Anda di halaman 1dari 5

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PERAWAT DENGAN KLIEN

Nama: Aulia Rima Rachmawati Ruang: KIA


NIM: G2A018019 Tanggal: Selasa, 14 Januari 2020

Skenario:
Diruang KIA datang klien bernama Ny. Chintya Rahma ia datang untuk mengecek
kandungannya dan juga menanyakan tentang keluhannya yaitu mual, muntah dan lemas. Saat
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darahnya 90/70, dengan berat badan 45kg, lila
24,3cm, dan tinggi badan 160cm.

1. Fase Prainteraksi:
Pada tahap ini perawat mempersiapkan diri sendiri, memahami kekurangan dan
kelebihannya, mencari informasi tentang klien yang akan menjadi lawan bicaranya,
menyusun strategi komunikasi yang akan digunakan.
2. Fase Orientasi:
Salam Terapeutik
Perawat: “Selamat pagi ibu silahkan duduk?”
Klien: “Pagi mbak.”
Perawat: “Perkenalkan ibu saya Perawat Aulia, boleh sebutkan nama dan tanggal lahirnya
bu?”
Klien: “Iya sus, saya Bu Chintya Rahma. Lahir tanggal 30 Desember 1996.”
Evaluasi atau Validasi
Perawat: “Baik, dengan Ibu Chintya nggih. Bagaimana bu keadaannya hari ini?”
Klien: “Saya mual muntah sus setiap habis makan.”
Perawat: “Kalau boleh tahu, ini ibu kehamilan keberapa minggu ya bu?”
Klien: “10 minggu sus.”
Kontrak Topik, Waktu dan Tempat
Perawat: “Ibu karena ini kehamilan pertama ibu mungkin ibu merasa takut atau cemas ya bu,
namun ibu tidak perlu khawatir bagaimana jika saya berikan informasi seputar
mual dan muntah ibu apakah ibu bersedia?”.
Klien: “Baik sus.”
Perawat: “Nanti waktunya kira-kira 10-15 menit ya bu. Untuk tempatnya bagaimana jika kita
bercakap-cakap disini saja apakah ibu bersedia?”
Klien: “Ya sus, saya bersedia.”
3. Fase Kerja:
Perawat: “Jadi begini ibu, awal kehamilan sampai usia kehamilan 12 minggu itu mual
muntah
itu wajar ya bu. Namun perlu diingat mual dan muntah itu memungkinkan ibu
kekurangan nutrisi ya bu.”
Klien: “Oh jadi begitu ya sus? Lalu bagaimana menanganinya?
Perawat: “Untuk mencegah adanya kekurangan nutrisi usahakan tetap makan bu jika tidak
bisa
makan dalam jumlah yang banyak sekaligus ibu boleh makan sedikit tapi sering ya
bu, sedikit yang saya maksud bukan porsi piring kecil ya bu. Porsi yang memadahi
dan tetap menggunakan lauk yang bergizi.”
Klien: “Oh jadi begitu ya sus? Terus lauknya seperti apa aja ya sus?”
Perawat: “Lauk yang mengandung zat besi seperti sayur, dan buah yang banyak mengandung
vitamin, daging atau telur yang mengandung protein, usahakan untuk tetap minum
susu ya bu, karbohidratnya juga harus terpenuhi ya bu boleh dengan nasi atau
roti.”
Klien: “Kan sama saja sus kalau nanti saya muntahkan lagi.”
Perawat: “Namun setidaknya ada nutrisi yang sudah terserap ibu dan janin ibu, sehingga bayi
ibu tidak kekurangan nutrisi. Kalau ibu kekurangan nutrisi mungkin saja ibu anemi
sehinga saat persalinan nanti beresiko perdarahan bisa saja keguguran. Kalau tidak
kasihan bayi ibu jika harus terlahir prematur. Prkembangan janin ibu bisa saja
terhambat ibu jika ibu kekurangan nutrisi.”
Klien: “Oh gitu sus, lalu kalau saya muntah baiknya gimana sus?”
Perawat: “Jika ibu muntah alagkah lebih baiknya setelah itu ibu makan lagi, karena saat
mutah
ibu mengeluarkan energi sehingga ibu perlu mengisi ulang energi ibu.”
Klien: “Baik sus terimakasih informasi dan arahannya.”
Perawat: “Sama-sama ibu, adalagi yang ingin ibu tanyakan atau sampaikan?”
Klien: “Sudah sus”
Perawat: “Baik ibu terimakasih, ibu sudah menerima dengan baik nasihat serta informasi dari
saya semoga bermanfaat. Semoga sehat selalu adiknya sehat saat bersalin nanti
persalinannya lancer aamiin.”
Klien: “Ya sus, terimakasih banyak sus. Saya permisi ya sus.”
Perawat: “Ya bu, mari silahkan.”
Skenario:
Diruang KIA datang seorang klien yang ingin melakukan suntik KB rutin. Saat dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan hasil TD: 120/70, N: 83x/menit, RR: 24x/menit dengan
berat badan 53kg dan tinggi badan 160cm.
1. Fase Prainteraksi:
Pada tahap ini perawat mempersiapkan diri sendiri, memahami kekurangan dan
kelebihannya, mencari informasi tentang klien yang akan menjadi lawan bicaranya,
menyusun strategi komunikasi yang akan digunakan.
2. Fase Orientasi
Perawat: “Selamat pagi bu.”
Klien: “Pagi mbak.”
Perawat: “Perkenalkan ibu saya perawat Aulia, boleh sebutkan namanya bu?”
Klien: “Baik sus, nama saya Cici Wulansari”
Perawat: “Baik dengan ibu Cici Wulansari ya, Bagaimana kabarnya hari ini bu?”
Klien: “Alhamdulillah sehat sus.”
Perawat: “Oke kalau begitu adakah yang bisa saya bantu bu?”
Klien: “Iya sus, saya mau suntik KB sus.”
Perawat: “Baik bu, sebelumnya silahkan timbang dulu bu.”
Klien: “Ok, Sus.”
Perawat: “Sudah bu silahkan duduk.”
Klien: “Ya sus.”
Perawat: “Ibu permisi ya saya tensi dulu.”
Klien: “Ya sus silahkan.”
Perawat: “Ibu sudah bu silahkan tiduran di bed dulu ya bu saya siapkan alat dan cuci tangan
dahulu.”
Klien: “Baik sus.”
Perawat: “Ibu mohon maaf bisa tengkurap bu?”
Klien: “Bisa sus.”
Perawat: “Celananya saya buka sedikit ya bu, silahkan tarik nafas, agak sakit ditahan ya bu.”
Klien: Mengangguk.
Perawat: “Sudah ya bu, silahkan duduk di depan meja saya ya bu.”
Klien: “Ya sus.”
Perawat: “Ibu tadi kan sudah saya suntik bagaimana ibu perasaannya? Agak sedikit nyeri
ya?”
Klien: “Iya sus hehe.”
Perawat: “Jadi tadi tensinya normal ya ibu 120/70 untuk berat badannya 53kg, jadi semuanya
normal ya bu. Di buku KB ibu sudah saya tuliskan tanggal kembali kesini untuk
KB
selanjutnya ya bu usahakan jangan sampai terlambat.”
Klien: “Baik sus kalau begitu terimakasih ya sus, saya permisi.”
Perawat: “Baik ibu jika ada keluhan silahkan langsung datang kemari saja ya bu.”
Klien: “Baik sus, saya pamit.”
Perawat: “Nggih ibu, silahkan.” Menjabat tangan klien.

Anda mungkin juga menyukai