Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI BERTAHAN HIDUP MASYARAKAT MISKIN

DI PERDESAAN
I Nyoman Ruja*

Abstract
One of the major problems faced by developing country is poverty. The problem of
poverty is not only faced by developing country, but the developed country as well can not be
separated from poverty issue. Poverty is one among serious problems in the process of
national development in Indonesia. The Indonesian government has introduced various
packages and programs which involve a number of national and international poverty experts.
However until now the poverty level is still remains high; the number of poor people by
March 2011 is 30.02 million or 12.9% of the total 237.6 million population of Indonesia
(BPS.2010).
The type of this research is a qualitative research. Qualitative research is often used in
social research as micro level approach. While the micro level approach here is for limited
area with deeper studies (Moleong, 20088). The approach method used in this qualitative
research is Grounded Theory approach.
The result of this study found that among the poor people in the rural area, the use of
leisure time is one of the poor household strategies to meet the primary needs. The increase in
the strengthening of social capital can improve the welfare of poor household in rural areas.
Fatalistic spirit owned by poor household in the rural areas will make it hard to reduce the
poverty level.

Keywords; rural, poverty, society

1. PENDAHULUAN
Isu kemiskinan dari tahun ke tahun selalu menjadi perhatian serius dan menjadi fokus
kajian di kalangan perguruan tinggi, peneliti, dan perumus kebijakan dalam pemerintahan.
Mereka mencoba menganalisis masalah kemiskinan dan berbagai sudut pandang dan
pendekatan yang berbeda, untuk memperoleh pemahaman yang utuh tentang fenomena
kemiskinan yang sampai hari ini terus menghantui banyak bangsa di dunia. Sebagai contoh
terutama negara-negara sedang berkembang di Afrika, Amerika Latin, serta Asia khususnya
Negara Indonesia.
Jumlah penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan menurut data yang
dikeluarkan BPS tahun 2010 adalah 31,02 juta jiwa atau 13,33%. Sebagai bandingan jumlah
penduduk miskin yang ada di indonesia hampir sama dengan jumlah penduduk negara
Canada keseluruhan yaitu 32,8 juta, atau posisinya sedikit di atas jumlah penduduk negara
Malaysia keseluruhan yaitu 28,9 juta (http//politikan.com diakses 9 Maret 2010).
. Penanggulangan kemiskinan merupakan suatu keharusan bagi pemerintah, karena hal
ini sudah menjadi komitmen global sejak dilaksanakan konfrensi tingkat tinggi Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 yang telah menghasilkan deklarasi Millenium
Development Goals (MUGs) untuk mencapai kesejahteraan penduduk tahun 2015. Delapan
butir kesepakatan yang dihasilkan MDGs, memberantas kemiskinan dan kelaparan
merupakan salah satu prioritasnya (Laporan MDGs 2007).

* I Nyoman Ruja - Dosen Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negri Malang

IWNASPIPSI 2013 229


Menurut (BPS. 2008), jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada bulan Maret 2008
masih relatif tinggi yaitu 6,65 juta (18,51 persen) sedangkan pada tahun 2010 penduduk
miskin berjumlah 5,53 Juta Jiwa (15,26 %) dari jumlah penduduk Jawa Timur. Menurut BPS
(2008) jumlah rumahtanggadi Kabupaten Malang sebanyak 661 788 kepala keluarga, tersebar
di' 33 kecamatan. Dan jumlah keluarga tersebut, yang tergolong miskin 269 931 keluarga
(40,79 %), sebanyak 181264 keluarga (27,39 %) adalah termasuk keluarga rentan terhadap
kemiskinan. Sedangkan sisanya 210 593 keluarga (31,82 %) termasuk keluarga mampu.
Sedangkan menurut BPS (2010) jumlah penduduk Kabupaten Malang berjumlah 2 443 609
Juta Ewa. Dan jumlah tersebut, penduduk yang termasuk miskin berjumlah 332 331 juta jiwa
13,60 %.
Dan 33 kecamatan yang ada di Kabupaten Malang, Kecamatan Pakis salah satu
kecamatan yang termasuk jumlah keluarga miskinnya tergolong tinggi. Jarak Kecamatan
Pakis dengan pusat pemerintahan Kabupaten Malang dan pusat pemerintahan Kota Malang
lebih kurang 14 km dan berbatasan dengan Kota Malang. Luas wilayah Kecamatan Pakis 53
2, tanah
216 km2 . Tataguna lahan Kecamatan pakis terdiri dari; tanah sawah 22 535 km
tegalan 17950 km2, permukiman 11422 km2, dan lahan yang tidak terinci penggunaannya (
lahan lain-lain) seluas 1 309 km2.
Menurut BPS (2009), Kecamatan Pakis terdiri dari 15 desa, 62 dusun, 147 rukun
warga (RW), dan 801 rukun tetangga (RT). Jumlah penduduk Kecamatan Pakis akhir tahun
2009 sebanyak 124 469 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki 61 973 jiwa, penduduk
perempuan 62 496 jiwa. Kecamatan Pakis pada tahun 2009 terdiri dari 34 318 keluarga
(KK). Dikaji dari jumlah penduduk yang tergolong miskin, Kecamatan Pakis di Kabupaten
Malang merupakan kecamatan yang, memiliki keluarga tergolong miskin terbanyak 8 439
KK yaitu 33 756 Jiwa (27,10%), keluarga yang tergolong rentan terhadap kemiskinan
sebanyak 18 378 KK atau 67 111 Jiwa (53,9 %), sedangkan keluarga tergolong mampu
sebanyak 7 501 KK atau sebanyak 23 602 Jiwa (19,0 %). Angka-angka tersebut di atas
merupakan fakta bahwa kemiskinan di perdesaan sampai saat ini belum teratasi dengan baik
walaupun sudah banyak program-program yang dicanangkan oleh pemerintah maupun
lembaga-lembaga sosial swasta masyarakat.
Desa Bunut Wetan merupakan salah satu desa dari lima belas desa yang ada di
Kecamatan Pakis. Desa Bunut Wetan adalah salah satu desa yang tergolong memiliki
keluarga miskin terbanyak dibandingkan dengan desa lainnya yang berada di Kecamatan
Pakis. Data BPS (2009) memaparkan bahwa dari 2 684 KK atau 10 376 Jiwa yang ada di
Desa Bunut Wetan, sebanyak 1 012 KK atau 4 048 jiwa (37,70 %) termasuk keluarga
miskin, 1 406 KK atau 5 624 jiwa (52,40 %) termasuk keluarga rentan terhadap kemiskinan,
hanya sebanyak 266 KK atau 1 064 jiwa (9, 90%) termasuk keluarga mampu.
Pada umumnya, kemiskinan terjadi pada wilayah yang secara geografis lokasinya
terpencil. Demikian pula memiliki aksesibilitas yang sulit terjangkau baik secara fisik,
maupun komunikasi. Sedangkan Desa Bunut Wetan, lokasinya secara geografis dekat dengan
pusat pemerintahan (Kabupaten Malang), dan aksesibilitas dari segi fisik dan bukan fisik
tergolong sangat lancar. Tetapi mengapa angka kemiskinannya cukup tinggi? Tidal(
sesuainya antara harapan dan kenyataan yang ada di Desa Bunut Wetan, berkaitan dengan
fenomena kemiskinan merupakan permasalahan yang melatari penelitian ini. Permasalahan
secara rinci sebagaimana dirumuskan pada sub bab rumusan masalah.
Berdasarkan latar belakang spesifik fenomena kemiskinan, kondisi geografis
wilayah, demikian pula dari kajian sosiologi, peneliti memilih Desa Bunut Wetan,
Kecamatan Pakis, Kabupaten Malan&sebagai lokasi penelitian ini. Adapun judul penelitian
ini adalah Strategi Bertahan Hidup Masyarakat Miskin di Perdesaan (Kaftan di Desa Bunut
Wetan, Kecamatan Pais Kabupaten Malang).

230 KO/siASPIPSI 2013


2. TUJUAN PENELITIAN
Mengacu pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka disusun
tujuan penelitian ini adalah untuk;
1) Mendeskripsikan dan menganalisis etos kerja rumahtangga miskin.
2) Mendeskripsikan dan menganalisis apakah rumahtangga miskin memiliki
jaringan sosial,dan menginterpretasikan makna jaringan mereka
3) Mendeskripsikan dan menganalisis keterlibatan rumahtangga miskin dalam
aktivitas sosial, dan menginterpretasikan makna mengikuti aktivitas sosial.
4) Mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana rumahtangga miskin memenuhi
kebutuhan dasar (primer) keluarga sehari-hari.

3. METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Fokus Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sering digunakan
dalam penelitian sosial merupakan pendekatan aras mikro. Pendekatan aras mikro yang
dimaksud yaitu pada wilayah terbatas namun kajiannya secara mendalam (Moleon , 2'108).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah pendekatan unde
Theory.
Sebagaimana Spradley (dalam Sugiyono, 2008) menjelaskan bahwa pada penelitian
kualitatif tujuan membuat fokus penelitian antara lain untuk mempertajam penelitian. Fokus
penelitian merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial.
Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti melakukan grand tour
observation dan grand tour question atau sering juga disebut penjelajahan umum.
Berdas• grand tour observation dalam penelitian ini, fokus elitian yang ditetapkan
adalah; arakteristik htangga miskin di perdesaan. enyz,s kemiskinan
rumah ga di perdesaan. tos kerja rumahtangga miskin di perdesaan. ngan sosial
yang dimiliki oleh rum gga miskin dan makna jaringan sosial I •I t mereka. 5.
Aktivitas sosial pernah diikuti oleh rumahtangga miskin dan makna aktivitas sosial
menurut mereka 6. trategi rumahtangga miskin dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarga.
7. Makna kemis an menurut rumahtangga miskin diperdesaan.

3.2. Penentuan Seting Penelitian dan Situs Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Bunut, Wetan Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
Metode yang digunakan dalam penentuan seting penelitian adalah purposive sampling. Ada
beberapa alasan teoretik metodologis dan empirik mengap. sa Bunut Wetan, Kecamatan
Pakis, Kabupaten Malang dipilih sebagai lokasi penelitia esa Bunut Wetan Kecamatan
Pakis• angka kemiskinan yang relatif tinggi di an • a 33 desa yang ada di Kabupaten
Malang. 2. K nampakan fisik kondisi perumahan rumahtangga miskin di Desa Bunut Wetan
sebagian besr sangat memprihatinkan/tidak layak (dinding dari bar gedeg, lantai dari
tanah, kasrdang ternak menjadi satu dengan bangunan rumah ind esa Bunut Wetan,
Kecamatan Pakis secara geografis merupakan wilayah pertanian y relatif subur. Hal ini
terbukti karena terdapat lahan pertanian sawah dan tegalan yang sepanjang tahun bisa
ditanamilberprodulcsi. Kenyataannya bertolak belakang, yaitu banyak rumahtangga yang
miskirci. 4. Aksesibilitas Desa Bunut Wetan Kecamatan Pakis relatif mudah terjangkau dari
kota Mal g karena dilalui oleh jalur transportasi umum yang menghubungkan Kota Malang
dengan ecamatan Tumpang dan Kecamatan Jabung. Pada umumnya wilayah yang
aksesibilitasnya mudah, akan mempermudah pens ulcnya untuk mengadakan mobilitas
untuk melakukan aktivitas ekonomi sehari-harinya. 5. ak Desa Bunut Wetari dengan pusat-
- pusat kegiatan ekonomi (pasar Kecamatan Pakis) rang lebih 2 km, sedangkan jarak ke

KONASPIPSI 2013 231


pusat aktivitas ekonomi (kota Malang) kurang lebih 12 km. Dengan jarak yang relatif dekat
dengan pusat-pusat kegiatan ekonomi, memungkinkan bagi masyarakat untuk lebih mudah
mendapatkan peluang-peluang dalam aktivitas ekonomi. 6. Alat transportasi yang
menghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi cukup tersedia dan lancar, hal ini
memungkinkan masyarakat untuk melakukan mobilitas sehari-hari dalam usaha aktivitas
sosial, budaya,dan ekonomi.
Penentuan situs penelitian tergantung dari informan pendukung dan informan kunci di
lapangan, maka dari itu situs penelitian diambil dengan menggunakan metode purposive
sampling. Situs dari penelitian ini adalah rumahtanggi miskin yang bertempat tinggal di Desa
Bunut Wetan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Rumahtangga yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah yang terdiri dari suami, istri dan anak atau orang lain yang masih
menjadi tanggungan orang tua yang tinggal dalam satu atap. Penentuan situs penelitian
menggunakan purposive sampling (tergantung dari informan pendukung dan informan
kunci), karena informan pendukung dan informan kunci dianggap paling tau tentang
rumahtangga miskin yang dijadikan situs dalam penelitian ini.
Berkaitan dengan informan dalam penelitian in/ • enelin berpedoman pada Constant
comparative Method. Menurut Straus dan Corbi 007), Sugiyono (2008) Constant
comparative Method adalah membandingkan kode- i• I kategori-kategori, dan konsep yang
muncul dalam setiap tahap analisis data dengan mengacu kepada data secara terus menerus.
Perbandingan semacam ini akan menghasilkan semacam panduan bagi peneliti mengenai data
apa yang masih harus digali selanjutnya sampai nanti tercapai titik jenuh teoretis (
Theoretical saturation).
Titik jenuh teoretis adalah dalam pengambilan data, jika dengan menambah data baru
lagi tidak akan menambah teori atau masukan baru. Terkait dengan titik jenuh teoretis, teknik
pengambilan sampel dalam grounded theory bersifat teoretis atau disebut juga dengan
Theoretical Sampling. Dalam Theoretical Sampling, peneliti tidak boleh menentukan ukuran
dan kreteria sampel secara spesifik. Ukuran dan kreteria spesifik akan muncul dengan
sendirinya pada saat menganalisis data. Tiap tahap analisis data dalam penelitian grounded
theory akan memberikan masukan pada peneliti mengenai data yang masih seharusnya digali
dan jenis/kreteria sampel yang mungkin dapat memberikan data tersebut. Jadi seiring dengan
proses pengolahan data, peneliti akan mengambil sampel yang sesuai dengan petunjuk yang
muncul dari hasil olahan data. Jadi dalam penelitian grounded theory, theoretical sampling
merupakan purposive sampling.

3.3. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data


Bila dilihat dari sumber data dalam penelitian ini, maka pengumpulan data dapat
dilakukan dengan menggunakan sumber primer dan amber sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan sumber
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara; 1) Observasi / pengamatan. 2) Interview/wawancara. 3)
Dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah
analisis data yang dikemukakan oleh Strauss & Corbin (2007), Moleong (2008), yaitu tentang
prosedur dan teknik grounded theory; Open Coding, Axial Coding, Selektive coding, Selektive
coding, Grounding. Secara teoretis langkah-langkah proses analisis data juga terkait dengan
proses pengumpulan ata, maka dari itu pada saat melakukan pengumpulan data peneliti
berusaha mengkonsentrasikan diri dan jeli untuk dapat menemukan berbagai fenomena yang
terkait dengan fokus penelitian.

232 KONASP1PSI 2013


4. HASIL PENELITIAN
4. 1. Etos Kerja Rumahtangga Miskin di Perdesaan
Etos kerja rumahtangga miskin bisa dijelaskan secara dikotomi. Rumahtangga miskin
yang etos kerjanya tinggi, dan juga ada keluarga yang etos kerjanya rendah. Tinggi dan
rendahnya etos kerja keluarga miskin di perdesaan targantung dan pandangan mereka ientang
kondisi rumahtangganya. Jika pandangan mereka tentang kondisi keluarganya negatif seperti
mereka memandang keluarganya serba tidak mampu, serba tidak punya antara lain;
pendidikan rendah, tidak punya modal, tidak punya lahan pertanian, tidak punya ketrampilan
dan seterusnya. Pandangan seperti itu menyebabkan Mangat kerja mereka juga rendah,
mereka bekerja asal bekerja, tidak ada kernauan untuk meningkatkan kualitas kerjanya.
Berbeda dengan keluarga Pak Ra, mereka memiliki etos kerja yang tinggi walaupun
mereka buta huruf demikian juga istrinya. Mereka juga seperti keluarga miskin lainnya yaitu
tidak memiliki lahan pertanian. Lahan pekarangan yang mereka tempati sekarang adalah
pemberian orangtuanya (warisan). Awalnya mereka berkeluarga rumahnya adalah dari gedeg.
Mereka membangun rumah dengan dibantu kerja oleh tetangga dan keluarga-keluarga
terdekat mereka.
Pak Ra pekerjaan utamanya adalah sebagai tukang gali tanah untuk pemasangan kabel
listrik atau pipa air minum, jika pekerjaan menggali tanah sudah selesai mereka bekerja
sebagai buruh tani. Selain itu juga Pak Ra memiliki ketrampilan mencari barang bekas
(pemulung), baik memunggut dan juga membeli jika ada yang menjual. Demikian pula
mereka melakukan pekerjaan mencari umbi tela pohon (pohung) di lahan perkebunan AURI
setelah panen dilakukan (Ngasak pohung). Pohung yang kondisinya masih baik mereka jual,
dan pohung yang kondisinya sudah agak tidak baik mereka bersihkan terus dipotong-pottnig
dan dijemur. Setelah pohung yang dijemur itu kering, terus dijual di tetangganya yang
memelihara itik (bebek). Pohung kering tersebut digunakan sebagai pakan itik.
Kerja keras dan rajin menabung seperti prinsip hidupnya Pak Ra semestinya juga
dimiliki oleh keluarga miskin lainnya, agar mereka bisa keluar dan kemiskinan yang melanda
keluarganya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Max Weber tentang Etika
Protestan kerja keras tanpa pamerih, dan oleh Bellah etika protestan juga diternukan pada
agama Tokugawa di Jepang, teori Harrod-Domar tentang suka menabung untuk persediaan
modal, Teori (n-Ach) McClelland tentang setiap orang hams memiliki semangat baru dalam
pekerjaannya (dalam Sanggar Kanto, 2006).

4. 2. Jaringan Sosial dan Pemaknaannya


Menurut Mitchell (1969:1-2), jaringan sosial merupakan seperangkat hubungan—
hubungan khusus atau spesifik yang terbentuk di antara sekelompok orang, dimana
karakteristik hubungan tersebut dapat digunakan untuk menginterpretasikan motif-motif
perilaku sosial dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Ditemukan bahwa nilai-nilai sosiai seperti kerjasama, saling percaya (trust), maupun
sating menolong terkemas dalam apa yang dimaksud dalam penelitian ini sebagai Jaringan
Sosial. Keluarga miskin memaknai nilai-nilai sosial tersebut sebagai "hidup rukun sating
membantu untuk meringankan kesulitan tetangga, teman, keluarga" Seperti apa yang
diceritakan oleh Pak Man sebagai berikut;
Kulo duwe wit kates setunggal nengarep omah, wohe lumayan katah. Saget dijagak
aken lek mboten duwe duwit damel tumbas sayur, nggih jupuk kates didamel sayur
lodeh utowo diparut masak oseng-oseng. Tiyang-tiyang sering jaluk didamel sayur,
ngoten iku sampun bisa mas... Kulo lek pengen mepes mboten duwe godong nggih
jaluk kalihan tonggo.

KONASPIPSI 2013 233


(Saya punya satu pohon papaya di depan rumah, lumayan buahnya banyak. Bisa dipake
persediaan kalau tidak punya uang untuk membeli sayur, ya ambil buah kates dipakai
sayur lodeh atau diparut terus dimasak oseng-oseng. Orang-orang sering minta buah
kates dipakai sayur, hal seperti itu disini sudah biasa mas.... Saya kalau mau bikin
pepes dan tidak punya daun pisang ya minta dengan tetangga). Sumber; Hasil • •
Wawancara Minggu 20 Februari 2011.
Berbeda dengan cerita Pak Sib mereka mendapatkan pekerjaan borongan untuk
membersihkan tali sandal jepit, bisa dikerjakan di rumah karena memiliki kenalan yang
bekerja di pabrik sandal jepit di Blimbing Malang. Pekerjaan tersebut dikerjakan oleh istrinya
dan anak-anaknya. Alasan mengapa mereka hanya memberikan pekerjaan tersebut pada
keluarga adalah mereka tidak mengetahui kemampuan orang lain untuk mengerjakan. Karena
mereka diserahi tanggung jawab agar hasilnya sesuai dengan permintaan pabrik. Jika ada
kesalahan akan dibebankan pada mereka. Disamping tanggung jawab kualitas mereka juga
bertanggung jawab atas kejujuran pekerja, berkaitan dengan jumlah barang. Jika ada barang
yang hilang maka pak Sib harus menggantinya.
Jadi jaringan sosial terbentuk karena pertetnanan, dan juga karena hubungan keluarga.
Mereka memaknai bahwa hubungan sosial tersebut sangat membantu dalam mencari
pekerjaan untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga setiap harinya. Dengan mendapatkan
pekerjaan seperti itu mereka punya sumber pendapatan yang bisa dijadikan harapan, jika
mereka utang di warung maka mereka sudah pasti akan bisa membayar karena sudah
memiliki sumber pendapatan. Mereka bisa lebih tenang dalam menghadapi hari-hari
berikutnya.

4. 3. Keterlibatan dalam Aktivitas Sosial Budaya dan Pemaknaannya


Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan
sehari-hari. Setiap aktivitas manusia hampir tidak pernah lepas dan unsur sosial budaya.
Sosial mengacu pada hubungan antar individu, antar masyarakat, dan antar individu dengan
masyarakat. Karena itu aspek sosial melekat pada diri individu. Hubungan-hubungan tersebut
terwujud dalam suatu aktivitas yang biasa dilakukan dan memiliki makna tertentu tergantung
dan pemaknaan I asing-masing. Aktivitas sosial buday n sering dilakukan oleh
masyarakat adalah; 1. erja bakti membersihkan lingkungan 2. Coto roy ng jika ada
tetangga atau kel a yang membangun atau memperbat rum ( S an/Soyo). 3.
Membantu keluarga jika punya hajatan sunatan atau pernikahan. Jika membantu itu
perempuan disebut
laki-laki dise *ngan Sinoman/Nyinom. Kalau yang membantu
dengan Biodo enghadiri acara pernikahan atau sunatan dan menyumbang uang disebut
dengan Bowu alam satu kelua a suami memb,tilcan sumbangan sendiri dan istrinya juga
memberikan sumbangan sendiri 5. ahlil kematirdilakukan pada sore hari selama tujuh hari
di rumah yang keluarganya ada ang rneningg4.6. S lametan pada saat malam Jumat Legi.
. . o ada leluhurnya, dan karena rasa syukur
Selametan pada umumnya bertujuan mengrm n
atas suatu keberhasilan.
Semua aktivitas sosial budaya tersebut dilakukan tunm temurun dan dengan rasa ikhlas
(tidak memaksa). Mereka merasakan bahwa aktivitas sosial budaya yang mereka lakukan
merupakan kewajiban sebagai masyarakat, untuk menjaga situasi dan kondisi lingkungan
masyarakat yang guyub rukun. Pak Tim menceritakan tentang aktivitas sosial budaya yang
sering dilakukan sebagai masyarakat Desa Bunut Wetan sebagai berikut;
Biyen waktu kulo mbangun omah, tonggo-tonggo sami ngewangi ngantos
ramping. Kulo mboten tumbas pring, disukani tonggo-tonggo kalihan dulur-
dulur padahal kulo mboten jaluk. Soyo niku sampun dados kewajiban
masyarakat Bunut mriki. Lek sampun ngertos wonten tiyang sing damel griyo

234 KONASPFPSI 2013


utowo cuman dandani, tonggo utowo dulur pasti ngewangi. Soyo niku tujuane
ngeringan aken tonggo utowo dulur, Ian saget guyub rukun.
(Dulu waktu saya membangun rumah, tetangga semua membantu sampai
selesai. Saya tidak membeli bamboo, diberi tetangga dan keluarga pada hal saya
tidak rneminta. Soyo itu sudah menjadi kewajiban rnasyarakat Bunut disini.
Kalau sudah tahu ada orang yang membuat rumah atau memperbaiki rumah
tetangga atau keluarga pasti membantu. Soyo itu tujuannya untuk meringankan
beban tetangga atau keluarga, disamping itu juga untuk terciptanya situasi dan
kondisi yang guyub dan rukun). Sumber; Hasil wawancara hari Minggu 16
Januari 2011.

Pada hari Kzmis 12 mei 2011 peneliti mengikuti tahlil malarn jumat legi, keluarga yang
ikut tahlil membawa makanan sesuai dengan kemampuan mereka. Aktivitas tahlil dipusatkan
dibeberapa rumah keluarga bergantian sesuai dengan kesepakatan. Tahlil yang dilakukan
adalah bertujuan antara lain, sebagai rasa syukur karena sudah diberi rejeki oleh Tuhan,
mendoakan arwah leluhur, mensyukuri karena keberhasilan sesuatu sesuatu dengan cita-cita
mereka.
Makna aktivitas sosial budaya seperti tahlil yang dilakukan setiap Malam Jumat Legi
adalah; Meneruskan budaya para leluhur mereka karena menurut mereka budaya ini bisa
menumbuhkan rasa kebersamaan, guyub rukun dengan tidak memandang status sosial di
antara mereka. Selain itu mereka bersama-sama (berjemaah) melakukan doa bersama, untuk
mendoakan arwah lelehur mereka. Selain itu juga mereka bersama-sama memanjatkan rasa
syukur atas kesehatan dan rejeki yang teiah dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Rasa
syukur tersebut diwujudkan berupa berbagai jenis makanan, yang nantinya setelah acara tahlil
makanan tersebut dibagi rata dengan semua orang yang hadir dalam acara tersebut.

4. 4. Strategi Rumahtangga Miskin di Perdesaan dalam Memenuhi Kebutuhan Primer


Friedman (1979) menjelaskan bahwa kemiskinan adalah persoalan ketidaksamaan
dalam mengakumulasi basis kekuatan sosial. Pemahaman Friedman tentang kemiskinan
menjadikan ekonomi rumah tangga sebagai pusat kekuatan sosial, yang dilihat melalui akses
rumah tangga yang dapat diukur dan dibandingkan. Pada rumah tangga miskin rendahnya
akses mengakibatkan keluarga kekurangan kekuatan sosial untuk memperbaiki kondisi
kehidupan anggotanya. Friedman mengemukakan adanya delapan dasar kekuatan sosial
sebagai sarana dasar yang tersedia dala ekonomi rumah tangga untuk mempertahankan
keberlangsungan rumah tangga, yaitu ; 1. ' uan 'clup, mempertahankan ruang hidup
merupakan dasar wilayah ekonomi ru a angga. rZ aktu luang, merupakan waktu yang
tersisa di luar waktu yang diperlukan untuk m n bah pekerjaan atau penghasilan. 3.
Pengetaytiadan
----• Keterampilan, merupakan tingkat pendidikan dan penguasaan,k-etrampilan
khususitzl. I formasi yang tepat, informasi yang akurat dan fa onal diperlukan eru ma yang
berkait twiengan kemampuan rumah tangga dalam mernenu kebutuhanny 5. rganisasi
sosial, merupakan organisasi formal maupun inform 1' 6. aringan sosial, mah tangga
merupakan jaringan kerja horizOntal yang luas berkait engan kekerabatan atau keluarga,
teman, maupun tetangga 7. /S arana dalam pekerjaan dan lingkungan, rut/m a tangga
merupakan alat produksi, 4ail memberikan Mangat yang kuat untuk produksi 8. Somber
keuangan, rumah tangga menjadi jaringan pendapatan keuangan baik secaraclopmal dan
informal melalui kredit.
Pendapatan yang tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup mendorong
rumahtangga miskin melakukan berbagai cara untuk mempertahankan rumah tangganya.
Menurut James C. Scott (Suyanto, 1996) ada tiga cara yang digunakan rumah tangga untuk

KONASPIPSI 2013 235


mempertahankan rumah tangganya, yaitu : 1. Mengurangi pengeluaran untuk pangan dengan
jalan makan hanya sekali sehari dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah,harganya
lebih murah. 2. Menggunakan altematif subsisten yaitu swadaya yang mencakup kegiatan
seperti berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang, sebagai buruh lepas, atau melakukan
migrasi untuk mencari pekerjaan. Cara ini dapat melibatkan seluruh sumberdaya yang ada di
dalam rumah tangga miskin, terutama istri sebagai pencari naflcah tambahan. 3. Meminta
bantuan dari jaringan sosial seperti sanak saudara, kawan-kawan sedesa, atau memanfaatkan
klien (buruh) merupakan
hubungan dengan pelindungnya (patron), dimana ikatan patron dan
menurut definisinya adalah orang yang
bentuk asuransi dikalangan keluarga miskin. Patron
berada dalam posisi untuk membantu klien-kliennya. Patron dalam kehidupan keluarga
miskin adalah pemilik modal yang dapat membantu kesulitan keuangan yang dihadapi
keluarga miskin.
Dalam rangka menghadapi itu semua, pada dasamya keluarga miskin mempunyai
potensi untuk survive dalam berbagai situasi dan kondisi, karena mereka itu adalah manajer
dengan seperangkat aset yang ada di sekitar diri dan lingkungannya, juga mereka mempunyai
strategi yang cukup handal. Strategi tersebut antara lain : (1) Mengoptimalkan sumberdaya
manusia, (2) Melebihkan jam kerja/rnenambah jam kerja, (3) Memprioritaskan pengeluaran
keluarga, dan (4) Mengoptimalkan jaringan sosial yang dimiliki.
Kehidupan kesehariannya pak Jan dengan istrinya memiliki pekerjaan pokok sebagai
buruh tani, sedangkan pekerjaan sampingan pak Jan adalah memelihara sapi, kambing, dan
ayam bangkok. Sapi dan kambing yang mereka pelihara adalah punya orang lain (ngerumat),
mereka mendapat keuntungan jika sapi dan kambingnya mempunyai anak. Pembagian
keuntungan dan ngerumat sapi dan kambing dengan aturan jika sapi atau kambing dijual
sebelum punya anak rnaka hasil penjualan dibagi dua setelah dikurani modal. Sedangkan
hasil dan ngerumatkan ayam bangkok tidak tentu tergantung keiklasan pemiliknya, kadang-
kadang dikasih Rp. 100 000 dalam dua bulan tetapi pakan ayam dikasih pemiliknya. Kandang
ayam ditempatkan di depan pinta kamar tidurnya, letak kandang ayam berada dalam satu
bangunan.
Penghasilan pak Jan dan istri dan pekerjaan pokoknya sebagai buruh tani tergantung
permintaan dan orang yang menyuruh (juragan), jika pak Jan bekarja dan pagi jam 07 sampai
jam 11.30 mendapat upah sebesar Rp. 17 500. Jika juragan menyuruh pak Jan bekerja dan
pagi jam 07 sampai jam 15 maka upah yang mereka terima sebesar Rp. 20 000. Pak Jan
bekerja jika ada pekerjaan, jadi mereka tidak setiap hari bekerja sebagai buruh tani, bekerja
jika dipanggil/disuruh bekerja oleh juragannya. Sedangkan untuk istrinya sebagai buruh tani
bekerja dari pagi jam 07 sampai jam 11.30, mendapat upah sebesar RP. 10 000. Dan untuk
perempuan tidak pemah bekerja sampai jam 15. Demikian juga istri pak Jan tidak selalu
setiap hari mendapat pekerjaan, mereka mendapat pekerjaan sebagai buruh tani hanya pada
musim-musim tertentu.
Pemanfaatan pendapatan keluarga pak Jan dalam kesehariannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan pokok keluarga terutama kebutuhan makan, membayar listrik yang
nyalur dan tetangga sebesar Rp. 20 000 setiap bulan, dan memenuhi biaya anaknya yang
sekolah di SD. Pak Jan memiliki kebiasaan merokok jika dia mendapat pekerjaan. Kebiasaan
merokok tersebut seperti diceritakan oleh Pak Jan sebagai berikut;
Kulo rokokan lek entuk penggawean, lek pas mboten entuk penggawean ya
mboten rokokan (ngempet). Lek kulo nyambut damel mboten rokokan ya
mboten penak rasane. Kulo rokokan wiwit esuk sampe bengi telas kalih
contong. Sak contonge regane petangewu limangatus ripis.
(Saya rokokan kalau dapat pekerjaan, kalau tidak dapat pekerjaan ya tidak
rokokan. Kalau bekerja tidak rokokan rasanya tidak enak. Kalau rokokan

236 KON ASPIPSI 2013


mulai pagi sampai malam habis dua pak. Satu pak harganya Rp.
4500).Sumber; Hasil wawancaxa hari Minggu 24 April 2011
Jika ada sisa dari pendapatan pak Jan dan istri disisihkan yang nantinya digunakan
ntuk kegiatan sosial budaya seperti; Kegiatan tahlil setiap hari jumat atau sabtu untuk pak
an, dan kegiatan tahlil istrinya setiap hari selasa atau kamis, untuk bowuh manten atau
owuh sunatan. Setiap Kegiatan tahlil tersebut memberikan konteribusi sebesar seribu rupiah
ang nantinya digunakan sebagai kas dan kontribusi ke orang yang ketempatan tahlil
,rsebut. Selain itu, juga ada kegiatan sosial budaya seperti menyumbang (bowuh) jika ada
iarga atau kerabat yang memiliki acara resepsi pernikahan atau sunatan. Jika ada acara
owuh pernikahan atau sunatan pak Jan biasanya menyumbang sebesar lima belas ribu
upiah, sedangkan istrinya menyumbang sebesar sepuluh ribu rupiah. Jika pada waktu ada
cara bowuhan mereka tidak punya sisa pendapatan, agar mereka tidak malu maka mereka
leminjam (nyambut) di juragannya dan nantinya mereka membayar dengan memotong upah
erja hariannya.
Strategi yang dil an oleh keluarga pak Jan untuk dapat bertahan hidup dalam
esehariannya adalah; 1. emanfaatkan ruang dalam ba rumahnya semaksirnal
aungkin; seperti untuk dang sapi, kandang kambing, . a ereka tidak mempunyai
untuk membeli temak, tetapi mereka ngerumat n.3. eka memanfaatkan waktu
gang di luar pekerjaan pokoknya untuk mencari rump t arit/ngerumput)di lahan-lahan
osong milik AURI untuk pakan sapi dan kambing yang mereka pelihara. 4. Melakukan
ekerjaan pokok dengan tekun. 5. Memenuhi kebutuhan pokok makan sesuai dengan besar
enghasilan setiap harinya dengan sekala prioritas tertentu. 6. Tidak merokok jika tidak
iendapat pekerjaan. 7. Untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sosial budayr, (bowuhan) jika
aereka tidak punya uang maka mereka minjam di juragan dan nantinya akan dibayar dengan
(dibayar dengan pekerjaan). 8. Khusus untuk kebutuhan sosial budaya "selametan"
ada hari-hari keagamaan tertentu mereka sudah menyiapkan sebelumnya dengan
aenyesuaikan dengan kemampuan keuangan seadanya. Mereka malu jika tidak mengadakan
elametan. Kalau memang sama sekali tidak punya uang, maka mereka utang bahan-bahan
ntuk selametan. "9. Jika tidak punya uang, anaknya yang masih sekolah tidak usah sangu.
ika punya uang, sangu anaknya sekolah cukup Rp. 1000. 10.Pada waktunya membayar
strik dan air jika tidak punya uang, mereka menangguhkan dulu (sanjang). Dan dibayar
yicil atau kontan kalau sudah punya uang. 11.Memasak dengan menggunakan kayu bakar
gar tidak membeli bahan bakar. Kalau kayu bakar cukup ngambil di perkebunan AURI yaitu
atang-batang ketela pohon setelah panen, tidak usah membeli.
Dari perspektif ekonomi pandangan tentang rasionalitas masyarakat miskin
khususnya petani) menurut model ekonomi moral (moral economy) didasarkan pada
eamanan dan keterjaminan subsistensi namun tetap memperhatikan kepentingan
esejahtaraan bersama (Scott, 1977). Moral ekonomi ini melihat bahwa kesejahteraan
ukanlah tujuan satu-satunya melainkan juga upaya untuk mencapai ketentraman
ehingga berdimensi ekonomi sekaligus sosial. Masuknya ekonomi pasar dan cara
roduksi kapitalistik justru akan merusak tatanan masyarakat khususnya di desa dan
khirnya melahirkan perlawanan.
Keluarga miskin di Desa Bunut Wetan cenderung menganut moral ekonomi dari Scott
aitu kesejahteraan bukan merupakan satu-satunya tujuan, namun masyarakat juga selalu
lenjaga keseimbangan sosial untuk terciptanya ketentraman lingkungan sosial masyarakat.
uatu contoh masih ditemukan aktivitas Soyo, Biodo, dan Sinoman, nyalur listrik, dan nyalur
it bersih dari PDAM, mengambil air di sumur tetangga. Aktivitas seperti itu memiliki
iakna bahwa mereka hidup saling membantu, menghormati sportivitas saling percaya
pist) untuk terciptanya situasi lingkungan yang menyenangkan, guyub lan rukun.

KONASPIPSI 2013 237


5. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian yang sudah dibahas pada masing-masing sub bab di atas, maka disusun kesimpulan
sebagai berikut;
1. Rumahtangga miskin yang etos kerjanya tinggi memiliki kondisi ekonomi yang semakin
membaik, aksesibilitas sosial dan bukan sosial mengalami kemajuan, mampu memenuhi
kebutuhan primer dengan layak. Rumahtangga miskin yang etos kerjanya rendah,
aksesibilitas sosial dan bukan sosial tidak ada kemajuan, tidak mampu memenuhi
kebutuhan primer dengan layak.
2. Jaringan sosial yang dimiliki rumahtangga miskin bermakna sebagai strategi dalam
memenuhi kebutuhan primer rumahtangga.
3. Aktivitas sosial budaya rumahtangga miskin di perdesaan; Sayan/ Soyo, Biodo, Sinoman,
bowuh, tahlil, memiliki makna untuk meringankan beban tetangga atau keluarga,
menciptakan situasi dan kondisi masyarakat yang guyub rukun, menjaga kestabilan sosial
budaya di lingkungan masyarakat.
4. Bekerja keras, memperpanjang jam kerja dengan kerja sampingan, mengurangi konsumsi,
memanfaatkan jaringan sosial, memanfaatkan ruang rumah dan lahan pekarangan kosong
semaksimal mungkin, merupakan srategi rumahtangga miskin dalam memenuhi kebutuhan
primer.

DAFTAR PUSTAKA
Ananta Aris. 1985. Transisi Demografi, transisi Pendidikan dan Transisi Kesehatan di
Indonesia. BKKBN. Jakarta.
Basri, Faisal. 2005. Perbaiki Manajemen Pemerintahan. Jawa Pos, Oktober 2005.
Bintarto, R, dan Surastopo Hadisumarno. 1982. Metode Analisa Geografi. LP3ES. Jakarta.
Bintarto. 1977. Geografi Sosial. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Biro Pusat Statistik.( BPS), 1999."Buletin Ringkas BPS". Jakarta.
Biro Pusat Statistik.1994.Penduduk miskin dan desa tertingga11993.Jakarta
BPS. 2003. Data dan Informasi Kemiskinan tahun. 2003. Jakarta.
BPS. 2003. Data dan Informasi kemiskinan tahun 2003. Buku I : Provinsi dan Buku 2 :
Kabupaten. Jakarta.
BPS. 2004. Data dan InformasiKemiskinan Tahun 2004. Buku I : Provinsi dan Buku 2 :
Kabupaten. Jakarta.
BPS. 2006. Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005-2006. Berita Resmi Statistik
No.47/IX/1 September 2006. Jakarta.
BPS. 2008. Kabupaten Malang Dalam Angka Tahun 2008. BPS. Kabupaten Malang.
V BPS. 2009. Kabupaten Malang Dalam Angka Tabun 2009. BPS. Kabupaten Malang.
Charles Whynne-Hammond,1985. Elements of Human Geography. George Allen & Unwin,
Publishers London.
Chambers, Robert. 1983. Pembangunan Desa Mulai Dan Belakang. Terjemahan Pepep
Sudrajat. LP3ES. Jakarta.
Coleman, J.S. 1989. Social Capital in the Cration of Human Capital. American Journal of Sociology.
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.
Creswell, John H. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Proaches,Sage
Publication, Thousand Oaks London New Delhi.
Daldjoeni, N. 1987. Geografi Kota Desa. Alumni. Bandung.
Departemen Pertanian. 2007. Kinerja Pembangunan Sektor Pertanian 2006. Jakarta.

238 KONASPIP SI 2013


Denzin, Norman K. & Yvonnas S. Lincoln. 1997. Handbook Of Qualitative Research.
Pvt.Ltd. New Delhi. Dariyatno, dkk. (penterjemah). 2009. Handbook Of Qualitative
Research. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Dillon, H.S. dan Hermanto. 1993. "Kemiskinan di Negara berkembang: masalah konseptual
global", Prisma, 3: 11-22.
Djajono, Ali. 2006. Sisi Kemiskinan alam Rencana Kehutanan Jangka Panjang. Jurnal
Buletin Planologi, Nomor 1 Maret 2006.
Badan Koordinasi Pemetaan Nasional ( Bakosurtanal). 1997. Peta Rupa Bumi Digital Lembar
1608-112 Malang. Skala 1 : 25000. Bakosurtanal. Jakarta.
Faisal, Sanafiah. 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi. YA3.Malang.
Fadli Zon. 2011. Peran HKTI Dalam Pemberdayaan Potensi Rumahtangga Tani Bagi
Pengentasan Kemiskinan. Paper disampaikan pada Lokakarya Nasional Pemberdayaan
Potensi Rumahtangga Tani untuk Pengentasan Kemiskinan. Pelaksanaan di Universitas
Brawijaya Malang Tanggal 7-8 Juli 2011.
Giddens, A. 1984. The Constitution of Society, Polity. Cambridge.
Glaser, Barney G & Stuss, Anselm. L. 1967. The Discofery of Grounded Theory Stategies for
Qualitative Reseach Chicago: Aldine Pub Company.
Huet, Armel. 2003. La Pauvrete Congjuncturelle, Rennes France, tidak diterbitkan.
Johnson, Doyle Paul. 1981. Sociological Theory, Classical Founders and Contemporary
Perspektives. Florida. John Wiley & Son, Inc.
Kartasasmita, Ginanjar. 1994. Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan dalam PJP II
Melalui Inpres Desa Tertinggal, Makalah, Jakarta.
Kanbur, Ravi dan Squire, Lyn. 1999. The Revolution of Thinking About Poverty: Exploring
the Interaction.
Kecamatan Pakis. 2010. Laporan Pelaksanaan Tugas Camat Tahun 2009. Kecamatan Pakis.
Koentjaraningrat. 1992. Sejarah Teori Antropologi. Jilid I. UI Press. Jakarta. •
Kian Wie, Thee. 1981. Pemerataan, Kemiskinan, Ketimpangan: Beberapa Pemikiran tentang
Pertumbuhan Ekonomi. Sinar Harapan. Jakarta.
Levin, J., Iknis, K M., Carroll,W.F, Bourne,R. 2000. Sosial Problems. Causes, Consequences,
Interventions. Roxbury Publishing Company.
Lewis, Oscar. 1988. Kisah Lima Rumahtangga. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.
Lewis, Oscar. 1993. Kebudayaan kemiskinan. Dalam Kemiskinan Perkotaan. Penyunting
Parsudi Suparlan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Lewis, Oscar. 1993. Harta Milik Orang Miskin. Dalam Kemiskinan Perkotaan. Penyunting
Parsudi Suparlan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Lukas David. 1990. Pengantar Kependudukan, Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta
Mantra, Ida Bagoes. 1981. Population Movemen in West Rice Communities: A Case study of
Two Dukub in Yogyakarta Special Region. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Mantra, Ida Bagoes. 1985. Pengantar Studi Demografi. Nur Cahaya.Yogyakarta.
Mantra, Ida Bagoes. 2006. Demografi Umum. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. 2008. Metode peiielitian Kualitatif. PT.Remaja Rosdakarya.Bandung.
Miles, M.B & Huberman. 1984. Qualitative Data Analysis: A Source of New Methods,
Beverly Hills. Sage Publication.
Mitchell, J. Clyde. 1969. Sosial Networks in Urban Situation: Analysis of Personal
Relationships in Central Africa Town (Manchester University Press)Manchester.
Mitchel, Duncan. 1984. Sosiologi Suatu Analisa Sistem Sosial. PT. Bina Aksara. Jakarta
Moser, Caroline, O.N. 1996. "Confronting Crisis, a Comparative study of Household
Responses o Poverty and Vulnerability in Four Poor Urban Communities". The World
Bank, Washington.

KONASPIPSI 2013 239


Mubyarto. 1994. Profil Desa Tertinggal. Jakarta. Aditya Media.
Narayan, Deepa.at al. 2002. Voice of the Poor: Can Anyone Hear Us ?Oxford University
Press for the World Bank. New York.
Nasikun. 2005. Raja Grafindo Persada. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta.
Nasir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nilanjana Mukherjee. 2002. Poverty, People and Livelihoods: Links for Sustainable Poverty
Reduction in Indonesia Department for International Development (DFID). World
Bank Jakarta.
Njeru, Enos H.N. 2004. Bridging the Qualitative-Quantitative Methods of Poverty Analysis.
Paper Written for workshop on Saga Qualitative-Quantitative Methods for poverty
Analysis. March 11, 2004 Nairobi.
Nurjaya, I Nyoman. 2005. Magers:-.-i (dinamika Komunitas Petani-Pekerja Hutan Dalam
Perspektif Antropologi Hukum). UM Press. Malang.
Pandit, Naresh R. 1996. The Creation of Theory: A Recent Application of the Grounded
Theory Method. The Qualitative Report, Vol, 2 No.4 Desember.
Parsons, Talcott. 1965. Structure and Process in Modern Societies, The Free Press. New
York.
Palte, Jan G.L. 1989. Upland Farming on Java, Indonesia: A Socio-economic Study of
Upland Agriculture and Subsistence Under Population Pressure. Netherlands
Geographical Studies, Faculty of Geographical Sciences. New York.
Pelly,Usman dan Asih Menanti.1994.Teori-Teori Sosial Budaya.Dirjen Dikti Depdiknas.
Jakarta.
Putnam,R,D. 1993. l'he Prospereous Community; Social Capital and public life. The
American Prospect.
Rachbini, Didik J. 2005. Tim Ekonomi Talc Punya Kebijakan Jelas. Jawa Pos, 18 Oktober 2005.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2007.Teori Sosiologi Modem. Cetakan ke 4,
Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Ritzer, Geoge. And Barry Smart, eds. 2001. Handbook of Sosial Theory. Sage Publications.
Great Britain.
Ritzer, Geoge. 2007. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Penterjemah Ali
Mandan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Ricoeur, Paul. 1981. Hermeneutics and the Human Sciences. Cambridge University
Press.Cambridge. Muhammad Syukri (penterjemah). 2006. Hermeneutika Ilmu
Sosial. Kreasi Wacana. Yogyakarta.
Russell, Bernard. 1994. Research Method in Anthropology. Sage Publication.
Thousand Oaks London New Delhi.
Ruth Alsop and Andrew Norton. 2004. Power, Rights and Poverty Reduction. Power,
Rights,and Poverty : Concepts and Connections.
Sajogyo. 1984. Bunga Rampai Pembangunan Desa, Yayasa Obor Indonesia. Jakarta.
Sajogyo. 1982. Bunga Rampai Perekonomian desa. Yayasan Agro Ekonomika.
Sajogyo. 1987. Ekologi Perdesaan, Sebuah Bunga Rampai. PT. Rajawali. Jakarta.
Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial (Sketsa dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia.
Tiara Wacana. Yogyakarta.
Samhadi, Sri Hartati. 2005Bantuan Langsung Tunai, Lahir dan Kecemasan Pemerintah.
Kompas, Sabtu 9 April 2005.
Sanderson, Stephen K. 2003. Makro Sosiologi ( Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas
L;Sosial). Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Sanggar Kanto. 1998. Sampling, Validasi, dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif.
Proseding Seminar Pelatihan Metode Penelitian Kualitatif Badan Musyawarah

240 KONASPIPSI 2013


Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (BMPTSI) Wilayah VII Jawa Timur. Surabaya,
24 — 27 Agustus.
Sanggar Kanto.2006. Modernisasi dan Perubahan Sosial (suatu kajian dari perspektif teori
dan empirik. Fakultas Pertanian Univ. Brawijaya. Malang.
Sen, A., 1999. Women's Agency and Sosial Change. Development As Freedom, 189-203.
Shaffer,Paul. 2008. New Thinking on Poverty: Implications for Globalisation and Poverty
Reduction Strategies. University of Toronto.Canada.
Schlegel, Stuart A. 1984. Penelitian Grounded dalam Ilmu-Ilmu Sosial Handout Studi
Perbandingan Metodologi Penelitian Survei, FISP Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Sinamo, Jansen 2005. 8 Etos Kerja Profesional, Institut Darma Mahardika, Jakarta.
Singarimbun, M. dan Penny, D.H. 1976. Penduduk dan kemiskinan:kasus di pedesaan Jawa.
Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Silverman, David. 1993. Interpreting Qualitative Data: Methods for Analysing Talk, Text.and
Interaction. Sage Publication.
Singarimbun, M. dan Penny, D.H. 1976. Penduduk dan kemiskinan:kasus di pedesaan Jawa.
Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Smelser, N, Etzioni- Halevy E dan Etzioni A (eds). 1976. Sosial Change. Article in Towards
a Theory of Modernization. Basic Books, New York.
Soerjono Soekanto. 1994. Sosiologi Suatu Pengantar,Jakarta:Raja Grafindo Persada, hal. 406.
Straus, Anselm. Corbin, Juliet. 2007. Basics Of Qualitative Research (Gounded Theory
Procedures and Techniques). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Prosedur, Teknik, dan
Teori Grounded). Diterjemahkan oleh H.M. Djunaidi Ghony. 2007. Pt. Bina Ilmu.
Surabaya.
Sutyastie, Sumitro Remi. 2002. Kemiskinan dan Ketidakmerataan di Indonesia. Jakarta.
Rineka Cipta. -
S giyanto. 2002. Lembaga Sosial. Global Pustaka Utama. Jogjakarta.
ugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif Alvabet. Bandung.
cii
Sugiyono. 2009. MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alvabet. Bandung.
Suharto, Edi. 2002. Coping Strategies dan Keberfungsian Sosial: Mengembangkan
Pendekatan Pekerjaan Sosial Dalam Mengkaji dan Menangani Kemiskinan.
Disampaikan pada Seminar "Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Merancang-
Kembangkan Program Pembangunan Kesejahteraan Sosial yang Bernuansa
Pekerjaan Sosial" Selasa 17 Desember 2002 di Institut Pertanian Bogor.
Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika Aditama.
Bandung.
Suharto, Edi. Paradigma Baru Studi Kemiskinan. http://www.policy.hu/suharto/modul_a/
makindo_22.htm) diakses 10 oktober 2011.
Sumodiningrat, Gunawan. 2000. Pembangunan Ekonomi melalui Pengembangan Pertanian.
PT. Bina Rena Pariwara. Jakarta.
Suparlan, Parsudi (penyunting). 1984. Kemiskinan Di Perkotaan, Bacaan Untuk Antropologi
Perkotaan. Penerbit Sinar Harapan dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Suparlan, Parsudi. 2008 Dari Masyarakat Majemuk Menuju Masyarakat Multikultural;(buku
kumpulan tulisan Prof Parsudi Suparlan, Ph.D. In Memorium, editor : Chrysnanda.
DL dan Yulizar Syafri). Penerbit JPKIK .Jakarta.
Suwarsono dan Alvin Y.SO.1994. Perubahan Sosial dan Pembangunan. LP3ES. Jakarta.
Suyanto, Bagong dan J Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks pengantar dan terapan. Prenada
media. Jakarta.

KONASPIPSI 2013 241


Suyanto, S. dan N Khususiyah. 2006. Imbalan Jasa Lingkungan untuk Pengentasan
Kemiskinan. Jumal Ago Ekonomi (JAE) Vol 24: 1.
Swastika, Dewa K.S. dan Yana Supriyatna. 2008. Karakteristik Kemiskinan dan
Penanggulangannya di Indonesia. Jurnal Forum Pertanian Agroekonomi volume
25.No 2. Desember 2008 hal. 103-115. Jakarta.
Tasmara, Toto. 1991. Etos Kerja Pribadi Muslim. Labmen. Jakarta.
(PREM)
World Bank. Empowerment Team,Poverty Reduction and Economic Management
Group.

242 KONASPIPSI 2013

Anda mungkin juga menyukai