Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BAHAN PERKERASAN JALAN


KELAS E
Dosen Pengampu : Ir. Danny Setiawan, S.T., M.Sc

Disusun Oleh :

ANGGA SAPUTRA
5180811180

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aspal merupakan bahan utama dalam perkerasan jalan. Aspal memiliki
beberapa jenis, yaitu aspal alam, aspal keras, aspal cair, dan aspal modifikasi.
Aspal memiliki sifat viskoelastis yaitu sifat untuk mencair pada suhu tinggi dan
memadat pada suhu rendah. Sifat yang dimiliki aspal tersebut merupakan hal
utama yang menjadikan aspal sebagai bahan utama dalam perkerasan jalan karena
dapat mengikat bahan-bahan pencampur perkerasan jalan. Perkerasan jalan yang
baik adalah perkerasan jalan yang mampu menahan beban lalu lintas. Perkerasan
jalan yang digunakan di Indonesia terdiri dari beberapa jenis. Perkerasan jalan
yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah lapisan aspal beton atau Laston
(AC/Asphalt Concrete). Lapisan aspal beton banyak digunakan karena jenis
perkerasan ini memiliki nilai stabilitas dan fleksibilitas yang baik.
Agregat kasar, agregat halus, agregat sedang, bahan pengisi (filler),dan
aspal merupakan bahan-bahan pencampur lapisan aspal beton. Bahan-bahan
pencampur ini harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan persyaratan yang
sudah ada agar perkerasan jalan aspal beton memiliki stabilitas dan fleksibilitas
yang baik. Bahan pengisi (filler) dalam campuran aspal beton adalah bahan yang
lolos saringan No.200 (0,075 mm). Macam bahan pengisi yang dapat digunakan
ialah abu batu, kapur padam, portland cement (PC), debu dolomite, abu terbang,
debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak plastis lainnya. Bahan
pengisi bertujuan untuk meningkatkan kekentalan bahan bitumen dan untuk
mengurangi sifat rentan terhadap temperatur. Kadar bahan pengisi (filler) pada
campuran beraspal sangat memperngaruhi sifat campuran beraspal tersebut, jika
terlalu banyak kadar bahan pengisi maka campuran tersebut akan menjadi kaku
dan mudah retak. Namun sebaliknya apabila kadar bahan pengisi pada campuran
terlalu sedikit maka akan membuat campuran tersebut menjadi sangat lentur dan
mudah terdeformasi oleh beban lalu lintas sehingga jalan tersebut akan
bergelombang. Pada penelitian ini
kadar bahan pengisi (filler) sebesar 4% dari berat total campuran. Jenis bahan
pengisi yang digunakan pada penelitian ini adalah semen portland tipe I.
Pada dasarnya terdapat 2 jenis perkerasan jalan, yakni perkerasan kaku
(rigid pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement). Dalam hal ini penulis
akan membahas tentang perkerasan lentur (flexible pavement). Perkerasan lentur
merupakan perkerasan jalan yang terdiri dari agregat kasar dan agregat halus yang
direkatkan dengan aspal. Seiring berkembangnya dunia konstruksi jalan,
campuran dari perkerasan jalan tersebut dapat ditambahkan suatu zat aditif untuk
meningkatkan kualitas dari campuran perkerasan jalan tersebut. Perkerasan lentur
juga memiliki lapisan-lapisan penyusun yang memiliki peran sendiri dalam 2
menopang beban kendaraan diatasnya sehingga dibutuhkan stabilitas dan
durabilitas dari campuran perkerasan jalan tersebut. Terdapat berbagai macam
aspek penilaian kualitas dari perkerasan aspal, yakni stabilitas, kelelehan, VIM,
VFA, dan density. Aspek-aspek penilaian tersebut memiliki batasan syarat yang
harus dipenuhi oleh campuran perkerasan jalan tersebut. Selain itu campuran
perkerasan lentur juga harus memiliki durabilitas campuran terhadap berbagai
faktor seperti keadaan iklim lingkungan, cuaca, suhu lokasi dan berbagai macam
faktor lain yang dapat merusak ketahanan dari campuran perkerasan itu sendiri
sehingga dapat menjadi perkerasan lentur yang baik dan memadai. Seiring
berkembangnya jaman, terdapat berbagai penelitian yang mengembangkan
inovasi dalam pencampuran perkerasan jalan untuk meningkatkan kualitas dari
campuran perkerasan. Salah satunya adalah aspal polimer, yakni aspal modifikasi
yang memiliki ketahanan, daya lekat dan fleksibilitas yang lebih dibanding aspal
biasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan ketahanan aspal yang baik
dalam perkerasan jalan. Selain itu, penambahan zat aditif, penggantian jenis
agregat, dan pemakaian filler merupakan berbagai macam cara untuk
meningkatkan kualitas campuran perkerasan agar yang lebih baik. Filler
merupakan bahan tambah dengan ukuran butiran yang sangat kecil (lolos saringan
nomor 200) yang digunakan untuk mengisi rongga-rongga udara pada campuran
yang mungkin dapat terbentuk karena proses pemampatan campuran atau gradasi
ukuran agregat yang kurang baik.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Aspal


Istilah aspal berasal dari bahasa Yunani kuno asphaltos, kemudian bangsa
Romawimengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke dalam bahasa Inggris
menjadi asphalt dankita menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi aspal.
Sejarah penggunaan aspal telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi
oleh bangsa Sumeria dan Mesopotamia.Mereka menggunakan aspal (bitumen)
sebagai lapis pengedap untuk bak mandi maupun kolam-kolam air di istana
Sejarah penggunaan aspal untuk pembuatan jalan di abad modern dapat
ditelusurkembali pada masa abad ke 18. Seorang insinyur Inggris yang bernama
John Metcalf (lahir1717) harus membangun jaringan jalan di Yorkshire dengan
total panjang hampir 300 km. Jalan dibuat dengan batuan berukuran besar
diletakkan di bawah sebagai pondasi yang kuat, kemudian di atasnya diberi batu
galian, lalu kerikil sebagai lapis penutup. KemudianThomas Telford membangun
jaringan jalan di Skotlandia pada tahun1803-1821 sepanjang hamper 1.500 km.
Telford menyempurnakan metode pembuatan jalan Metcalf dengan mengganti
batu galian dengan batu pecah. Ketebalan lapisan batu pecah jugasudah dihitung
berdasar karakter lalu lintas yang akan melintasi.
Baru pada tahun 1870 campuran aspal digunakan untuk pembangunan
jalan, yang dilakukan oleh seorang ahli kimia Belgia, yang bernama Edmund
J.DeSmedt, ketikamembangun jalan di depan balai kota Newark,New Jersey,
USA. Campuran yang digunakanadalah pasir dan aspal alam dari Trinidad.Hasil
yang memuaskan membuat para kontraktor pembangun jalan segera
memanfaatkan aspal sebagai bahan konstruksi pada proyek-proyek pembangunan
jalan yang dikerjakan.

2.2 Pengertian Aspal


Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitamkecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut
bitumenmerupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan
sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam
(aspal buton} atau aspalminyak (aspal yang berasal dari minyak bumi).
Berdasarkan konsistensinya, aspal dapatdiklasifikasikan menjadi aspal padat, dan
aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbondengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai
bahan pengikatdalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan
bersifat padat padasuhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan
bahan yang sangatkompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik.
Kandungan utama aspaladalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan
aromatic yang mempunyai atomkarbon sampai 150 per molekul.
Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah
nitrogen,oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya
80% massa aspaladalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen
dan nitrogen, sertasejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini
sering dikelaskan atasaspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang
massa molekulnya besar).Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten.
Sebagian besar senyawa di aspaladalah senyawa polar.

Untuk mendapatkan mutu aspalyang baik, dalam proses perencanaan


campuran harus memperhatikan karakteristik campuran aspal , yang meliputi:
1. Stabilitas
aspal dimaksudkan agar perkerasan mampu mendukung beban lalu
lintastanpa mengalami perubahan bentuk. Stabilitas campuran diperoleh
dari gayagesekanantar partikel (internal friction), gaya penguncian
(interlocking), dan gaya adhesi yang baik antara batuan dan aspal.
Gaya- gaya tersebut dipengaruhi oleh kekerasan.

2. Durabilitas
Aspal dimaksudkan agar perkerasan mempunyai daya tahan terhadap
cuaca dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang
mendukung Durabilitas meliputikadar aspal yang tinggi, gradasi yang
rapat, dan tingkat kepadatan yang sempurna.
3. Fleksibilitas
Fleksibilitas aspaldimaksudkan agar perkerasan mampu menanggulangi
lendutanakibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa mengalami
perubahan bentuk. Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai dengan
menggunakan gradasi yangrelatif terbuka dan penambahan kadar aspal
tertentu sehingga dapat menambahketahanan terhadap pembebanan.

2.3 Aspal Modifikasi


Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan
tambah.Polymer hádala jenis bahan tambah yang sering di gunakan saat ini,
sehinga aspalmodifikasi sering disebut juga aspal polymer.
Antara lain berdasarkan sifatnya, ada dua jenis bahan polymer yang
biasanyadigunakan untuk tujuan ini, yaitu:

 Aspal Polymer Elastomer dan karet adalahjenis –jenis polyer elastomer


yangSBS (Styrene Butadine Sterene), SBR (Styrene Butadine Rubber),
SIS (StyreneIsoprene Styrene), dan karet adalahjenis polymer elastoner
yang biasanyadigunakan sebagai bahan pencampur aspal keras.
Penambahanpolymer jenis inidimaksudkan untuk memperbaiki sifat
rheologi aspal, antara lain penetrasi,kekentalan, titik lembek dan elastisitas
aspal keras. Campuran beraspal yangdibuat dengan aspal polymer
elastomer akan memiliki tingkat elastisitas yanglebih tinggi dari campuran
beraspal yang dibuat dengan aspal keras.
 Aspal Polymer Plastomer Seperti halnya dengan aspal polymer elastomer,
penambahan bahan polymer plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan
untuk meningkatkan sifat rheologi baik pada aspal keras dan sifat
sifakcampuran beraspal. Jenis polymer plastomer yang telah banyak
digunakan antara lain adalah EVA ( EthyleneVinyle Acetate),
Polypropilene, dan Polyethilene. Presentase penambahan polymer ini
kedalam aspal keras juga harus ditentukan berdasarkan
pengujianlabolatorium, karena penambahan bahan tambah sampai dengan
batas tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal.
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Penggunaan Aspal Modifikasi


Aspal modifikasi mulai diperkenalkan diluar negeri lebih dari 15 tahun
lalu (Caribit, Cariphalt, Mexphalt, Superphalt dsb) dengan maksud :mencegah
retak pada waktu musim dingin, mencegah deformasi plastis pada beban berat di
musim panas, dan diharapkan akan lebih awet terhadap oksidasi terik matahari. Di
Indonesia diperkenalkan pada rahun 1995 (KRTJ di Padang) oleh Shell, dan
produksi lokal digelar tahun 1996 di Jalan Tol Simatupang berupa lapis tipis
diatas perkerasan beton semen dengan hasil mencapai umur lebih dari 12 tahun
(aspal + latex + selulosa). Aspal modifikasi yang sama digunakan untuk melapis
sirkuit Sentul, leleh pada waktu dipakai balap motor GP 500 (1997) dengan
temperatur lapangan 73^ C, terpaksa disiram dengan air sebelum lomba dibuka
lagi Ditetapkan sebagai spesifikasi Binamarga pada tahun 2003, dibawa sebagai
bahan presentasi pada Seminar “Bitumen in Asia 2003” di Singapura, muncul
sebagai satu satunya spesifikasi ilmiah untuk aspal modifikasi disbanding
produsen lain dari negara negara lain yang masih bersifat spesifikasi “resep”

3.2 Jenis-Jenis Aspal Modifikasi


a. Aspal Polymer Elastomer dan karet adalah jenis – jenis polyer elastomer
yang SBS (Styrene Butadine Sterene), SBR (Styrene Butadine Rubber),
SIS (Styrene Isoprene Styrene), dan karet hádala jenis polymer elastoner
yang biasanya digunakan sebagai bahan pencampur aspal keras.
Penambahanpolymer jenis ini dimaksudkan untuk memperbaiki sifat
rheologi aspal, antara lain penetrasi, kekentalan, titik lembek dan
elastisitas aspal keras. Campuran beraspal yang dibuat dengan aspal
polymer elastomer akan memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi dari
campuran beraspal yang dibuat dengan aspal keras. Presentase
penambahan bahan tambah ( additive) pada pembuatan aspal polymer
harus ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium, karena penambahan
bahan tambah
sampai dengan batas tertentu memang dapat memperbaiki sifat-sifat
rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebiha justru
akan memberikan pengaruh yang negatif.
b. Aspal Polymer Plastomer
Seperti halnya dengan aspal polymer elastomer, penambahan bahan
polymer plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan untuk
meningkatkan sifat rheologi baik pada aspal keras dan sifat sifik campuran
beraspal. Jenis polymer plastomer yang telah banyak digunakan antara lain
adalah EVA ( Ethylene Vinyle Acetate), Polypropilene, dan Polyethilene.
Presentase penambahan polymer ini kedalam aspal keras juga harus
ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium, karena penambahan bahan
tambah sampai dengan batas tertentu penambahan ini dapat memperbaiki
sifat-sifat rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebiha
justru akan memberikan pengaruh yang negatif.

3.3 Pengujian-Pengujian yang dilakukan Aspal Modifikasi


a. Aspal
 Titik nyala dan titik bakar aspal
 Penetrasi aspal
 Daktilitas aspal
 Titik lembek aspal
 Berat jenis aspal keras dan ter
 Penurunan berat minyak dan aspal (Thick Film Test)
 Kelekatan aspal terhadap batuan
 Kadar air aspal
 Viskositas aspal
b. Agregat
 Analisa saring agregat halus dan kasar
 Berat jenis dan penyerapan agregat kasar
 Berat jenis dan penyerapan agregat halus
 Kelekatan agregat terhadap aspal
 Keausan agregat dengan mesin los angeles
 Kadar air agregat
 Soundness test
 Impact test
 Kepipihan dan kelonjongan
 Sand equivalen test
c. Perkerasan
 Marshall test
 Berat jenis campuran metode vakum
 Automatic asphalt content test
 Benklement beam test
 Kadar aspal dalam campuran (Ekstraksi)
 Core drilling Horisontal
 Core drilling Vertikal

3.4 Kelemahan dan Kekurangan Aspal Modifikasi

a. Untuk penggunaan pada jalan raya dengan kapasitas berat kendaraan yang
tinggi, maka biaya konstruksi jalan beton lebih mahal dibanding jalan
aspal, namun lebih murah pada masa perawatan. Biaya Pembangunan jalan
beton di Kabupaten Grobogan sepanjang 1 Km dengan lebar badan jalan 4
Meter, full rigid membutuhkan dana sekitar 2,5 Milyar.
b. Kehalusan dan gelombang jalan sangat ditentukan pada saat proses
pengecoran sehingga diperlukan pengawasan yang ketat.
c. Proses perbaikan jalan dengan cara menumpang pada konstruksi jalan
beton yang lama, sehingga menaikan ketinggian elevasi jalan, sehingga
terkadang elevasi jalan lebih tinggi dibanding rumah disampingnya.
d. Warna beton membuat suasana jalan menjadi keras dan gersang sehingga
menimbulkan efek kehati-hatian bagi pengendara diatasnya.
e. Tidak tahan terhadap genangan air, sehingga memerlukan saluran drainase
yang baik untuk proses pengeringan jalan aspal pasca hujan atau banjir.
f. Pada struktur tanah yang buruk harus dilakukan perbaikan tanah terlebih
dahulu sebelum ditumpangi oleh konstruksi jalan aspal.
g. Pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan alat berat serta dapat
diproduksi secara masal;
h. Pemeliharaannya mudah dan dapat dipasang kembali setelah dibongkar;
i. Tahan terhadap beban statis, dinamik dan kejut dan tahan terhadap
tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin kendaraan.
j. Dengan penggunaan paving block, maka diharapkan akan mampu
meresapkan air, terutama paving berumput dapat menjadi solusi untuk
mengatasi genangan. Selain bisa menjaga lingkungan, digunakannya
paving berumput juga mempercantik lingkungan. Karena itu sejumlah
kalangan memberikan saran pemanfaatan paving berumput.
k. Direkomendasikan untuk digunakan di jalan lingkungan perumahan.

3.5 Metode Design Mix Formula Untuk Aspal Modifikasi

a. Penentuan Komposisi Agregat Dalam Campuran


Dari hasil pemeriksaan gradasi/analisa saringan agregat dibuat grafik
yang didasarkan pada persen lolos untuk masing-masing nomor
saringan yang digunakan. Selanjutnya untuk mendapatkan prosentase
masing- masing fraksi agregat (chipping, pasir dan abu batu) dalam
campuran dipakai Metode Grafis Diagonal, dimana prosedurnya
sebagai berikut :
 Diketahui gradasi ideal yang akan digunakan dari persyaratan
gradasi yang ditentukan.
 Digambar empat persegi panjang dengan ukuran (10 x 20) cm.
 Dibuat garis diagonal dari ujung kiri bawah keujung kanan atas.
 Sisi vertikal menyatakan persen lolos saringan dengan skala 0
dibawah dan 100 diatas.
 Dengan melihat spefikasi ideal, tiap-tiap nilai ideal tersebut
diletakkan pada garis diagonal berupa titik.
 Dari tiap titik pada diagonal ditarik garis vertikal untuk
menempatkan nomor-nomor saringan.
 Digambar grafik gradasi dari masing-masing fraksi yang akan
dicampur.
 Untuk menentukan prosentase agregat kasar, dilihat dari jarak
antara grafik gradasi kasar terhadap tepi bawah dan jarak grafik
sedang terhadap tepi atas yang harus sama, pada suatu garis lurus.
 Pada garis tersebut, ditarik garis vertikal yang memotong garis
diagonal. Kemudian dari titik potong ini ditarik garis horisontal
yang memotong garis tepi, sehingga didapat prosentase agregat
kasar yang diperlukan.
 langkah 8 dan 9 diulangi untuk mendapatkan prosentase agregat
halus dan bahan pengisi.
b. Penentuan Berat Aspal Dalam Campuran
Setelah ditentukan kadar aspal yang akan digunakan dalam campuran,
maka berat aspal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Berat aspal (gram) = A x B
Dimana :
A = Kadar aspal ( % )
B = Kapasitas mould (gram)
C. Penentuan Berat Jenis dan Penyerapan Campuran
Setelah diperoleh hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat
dan berat jenis aspal, maka berat jenis dan penyerapan dari total
agregat/campuran serta penyerapan aspal dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Berat jenis bulk (Gsb) = P1 + P2 + Pn
(bulk spesific gravity) (P1/G1) (P2/G2) + (Pn/Gn)
Berat jenis semu (Gsa) = P1 + P2 + Pn
(apparent specific gravity) (P1/A1) (P2/A2) + (Pn/An)
Berat jenis efektif (Gse) = Gsb + Gsa
(effective specific gravity) 2
Penyerapan aspal (Pba) = Gse - Gsb x Ga x 100%
Gse x Gsb
dimana :
Gsb = berat jenis bulk
Gsa = berat jenis semu/apparent
Gse = berat jenis efektif
Pba = penyerapan aspal
Ga = berat jenis aspal
P1, P2,. . ., Pn = persentase berat dari komponen agregat 1,
2,...n G1,G2,..,Gn = berat jenis bulk dari masing-masing agregat
A1, A2,,An = berat jenis apparent dari masing-masing agregat
c. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah chipping, pasir, abu batu, dan aspal yang
telah diperiksa dan memenuhi persyaratan spesifikasi.
Peralatan yang digunakan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan dan pengetesan rancangan
campuran adalah :
 Cetakan benda uji yang berdiameter 10,16 cm (4“) dengan
tinggi 7,62 mm (3”) yang dilengkapi dengan pelat alas dan
leher sambung
 Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk yang rata
berbentuk silinder, dengan tinggi jatuh bebas 45,75 cm (18”)
dan berat 4,536 kg
 Alat pengeluar benda uji yang telah dipadatkan yaitu sebuah
alat ejector
 Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenisnya)
berukuran kira-kira 20 x 20 x 45 cm3(8”x8”x8”) yang dilapisi
dengan pelat baja berukuran 30 x 30 x 2,5 cm3 (12” x 12” x 1”)
dan diikat pada lantai beton dengan empat bagian siku
 Silinder cetakan benda uji
 Peralatan Marshall test, dilengkapi dengan :
 Kepala penekan berbentuk lengkung
 Cincin penguji yang berkapasitas 3000 kg dilengkapi arloji
tekan dengan perlengkapannya
 Arloji kelelahan dengan perlengkapannya
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (200 ± 3) °C
 Bak perendam (water bath), dilengkapi dengan pengatur suhu
minimum 20 °C
 Perlengkapan bantu lainnya, antara lain :
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
b. Pengukur suhu dari logam berkapasitas 250°C dan 100°C
dengan ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas
a. Kompor
b. Sendok pengaduk
c. Sarung asbes dan karet
d.Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji
berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan
berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram
e. Corong yang terbuat dari aluminium spatula
f. Satu set saringan terdiri dari ukuran : ¾, ½, 3/8, No.4, No.8,
No.30, No.50, No.100 dan No.200, serta PAN.

3.6 Contoh Penerapan Penggunaan Aspal Modifikasi Pada Perkerasan


Pemakaian aspal untuk perkerasan jalan dilakukan dengan memenuhi
persyaratan untuk kekuatan structural, drainase permukaan dan gesekan
permukaan. Tujuan utama dari campuran aspal ini adalah penyediaan kekuatan
structural agar penyebaran beban dapat merata di seluruh lapisan jalan. Beban
yang terlibat adalah beban dinamis atau statis, yang diteruskan ke subbase dasar
melalui jalur lapisan agregat. Jalan dengan permukaan aspal berbasis granular
hanya diperuntukkan bagi jalan dengan lalu lintas rendah.
Gambar berikut menunjukkan penampang melintang tipikal perkerasan
lentur. Aplikasinya pada jalan dengan tingkat lalu lintas rendah akan menjadi
cukup ekonomis. Efek rebound dari lapisan atas bitumen membantu dalam
ketahanan terhadap efek dinamis yang tinggi karena lalu lintas yang padat.
Properti rebound tercermin dari kekakuan dan karakteristik fleksibilitas dari
lapisan atas aspal. Ketika dilihat dari bawah ke atas, karakteristik fleksibilitas
akan meningkat. Penelitian telah menunjukkan bahwa karakteristik agregat yang
disebutkan di atas dicapai dengan menggunakan campuran aspal padat pilihan.
Campuran ini harus
menggunakan agregat ukuran maksimum nominal (NMAS), yang harus berkurang
komposisinya dari base course.

Ukuran agregat maksimum nominal (NMAS) = Satu ukuran saringan yang


lebih besar dari saringan pertama — untuk mempertahankan lebih dari 10%
gabungan agregat. Adanya jumlah yang lebih tinggi dari kadar bitumen dalam
lapisan ‘wearing course’, yang membuat lapisan lebih fleksibel. Ini akan
membantu dalam meningkatkan daya tahan.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitamkecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut
bitumenmerupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan
sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam
(aspal buton} atau aspalminyak (aspal yang berasal dari minyak bumi).
Berdasarkan konsistensinya, aspal dapatdiklasifikasikan menjadi aspal padat, dan
aspal cair.
Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan
tambah. Polymer adalah jenis bahan tambah yang sering di gunakan saat ini,
sehinga aspal modifikasi sering disebut juga aspal polymer.
DAFTAR PUSTAKA

Asphalt Institute. 1997. Superpave Performance Graded Asphalt Binder


Specification and Testing. Asphalt Institute, USA.

Direktorat Jenderal Bina Marga. 2010. Rencana Strategis 2010-2014 Direktorat


Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum. Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga. 2010. Spesifikasi Umum Dokumen Pelelangan


Nasional Penyediaan Pekerjaan Konstruksi (Pemborongan) Untuk Kontrak
Harga Satuan. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Indriyati, E. W. 2012. Kajian Perbaikan Sifat Reologi Visco-Elastic Aspal dengan

Penambahan Asbuton Murni Menggunakan Parameter Complex Shear


Modulus. Institut Teknologi Bandung.

Indriyati, E. W., dan Palupi, K. A. 2015. “Kajian Perbandingan Perbaikan Sifat


Reologi Pada Aspal Modifikasi Asbuton Dan Aspal Modifikasi Serbuk Ban
Bekas”. Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 9, Makassar, 7-8
Oktober 2016, 633- 639.

Kurniadji. 2013. Jurnal, Modifikasi Aspal Keras Standar Dengan Bitumen


Asbuton Hasil Ekstraksi. Puslitbang Jalan dan Jembatan. Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.

Teknologi Aspal dan Penggunaannya dalam Konstruksi Perkerasan Jalan, Ir.


Soehartono, 2010

Modul Pengambilan Contoh dan Pengujian Aspal Keras untuk Pekerjaan


Campuran Beraspal Panas, Balai Bahan dan Perkerasan Jalan, Pusat Litbang
Jalan dan Jembatan, 2012

Anda mungkin juga menyukai