Anda di halaman 1dari 27

Farmakognosi

“ Abstract”
Conducted research now aims to isolate the components of flavonoids contained in the
plant and its cytotoxicity test. Leaves were extracted with methanol and diffraction with
hexane, chloroform, ethyl acetate and then last with butanol. Essential oil extract was purified
using various chromatographic techniques. Prenilasi two flavonoid derivatives; 5,7,3 ', 5'-
tetramethoxy-8-C-prenyl-flavone; 5,7,3', 5'-tetramethoxy-6-C-prenylflavon, along with four
flavonoids, namely: 5,6,7,3 ', 4',-pentametoksiflavon; 5 - hydroxy-6, 7,3 ', 4'-
tetrametoksiflavon; ladanein and 6-hydroxy-5, 7,4'-trimetoksiflavon isolated from leaf
extracts Orthosiphon Stamineus.

The structure of this compound was determined by spectroscopic methods. All isolated
compounds tested its cytotoxicity using Liver Highly Metastatic Murine Colon 26-L5
Carcinoma Cells using; Prenilasi new flavones, and flavonoid (5,6,7,3 ', 4'-
pentametoksiflavon, 5-hydroxy-6, 7,3 ', 4'-tetrametoksiflavon, ladanein and 6-hydroxy-5,
7,4'-trimetoksiflavon) demonstrate the value of its cytotoxicity with ED50 values between
10-90 mg mL-1.

Drs. Amir Fatah Hal 1


Farmakognosi

“ Flavonoid “

I. Deskripsi

Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini
terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam
kandungan tumbuhan. Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan
merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga
yang dihasilkan. Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah
bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk menjaga dan
memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.

Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan
kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin
memberikan warna kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah, ungu
atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara
biologis flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman
oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat
menolak sejenis ulat tertentu.

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan
di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai
zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan
pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan
pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk
pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan
obat herbal.

Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas
nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid
tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan
proses evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa
flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori,
kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar

Drs. Amir Fatah Hal 2


Farmakognosi

UV, molekul sinyal pada berbagai jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi
dan fertilitas jantan. Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh
seorang Amerika bernama Gyorgy (1936).

Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas.
Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia
dan peran biologi yang sangat beragam. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua
bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah
buni dan biji. Kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuh-
tumbuhan diubah menjadi flavonoid.

Flavonoid merupakan turunan fenol yang memiliki struktur dasar fenilbenzopiron


(tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15 karbon (C6-C3-C6) yang terdiri dari satu cincin
teroksigenasi dan dua cincin aromatis. Substitusi gugus kimia pada flavonoid umum-
nya berupa hidroksilasi, metoksilasi, metilasi dan glikosilasi.

Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang mengklasifikasikan


flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol, flavanon, antosianin, dan
kalkon. Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari
kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam
tumbuhan.

Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat


oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan
antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut
sebagai flavonoida utama.

Flavonoida mempunyai beberapa cirri struktur yaitu: cincin A dari struktur


flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu pada posisi 2,4 dan
6. Cincin B flavonoida mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau
dua pada posisi para dan meta aau tiga pada posisi satu di para dan dua di meta.

Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,
dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantaipropana (C3) sehingga
membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis
struktur senyawa flavonoida, yaitu:

Drs. Amir Fatah Hal 3


Farmakognosi

1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

Beberapa senyawa flavonoida yang ditemukan di alam adalah sebagai berikut,


yakni :

a) Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar


luas dalam tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu
struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari
pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil
atau dengan metilasi.

Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin


dihidrolisis dengan asam. Antosianidin terdapat enam jenis secara umum,
yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin.

Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk


kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin.
Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam
sekitar 80 persen dari pigmen daun tumbuhan, 69 persen dari buah-buahan
dan 50 persen dari bunga. Kebanyakan warna bunga merah dan biru
disebabkan antosianin. Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu
antosianidin dan merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang
diberikan oleh suatu antosianin, sebagian bergantung pada pH bunga.

b) Flavonol

Flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat


dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana
adalah galangin, 3,5,7 –tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit,
hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon.

Drs. Amir Fatah Hal 4


Farmakognosi

c) Flavonon

d)     Khalkon

Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun


terdistribusinya di alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat
mengalami isomerasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan. Bila
khalkon 2,6-dihidroksilasi, isomer flavanon mngikat 5 gugus hidroksil, dan
stabilisasi mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka
menyebabkan keseimbangan khalkon-flavon condong ke arah flavanon.
Hingga khalkon yang terdapat di alam memiliki gugus 2,4-hidroksil atau
gugus 2-hidroksil-6-glikosilasi.

e)      Auron (Cincin A –COCO CH2 – Cincin B)

f)      Dihidrokhalkon.

Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa


yang penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum family Rosaceae
juga terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah
lama dikenal dalam bidang farmasi, ia memiliki kesanggupan menghasilkan
kondisi seperti diabetes. Phlorizin merupakan β-D-glukosida phloretin.
Phloretin mudah terurai oleh alkali kuat menjadi phloroglusional dan asam p-
hidroksihidrosinamat. Jika glukosida phlorizin dipecah dengan alkali dengan
cara yang sama, maka ternyata sisa glukosa tidak dapat terlepas dan
dihasilkan phloroglusinol β-O-glukosida.

g)   Flavon

Flavon mudah dipecah oleh alkali menghasilkan diasil metan atau


tergantung pada kondisi reaksi, asam benzoate yang diturunkan dari cincin A.
flavon stabil terhadap asam kuat dan eternya mudah didealkilasi dengan
penambahan HI atau HBr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut
inert. Namun demikian, selama demetilasi tata ulang sering teramati; oleh
pengaruh asam kuat dapat menyebabkan pembukaan cincin pada cara yang
lain.

Drs. Amir Fatah Hal 5


Farmakognosi

2.    Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana.

Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa oleh
tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau tirosin.
Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap dan melalui sederetan senyawa
antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat, calkon, flavon dan isoflavon.
Berdasarkan biosintesa tersebut maka isoflvon digolongkan sebagai senyawa
metabolit sekunder.

Isoflavon termasuk dalam kelompok flavonoid (1,2-diarilpropan) dan


merupakan kelompok yang terbesar dalam kelompok tersebut. Meskipun
isoflavon merupakan salah satu metabolit sekunder, tetapi ternyata pada mikroba
seperti bakteri, algae, jamur dan lumut tidak mengandung isoflavon, karena
mikroba tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mensintesanya. Jenis
senyawa isoflavon di alam sangat bevariasi.

Diantaranya telah berhasil diidentifikasi struktur kimianya dan diketahui


fungsi fisiologisnya, misalnya isoflavon, rotenoid dan kumestan, serta telah dapat
dimanfaatkan untuk obat-obatan. Berbagai potensi senyawa isoflavon untuk
keperluan kesehatan antara lain:

a.  Anti-inflamasi

b.      Anti-tumor/Anti-kanker

c.  Anti-virus

d. Anti-allergi

e.  Penyakit kardiovaskuler

f. Estrogen dan Osteoporosis

g.      Anti kolesterol

Drs. Amir Fatah Hal 6


Farmakognosi

3.  Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

Neoflavonoid meliputi jenis-jenis 4-arilkumarin dan berbagai dalbergoin


Penggolongan Flavonoid Berdasarkan Jenis Ikatan, yakni “

a.   Flavonoid O-Glikosida

Pada senyawa ini gugus hidroksil flavonoid terikat pada satu gula atau
lebih dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam, pengaruh glikosida ini
nenyebabkan flavonoid kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air. Gula
yang paling umum terlibat adalah glukosa disamping galaktosa, ramilosa,
silosa, arabinosa, fruktosa dan kadang-kadang glukoronat dan galakturonat.
Disakarida juga dapat terikat pada flavonoid misalnya soforosa, gentibiosa,
rutinosa dan lain-lain.

b.  Flavonoid C-Glikosida

Gugus gula terikat langsung pada inti benzen dengan suatu ikatan
karbon-karbon yang tahan asam. Lazim di temukan gula terikat pada atom C
nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat lebih sedikit
dibandingkan dengan O-glikosida. Gula paling umum adalah galaktosa,
raminosa, silosa, arabinosa.

c. Flavonoid Sulfat

Senyawa flavonoid yang mengandung satu ion sulfat atau lebih yang
terikat pada OH fenol atau gula, Secara teknis termasuk bisulfate karena
terdapat sebagai garam yaitu flavon O-SO3K. Banyak berupa glikosida
bisulfat yang terikat pada OH fenol yang mana saja yang masih bebas atau
pada guIa. Umumnya hanya terdapat pada Angiospermae yang mempunyai
ekologi dengan habitat air.

d.     Biflavonoid

Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh Furukawa dari ekstrak daun G.


biloba berupa senyawa berwarna kuning yang dinamai ginkgetin (I-4’, I-7-
dimetoksi, II-4’, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi [I-3’, II-8] biflavon). Biflavonoid

Drs. Amir Fatah Hal 7


Farmakognosi

(atau biflavonil, flavandiol) merupakan dimer flavonoid yang dibentuk dari


dua unit flavon atau dimer campuran antara flavon dengan flavanon dan atau
auron.

Struktur dasar biflavonoid adalah 2,3-dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-


apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan interflavanil C-C antara karbon C-3′
pada masing-masing flavon. Beberapa biflavonoid dengan ikatan interflavanil
C- O-C juga ada. Biflavonoid terdapat pada buah, sayuran, dan bagian
tumbuhan lainnya.. Hingga kini jumlah biflavonoid yang diisolasi dan
dikarakterisasi dari alam terus bertambah, namun yang diketahui
bioaktivitasnya masih terbatas.

Biflavonoid yang paling banyak diteliti adalah ginkgetin, isoginkgetin,


amentoflavon, morelloflavon, robustaflavon, hinokiflavon, dan ochnaflavon.
Senyawa- senyawa ini memiliki struktur dasar yang serupa yaitu 5,7,4’-
trihidroksi flavanoid, tetapi berbeda pada sifat dan letak ikatan antar
flavanoid.

Drs. Amir Fatah Hal 8


Farmakognosi

II. Struktur Kimia

Struktur molekuler dari rangka flavon (2-fenil-1,4-benzopiron)

Struktur isoflavon

Struktur neoflavonoid

Drs. Amir Fatah Hal 9


Farmakognosi

III. Isolasi & Identifikasi Flavonoid

1.      Isolasi Dengan metanol

Terhadap bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua tahap.
Pertama dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu
dibiarkan 6-12 jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak
disatukan dan diuapkan hingga 1/3 volume mula-muIa, atau sampai semua
metanol menguap dengan ekstraksi menggunakan pelarut heksan atau kloroform
(daIam corong pisah) dapat dibebaskan dari senyawa yang kepolarannya rendah,
seperti lemak, terpen, klorofil, santifil dan lain-lain

2.  Isolasi Dengan Charaux Paris

Serbuk tanaman diekstraksi dengan metanol,lalu diuapkan sampai kental dan


ekstrak kental ditambah air panas dalam volume yang sama, Ekstrak air encer
lalu ditambah eter, lakukan ekstraksi kocok, pisahkan fase eter lalu uapkan
sampai kering yang kemungkinan didapat bentuk bebas. Fase air dari hasil
pemisahan ditambah lagi pelarut etil. asetat diuapkan sampai kering yang
kemungkinan didapat Flavonoid O Glikosida. Fase air ditambah lagi pelarut n -
butanol, setelah dilakukan ekstraksi, lakukan pemisahan dari kedua fase tersebut.
Fase n-butanol diuapkan maka akan didapatkan ekstrak n - butanol yang kering,
mengandung flavonoid dalam bentuk C-glikosida dan leukoantosianin. Dari
ketiga fase yang didapat itu langsung dilakukan pemisahan dari komponen yang
ada dalam setiap fasenya dengan mempergunakan kromatografi koLom. Metode
ini sangat baik dipakai dalam mengisolasi flavonoid dalam tanaman karena dapat
dilakukan pemisahan flavonoid berdasarkan sifat kepolarannya.

3.      Isolasi Dengan Beberapa Pelarut

Serbuk kering diekstraksi dengan kloroform dan etanol, kemudian ekstrak


yang diperoleh dipekatkan dibawah tekanan rendah. Ekstrak etano lpekat
dilarutkan dalam air lalu diekstraksi gojog dengan dietil eter dan n-butanol,
sehingga dengan demikian didapat tiga fraksi yaitu fraksi kloroform, butanol dan
dietil eter.

Drs. Amir Fatah Hal 10


Farmakognosi

4.      Identifikasi Dengan Reaksi warna

1.      Uji WILSTATER

Uji ini untuk mengetahui senyawa yang mempunyai inti δ benzopiron.


Warna-warna yang dihasilkan dengan reaksi Wilstater adalah sebagai berikut:

 Jingga Daerah untuk golongan flavon.

 Merah krimson untuk golongan flavonol.

 Merah tua untuk golongan flavonon.

2.     Uji BATE SMITH MATECALVE

Reaksi warna ini digunakan untuk menuniukkan adanya senyawa


leukoantosianin, reaksi positif jika terjadi warna merah yang intensif atau
warna ungu.

Drs. Amir Fatah Hal 11


Farmakognosi

“ Bagan Isolasi Flavonoid Dengan Beberapa Pelarut “

Flavonoid

Diekstraksi

Kloroform Etanol

Tekanan Rendah Tekanan Rendah

Pekatkan Pekatkan

Larutkan dalam air

Diekstraksi

+ dietil eter + n-butanol

Fraksi kloroform Fraksi butanol Fraksi dietil eter

Drs. Amir Fatah Hal 12


Farmakognosi

IV. Tanaman Yang Mengandung Flavonoid

1. Kembang Sepatu

Anonim. 2010

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Famili :  Malvaceae (suku kapas-kapasan)

Genus :  Hibiscus

Spesies :  Hibiscus rosa-sinensis L.

Drs. Amir Fatah Hal 13


Farmakognosi

Morfologi

Bunga besar, berwarna merah dan tidak berbau. Bunga dari


berbagai kultivar dan hibrida bisa berupa bunga tunggal (daun mahkota
selapis) atau bunga ganda (daun mahkota berlapis) yang berwarna putih
hingga kuning, oranye hingga merah tua atau merah jambu.

Bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak


tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak
bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika merupakan
hibrida. Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai
sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah
berbentuk kapsul berbilik lima.

Pada umumnya tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun


berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung
daun yang meruncing. Di daerah tropis atau di rumah kaca tanaman berbunga
sepanjang tahun, sedangkan di daerah subtropis berbunga mulai darimusim
panas hingga musim gugur.

Bunga berbentuk trompet dengan diameter bunga sekitar 6 cm. hingga


20 cm. Putik (pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa mekar
menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke samping. Pada umumnya,
tanaman bersifat steril dan tidak menghasilkan buah. Tanaman berkembang
biak dengan cara stek, pencangkokan, dan penempelan.

Kandungan : Lendir, flavonoid, dan zat samak

Khasiat : Batuk, bronkitis, demam, haid tidak teratur, infeksi saluran


kemih, keputihan, pelembut kulit, radang kemih, sariawan,
bisul  (obat luar), radang kulit bernanah (obat luar), radang 
payudara (obat luar), anti inflamasi, diuretik, analgesik,
sedatif, dan ekspektoran.

Drs. Amir Fatah Hal 14


Farmakognosi

2. Mahoni

Anonim. 2010

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili :  Meliaceae 

Genus :  Swietenia

Spesies :  Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

Drs. Amir Fatah Hal 15


Farmakognosi

Morfologi

Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m


dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak
berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik,
sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda,
berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua.

Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya


silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala
sari putih, kuning kecoklatan.

Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya


cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat. Mahoni dapat ditemukan
tumbuh liar di hutan jati dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai,
atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.

Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila


tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.

Kandungan : Saponin dan flavonoida.

Khasiat : Tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes 


militus), kurang nafsu makan, masuk angin, demam dan
rematik.

Drs. Amir Fatah Hal 16


Farmakognosi

3. Nangka

Anonim. 2010

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Urticales

Famili :  Moraceae (suku nangka-nangkaan)

Genus :  Artocarpus

Spesies :  Artocarpus heterophyllus Lam

Drs. Amir Fatah Hal 17


Farmakognosi

Morfologi

Pohon nangka umumnya berukuran sedang, sampai sekitar


20 m tingginya, walaupun ada yang mencapai 30 meter. Batang bulat
silindris, sampai berdiameter sekitar 1 meter. Tajuknya padat dan lebat,
melebar dan membulat apabila di tempat terbuka. Seluruh bagian tumbuhan
mengeluarkan getah putih pekat apabila dilukai.

Daun tunggal, tersebar, bertangkai 1-4 cm, helai daun agak tebal
seperti kulit, kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik sampai jorong
(memanjang), 3,5-12 × 5-25 cm, dengan pangkal menyempit sedikit demi
sedikit, dan ujung pendek runcing atau agak runcing. Daun penumpu bulat
telur lancip, panjang sampai 8 cm, mudah rontok dan meninggalkan bekas
serupa cincin.

Tumbuhan nangka berumah satu (monoecious), perbungaan muncul


pada ketiak daun pada pucuk yang pendek dan khusus, yang tumbuh pada sisi
batang atau cabang tua. Bunga jantan dalam bongkol berbentuk gada atau
gelendong, 1-3 × 3-8 cm, dengan cincin berdaging yang jelas di pangkal
bongkol, hijau tua, dengan serbuk sari kekuningan dan berbau harum samar
apabila masak.

Bunga nangka disebut babal. Buah majemuk (syncarp) berbentuk


gelendong memanjang, seringkali tidak merata, panjangnya hingga 100 cm,
pada sisi luar membentuk duri pendek lunak.

Kandungan : Morin, flavon, sianomaklurin ( zat samak ) dan tannin.

Khasiat : Anti spasmodik dan sedatif.

Drs. Amir Fatah Hal 18


Farmakognosi

4. Remek Daging

Anonim. 2010

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili :  Euphorbiaceae 

Genus :  Excoecaria

Spesies :  Excoecaria cochinchinensis Lour.

Drs. Amir Fatah Hal 19


Farmakognosi

Morfologi

Tumbuhan perdu, berumur panjang (perenial), tinggi 0,5 - 1,5 m. Akar


tunggang. Batang berkayu, silindris, tegak, percabangan banyak, ke atas atau
mendatar.

Daun tunggal, bertangkai, tersusun berhadapan, warna atas hijau tua -


bawah merah gelap, bentuk jorong hingga lanset, panjang 4 - 15 cm, lebar 1,5
- 4 cm, helaian daun tipis tegar, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi
halus.

Pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas mengkilat, permukaan


bawah halus, tidak pernah meluruh.

Bunga tunggal, muncul di sebelah ketiak daun, mahkota berwarna


putih. Buah bulat, panjang +/- 1 cm, warna merah, terdiri dari tiga keping
yang menyatu Perbanyaan Generatif (biji) dan vegetatif (cangkok, stek
batang).

Kandungan : Flavonoid, natrium, senyawa kalium

Khasiat : Disentri, wasir, pendarahan sesudah melahirkan, diuretik


dan hemostatik.

Drs. Amir Fatah Hal 20


Farmakognosi

5. Gandarusa

Anonim. 2010

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Scrophulariales

Famili :  Acanthaceae 

Genus :  Justicia

Spesies :  Justicia gendarussa Burm.

Drs. Amir Fatah Hal 21


Farmakognosi

Morfologi

Tanaman gandarusa atau dengan nama latin Justicia gendarussa


Burm.f. termasuk familia Acanthaceae merupakan tumbuhan semak, yang
pada umumnya ditanam sebagai pasar hidup atau tumbuh liar di hutan,
tanggul sungai atau dipelihara sebagai tanaman obat herbal.

Di Jawa tumbuh pada ketinggian 1 – 500 m di atas permukaan laut.


Tumbuh tegak, tinggi dapat mencapai 2 m, percabangan banyak, dimulai dari
dekat pangkal batang. Cabang-cabang yang masih muda berwarna ungu
gelap, dan bila sudah tua warnanya menjadi coklat mengkilat.Tanaman ini
merupakan tanaman herbal Indonesia.

Daun letak berhadapan, berupa daun tunggal yang bentuknya lanset


dengan panjang 5-20 cm, lebar 1 – 3,5 cm, tepi rata, ujung daun meruncing,
pangkal berbentuk biji bertangkai pendek antara 5 – 7,5 mm, warna daun
hijau gelap.

Bunga kecil berwama putih atau dadu yang tersusun dalam rangkaian
berupa malai/bulir yang menguncup, berambut menyebar dan keluar dari
ketiak daun atau ujung tangkai. Buahnya berbentuk bulat panjang. Selain
yang berbatang hitam (lebih populer) ada juga yang berbatang hijau.

Kandungan : Alkaloid (yustisina), saponin, flavonoid, polifenol, dan


minyak atsiri.

Khasiat : Haid tidak teratur, bisul (obat luar), memar (obat luar),
patah   tulang (obat luar), radang kulit bernanah (obat luar), 
rematik    (obat luar) dan sakit kepala  (obat luar),
analgesik, antipiretik, diaforetik, diuretik dan sedatif.

Drs. Amir Fatah Hal 22


Farmakognosi

V. Cara Kerja Flavonoid

Menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, guru besar Jurusan Farmasi Universitas


Indonesia, tanaman epifit seperti sarang semut memang potensial sebagai obat. Jika
tanaman hidup bersimbiosis dengan tanaman lain, kaya metabolit sekunder. Ada yang
berasal dari tanaman inang maupun epifit itu sendiri, ujar Sumali. Semua makhluk
memiliki metabolit primer yang sangat dibutuhkan antara lain karbohidrat, protein,
lemak, dan asam lemak. Sedangkan metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid,
steroid, dan glikosida tak mutlak ada.

Senyawa aktif apa yang terkandung dalam sarang semut? Uji penapisan yang
dilakukan oleh Dr Muhammad Ahkam Subroto dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi membuktikan, sarang semut mengandung flavonoid dan
tanin. Dengan ditemukannya senyawa flavonoid dan tanin, sarang semut sangat
berpotensi menjadi fitofarmaka setelah melewati serangkaian uji, ujar Prof Dr Sidik,
guru besar Farmakologi Universitas Padjadjaran.

Bagi tubuh, flavonoid berfungsi sebagai antioksidan sehingga ampuh mencegah


sekaligus mengatasi serangan kanker. Mekanisme kerja flavonoid dalam mengatasi
kanker dengan menginaktifasi karsinogen, penghambatan siklus sel, dan induksi
apoptosis. Sumali Wiryowidagdo, mengingatkan untuk tak terlalu lama ketika merebus

Drs. Amir Fatah Hal 23


Farmakognosi

sarang semut. Tujuannya agar flavonoid yang dikandung tidak rusak. Kalau dilakukan
perebusan pada suhu 90oC hanya boleh 15 menit, ujarnya.

Mengenai kandungan flavonoid dan tanin, Prof Dr Elin Yulinah Sukandar, guru
besar Farmasi ITB mengatakan, sulit menganalisis lantaran tergantung senyawa yang
diikat. Flavonoid dan tanin terdiri atas banyak senyawa. Bentuknya bervariasi, masing-
masing mempunyai fungsi tersendiri, dari antioksidan, antialergi, sampai antibakteri,
kata doktor Farmakologi itu. Hingga tulisan ini diturunkan, Muhammad Ahkam masih
menguji elusidasi untuk mengetahui jenis tanin dan flavonoid.

Masih ada kegunaan lain flavonoid: meningkatkan air susu ibu. Menurut ahli gizi
Institut Pertanian Bogor, Ahmad Sulaeman PhD, flavonoid bersifat laktagogal yang
mengandung hormon penting untuk merangsang dan melancarkan air susu ibu. Itulah
yang dialami oleh Tri Wayat Turyanti (34 tahun) saat melahirkan bayi kembar 4 tahun
lalu. Produksi ASI-nya tak mencukupi kebutuhan Ari Tegar Pambudi dan Ario
Pangestu-nama kedua bocah kembar itu. Namun, 2 pekan setelah melahirkan ia rutin
minum rebusan sarang semut produksi ASI berlimpah. Perempuan kelahiran Jayapura
24 Oktober 1971 itu juga merasa lebih fit dan tak mudah lelah.

Di samping itu nongon-sebutan sarang semut di Lembah Baliem-juga


mengandung tokoferol. Tokoferol mirip vitamin E yang berefek antioksidan efektif.
Menurut Prof Dr Elin Yulinah Sukandar, guru besar Farmasi ITB, kandungan tokoferol
itu cukup tinggi. Tokoferol berfungsi sebagai antioksidan dan antikanker. Ia
menangkal serangan radikal bebas dengan cara antidegeneratif, katanya.

Senyawa kaya vitamin E itu juga berfaedah sebagai antipenuaan. Bila kita
mengkonsumsi banyak lemak dan radikal bebas, dengan adanya tokoferol akan
mengatasinya, ujar ahli Ahmad Sulaeman PhD. Doktor ahli nutrisi alumnus University
of Nebraska Lincoln itu mengungkapkan, peran vitamin E bagi kesehatan amat vital. Ia
mencegah asam lemak tak jenuh, komponen sel membran dari oksidasi oleh radikal
bebas.

Tingginya peroksidasi komponen itu memicu serangan penyakit degeneratif


seperti beragam kanker, diabetes mellitus, dan jantung. Nah, tokoferol dalam sarang
semut mencegah terjadinya peroksidasi alias menekan serangan penyakit. Kebutuhan
tokoferol pria dewasa 15 mg per hari. Dari konsumsi sarang semut itu saja sudah

Drs. Amir Fatah Hal 24


Farmakognosi

tercukupi, berlebih malah. Apakah justru berdampak buruk? Ahmad Sulaeman


mengatakan, konsumsi tokoferol berlebih tetap aman. Bahkan bila dosisnya sampai
800 mg per hari juga masih aman, ujar dosen Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga IPB itu.

Sulaeman mengatakan, sarang semut berfaedah sebagai pangan fungsional.


Maksudnya, memberikan nilai gizi sekaligus bermanfaat bagi kesehatan. Contoh,
kandungan kalium berguna bagi penderita hipertensi. Karbohidrat terdiri atas pati dan
serat yang bermanfaat mencegah serangan jantung koroner dan kardiovaskuler.

Mekanisme Kerja Flavonoid Sebagai Anti Inflamasi

Mekanisme flavonoid dalam menghambat proses terjadinya inflamasi melalui


dua cara, yaitu dengan menghambat permeabilitas kapiler dan menghambat
metabolisme asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel
endothelial.

Flavonoid berperan penting dalam menjaga permeabilitas serta meningkatkan


resistensi pembuluh darah kapiler. Oleh karena itu, flavonoid digunakan pada keadaan
patologis seperti terjadinya gangguan permeabilitas dinding pembuluh darah.

`Flavonoid terutama bekerja pada endothelium mikrovaskular untuk


mengurangi terjadinya hipermeabilitas dan radang. Beberapa senyawa flavonoid dapat
menghambat pelepasan asam arakhidonat dan sekresi enzim lisosom dari membrane
dengan jalan memblok jalur siklooksigenase dan jalur lipoksigenase sehingga
menurunkan kadar prostaglandin dan leukotriena (mediator inflamasi).

Drs. Amir Fatah Hal 25


Farmakognosi

VI. Kesimpulan

Flavonoid adalah senyawa polifenol yang banyak terdapat di alam. Flavonoid


merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak
merupakan sebagai pigmen tumbuhan.

Flavonoid memiliki khasiat yang sangat efektif di dalam tubuh, selain sebagai
antioksidan, flavonoid juga berkhasiat sebagai anti inflamasi dan antibakteri.
Flavonoid tidak hanya terdapat pada tumbuhan-tumbuhan melainkan dalam sarang
semut juga terdapat flavonoid yang bekerja sebagai antibakteri.

Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol


yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa
polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan
pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil
formamida.

Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid
sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.

Beberapa contoh simplisia yang mengandung flavonoid, yakni :

1.      Hibiscus rosa-sinensidis Folium, Hibiscus rosa-  sinensidis Radix

2.      Swieteniae Radix

3.      Artocarpi Lignum

4.      Hemigraphis coloratae Folium

5. Gendarusa Folium ; Gendarusa Radix

Drs. Amir Fatah Hal 26


Farmakognosi

Drs. Amir Fatah Hal 27

Anda mungkin juga menyukai