Disusun oleh:
TAHUN 2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Surah At-Takwir termasuk dalam kelompok surah Makkiyah.
Namanya yang populer adalah surat at-takwir yang diambil dari kata
kuwwirat (menggulung), yang disebut pada ayat pertamanya. Ada
beberapa bukti yang mendukung pendapat ini. Misalnya, kasus perlakuan
musuh-musuh Islam terhadap Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wasallam
yang diungkap surah ini, merupakan tipikal ayat-ayat yang turun pada
kurun awal dakwah Islam di Mekah. Para pemuka masyarakat Mekah itu
memperlakukan Nabi Islam secara tidak pantas, seperti menuduhnya
sebagai orang gila. Mereka selalu melecehkan perkataan-perkataan dan
seruan dakwah Nabi saw. dan sama sekali tidak mempedulikannya.
Secara tematik surah ini bisa dibagi menjadi dua, yaitu: pertama,
tema yang ditunjukkan pada permulaan surah, berisi fakta-fakta tentang
(kepastian kehidupan) akhirat dan berbagai perubahan besar yang terjadi
berkaitan dengan akhir kehidupan didunia yang dilanjutkan dengan
kehidupan akhirat itu dimulai dengan terjadinya kebangkitan.
Kedua, tema yang menjelaskan kejadian spiritual dan Irfani yang
membuktikan bahwa pewahyuan Al-Qur’an yang agung itu adalah benar.
Ia diwahyukan melalui Malaikat Jibril, dan mempunyai pengaruh sangat
penting bagi manusia sebagai pedoman (pembimbing) rohani. Bagian ini
disertai dengan beberapa sumpah pencerahan yang bermakna dalam.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ayat dan terjemah Surah at-Takwir ?
1
Syifa Syarifah, Skripsi: Metode Tanya Jawab dalam Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2017), p. 57
2
2. Apa Kandungan global dalam surah at-Takwir ?
3. Bagaimana Tafsir per ayat surah at-Takwir ?
4. Bagaimana Tafsir analisis sejarah surah at-Takwir ?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Tafsir, dan guna menjelaskan apa yang menjadi rumusan masalah
diatas. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya dan semua umumnya. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh sebab itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis
dapat menyempurnakan makalah ini.
BAB II
3
PEMBAHASAN
Terjemah:
“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih maha penyayang, apabila
matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila
gunung-gunung di hancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting di tinggalkan
(tidak dipedulikan), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan
apabila lautan dipanaskan, dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh),
apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa
apakah dia dibunuh?, dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia)
dibuka, dan apabila langit dilenyapkan, dan apabila neraka jahim dinyalakan,
dan apabila surga didekatkan, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang
telah dikerjakannya, sungguh, aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang
beredar dan terbenam, demi malam apabila telah meninggalkan gelapnya, dan
demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, sesungguhnya Al-Quran itu
benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang
mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang
mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya, dan
2
M Quraish Shihab, Al-Qur’an dan maknanya, (Tangerang: Lentera Hati, 2010), p. 586
4
temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila, dan
sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang, dan dia
(Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang gaib, dan
Al-Quran itu bukanlah perkataan syaitan yang terkutuk, maka kemanakah kamu
akan pergi?, Al-Quran itu tiada lain hannyalah peringatan bagi semesta alam,
(yaitu) bagi siapa diantara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus, dan
kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila di
kehendaki Allah, Rabb semesta alam.”3
Ayat 1-6. Akhir surat yang lalu (Abasa) ditutup dengan ancaman kepada
kaum Kafir dan pendurhaka tentang akan datangnya Kiamat dan azab Allah swt.
Surat ini dimulai dengan uraian tentang kiamat itu dan memberi gambaran yang
demikian jelas tentang kejadiannya. Ayat-ayat diatas menyebut enam hal luar
biasa yang berbeda dengan apa yang selama ini dikenal dalam kehidupan sehari-
hari yaitu:
Ayat 7-14. Ayat ini menjelaskan enam peristiwa yang terjadi pada saat
kebangkitan, yaitu:
3
M Quraish Shihab, Al-Qur’an dan maknanya, p. 587
5
1. Jiwa-jiwa dipertemukan kembali dengan jasadnya yang semula telah
terkubur atau bergabungnya jiwa dengan sesamanya. Yang durhaka
dengan yang durhaka dan yang sebaliknya.
2. Bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanyai mengapa mereka
diperlakukan demikian. Ini untuk mengecam pelaku-pelaku kejam itu.
3. Lembaran-lembaran amal manusia yang dicatat oleh malaikat dibuka lalu
dibaca masing-masing oleh pemiliknya.
4. Langit dicabut dari tempatnya bagaikan menguliti kulit binatang.
5. Neraka Jahim dikobarkan lalu didekatkan kepada para pendurhaka.
6. Surga dihiasi lalu didekatkan menyambut para yang taat.
Ayat 15-19. Kelompok ayat-ayat ini berbicara tentang Al-Quran dan Nabi
Muhammad saw. Yang keduanya menyampaikan keniscayaan Hari Kiamat.
Melalui ayat 15 dan 16 Allah swt. Bersumpah dengan bintang-bintang yang
bersembunyi sehingga tidak terlihat oleh pandangan mata. Dia juga bersumpah
melalui ayat 17 dan 18 demi malam saat semakin menipis kepekatannya
menjelang fajar, dan saat subuh saat fajarnya mulai menyingsing.
Sumpah dengan aneka hal itu untuk menyatakan bahwa sesungguhnya hari
kiamat seperti yang dilukiskan oleh ayat -ayat yang lalu dan Al-Quran Al-Karim
benar-benar firman Allah swt. Yang disampaikan oleh utusan yang mulia, yakni
malaikat Jibril as (Ayat 19).4
4
M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari surah-surah Al-Quran,
(Tangerang: Lentera Hati, 2012), p. 552-555
6
saw, yang menyampaikan tuntunan Al-Qur’an dengan menyatakan bahwa
bukanlah “sahabatmu” yakni Muhammad saw, yang kamu kenal demikian dekat
seperti dekatnya sahabat yang selalu bersama kamu, bukanlah dia seorang yang
gila (22). Nabi agung telah melihat Malaikat Jibril as. Dalam bentuk aslinya di
ufuk yang terang, yakni di shidrat al-muntaha dimana segala sesuatu menjadi
terang tanpa sedikit kekaburan atau kekeruhan pun, sehingga beliau mengenal
malaikat itu sebaik mungkin (23). Dia juga tidak kikir menjelaskan hal gaib yang
diketahuinya (24). Selanjutnya, (ayat 25) menegaskan bahwa Al-Quran yang
beliau sampaikan itu sedikit pun bukan merupakan perkataan setan yang
terkutuk.5
Ayat 26-29. Setelah ayat-ayat yang lalu menampik aneka tuduhan terhadap
Al-Quran dan terhadap yang menyampaikannya, dengan membuktikan kekeliruan
mereka, maka kini ayat 26 mengecam para penuduh itu dengan menyatakan:
Maka kemanakah kamu akan pergi yakni jalan apa yang kamu tempuh sehingga
menuduh dengan tuduhan yang tidak benar serta berpaling darinya?, ayat 27-28
bagaikan menyatakan: namun demikian, jika ada jalan lain yang hendak kamu
tempuh, silakan saja karena Al-Quran tiada lain hannyalah peringatan dan bahan
pelajaran bagi semesta alam, yaitu siapa diantara kamu yang hendak menempuh
jalan yang lurus dan menemukan kebenaran dan kebahagiaan. Maksud ayat
terakhir surah ini ( ayat 29) adalah jangan juga jika kamu berkehendak, bahwa
kamu mempunyai kemandirian mutlak atas kehendakmu tanpa peranan Allah swt,
sama sekali, jangan duga kamu dapat keluar dari sistem yang diterapkan-Nya.6
5
M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari surah-surah Al-Quran,
p. 556
6
M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari surah-surah Al-Quran,
p. 557-558
7
Ketika matahari digulung, kata Kuwwirat berasal dari kata takwir yang
menurut kamus dan buku-buku tafsir, makna dasarnya ialah tindakan
menggulung, menggulung atau membungkus sesuatu (seperti menggulung
sorban). Dalam hal ini, makna kata diatas adalah penggulungan sinar matahari,
penggelapan, dan penyusutan badannya, sinarnya akan padam.
ْ َوإِ َذ
ْ اآل ِج ِبا َ ُل ُسي َِّر
ت
7
Allamah Kamal Fakih Imani, Tafsir Nurul Quran: Sebuah Tafsir Sederhana Menuju
Cahaya Al-Quran, (Jakarta: Penerbit Al-Huda, 2006), p. 246-247
8
Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, yang sebagaimana
yang difirmankan Allah ta’ala dalam surah al-an’am ayat 38, yang artinya:
dan tiadalah binatang-binatang yang ada dibumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) sepertimu.
Tiadalah kami alpakan sesuatu apa pun di dalam al-kitab kemudian kepada
Rabb-lah mereka dihimpunkan.
ْ َوإِ َذ
ْ اآل ِب َكا ُرسُجِّ َر
ت
ْ َب قُ ِتل
ت ْ َوإذا لموء َدةُ ُس ِئل
ٍ ت ِباَيِّ َذ ْن
8
Ibn Ahmad, Tafsir Ibnu Katsir: Juz 30, (Jakarta: A’zam Pustaka, 2017), p. 407
9
Ibn Ahmad, Tafsir Ibnu Katsir: Juz 30, p.408
9
D. Aspek analisis sejarah tafsir surah At-Takwir ayat dan 22-25
Artinya: “dan wahai manusia sahabatmu Rasul kami bukanlah orang gila,
sesungguhnya dia melihat Jibril diufuk yang terang, dan dia tidak
menyembunyikan mengenai hal yang gaib, ia juga bukan perkataan syaitan yang
terkutuk.”
10
Ibn Ahmad, Tafsir Ibnu Katsir: Juz 30, p. 410
10
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
12
Quraish M, Shihab, 2010, Al-Quran dan Maknanya,Tangerang: Lentera Hati
Quraish M, Shihab, 2012, Al-Lubab: makna, tujuan, dan pelajaran dari surah-
surah Al-Quran, Tangerang: Lentera Hati
Kamal Fakih, Imani Alamah, 2006, Tafsir Nurul Quran: sebuah tafsir sederhana
menuju cahaya Al-Quran, Jakarta: Al-Huda
Syarifah Syifa, 2017, skripsi: metode tanya jawab dalam Al-Quran, Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah
13