Anda di halaman 1dari 4

Nama: Asyhabul Qaffi

NIM: L031201025
Kelas PAI 46 Budidya A

KONSEPSI ISLAM DALAM KEHIDUPAN PLURALIS DAN MULTIKULTURAL


Allah menciptakan alam ini di atas sunnah multikultural dan pluralitas dalam sebuah kerangka
kesatuan. Isu multikulturalisme dan pluralisme adalah setua usia manusia dan selamanya akan ada
selama kehidupan belum berakhir, hanya saja bisa terus menerus berubah, sesuai perkembangan
zaman. Multikultural dan Pluralitas pada hakikatnya merupakan realitas kehidupan itu sendiri, yang
tidak bisa dihindari dan ditolak. Karena multikultural dan pluralitas merupakan sunnatullah, maka
eksistensi atau keberadaanya harus diakui oleh setiap manusia. Namun pengakuan ini dalam tataran
realitas belum sepenuhnya seiring dengan pengakuan secara teoritik dan kendala-kendala masih sering
dijumpai di lapangan. Wacana tersebut sering dijumpai di Konsep Multikulturalisme dan Pluralisme
dalam Al-Qur'an ketika berbicara tentang kemajemukan masyarakat seperti dalam QS al-Hujurat:13
berikut ini.

‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَىٰ َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل‬
‫لِتَ َعا َرفُوا ۚ إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬
Artinya: Wahai umat manusia, sesungguhnya, Kami ciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan
dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang bertaqwa.

Karena pluralitas merupakan bagian dari multikultural, maka pluralisme diartikan sebagai
"menerima perbedaan" atau "menerima perbedaan yang banyak". Dalam konteks penggunaan kata
pluralitas dalam tulisan ini penulis mengartikannya sebagai keberagamaan termasuk keberagaman
agama. Maka pluralitas yang semula bersifat wajar, alamiah berubah menjadi hal yang sangat penting
karena manusia dihadapkan dengan berbagai kepentingannya (organisasi, politik, agama, budaya dan
lainnya) mulai mengangkat isu pluralitas pada puncak kesadaran mereka

Jika dipahami secara arif, terminologi multikultural dan pluralisme sebenarnya sudah lama
dikenal dalam pandangan Islam terutama dalam Al-Qur'an dan Hadits, tetapi baru popular sejak kurang
lebih dua dekade terakhir abad ke 20 yang lalu, yaitu ketika terjadi perkembangan penting dalam
kebijakan internasional Barat yang baru yang memasuki sebuah fase yang dijuluki Muhammad Imarah
sebagai "marhalah al-Ijtiyāh" (fase pembinasaan). Yaitu sebuah perkembangan yang prinsipnya tergurat
dan tergambar jelas dalam upaya Barat yang habis-habisan guna menjajakan ideologi modernnya yang
dianggap universal, seperti demokrasi, pluralisme, HAM, pasar bebas dan mengekspornya untuk
konsumsi luar guna berbagai kepentingan yang beragam (Anis Malik Thoha, 2005: 180).Konsep
pluralisme bersyarat disebutkan oleh Allah SWT dalam QS : al-Baqarah: 62.

‫ِين َم ْن َءا َم َن بِٱهَّلل ِ َوٱ ْليَ ْو ِم‬


َ ‫صبِ ٔـ‬
َّٰ ‫ص َرىٰ َوٱ ل‬ َ ‫ين َءا َمنُ ۟وا َوٱ لَّ ِذ‬
َٰ َّ‫ين هَا ُد ۟وا َوٱ لن‬ َ ‫إِ َّنٱ لَّ ِذ‬
‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم‬ ٌ ‫صلِحًا فَلَهُ ْم أَجْ ُرهُ ْم ِعن َد َربِّ ِه ْم َواَل َخ ْو‬
ٰ َ ‫اخ ِر َو َع ِم َل‬ ِ ‫ٱلْ َء‬
َ ُ‫يَحْ َزن‬
‫ون‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang
Shabiin (penyembah bintang), siapa saja diantara mereka yang benar benar beriman kepada Allah, hari
kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Secara sepintas ayat ini menunjuk kepada jaminan Allah atas keselamatan semua golongan yang
disebutkan dalam ayat itu.
Adapun Alquran yang berbicara tentang fenomena pluralitas agama-agama dan multikultural.
Alquran adalah kitab samawi yang diturunkan terakhir dan diwahyukan kepada penutup para Nabi dan
rasul yaitu Muhammad saw. Turunnya Alquran berfungsi sebagai mushaddiq (pembenaran) bagi kitab-
kitab terdahulu. Dengan demikian, kedatangan Alquran bukan sebagai pembatal kitab-kitab sebelumnya
tetapi lebih sebagai pembenaran tentang inti ajaran Tuhan yang diturunkan kepada para rasul dan nabi
sebelumnya. Esensi ajarannya adalah tauhid. Para nabi dan rasul Allah yang diutus kepada umat
manusia, semuanya membawa ajaran tauhid, termasuk inti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad
saw. seperti termuat di dalam Alquran. 'ltulah sebabnya Nabi Muhammad diperintahkan untuk beriman
kepada kitab yang telah diturunkan oleh Allah sebelum Alquran, seperti ditegaskan dalam Q.s. Asyuura
(42): 15: "...Katakanlah (Muhammad): Aku beriman kepada semua kitab yang telah diturunkan oleh
Allah....,'. Di awal kehidupan Nabi Muhammad saw. hingga akhir kehidupannya benar-benar menyakini
bahwa kitab-kitab suci yang terdahulu adalah berasal dari Allah dan yang rnenyampaikannya adalah
para Nabi dan Rasul Allah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap umat yang disampaikan padanya risalah Tuhan
melalui nabi dan rasul yang diutus kepada mereka, maka umat tersebut akan terpecah menjadi dua
kelompok besar yaitu kelompok pengikut risalah dan kelompok kontra risalah. Dalam konteks ini Q.S.al-
Baq arah (2)'. 21 3: menjelaskan bahwa: "Pada awalnya manusia adalah umat yang satu. Lalu Allah
mengutus para Nabi-Nya kepada mereka sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
lewat kitab yang berisi kebenaran. Dengan kitab itu pulalah diputuskan perkara-perkara yang mereka
perselisihkan. Namun umat tersebut berselisih tentang kitab yang diturunkan kepada mereka, hanya
karena keingkaran di antara mereka. Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman kepada
kebenaran kitab yang diturunkan kepada mereka, berupa jalan lurus dalam menyelesaikan perselisihan
yang terjadi di antara mereka'". Di sisi lain, dapat pula dikatakan bahwa keingkaran mereka terhadap
kitab yang diturunkan kepada mereka disebabkan karena kecintaan mereka terhadap dunia. Hal ini
dipahami dari perpautan ayat 213 dengan ayal 212 dalam surah yang sama. Oleh karena itu, dapat
dipahami bahwa para nabi dan rasul yang diutus berhadap-hadapan dengan pluralitas sosial-budaya dan
sosial politik dan tentunya pluralitas agama. Jadi ketika para nabi dan rasul diutus kepada suatu umat,
umat tersebut tidaklah hampa budaya tetapi padanya hidup dan berkembang pluralitas sosial-budaya.
Fenomena ini menunlukkan bahwa sebagian dari kelompok umat tersebut ada yang tetap berusaha
berpegang pada ajaran para nabi dan rasulnya dan sebagian lainnya melenceng dari ajaran nabi dan
rasulnya. Kelompok pertama inilah yang kemudian senantiasa berharap agar Allah mengutus kembali
seorang nabi dan rasul untuk memurnikan ajaran para nabi dan rasul sebelumnya. Ketika Allah pun
mengutus nabi dan atau rasul yang baru (dan memang sebelum pengutusannya sering kali telah
diinformasikan dalam kitab sebelumnya), maka kelompok inilah yang kemudian beriman dan menyakini
rasul tersebut dan kitabnya

Disini agama menawarkan agenda penyelamatan manusia secara universal, namun disisi yang
lain agama sebagai sebuah kesadaran makna dan legitimasi tindakan bagi pemeluknya, dalam interaksi
sosialnya banyak mengalami perbedaan hermeunetik sehingga tidak pelak memunculkan konflik.
Pluralitas agama di satu sisi, dan heterogenitas realitas sosial pemeluknya di sisi yang lain, tidak jarang
menimbulkan benturan benturan dalam tataran tafsir atau dogma agama maupun dalam tataran aksi.
Disadari atau tidak, konflik kemudian menjadi problem kebangsaan dan keagamaan yang tidak bisa
hanya diselesaikan lewat pendekatan teologi normatif. Akan tetapi diperlukan pendekatan lain yaitu
sikap kearifan sosial di antara kelompok kepentingan dan kalangan pemeluk paham atau agama.

Adapun sikap umat Islam terhadap kehidupan pluralitas dan multikultural yaitu
a. Ukhuwah lslamiyah Persaudaraan sesama muslim, berarti saling menghargai 'relativitas masing-
masing sebagai sifat dasar kemanusiaan, seperti perbedaan pemikiran, sehingga tidak menjadi
penghalang untuk saling membantu atau menolong karena di antara mereka terikat oleh satu keyakinan
dan jalan hidup, yaitu lslam. Agama lslam memberikan petunjuk yang jelas untuk menjaga agar
persaudaraan sesama muslim itu dapat terjalin dengan kokoh sebagaimana disebutkan daiam Q.S. Al-
Hujuratl49.10:

َ‫اِنَّ َما الۡ ُمؤۡ ِمنُوۡ نَ اِ ۡخ َوةٌ فَاَصۡلِحُوۡا بَيۡ نَ اَخَ َو ۡي ُكمۡ ۚ‌ َواتَّقُوا اللّٰهَ لَ َعلَّ ُكمۡ تُرۡ َح ُموۡ ن‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa umat Islam itu saling berdamai jika ada yang berselisih.

b. Ukhuwah lnsaniyah, yaitu Konsep persaudaraan sesama manusia, ukhuwah insaniyah dilandasi oleh
ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah. Sekalipun Allah memberikan petunjuk
kebenaran melalui ajaran lslam, tetapi Allah juga memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk
memilih jalan hidup berdasarkan rasionya. ' Karena itu sejak awal penciptaan, Allah tidak menetapkan
manusia sebagai satu umat, padahal Allah bisa bila mau. ltulah fitrah manusia (Q.S. Al-Maidah/5:48).
Prinsip kebebasan itu menghalangi pemaksaan suatu agarna. oleh otoritas manusia manapun, bahkan
rasul pun dilarang melakukannya, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Yunus/10:99 yaitu:

َ َ ‫ض ُكلُّهُ ْم َج ِميعًا ۚ أَفَأ‬


َ َّ‫نت تُ ْك ِرهُ ٱ لن‬
‫اس‬ ِ ْ‫ك َل َءا َم َن َمن فِى ٱأْل َر‬َ ُّ‫َولَ ْو َش ٓا َء َرب‬
َ ِ‫َحتَّىٰ يَ ُكونُوا۟ ُم ْؤ ِمن‬
‫ين‬
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.
Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman
semuanya?
Perbedaan agama yang terjadi di antara umat manusia merupakan konsekuensi dari kebebasan yang
diberikan oleh Allah, maka perbedaan agama itu tidak menjadi penghalang bagi manusia untuk saling
berinteraksi sosial dan saling membantu, sepanjang masih dalam kawasan kemanusiaan.

Adapun sikap sosial Umat Islam terhadap umat agama lain dalam kehidupan pluralitas yaitu
1. Pandangan Umat Islam terhadap umat agama lain dari segi akidah yaitu setiap orang yang tidak
mau menerima lslam sebagai agamanya disebut kafir atau nonmuslim. Kata kafir berarti orang yang
menolak, yang tidak mau menerima atau menaati aturan Allah yang diwujudkan kepada manusia
melalui ajaran lslam. Sikap kufur, penolakan terhadap perintah Allah pertama kali ditunjukkan oleh
iblis ketika diperintahkan untuk sujud kepada Adam a.s. (Q.S. Al-Baqarah12:34)
2. Umat lslam adala umat yang terbaik yang diciptakan Ailah dalam kehidupan dunia ini (Q.S. Ali
lmran/3:110). Kebaikan umat lslam bukan sekedar simbolik, karena telah mengikrarkan keyakinan
Allah s.w.t. sebagai Tuhannya dan Muhammad s.a.w. sebagai Rasulullah, tetapi karena identifikasi
sebagai muslim memberikan konsekuensi untuk menunjukkan komitmennya dalam beribadah
kepada Allah. Dalam Al-Qur'an kedua komitmen itu disebut "hablun minallah wa hablun minannaas
". Bentuk tanggung jawab sosial umat lslam meliputi berbagai aspek kehidupan, diantaranya
adalah:1. Menjalin silaturahmi dengan tetangga, 2. Memberikan infak sebagian harta yang dimiliki,
baik yang wajib maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah (Q.S. lbrahiml14:7), 3. Menjenguk bila
ada anggota masyarakat yang sakit dan ta'ziah bila ada anggota masyarakat yang meninggal dengan
mengantarkan jenazahnya sampai di kubur, 4. Memberi bantuan menurut kemampuan bila ada
anggota masyarakat yang memerlukan bantuan, 5. Penyusunan sistem sosial yang efektif dan
efisien untuk membangun masyarakat, baik mental spiritual maupun fisik material.
3. Amar ma'ruf dan nahi munkar artinya memerintahkan orang lain untuk berbuat baik dan mencegah
perbuatan jahat. sikap amar ma'ruf dan nahi munkar akan efektif apabila orang yang melakukannya
juga memberi contoh. Karena itu diperlukan kesiapan secara sistematik dan melibatkan kelompok
orang dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan secara terorganisasi (Q.S. Ali-lmran/3. 1
04). Di samping Sistem dan sarana pendukung, amar ma'ruf dan nahi munkar juga memerlukan
kebijakan dalam bertindak. Karena itu Rasurlullah memberikan tiga tingkatan, yaitu: menggunakan
tangan atau kekuasaan apabila mampu, menggunakan lisan dan dalam hati apabila langkah
pertama dan kedua tidak memungkinkan. Bentuk amar ma'ruf dan nahi munkar yang tersistem
diantaranya adalah mendirikan masjid, meenyelenggarakan pengajian, mendirikan lembaga
pendidikan lslam, mendirikan pesantren dan lain-lain.

Ayat-ayat yang menyebutkan tentang pluralitas agama, diantaranya adalah QS AlBaqarah: 62, 111-113,
131-132, QS AlMaidah:69, QS: Al-Hajj: 17, QS Ali Imran: 19 dan 85, QS an-Nisa':123, QS al-Ankabut: 46,
QS al-Ankabut: 61, surat az-Zukhruf: 87,dan QS Al-Maidah: 48.
Salah satu ayat yang dikutip adalah QS Al-Maidah: 48

‫ب َو ُمهَ ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه ۖ فَٱحْ ُكم‬ ِ َٰ‫ص ِّدقًا لِّ َما بَي َْن يَ َد ْي ِه ِم َنٱ ْل ِكت‬
َ ‫ق ُم‬ ِّ ‫ب بِٱ ْل َح‬
َ َٰ‫ْك ٱ ْل ِكت‬
َ ‫نز ْلنَآ إِلَي‬
َ َ‫َوأ‬
‫ق ۚ لِ ُكلٍّ َج َع ْلنَا ِمن ُك ْم‬ ِّ ‫ك ِم َنٱ ْل َح‬ َ ‫نز َل ٱهَّلل ُ ۖ َواَل تَتَّبِ ْع أَ ْه َوآ َءهُ ْم َع َّما َج ٓا َء‬ َ َ‫بَ ْينَهُم بِ َمآ أ‬
ۖ ‫ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا ۚ َولَ ْو َشآ َء ٱهَّلل ُ لَ َج َعلَ ُك ْم أُ َّمةً َوٰ ِح َدةً َولَٰ ِكن لِّيَ ْبلُ َو ُك ْم فِى َمآ َءاتَىٰ ُك ْم‬
َ ُ‫ت ۚ إِلَى ٱهَّلل ِ َمرْ ِج ُع ُك ْم َج ِميعًا فَيُنَبِّئُ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم فِي ِه تَ ْختَلِف‬
‫ون‬ ِ ‫فَٱ ْستَبِقُوا۟ ٱ ْل َخي َْٰر‬
Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa
yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab
yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk
tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-
Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.

Kesimpulan: Konsepsi Islam dalam kehidupan pluralitas dan multikultural yaitu memandang
pluralitas dan multikultural sebagai realitas kehidupan itu sendiri, yang tidak bisa dihindari dan ditolak.
Karena multikultural dan pluralitas merupakan sunnatullah, maka eksistensi atau keberadaanya harus
diakui oleh setiap manusia, dan perselisihan yang terjadi diselesaikan dengan cara damai. Dalam segi
akidah, Islam memandang umat yang yang lain sebagi kafir karena menolak, yang tidak mau menerima
atau menaati aturan Allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran lslam, namun dalam lingkup
sosial Umat Islam sangat menghargai persaudaraan sesama umat manusia dan tidak pernah memaksa,
serta memerintahkan orang lain untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat.

Anda mungkin juga menyukai