A. Latar Belakang
Di era pandemic yang serba tidak menentu ini, modal menjadi pokok vital, yang
menjadi tonggak arah keputusan perusahaan. Saat ini dunia usaha utamanya perusahan
manufaktur sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan (Binangkit, 2014). Modal
menjadi penunjang utama dunia usaha untuk melakukan kegiatan operasional agar tujuan
perusahaan dapat tercapai. Kinerja perusahaan memperlihatkan kemampuan perusahaan
untuk memberikan keuntungan dari aset, ekuitas, maupun hutang (Fachrudin, 2011).
Struktur modal menggambarkan proporsi hubungan antara utang dan ekuitas, salah
satu keputusan penting yang berhubungan dengan maksimisasi return dan berdampak
krusial terhadap nilai perusahaan (Budiarso, 2016). Struktur modal adalah kombinasi dari
utang jangka panjang, utang jangka pendek yang khusus, saham biasa, saham preferen dan
laba ditahan yang digunakan untuk membiayai operasi keseluruhan dan petumbuhan
(Taqwa, 2016).
Keputusan struktur modal yang efektif dapat merendahkan biaya modal yang
dikeluarkan oleh perusahaan (Nugraha, 2013), sebaliknya jika struktur modal yang buruk
akan berpengaruh pada besarnya biaya modal perusahaan yang akan dikeluarkan. Besarnya
biaya modal yang dikeluarkan memberikan dampak pada kinerja sebuah perusahaan.
Penilaian kinerja perusahaan digunakan pihak manajemen untuk menentukan kebijakan
yang akan diambil di masa yang akan datang.
B. Telaah Pustaka
Struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri
dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham, Weston dan
Copeland. Menurut Weston dan Brigham (Nugraha, 2013), struktur modal yang
ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, saham biasa yang
dikehendaki perusahaan dalan struktur modalnya. Beberapa teori mengenai struktur modal
telah diungkapkan oleh berbagai peneliti, antara lain:
1. Teori Modigliani
Teori Modigliani dan Miller (MM) Tanpa Pajak. Modigliani dan Miller dalam
teorinya ini berpendapat bahwa struktur modal perusahaan tidak mempengaruhi
nilai perusahaan.
2. Trade Off Theory
Trade Off Theory menyatakan bahwa dalam mencari hubungan antara struktur
modal dan nilai perusahaan terdapat suatu tingkat leverage (debt ratio) yang
optimal. Oleh karena itu perusahaan akan selalu berusaha menyesuaikan tingkat
leverage ke arah yang optimal. Jadi, tingkat leverageperusahaan bergerak terus dari
waktuke waktu ke arah suatu target yang ingin dicapai.
3. Pecking Order Theory
Teori ini menyatakan bahwa keputusan keuangan mengikuti suatu hirarki di mana
sumber pendanaan dari dalam perusahaan lebih didahulukan daripada sumber
pendanaan dari luar perusahaan. Dalam hal perusahaanmenggunakan pendanaan
dari luar, pinjaman lebih diutamakan daripada pendanaan
C. Hasil
Daftar Pustaka