Luar Nikah Uyun PDF
Luar Nikah Uyun PDF
Abstract: The pregnancy before marriage among teenagers makes complex problems to
the teenagers themselves. Sex before marriage among teenagers happens because they
are motivated to do sex though they are not married yet. Sex before marriage can emerge
several consequences, for instance, unexpected pregnancy because of not being married,
the mother and fetus’ health, drop out from school for those who still study, contagion and
depression. Teenagers who are pregnant before they get married experience anxiety in
facing the future of the fetus that is still in their womb. The anxiety emerges because the
pregnancy is done with a person who is not her husband. She is also afraid if her parents
and people in her social surrounding know if she is pregnant. The anxiety will be wors-
ened if the male who caused her pregnant is not responsible to what he has done and he
refuses to marry her.
Abstrak: Kehamilan remaja di luar nikah memuat persoalan yang sangat kompleks bagi
remaja itu sendiri. Perilaku seksual pranikah pada remaja adalah perilaku karena adanya
dorongan seksual yang dilakukan oleh lawan jenis dan belum resmi terikat dalam
perkawinan. Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan beberapa akibat, seperti
kehamilan diluar nikah yang tidak dikehendaki, kesehatan ibu dan bayi, putus sekolah
bagi yang masih sekolah, penyakit menular, depresi. Pada remaja yang hamil di luar
nikah mengalami sebuah kecemasan terhadap nasib masa depan janin yang ada di dalam
kandungannya.Kecemasan itu muncul disebabkan karena kehamilannya saat ini dilakukan
dengan pasangan yang bukan suaminya. Selain itu juga karena takut kalau nantinya
kondisi kehamilan tersebut akan diketahui oleh orang tua dan lingkungan sosialnya.
Kondisi kecemasan tersebut diperburuk dengan adanya kemungkinan bahwa lelaki yang
telah menghamili informan tidak bersedia untuk bertanggungjawab dengan cara menikahi
secara resmi.
Zahrotul ‘Uyun dan Novarianto WS, Kecemasan pada Remaja Hamil di Luar Nikah (97-107) 97
membuka peluang lebih besar terhadap kenyamanan serta keamanan kandungannya
hubungan seks pranikah dengan segala dampak harus diadakan dan kenyataan bukan merupakan
yang muncul seperti kehamilan di luar nikah, barang murah di saat-saat seperti itu.
kawin muda, anak-anak lahir diluar nikah, Lebih lanjut Kaplan5 menyatakan bahwa
aborsi, penyakit menular seksual, depresi pada kehamilan yang dihadapi biasanya merupakan
wanita yang terlanjur berhubungan seks dan lain pengalaman pertama bagi dirinya sehingga
sebagainya.1 banyak hal belum dapat diketahui dengan pasti.
Hurlock2 menambahkan bahwa pada Perasaan cemas ini dapat berkembang menjadi
masa remaja minatnya pada seksual meningkat. rasa takut menghadapi segala situasi yang
Mereka mulai tertarik pada lawan jenis kelamin, mungkin terjadi selama kehamilan dan me-
mereka mulai mengenal apa yang dinamakan masuki persalinan, apalagi semuanya harus
cinta, saling memberi dan menerima kasih sayang dihadapi seorang diri tanpa pasangan yang
dari orang lain. Dalam pandangan Rosenstock mendukung atau menemani. Adapun dari segi
dan Becker,3 melalui teori Health Belief Model hukum belum memiliki status yang jelas dalam
(HBM), remaja yang melakukan hubungan ikatan perkawinan yang dapat berlanjut terhadap
seksual pranikah sehingga mengakibatkan keberadaan serta status anak yang akan
kehamilan di luar nikah disebabkan arena dilahirkan. Situasi ini dapat menimbulkan rasa
rendahnya pengetahuan tentang seksualitas dan, malu (shame) bagi dirinya karena harus
pengaruh norma kelompok sebaya yang melahirkan anak tanpa ayah yang jelas.
dianutnya, status hubungan, harga diri yang Disamping itu perempuan yang mengalami
rendah serta rendahnya keterampilan interper- kehamilan di luar nikah merasa malu karena
sonal khususnya perempuan untuk bersikap seakan semua orang menjadi tahu tentang
asertif yakni sikap tegas untuk mengatakan tidak perbuatan dirinya yang melanggar norma hukum,
terhadap ajakan melakukan hubungan seks dari agama ataupun sosial. Akibat pelanggaran ini bisa
teman kencannya. Menurut Kaplan4 dari segi terjadi juga memunculkan beban rasa bersalah
sosial-ekonomi biasanya perempuan yang karena melawan normanorma yang berlaku di
mengalami kehamilan di luar nikah masih dalam masyarakat sekaligus adanya pengalaman
tergolong dalam masa remaja sehingga dalam dan upaya untuk melakukan aborsi.
kehidupannya masih sangat tergantung dari or- Menurut Gullota6 perubahan peran dari
ang tua atau pihak lain, biasanya belum memiliki seorang gadis menjadi seorang ibu dapat dialami
penghasilan sendiri karena masih sekolah atau secara normal oleh seorang perempuan yang
kuliah. Hal ini dapat memunculkan rasa cemas mengalami kehamilan, hal ini akan dirasakan
(anxiety) karena seorang yang mengalami sebagai suatu peristiwa yang membahagiakan
kehamilan tentu membutuhkan biaya untuk jika perubahan itu didukung dengan kesiapan
perawatan dan pemeliharaan kandungannya. fisik, psikologis ataupun spiritual. Namun
Biaya konsultasi untuk konsultasi secara medis sebaliknya dalam kehamilan diluar nikah dapat
serta biaya lain yang berhubungan dengan dikatakan dari berbagai segi biasanya belum
1
Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 16.
2
E.B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan , terj.
Istiwirdayanti. (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 34
3
Lihat Heri Cecep dan Solihati, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kehamilan Pranikah di Kalangan
Pelajar di Desa Setianagara Kecamatan Cilimus. (Kuningan: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, 2008), hlm. 51.
4
H.I. Kaplan, Sinopsis Psikiatri. (Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1997), hlm. 14.
5
Ibid.
6
Gullota Agung, Adolescent Sexuality. (USA: Sage Publication Inc, 1993), hlm. 79.
7
T. Conley, “Breaking Free From The Anxiety Trap. Wallsent self Help Group”, dalam www.wshg.org.uk.
8
M.D Bloomfield, “Healing Anxiety Naturally. Jurnal of consulting and Clinical Psychology”, dalam
www.google.com. Akses 4 Mei 2011.
9
Hawari, Mental Sehat Hidup Nikmat, Hidup Pahit. (Jakarta: Studio Press, 1991), hlm. 89.
10
H.I. Kaplan, Sinopsis Psikiatri…, hlm. 17.
11
Nevid, dkk. Psikologi Abnormal, Jilid 1, terj. Tim Fakultas Psikologi UI. (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 95.
12
Lihat Suryabrata, Psikologi Kepribadian. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 80.
13
Ibid., hlm. 93
Zahrotul ‘Uyun dan Novarianto WS, Kecemasan pada Remaja Hamil di Luar Nikah (97-107) 99
Sumber dari kecemasan atau ketakutan menganggap sesuatu yangdihadapinya
diketahui oleh individu tersebut. mengancam.
2. Kecemasan neurotik yaitu rasa takut b. Trait anxiety. Kecemasan yang relatif
jangan-jangan instinginsting akan terlepas menetap yaitu keadaan cemas yang
dari kendali dan menyebabkan individu dialami individu berhubungan dengan
berbuat sesuatu yang bisa membuatnya kepribadian individu tersebut, karena
dihukum. Kecemasan neurotic bukanlah kecemasan dipandang sebagai suatu
ketakutan terhadap insting itu sendiri, keadaan yang menunjukkan adanya
melainkan ketakutan terhadap hukuman suatu kesukaran dalam mengadakan
yang akan menimpanya jika suatu insting proses penyesuaian diri. Trait anxi-
dilepaskan. ety merupakan predisposisi seseorang
3. Kecemasan moral yaitu rasa takut terhadap yang yang menerima keadaan
suara hati (super ego). Orang-orang yang lingkungan sebagai ancaman.
memiliki super ego yang baik cenderung Kecemasan sebagai Intervening
merasa bersalah atau malu jika mereka Variabel. Kecemasan disini lebih mempunyai
berbuat atau berpikir sesuatu yang ber- arti sebagai motivasi solution, artinya sebagai
tentangan dengan moral. Sama halnya situasi dalam kecemasan mendorong agar
dengan kecemasan neurotik, kecemasan individu dapat mengatasi situasi masalah.
moral juga berkembang berdasarkan Aspek-aspek pengukuran kecemasan
pengalaman yang diperolehnya pada masa menurut Atkinson14 meliputi:
kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan 1. Aspek fisiologis kecemasan. Aspek
ancaman dari orang tuamaupun o rang lain fisiologis meliputi sakit pada kepala, leher,
yang mempunyai otoritas jika individu dada, punggung, jantung berdebar, sering
melakukan perbuatan yang melanggar buang air kecil, perubahan pola makan dan
norma. badan sering berkeringat.
4. Kecemasan sebagai respon. Perasaan yang 2. Aspek psikologiskecemasan. Kecemasan
dialami individu yang berhubungan dengan meliputi merasa tegang, ketakutan yang
pengalaman yang hanya dapat dirasakan tidak rasional, gemetaran dan khawatir.
dan diketahui individu yang bersangkutan. Salah satu aspek yang erat kaitannya
Kecemasan sebagai respon ini dibagi dengan kecemasan adalah aspek sosial.
menjadi dua yaitu: Cohen dan Syme menyatakan bahwa
a. State Anxiety. Kecemasan yang aspek sosial merupakan salah satu dimensi
timbul karena individu diharapkan dalam hubungan sosial yang bermanfaat
pada keadaan yang mengancam yang dalam memelihara dan meningkatkan
dipengaruhi oleh pengalaman yang kesehatan mental dan kesejahteraan manusia
didapat atau dipelajari individu pada pada umumnya. Jadi hubungan sosial
masa lalu dan akan turun apabila diperlukan sebagai usaha untuk mengurangi
keadaan tidak membahayakan. Rasa tingkat kecemasan yangdialami oleh
cemas ini terjadi pada suatu keadaan individu. Pengukuran kecemasan dapat
tertentu atau muncul jika seseorang diketahui melalui gejala-gejala kecemasan.
14
R. Atkinson dkk., Pengantar Psikologi Jilid 2, terj. Wijaya Kusuma. (Jakarta: Interkasara Publisher, 2010),
hlm. 198.
15
Zakijah Daradjat, Kesehatan Mental. (Jakarta: Gunung, 2001), hlm. 36.
16
Hawari, Mental Sehat Hidup Nikmat…,hlm. 99.
17
Safaria, Manajemen Emosi. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hlm. 56.
Zahrotul ‘Uyun dan Novarianto WS, Kecemasan pada Remaja Hamil di Luar Nikah (97-107) 101
Faktor-faktor yang nempengaruhi Remaja tidak mau di perlakukan sebagai
kecemasan menurut Atkinson18 menyatakan kanak-kanak. Sementara itu mereka belum
bahwa kecemasan disebabkan karena konflik mencapai kematangan yang penuh dan tidak
dan frustasi, ancaman fisik dan ancaman dapat di masukkan ke dalam kategori dewasa.21
terhadap harga diri serta tekanan untuk Lebih jelasnya Sulaeman22 membagi masa
melakukan sesuatu diluar kemampuan serta adolesen atau masa remaja ini menjadi dua fase,
adanya perasaan tidak berdaya dan tidak yaitu masa remaja awal atau pre adolescence
mampumengendalikan apa yang terjadi. antara umur 12-15 tahun dan fase masa remaja
Henderson dan Gillespre19 menyatakan bahwa akhir atau late adolescence , yaitu antara 15-
cemas disebabkan banyaknya situasi yang 18 tahun. Jadi masa remaja atau adolesence
menekan sehingga menghambat dan me- dibedakan menjadi dua fase yaitu fase pra
nyebabkan terjadinya konflik psikis. Sedangkan remaja umur 12- 15 tahun dan fase remaja akhir
Ancok20 menyatakan bahwa kecemasan timbul umur 15-18 tahun. Pada masa itu dalam diri
karena adanya pikiran yang keliru tentang suatu anak sering timbul pertanyaan “ siapa saya
hal dan beraksi yang berlebihan terhadap suatu ini.?”, “bagaimana saya.?” Dan berbagai
hal tersebut. Kecemasan muncul karena pertanyaan yang intinya mengenai dirinya sendiri
terdapat beberapa situasi yang mengancam atau dapat dikatakan remaja mencapai identitas
manusia sebagai makhluk sosial. Ancaman ini diri, karena ada perubahan fisik dalam dirinya.
berasal adanya konflik, ancaman terhadap Remaja menurut Sunarti23 adalah periode pu-
harga diri dan adanaya tekanan untuk bertas (remaja) merupakan periode di mana
melaksanakan sesuatu diluar kemampuannya. perkembangan fisik dan psikis mengalami per-
Berdasarkan uraian di atas dapat kembangan pesat. Maksudnya perkembangan
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang fisik tersebut adalah perkembangan dapat di
menyebabkan kecemasan adalah faktor fisik lihat secara nyata dalampertumbuhan remaja,
yaitu konflik, faktor psikologi dan sosial yaitu misal tinggi badan, bentuk tubuh, suara.
situasi yang mengancam, tekanan serta pikiran Sedangkan perkembangan psikis adalah
yang keliru tentang suatu hal dan bereaksi perkembangan dalam diri remaja yang
yangberlebihan tentang suatu hal tersebut. berhubungan dengan perasaan dan emosi yang
Ada pun yang dimaksud remaja dalam hanya dapat dipahami oleh remaja itusendiri.
penelitian ini adalah masa remaja juga disebut Kestabilan emosinya dipengaruhi oleh aspek
masa adolesen, sebagai suatu masa di mana kematangan mental, kematangan emosi dan
individu dalam proses pertumbuhannya (ter- kontrol emosi. Berdasarkan pendapat di atas
utama fisik) telah mencapai kematangan. dapat di simpulkan bahwa remaja merupakan
Periode ini menunjukkan suatu masa kehidupan, masa perpindahan dari masa kanak-kanak ke
di mana remaja bukan lagi sebagai kanak- masa dewasa.Kedewasaan fisik remaja di
kanak tetapi tidak juga sebagai orang dewasa. tandai terjadinya perubahan fisik dalam organ
18
R. Atkinson dkk., Pengantar Psikologi Jilid 2, terj. Wijaya Kusuma. (Jakarta: Interkasara Publisher, 2010),
hlm. 210.
19
Lihat Zakijah Daradjat, Kesehatan Mental…, hlm. 45.
20
Ibid.
21
Y.S.D. Gunarsa, dan Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak Remaja, dan Keluarga. (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2001), hlm. 40.
22
Muhammad Sulaeman, Ilmu Sosial Dasar. (Jakarta: Eresco, 2001), hlm. 34.
23
Sunarti, Psikologi Umum dan Perkembangan. (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2001), hlm. 10.
24
Ahmad Wijaya, “ Seks Bebas”, dalam www.drawclinic.com. Akses 5 Mei 2011.
25
Anastasia, Dampak Psikologis Perempuan Hamil Di luar Nikah. (Semarang: Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Soegijapranata, 2001), hlm. 75.
26
Ibid.
27
H.I. Kaplan, Sinopsis Psikiatri…, hlm. 50.
28
Anastasia, Dampak Psikologis Perempuan Hamil…, hlm. 78.
29
Gullota Agung, Adolescent Sexuality…, hlm. 23.
Zahrotul ‘Uyun dan Novarianto WS, Kecemasan pada Remaja Hamil di Luar Nikah (97-107) 103
nikah dan kemudian mengalami kehamilan di Sedangkan analisisnya menggunakan pola
luar nikah tidak diperbolehkan untuk berpikir induktif, yakni mengambil kesimpulan
melanjutkan sekolah, orang tua juga cenderung secara umum dari kasus-kasus hamil di luar
menghentikan biaya sekolah bila anak mereka nikah di kalangan remaja Surakarta tahun 2011.
hamil atau menghamili gadis, di karena remaja
dalam kehidupannya masih sangat tergantung HASIL PENELITIAN DAN PEMBA-
dari orang tua atau pihak lain. Kondisi yang ada HASAN
ini memunculkan tekanan-tekanan tertentu Berdasarkan hasil wawancara kepada
dalam diri perempuan yang secara langsung remaja hamil di luar nikah, maka dapat
mengalami kehamilan di luar nikah. Sehingga disimpulkan bahwa: Kehamilan remaja di luar
dapat memunculkan perasaan cemas (anxiety) nikah memuat persoalan yang sangat kompleks
dan perasaan ter-tekan yang dapat terlihat bagi remaja itu sendiri. Perilaku seksual pranikah
melalui gejala-gejala secara fisiologis terungkap pada remaja adalah perilaku karena adanya
dalam kesulitan untuk tidur, perut mual, keringat dorongan seksual yang dilakukan oleh lawan
dingin muncul secara berlebihan atau jantung jenis dan belum resmi terikat dalam perkawinan.
berdebardebar. Sedangkan dalam tingkat Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan
psikologis dapat berupa kekhawatiran atau beberapa akibat, seperti kehamilan diluar nikah
was-was yang terus menerus, bingung dalam yang tidak dikehendaki, kesehatan ibu dan bayi,
menentukan pilihan atau tindakan, dan tegang putus sekolah bagi yang masih sekolah, penyakit
yang tampak dalam aktifitas sehari-hari, karena menular, depresi dan sebagainya.30
seorang yang mengalami kehamilan tentu Pada remaja yang hamil di luar nikah
membutuhkan biaya untuk perawatan dan mengalami sebuah kecemasan terhadap nasib
pemeliharaan kandungannya. masa depan janin yang ada di dalam
kandungannya. Hal ini terjadi pada YT, usia 20
METODE PENELITIAN tahun, profesinya sebagai pegawai warung
Jenis penelitian ini adalah lapangan (field makan padang di Kartasura, usia kehamilan 2
research) karena data diperoleh di lapangan bulan. Juga kisah yang dialami oleh NWK,
dengan metode pengumpulannya observasi dan umur 18 tahun, pegawai warung makan di Kotta
wawancara. Observasi untuk memperoleh data Barat Surakarta, asal Sragen, dan berpendidik-
tentang kondisi obyektif dari subyek penelitian. an SMP, serta usia kehamilan 2 bulan.
Wawancara untuk mendapatkan data tentang Dikisahkan bahwa keduanya dihamili lelaki yang
profil dari remaja yang hamil di luar nikah dan bukan suaminya. Kehamilannya tersebut
tinggal di wilayah Eks Karisidenan Surakarta. membuat informan merasa cemas dan bingung.
Karakteristik subyek adalah adalah remaja Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
hamil diluar nikah; belum di nikahi; berusia 15- oleh Hawari bahwa kecemasan merupakan
18 tahun. tanggapan terhadap suatu masalah, dalam arti
Pendekatan yang digunakan dalam bilamana seseorang menyadari bahwa hal-hal
penelitian ini adalah fenomenologis, yakni yang tidak berjalan dengan baik atau situasi
mengungkapkan secara mendalam tentang tertentu akan berakhir dengan buruk maka akan
pelaku atau remaja yang hamil di luar nikah. timbul kecemasan. Kecemasan yang dialami
30
Susatyo Yuwono, “Kesehatan Reproduksi dan Kebugarannya, Solusi Masalah Perilaku Seksual Pranikah
Remaja”, dalam Kognisi. Vol. 5, No.1, 2002, hlm. 12-21.
Zahrotul ‘Uyun dan Novarianto WS, Kecemasan pada Remaja Hamil di Luar Nikah (97-107) 105
kecemasan pada informan adalah berupa dapat berfikir lebih jernih dan tenang dalam
perasaan tidak enak pada tubuhnya, sakit menyikapi kehamilan yang dialaminya. Segera
kepala, mengalami susah tidur, merasa mungkin untuk mencari keberadaan orang yang
tidak enak untuk makan, mudah merasa telah menghamilinya, memberitahu tentang
capek, malas untuk melakukan aktivitas, masalah yang dialami kepada keluarga agar
merasa gelisah, lebih cepat marah, merasa dapat meringankan beban pikiran dan dibantu
sering mau muntah dan merasakan perut penyelesaiannya.
yang berdenyut pada malam hari. Saran juga disampaikan kepada keluarga
Berdasarkan hasil penelitian yang telah remaja hamil di luar nikah diharapkan dapat
dilakukan, maka peneliti dapat memberikan lebih memberikan perhatian dan memberikan
saran-saran bagi informan penelitian, dengan dukungan kepada informan terhadap kehamilan
adanya temuan tentang dampak-dampak yang yang informan alami. Sehingga dapat membantu
ditimbulkan dari kecemasan pada remaja memecahkan masalah kehamilan yang dialami
kehamilan di luar nikah diharapkan informan informan.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia. H. 2001. Dampak Psikologis Perempuan Hamil Di luar Nikah. Semarang: Fakultas
Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
Atkinson, R. dkk. 2010. Pengantar Psikologi jilid 2. (diterjemahkan oleh Dr. Wijaya Kusuma).
Jakarta: Interkasara Publisher.
Bloomfield, M.D. 2003. “Healing Anxiety Naturally. Jurnal of consulting and Clinical Psychology”,
dalam www.google.com. Akses 4 Mei 2011.
Cecep, dan Solihati, Heri. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kehamilan Pranikah
di Kalangan Pelajar di Desa Setianagara Kecamatan Cilimus. Kuningan. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan
Conley, T. 2003. Breaking Free From The Anxiety Trap. Wallsent self Help Group.
www.wshg.org.uk.
Daradjat, Zakijah. 2001. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung
Agung, Gullota, 1993. Adolescent Sexuality. USA: Sage Publication Inc.
Gunarsa, S.D. & Gunarsa, Y.S.D. 2001. Psikologi Praktis: Anak Remaja, dan Keluarga.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hawari. 1991. Mental Sehat Hidup Nikmat, Hidup Pahit. Jakarta: Studio Press.
Hurlock, E.B. 2001. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, terj. Istiwirdayanti. Jakarta: Erlangga.
Kaplan, H.I. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Lazarus, R.S. 2008. Patterns of Adjusment. LTD: Internasional Student Edition.
Zahrotul ‘Uyun dan Novarianto WS, Kecemasan pada Remaja Hamil di Luar Nikah (97-107) 107