Anda di halaman 1dari 13

TAFSIR AT-TAKWIR

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir

Dosen Pengampu : Muhammad Alif, S. Ag. M, Si

Disusun oleh:

Dedi Jubaedi 181350016

UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB

JURUSAN SPI III A

TAHUN 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Surah At-Takwir termasuk dalam kelompok surah Makkiyah.
Namanya yang populer adalah surat at-takwir yang diambil dari kata
kuwwirat (menggulung), yang disebut pada ayat pertamanya. Ada
beberapa bukti yang mendukung pendapat ini. Misalnya, kasus perlakuan
musuh-musuh Islam terhadap Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wasallam
yang diungkap surah ini, merupakan tipikal ayat-ayat yang turun pada
kurun awal dakwah Islam di Mekah. Para pemuka masyarakat Mekah itu
memperlakukan Nabi Islam secara tidak pantas, seperti menuduhnya
sebagai orang gila. Mereka selalu melecehkan perkataan-perkataan dan
seruan dakwah Nabi saw. dan sama sekali tidak mempedulikannya.
Secara tematik surah ini bisa dibagi menjadi dua, yaitu: pertama,
tema yang ditunjukkan pada permulaan surah, berisi fakta-fakta tentang
(kepastian kehidupan) akhirat dan berbagai perubahan besar yang terjadi
berkaitan dengan akhir kehidupan didunia yang dilanjutkan dengan
kehidupan akhirat itu dimulai dengan terjadinya kebangkitan.
Kedua, tema yang menjelaskan kejadian spiritual dan Irfani yang
membuktikan bahwa pewahyuan Al-Qur’an yang agung itu adalah benar.
Ia diwahyukan melalui Malaikat Jibril, dan mempunyai pengaruh sangat
penting bagi manusia sebagai pedoman (pembimbing) rohani. Bagian ini
disertai dengan beberapa sumpah pencerahan yang bermakna dalam.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ayat dan terjemah Surah at-Takwir ?

1
Syifa Syarifah, Skripsi: Metode Tanya Jawab dalam Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2017), p. 57

2
2. Apa Kandungan global dalam surah at-Takwir ?
3. Bagaimana Tafsir per ayat surah at-Takwir ?
4. Bagaimana Tafsir analisis sejarah surah at-Takwir ?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Tafsir, dan guna menjelaskan apa yang menjadi rumusan masalah
diatas. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya dan semua umumnya. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh sebab itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis
dapat menyempurnakan makalah ini.

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. QS. At-Takwir ayat 1-29 dan terjemahnya

‫ہللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحی ِْم‬


ِ ‫ِبسْ ِم‬

‫ت‬ْ ‫اآلوُ ُح وشُ ح ُِش َر‬ ْ ‫ت َوإِ َذ‬ ِّ ‫ِش ا ُرع‬


ْ َ‫ُطل‬ ْ ‫ت َوإِ َذ‬
َ ‫اآلع‬ ْ ‫اآل ِج ِب ا َ ُل ُس ي َِّر‬ ْ ‫ت َوإِ َذ‬ ْ ‫ت َوإِ َذاآل ّن ُج ْو ُم آ ْن َك َد َر‬ ْ ‫لش مْ سُ ُك وِّ َر‬ َّ ‫إِ َذ‬
ْ ‫اآلص حُفُ ُن ِش َر‬
‫ت‬ ُّ ‫ت َوإِ َذ‬ ٍ ‫ت ِب اَيِّ َذ ْن‬
ْ َ‫ب قُ ِتل‬ ْ َ‫اآل َم ْو ُء َدةُ ُس ِئل‬ ْ ‫ت َوإِ َذ‬ ْ ‫ت َوإِ َذاآل ُّنفُ ْوسُ ُزوِّ َج‬ ْ ‫ُس جِّ َر‬ ْ ‫َوإِ َذ‬
ُ ‫اآل ِب َكار‬
ْ ْ ‫اآل َج َّن ُة ا ُ ْزلِ َف‬ ْ ‫اآل َج ِح ْي ُم ُس ع َِّر‬ ْ ‫َوإ َذاآل َّس َمآ ُء ُك ِش َط‬
‫س‬ِْ ‫ت َن ْفسٌ مَّا اَحْ َظ َرت َفالَا ُ ْق ِس ُم ِب ْال ُخ َّن‬ ْ ‫ت َع الِ َم‬ ْ ‫ت َوإِ َذ‬ ْ ‫ت َوإِ َذ‬ ِ
‫اع‬
ٍ ‫ُط‬ َ ‫ْن م‬ ِ ْ‫س ِا َّن ُه َل َق ْو ُل َرس ُْو ٍل َك ِري ٍْْم ذِىْ قُ َّو ٍة عِ ْن َدذِى ْال َع ر‬
ٍ ْ ‫ش َم ِكي‬ َ ْ ‫ْح ِا َذا َت َن َّف‬
ِ ‫صب‬
ُّ ‫س َوال‬ َ ْ ‫س َوالَّي ِْل إِ َذا َعسْ َع‬ ِْ ‫ار ْال ُك َّن‬ ِ ‫اَ ْل َج َو‬
‫ْن َو َماه َُو ِب َق ْو ِل َش ْي َط ٍن رَّ ِجي ٍْْم َف اَي َْن‬
ٍ ْ ‫ض ِني‬
َ ‫ب ِب‬ِ ‫لى ْال َغ ْي‬ َ ‫ْن َو َماه َُو َع‬ ِ ْ ‫صا ِح ُب ُك ْم ِب َمجْ ُن ْو ْ ٍن َولَ َق ْد َراَهُ ِبااْل ُفُ ِق ْالم ُِبي‬
َ ‫ْن َو َما‬ ٍ ْ ‫َث َّم اَ ِمي‬
‫َت ْذ َهب ُْو ْ َن اِنْ ه َُوااَّل ِذ ْك ٌرلِّ ْل َعا َل ِمي ْ َْن ِل َمنْ َشآ َء ِم ْن ُك ْم اَنْ يَّسْ َت ِق ْي ْ َم َو َما َت َشآء ُْو َن ِاآَّل اَنْ َّي َشآ َءهللاُ َربُّ ْال َعا َل ِمي َْن‬

Terjemah:

“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih maha penyayang, apabila
matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila
gunung-gunung di hancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting di tinggalkan
(tidak dipedulikan), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan
apabila lautan dipanaskan, dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh),
apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa
apakah dia dibunuh?, dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia)
dibuka, dan apabila langit dilenyapkan, dan apabila neraka jahim dinyalakan,
dan apabila surga didekatkan, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang
telah dikerjakannya, sungguh, aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang
beredar dan terbenam, demi malam apabila telah meninggalkan gelapnya, dan
demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, sesungguhnya Al-Quran itu
benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang
mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang
mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya, dan

2
M Quraish Shihab, Al-Qur’an dan maknanya, (Tangerang: Lentera Hati, 2010), p. 586

4
temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila, dan
sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang, dan dia
(Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang gaib, dan
Al-Quran itu bukanlah perkataan syaitan yang terkutuk, maka kemanakah kamu
akan pergi?, Al-Quran itu tiada lain hannyalah peringatan bagi semesta alam,
(yaitu) bagi siapa diantara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus, dan
kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila di
kehendaki Allah, Rabb semesta alam.”3

B. Kandungan global surah At- takwir

Ayat 1-6. Akhir surat yang lalu (Abasa) ditutup dengan ancaman kepada
kaum Kafir dan pendurhaka tentang akan datangnya Kiamat dan azab Allah swt.
Surat ini dimulai dengan uraian tentang kiamat itu dan memberi gambaran yang
demikian jelas tentang kejadiannya. Ayat-ayat diatas menyebut enam hal luar
biasa yang berbeda dengan apa yang selama ini dikenal dalam kehidupan sehari-
hari yaitu:

1. Matahari digulung dengan sangat mudah.


2. Bintang-bintang berjatuhan dengan sendirinya atau pudar cahayanya
3. Gunung-gunung digerakkan dari tempatnya
4. Unta-unta yang mengandung dibulannya yang kesepuluh, yakni harta yang
paling disukai, ditinggalkan.
5. Binatang-binatang buas dan liar dikumpulkan.
6. Samudra dipanaskan, atau dimunculkan panasnya, sehingga menjadi
lautan api.

Ayat 7-14. Ayat ini menjelaskan enam peristiwa yang terjadi pada saat
kebangkitan, yaitu:

3
M Quraish Shihab, Al-Qur’an dan maknanya, p. 587

5
1. Jiwa-jiwa dipertemukan kembali dengan jasadnya yang semula telah
terkubur atau bergabungnya jiwa dengan sesamanya. Yang durhaka
dengan yang durhaka dan yang sebaliknya.
2. Bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanyai mengapa mereka
diperlakukan demikian. Ini untuk mengecam pelaku-pelaku kejam itu.
3. Lembaran-lembaran amal manusia yang dicatat oleh malaikat dibuka lalu
dibaca masing-masing oleh pemiliknya.
4. Langit dicabut dari tempatnya bagaikan menguliti kulit binatang.
5. Neraka Jahim dikobarkan lalu didekatkan kepada para pendurhaka.
6. Surga dihiasi lalu didekatkan menyambut para yang taat.

Ayat 15-19. Kelompok ayat-ayat ini berbicara tentang Al-Quran dan Nabi
Muhammad saw. Yang keduanya menyampaikan keniscayaan Hari Kiamat.
Melalui ayat 15 dan 16 Allah swt. Bersumpah dengan bintang-bintang yang
bersembunyi sehingga tidak terlihat oleh pandangan mata. Dia juga bersumpah
melalui ayat 17 dan 18 demi malam saat semakin menipis kepekatannya
menjelang fajar, dan saat subuh saat fajarnya mulai menyingsing.

Sumpah dengan aneka hal itu untuk menyatakan bahwa sesungguhnya hari
kiamat seperti yang dilukiskan oleh ayat -ayat yang lalu dan Al-Quran Al-Karim
benar-benar firman Allah swt. Yang disampaikan oleh utusan yang mulia, yakni
malaikat Jibril as (Ayat 19).4

Ayat 20-25. Setelah ayat-ayat yang lalu menjelaskan tentang Al-Quran


mulia yang disampaikan oleh utusan Allah swt. Yang mulia, ayat-ayat diatas
memuji dengan menjelaskan sifat utusan Tuhan itu bermula dengan menegaskan
bahwa malaikat Jibril adalah pemilik kekuatan. Yakni kemampuan yang
diperolehnya atas anugerah Allah swt, yang merupakan pemilik, lagi penguasa
Arsy yakni seluruh alam ini. Malaikat itu ditaati di alam malaikat, lagi dipercaya
dalam segala hal, termasuk dalam menyampaikan wahyu Al-Quran. Selanjutnya,
ayat 22 menampik tuduhan-tuduhan kaum Musyrikin terhadap Nabi Muhammad

4
M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari surah-surah Al-Quran,
(Tangerang: Lentera Hati, 2012), p. 552-555

6
saw, yang menyampaikan tuntunan Al-Qur’an dengan menyatakan bahwa
bukanlah “sahabatmu” yakni Muhammad saw, yang kamu kenal demikian dekat
seperti dekatnya sahabat yang selalu bersama kamu, bukanlah dia seorang yang
gila (22). Nabi agung telah melihat Malaikat Jibril as. Dalam bentuk aslinya di
ufuk yang terang, yakni di shidrat al-muntaha dimana segala sesuatu menjadi
terang tanpa sedikit kekaburan atau kekeruhan pun, sehingga beliau mengenal
malaikat itu sebaik mungkin (23). Dia juga tidak kikir menjelaskan hal gaib yang
diketahuinya (24). Selanjutnya, (ayat 25) menegaskan bahwa Al-Quran yang
beliau sampaikan itu sedikit pun bukan merupakan perkataan setan yang
terkutuk.5

Ayat 26-29. Setelah ayat-ayat yang lalu menampik aneka tuduhan terhadap
Al-Quran dan terhadap yang menyampaikannya, dengan membuktikan kekeliruan
mereka, maka kini ayat 26 mengecam para penuduh itu dengan menyatakan:
Maka kemanakah kamu akan pergi yakni jalan apa yang kamu tempuh sehingga
menuduh dengan tuduhan yang tidak benar serta berpaling darinya?, ayat 27-28
bagaikan menyatakan: namun demikian, jika ada jalan lain yang hendak kamu
tempuh, silakan saja karena Al-Quran tiada lain hannyalah peringatan dan bahan
pelajaran bagi semesta alam, yaitu siapa diantara kamu yang hendak menempuh
jalan yang lurus dan menemukan kebenaran dan kebahagiaan. Maksud ayat
terakhir surah ini ( ayat 29) adalah jangan juga jika kamu berkehendak, bahwa
kamu mempunyai kemandirian mutlak atas kehendakmu tanpa peranan Allah swt,
sama sekali, jangan duga kamu dapat keluar dari sistem yang diterapkan-Nya.6

C. Tafsir Per Ayat surah at-Takwir

ْ ‫إ َذل َّش ْمسُ ُكوِّ َر‬


‫ت‬ ِ

5
M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari surah-surah Al-Quran,
p. 556
6
M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari surah-surah Al-Quran,
p. 557-558

7
Ketika matahari digulung, kata Kuwwirat berasal dari kata takwir yang
menurut kamus dan buku-buku tafsir, makna dasarnya ialah tindakan
menggulung, menggulung atau membungkus sesuatu (seperti menggulung
sorban). Dalam hal ini, makna kata diatas adalah penggulungan sinar matahari,
penggelapan, dan penyusutan badannya, sinarnya akan padam.

ْ ‫َوإِ َذاآل ّنج ُْو ُم آ ْن َك َد َر‬


‫ت‬

Dan ketika bintang-bintang menjadi gelap, kata inkadarat memiliki


kata dasar inkidar, yang artinya jatuh, berserakan, dan diturunkan dari akar
kata kudurat, yang berarti suram, gelap. Kedua arti ini dapat digabungkan
untuk menafsirkan ayat ke 2 ini, karena menjelang kiamat kelak bintang-
bintang akan kehilangan sinarnya, berserakan, berjatuhan, dan keteraturan
alam semesta pun terganggu.7

ْ ‫َوإِ َذ‬
ْ ‫اآل ِج ِبا َ ُل ُسي َِّر‬
‫ت‬

Dan apabila gunung-gunung dihancurkan, yakni dihilangkan dari


tempatnya masing-masing dan dihancurkan sehingga bumi menjadi rata, tidak
ada tumbuh-tumbuhan

ِّ ‫اآل ِع َشا ُرع‬


ْ َ‫ُطل‬
‫ت‬ ْ ‫َوإِ َذ‬

Dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan tidak (dipedulikan),


Ikrimah dan Mujahid mengatakan: yakni unta-unta yang sedang bunting.
Lebih lanjut, Mujahid mengatakan kata uththilat berarti ditinggalkan
dibiarkan. Dan yang dimaksud dengan al-isyaar berarti unta-unta pilihan dan
sedang bunting yang kehamilannya sudah sampai sepuluh bulan. Hal itu
disebabkan karena mereka disibukkan oleh masalah yang lebih penting dan
menakutkan yakni hari kiamat.

ْ ‫وإذا لوحوش حُشِ َر‬


‫ت‬

7
Allamah Kamal Fakih Imani, Tafsir Nurul Quran: Sebuah Tafsir Sederhana Menuju
Cahaya Al-Quran, (Jakarta: Penerbit Al-Huda, 2006), p. 246-247

8
Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, yang sebagaimana
yang difirmankan Allah ta’ala dalam surah al-an’am ayat 38, yang artinya:
dan tiadalah binatang-binatang yang ada dibumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) sepertimu.
Tiadalah kami alpakan sesuatu apa pun di dalam al-kitab kemudian kepada
Rabb-lah mereka dihimpunkan.

ْ ‫َوإِ َذ‬
ْ ‫اآل ِب َكا ُرسُجِّ َر‬
‫ت‬

“Apabila laut dipanaskan”, Ibnu Abbas dan para ulama lainnya


mengarakan: Allah mengirimkan angin kencang kelautan itu, lalu
membakarnya sehingga lautan itu menjadi api yang menyala-nyala.

ْ ‫وإذا لنفوس ُزوِّ َج‬


‫ت‬

Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh), yakni segala


bentuk dipertemukan dengan mitranya masing-masing.8

ْ َ‫ب قُ ِتل‬
‫ت‬ ْ َ‫وإذا لموء َدةُ ُس ِئل‬
ٍ ‫ت ِباَيِّ َذ ْن‬

“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,


karena dosa apakah dia dibunuh?”, kata al-mau’udatu, berarti bayi-bayi yang
dahulu orang jahiliah menguburnya hidup-hidup kedalam tanah karena benci
memiliki anak perempuan. Pada hari kiamat kelak, bayi-bayi itu akan ditanya,
karena dosa apa mereka dikuburkan?, yang demikian agar menjadi ancaman
bagi orang-orang yang telah melakukannya.

ْ ‫صحُفُ ُنشِ َر‬


‫ت‬ ُّ ‫َوإِ َذاآل‬

“dan apabila catatan-catatan amal manusia dibuka”, Adh-Dhahak


mengatakan, setiap orang diberikan catatannya dengan tangan kanan atau
kirinya. Sedangkan Qatadah mengatakan “ Wahai anak Adam , kalian akan
mengisinya lalu melipatnya, dan setelah itu akan dibukakan kepada kalian
kelak dihari kiamat.9

8
Ibn Ahmad, Tafsir Ibnu Katsir: Juz 30, (Jakarta: A’zam Pustaka, 2017), p. 407
9
Ibn Ahmad, Tafsir Ibnu Katsir: Juz 30, p.408

9
D. Aspek analisis sejarah tafsir surah At-Takwir ayat dan 22-25

‫ْن َو َماه َُو ِب َق ْو ِل َش ْي َط ٍن رَّ ِجي ٍْْم‬


ٍ ْ ‫ض ِني‬ ِ ‫لى ْال َغ ْي‬
َ ‫ب ِب‬ ِ ْ ‫صا ِح ُب ُك ْم ِب َمجْ ُن ْو ْ ٍن َولَ َق ْد َراَهُ ِبااْل ُفُ ِق ْالم ُِبي‬
َ ‫ْن َو َماه َُو َع‬ َ ‫َو َما‬

Artinya: “dan wahai manusia sahabatmu Rasul kami bukanlah orang gila,
sesungguhnya dia melihat Jibril diufuk yang terang, dan dia tidak
menyembunyikan mengenai hal yang gaib, ia juga bukan perkataan syaitan yang
terkutuk.”

Ayat 22 menampik tuduhan-tuduhan kaum Musyrikin terhadap Nabi


Muhammad saw, yang menyampaikan tuntunan Al-Qur’an dengan menyatakan
bahwa bukanlah “sahabatmu” yakni Muhammad saw, yang kamu kenal demikian
dekat seperti dekatnya sahabat yang selalu bersama kamu, bukanlah dia seorang
yang gila (22). Nabi agung telah melihat Malaikat Jibril as. Dalam bentuk aslinya
di ufuk yang terang, yakni di shidrat al-muntaha dimana segala sesuatu menjadi
terang tanpa sedikit kekaburan atau kekeruhan pun, sehingga beliau mengenal
malaikat itu sebaik mungkin (23). Dia juga tidak kikir menjelaskan hal gaib yang
diketahuinya (24). Selanjutnya, (ayat 25) menegaskan bahwa Al-Quran yang
beliau sampaikan itu sedikit pun bukan merupakan perkataan setan yang
terkutuk.10

10
Ibn Ahmad, Tafsir Ibnu Katsir: Juz 30, p. 410

10
11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Surah At-Takwir termasuk dalam kelompok surah Makkiyah. Secara


tematik surah ini bisa dibagi menjadi dua, yaitu: pertama, tema yang ditunjukkan
pada permulaan surah, berisi fakta-fakta tentang (kepastian kehidupan) akhirat
dan berbagai perubahan besar yang terjadi berkaitan dengan akhir kehidupan
didunia yang dilanjutkan dengan kehidupan akhirat itu dimulai dengan terjadinya
kebangkitan.

Kedua, tema yang menjelaskan kejadian spiritual dan Irfani yang


membuktikan bahwa pewahyuan Al-Qur’an yang agung itu adalah benar. Ia
diwahyukan melalui Malaikat Jibril, dan mempunyai pengaruh sangat penting
bagi manusia sebagai pedoman (pembimbing) rohani. Bagian ini disertai dengan
beberapa sumpah pencerahan yang bermakna dalam.

Saran

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak


kekurangan atau kesalahan maka dari itu penulis hendaknya mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca agar makalah ini dapat disempurnakan

DAFTAR PUSTAKA

12
Quraish M, Shihab, 2010, Al-Quran dan Maknanya,Tangerang: Lentera Hati

Quraish M, Shihab, 2012, Al-Lubab: makna, tujuan, dan pelajaran dari surah-
surah Al-Quran, Tangerang: Lentera Hati

Kamal Fakih, Imani Alamah, 2006, Tafsir Nurul Quran: sebuah tafsir sederhana
menuju cahaya Al-Quran, Jakarta: Al-Huda

Ahmad Ibn, 2017, tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: pustaka A’zam

Syarifah Syifa, 2017, skripsi: metode tanya jawab dalam Al-Quran, Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah

13

Anda mungkin juga menyukai