci) ≤ 50 mg/kg berat badan

LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu ≤ 0,25 mg/L

LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap ≤ 0,50 mg/L


Frase-R untuk bahan sangat beracun : R26, R27 dan R28
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida,
nitrobenzene dan atripin

f) Harmful (berbahaya)

Huruf kode: Xn
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘harmful’ memiliki resiko
merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion),
atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L
Frase-R untuk bahan berbahaya : R20, R21 dan R22
Bahan dan formulasi yang memiliki sifat
Karsinogenik (Frase-R :R45 dan R40)
Mutagenik (Frase-R :R47)
Toksik untuk reproduksi (Frase-R :R46 dan R40) atau
Sifat-sifat merusak secara kronis yang lain (Frase-R:R48)
yang tidak diberi notasi toxic, akan ditandai dengan simbol bahaya ‘harmful substances’
dan kode huruf Xn.

g) Corrosive (korosif)

Huruf kode: C
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika
suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena
karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai
bahan korosif.
Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan R35.
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H 2SO4 maupun
basa seperti larutan NaOH (>2%).

h) Irritant (menyebabkan iritasi)

Huruf kode : Xi

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak korosif tetapi dapat
menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.
Frase-R untuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida dan asam dan
basa encer.

i) Bahan berbahaya bagi lingkungan

Huruf kode: N
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat
menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen
lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan
gangguan ekologi
Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52 dan R53.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda,
tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.

1. Gejala-gejala Keracunan

a. Gejala nonspesifik: Pusing, mual, muntah, gemetar, lemah badan, pandangan

berkunang-kunang, sukar tidur, nafsu makan berkurang, sukar konsentrasi, dan

sebagainya.

b. Gejala spesifik: Sesak nafas, muntah, sakit perut, diare, kejang-kejang, kram perut,

gangguan mental, kelumpuhan, gangguan penglihatan, air liur berlebihan, nyeri otot,

koma, pingsan, dan sebagainya.

2. Bahan kimia beracun:

a. Logam/metaloid

 Pb(PbCO3): Syaraf, ginjal dan darah


 Hg (organik&anorganik): Saraf dan ginjal

 Cadmium: Hati, ginjal dan darah

 Krom: Kanker

 Arsen: Iritasi kanker

 Phospor: Gangguan metabolisme

b. Bahan pelarut

 Hidrokarbon alifatik (bensin, minyak tanah): Pusing, koma

 Hidrocarbon terhalogensisasi(Kloroform, CCl4): Hati dan ginjal

 Alkohol (etanol, methanol): Saraf pusat, leukemia, saluran pencernaan

 Glikol: Ginjal, hati, tumor

c. Gas beracun

 Aspiksian sederhana (N2, argon, helium) : Sesak nafas, kekurangan oksigen

 Aspiksian kimia asam cyanida (HCN), Asam Sulfat (H2SO4),

Karbonmonoksida (CO), Notrogen Oksida (NOx) : Pusing, sesak nafas,

kejang, pingsan.
d. Karsinogenik

 Benzene: Leukemia

 Asbes: Paru-paru

 Bensidin: Kandung kencing

 Krom: Paru-paru

 Naftilamin: Paru-paru

 Vinil klorida: Hati, apru=paru, syaraf pusat, darah

e. Pestisida

 Organoklorin: Pusing, kejang, hilang

 Organophosphat: Kesadaran dan

 Karbamat: kematian

3. Zat Kimia Berbahaya dalam Makanan

Ada beberapa zat pewarna dan pengawet yang seharusnya diketahui masyarakat

karena bisa berbahaya bahkan menyebabkan kematian.

a. Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan

kertas. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan dan dalam larutan akan

berwarna merah terang berpendar. Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna

rhodamin B antara lain makanan berwarna merah mencolok dan cenderung berpendar

serta banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen. Segera hindari makanan

dengan ciri tersebut.

b. Pewarna kuning Metanil

Zat pewarna kuning metanil adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri

tekstil dan cat berbentuk serbuk atau padat yang berwarna kuning kecoklatan. Pewarna

kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan.

Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi

pada mata, dan bahaya kanker pada kandung dan saluran kemih.

c. Formalin

Pengawet formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan bau yang sangat

menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya

ditambah metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin digunakan sebagai bahan

perekat untuk kayu lapis dan desinfektan untuk peralatan rumah sakit serta untuk

pengawet mayat.

Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, dan tertelan. Akibat yang

ditimbulkan berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi, dan

bahaya kanker pada manusia. Bila tertelan formalin sebanyak 30 mililiter atau sekitar 2

sendok makan akan menyebabkan kematian.


Jika tertelan maka mulut, perut, tenggorokan akan terasa terbakar, sakit menelan,

muntah, mual, dan diare. Tidak jarang juga menyebabkan pendarahan. Dapat mengkibatkan

kerusakan hati, jantung, otak, limpa, sistem syaraf pusat dan ginjal.

C.Alat Pelindung Diri

1.Alat Pelindung Diri (APD) adalah


kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati
oleh pemerintah melalui Departement Tenaga
Kerja Republik Indonesia.

Menurut OSHA atau Occupational


Safety and Health Administration, pesonal
protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang
digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya
kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi,
fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung
diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan
untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan
melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak
dikurangi.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia
adalah sebagai berikut:
1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.
2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.
3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan pekerja.
4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan instruksi kerja
atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap bahaya.
5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya dengan
menggunakan alat pelindung diri.

2.Adapun bentuk dari alat tersebut adalah :

 Safety Helmet

Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai


kepala secara langsung.

 Tali Keselamatan (safety belt)

Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan


alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa
(mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain)

 Sepatu Karet (sepatu boot)


Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat,
benda panas, cairan kimia, dsb.

 Sarung Tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di


tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.
Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi
masing-masing pekerjaan.

 Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)

Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di


tempat yang bising.

 Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)

Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya


mengelas).

 Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas
udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

3.Jenis-jenis Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena
resiko dari bahaya.

Mata
Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder, proyektil, gas,
uap dan radiasi.
APD: safety spectacles, goggle, faceshield, welding shield.

Telinga
Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
APD: ear plug, ear muff, canal caps.

Kepala
Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda
berputar.
APD: helmet, bump caps.

Pernapasan
Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
APD: respirator, breathing apparatus

Tubuh
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair,
semburan dari tekanan yang bocor, penetrasi benda tajam, dust terkontaminasi.
APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit, jacket.

Tangan dan Lengan


Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan listrik,
bahan kimia, infeksi kulit.
APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.

Kaki
Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia
dan logam cair, aberasi.
APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.

Perlindungan diri terhadap bahaya kesehatan dari keracunan bahan-bahan kimia di


Indonesia, sangat rendah sekali. Hal ini dimungkinkan karena laboratorium-laboratorium
kimia di Indonesia sering mengabaikan standar minimal operasional terutama dalam
ketidaksediaan lemari asam. Hal ini juga diperparah oleh para pengunanya yang lalai
terhadap perlindungan diri. Banyak terjadi kasus keracunan bahan kimia yang disebabkan
oleh kecerobohan dan ketidaktahuan para penguna mengenai potensi bahaya dari suatu
bahan kimia.

Selanjutnya, sebelum memutuskan jenis alat pelindung diri yang harus kita gunakan,
lakukan terlebih dahulu hazard identification (identifikasi bahaya) dan risk assessment atau
penilaian resiko dari suatu pekerjaan, proses atau aktifitas. Tinjau ulang setiap aspek dari
pekerjaan, agar potensi bahaya bisa kita identifikasi. Jangan memutuskan hanya
berdasarkan perkiraan.
D. Penyimpanan Bahan Kimia

1.Mengelompokkan bahan kimia berbahaya:

Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di


dalam penyimpanannya mutlak diperlukan,
sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di
manfaatkan sebaik-baiknya dan aman. 
Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan
yang disimpan akan mengandung bahaya seperti
kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari
pengaruh tersebut.

Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam
kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya.  Bahan beracun
harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari
bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan
satu sama lainnya.

Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat
penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung
dan jauh dari sumber panas.

2.      Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi
dahsyat dengan uap air.  Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan
peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia.  Bahan ini harus disimpan dalam
ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya
pengumpulan uap.  Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam
keadaan tertutup dan dipasang label.  Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus
dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.

Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang
tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk
tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik.  Pada tempat penyimpanan harus tersedia
pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut.

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)

Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan


bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya
dalam keadaan bubuk halus.  Api dari bahan padat
berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan
menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. 
Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :

a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada
waktu ada uap dari bahan bakar dan udara

b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap
akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api

c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya

d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah
menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang
lambat laun menjadi panas

e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai

f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan

g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok

h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi
asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive

Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat


penyimpanan harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang
tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. 
Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya
terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang
baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan.  Untuk
penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau
penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan.  Penyimpanan tidak boleh
dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang
dapat terbakar, api terbuka atau nyala api.  Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari
rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan
perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi
meskipun dalam keadaan tidak ada udara.  Beberapa bahan oksidator memerlukan panas
sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam
jumlah yang banyak pada suhu kamar.  Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan
agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api.  Bahan ini
harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki
titik api rendah.

Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan


kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan
oksidator menyediakan oksigen sendiri.

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)

Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun
mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala.  Karena banyak dari bahan ini yang
mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah
yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan
sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)


Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan
gas-gas yang mudah menyala.  Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan
agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara
berkala.  Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan
menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat
dari kayu yang berventilasi.  Jika konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat
atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan
diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan.  Ruang
penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran
pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya.  Gedung penyimpanan harus
tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran,
misalnya dengan memasang sprinkler.

9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)[11]

Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek
somatik dapat akut atau kronis.  Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai
5000[Rad] yang dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas
trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis
yang rendah.  Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada
keturunan.  Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang
mengandung radioaktif.  Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki instalasi
fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan teknis
yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN.  Penyimpanannya harus ditempat yang
memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain
yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti
ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara. 
Peraturan perundangan mengenai bahan radioaktif diantaranya :

 Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom


 Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap
radiasi

 Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan
atau Sumber Radiasi lainnya

 Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif

Cara menyimpan bahan laboratorium dengan memperhatikan kaidah penyimpanan,. Sifat


masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti:

1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya


disimpan dalam botol plastik.
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik
sebaiknya disimpan dalam botol kaca.

3. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan


matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam
lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari
secara langsung dalam disimpan dalam botol berwarna bening.

4. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.

5. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat
pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya
secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum
disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk
menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum
mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.
6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


(K3)

Disusun oleh:

Sri Indriati

Jurusan Teknik Kimia


Politeknik Negeri Ujung Pandang
Makassar
2011

Anda mungkin juga menyukai