Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GASTROENTERITIS (DIARE)


DI PUSKESMAS DINOYO

Oleh :
Vivian Yessica
P17212205057
Kelompok 5

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020
KONSEP DASAR GASTROENTERITIS (DIARE)

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak daripada
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air tersebut dapat/tanpa
disertai lendir dan darah. Gastroenteritis adalah imflamasi pada lapisan membran
gastrointestinal disebabkan oleh berbagai varian entero pathogen yang luas yaitu
bacteria, virus dan parasit.

B. KLASIFIKASI
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Lama waktu diare:
a) Akut : Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sedangkan
menurut World Gastroenterologi Organisation Global Guidelines (2005),
diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/ lemak dengan lebih
banyak dari normal,berlangsung kurang dari 14 hari.
b) Kronik : Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa kreteria mengenai
batasan kronik pada khasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu 1 bulan
dan 3 bulan,tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih15 hari agar dokter tidak
lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih tepat.
2. Mekanisme patofisilogik:
a) Osmotik : diindikasikan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya
gangguan absorpsi karbohidrat, lemak, atau protein, dan tersering adalah
malabsopsi lemak.
b) Sekretorik : terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan osmotik
intralumen dengan mukosa yang besar sehingga terjadi penarikan cairan dan
elektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar.
3. Berat ringan diare: kecil atau besar
4. Penyebab infeksi atau tidak :
Infektif dan non Infektif : Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi.
Sedangkan diare non infektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyabab pada
khasus tersebut.
5. Penyebab organic atau fungsional : Diare organic adalah bila di temukan penyabab
anatomic, bakteriologik, hormonal atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak
dapat di temukan penyabab organik.

C. ETIOLOGI
1. Diare Akut
- Virus, protozoa; Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica;
- Bakteri : yang memproduksi enterotoksin (S aerus, C perfringens, E coli, V
cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (Shingella,
Salmonella sp, Yersinia), iskemia intestinal, Inflammatory Bowel Diasase
(acute on chronic), colitis radiasi.
2. Diare kronik
Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis
terjadinya :
- Diare osmotic
- Diare sekretorik
- Diare karena gangguan motilitas
- Diare inflamatorik
- Malabsorbsi
- Infeksi kronik

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis dari diare, yaitu :
1. Haus 7. Muka pucat
2. Lidah kering 8. Mual, muntah
3. Turgor kulit menurun 9. Demam
4. Suara serak 10. Nyeri perut/kejang perut
5. Nadi meningkat 11. Mata cekung
6. Keringat dingin
E. PATOFISIOLOGI
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan
masuknya minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan
ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa
dimasak. Penularannya adalah transmisis orang ke orang melalui aerosolisasi
(Norwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau melalui
aktifitas seksual. Faktor penentu terjadinyan diare akut adalah faktor penyebab (agen)
dan faktor pejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan pertahanan tubuh
terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen
saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencakup
lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara
lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut
membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
1. Bakteri noninvansif (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak
merusak mukosa. Toksin menigkatkan kadar siklik AMP di dalam sel,
menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air,
ion karbonat, kation, natrium dan kalium. Bakteri ynag termasuk golongan ini
adalah V. Cholera, Enterotoksigenik E. Coli (ETEC), C. Perfringers, S. Aureus,
dan Vibriononglutinabel.
2. Bakteri enteroinvansifi
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi dan
bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah.
Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvansive E. Coli
(EIEC), S. Paratyphi B. S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela,
Yersinia dan C. Perfringens tipe C.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare
berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tersebut a.l pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit,
leukosit, hitung jenis leukosit), kadar eliktrolit serum,ureum dan kretinin, pemeriksaan
tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi
giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare
karena virus,biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau
limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif
ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia
dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa
adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan
untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri,
adanya telur cacing dan parasit dewasa.

G. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian oralit sebagai pengganti elektrolit yang hilang
2. Penggantian cairan intra vena ( IV bolus 500ml normal salin untuk dewasa, 10-
20ml
3. Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mual muntah.
4. Antibiotik yang diberikan pada pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg.
5. Pemberian metronidazole 250-750mg selama 5-14 kali.
6. Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibiotic
7. Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi
8. Terapi/tindakan penanganan
9. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi
Hal-hal yang harus diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu:
a) Jenis cairan yang hendak digunakan
Cairan ringer laktat merupakan cairan pilihan dengan jumlah kalium yang
rendah bila dibandingkan dengan kalium tinja. Bila tidak ada RL dapat
diberikan NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul
nabik 7,5% 50 ml pada setiap 1 It NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal
yang ringan dapat diberikan cairan oralit yang dapat mencegah dehidrasi
dengan segala akibatnya.

H. KOMPLIKASI
1. Asidosis Metabolik
2. Syok Hipovolumik
3. Kembung (hipokalemia)
4. Kejang (hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia)
5. Kematian
I. PATHWAY
J. F
K. FF
L. F
M. F
N. ,
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai