Anda di halaman 1dari 51

Ruang lingkup dan gambaran umum

kegiatan kelautan, perikanan tangkap,


perikanan budidaya, pengelolaan
sumberdaya perairan, penanganan dan
pengolahan hasil perairan, sosial
ekonomi kelautan dan perikanan

Khusnul Yaqin

Presentasi ini bersumber dari presentasi Prof Rokhmin Dahuri di fikp unhas 2019
Menggeser paradigma
Eksploitatif Ekualitatif

Manusia

Hewan

Tanaman
DISTRIBUSI PEREKONOMIAN INDONESIA SECARA SPASIAL
(Indonesia Bagian Barat vs Indonesia Bagian Timur)
PDB Indonesia 2017:
Rp. 13.588,8 triliun
80,15 %
19.85 %
21,66 %
8,20 %

6,11 %
2,43 %

58,49 %
3,11%
Sumber: BPS Indonesia (2017), diolah RDI 2018
WILAYAH NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA
LUAS DARA2 T LUAS LAUT
1,9 juta km 5,8 juta km
2

(25%) (75%)
LAHAN DARAT
72% PERAIRAN TAWAR

28%
• Jumlah pulau 17.504, terdaftar di PBB (sudah bernama INDONESIA NEGARA BAHARI DAN
$ berkoordinat) 14.572 pulau
• Garis pantai terpanjang kedua di dunia (99.149 km) KEPULAUAN
Sumber: data dan informasi geospasial, 2017 TERBESAR DI DUNIA
Peta Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
11 SEKTOR EKONOMI KELAUTAN
1 PERIKANAN TANGKAP

2 PERIKANAN BUDIDAYA
3 INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
4 INDUSTRI BIOTEKNOLOGI
5 PERTAMBANGAN DAN ENERGI
6 PARIWISATA BAHARI
7 PERHUBUNGAN LAUT
8 INDUSTRI DAN JASA MARITIM
9 SUMBERDAYA WILAYAH PULAU KECIL
10 COASTAL FORESTRY (HUTAN MANGROVE)
11 NON-CONVENTIONAL RESOURCES
 Total potensi ekonomi sebelas
sektor Kelautan Indonesia: US$
1,338 triliun/tahun atau 7 kali lipat
APBN 2016 (Rp 2.400 triliun = US$
190 miliar) atau 1,3 PDB Nasional
saat ini.
 Lapangan kerja: 45 juta orang atau
40% total angkatan kerja Indonesia.
 Pada 2014 kontribusi ekonomi
kelautan bagi PDB Indonesia sekitar
22%. Negara-negara lain dengan
potensi kelautan lebih kecil (seperti
Thailand, Korsel, Jepang, Maldives,
Norwegia, dan Islandia),
kontribusinya > 30%.
ESTIMASI NILAI EKONOMI SEKTOR- SEKTOR
EKONOMI KELAUTAN INDONESIA
NILAI EKONOMI (MILYAR
NO SEKTOR EKONOMI
DOLAR AS/TH)
1. Perikanan Tangkap 20
2. Perikanan Budidaya 210
3. Industri Pengolahan Hasil Perikanan 100
4. Industri Bioteknologi Kelautan 180
5. ESDM 210
6. Parawisata Bahari 60
7. Transportasi Laut 30
8. Industri dan Jasa Maritim 200
9. Coastal Forestry 8
10. Sumber Daya Wilayah Pulau Kecil 120
11. Sumber daya Non-Konvensional 200
Total 1.338
A. Makna dan Pengertian Indonesia Sebagai PMD

1. Tatar an Filosofis:
“Reorientasi paradigma (platform)
pembangunan bangsa, dari berbasis daratan
(land-based development) menjadi berbasis
kelautan (marine-based development)”
2. Tataran Pr aktis:
“Menjadikan Indonesia sebagai
negara maritim yang maju,
adil-makmur dan berdaulat
berbasis ekonomi kelautan,
hankam dan budaya maritim
serta mampu menjadi a role
model (teladan) dunia dalam
berbagai bidang kelautan
seperti pendidikan, IPTEK,
infrastruktur, ekonomi,
hankam, dan tata kelola
kelaut an (ocean governance)”
INDONESIA SEBAGAI
POROS MARITIM DUNIA (PMD)

MENGATASI PERMASALAHAN UTAMA WUJUD PMD (JANGKA PANJANG)


1) Negara maritim yang maju, adil-makmur, dan
BANGSA (20 15-2020) berdaulat berbasis ekonomi kelautan, hankam dan
1) Internal sekto r kelautan budaya maritim
2) Masalah nasional : 2) Menjadi rujukan ( a role model ) dunia dalam
• Pengangguran & kemiskinan

bidang kelautan: IPTEK, ekonomi, hankam, budaya
Kesenjangan kaya vs miskin
• Disparitas pembangunan antar wilayah dan ocean governance
• Rawan pangan & energi 3) Leader dalam menjaga dan mempromosikan
• Kerusakan SDA & lingkungan stabilitas, perdamaian, dan sustainable
• Daya saing rendah development laut dunia untuk kesejahteraan umat
manusia.

Kebijakan & Program

Kedaulatan Keamanan Pembangunan Ekonomi Konservasi SDA & Lingkungan


(Sovereignty) (Security) (Prosperity) (Sustainability)

FUNGSI TRANSFORMASI ( ENABLING FACT ORS)


1.SDM
2.Pendanaan
3.Infrastuktur
4.IPTEKS
5.Manajemen / Regulasi
B. Tujuan Pembangunan KP
1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, khususnya nelayan,
pembudidaya ikan, dan masyarakat kelautan lainnya.
2. Menghasilkan produk dan jasa kelautan yang bernilai tambah
dan berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan nasional
dan ekspor.
3. Meningkatkan kontribusi sektor-sektor kelautan bagi
perekonomian Indonesia secara signifikan.
4. Menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar.
5. Meningkatkan kesehatan dan kecerdasan rakyat melalui
peningkatan konsumsi ikan, seafood, dan produk perikanan
lain.
6. Memelihara daya dukung lingkungan dan kelestarian SDA.
7. Meningkatkan budaya maritim bangsa dan memperkokoh
kedaulatan wilayah NKRI.
SEKTOR EKONOMI KP INDONESIA sebagai Negara
X1 = Perikanan Tangkap Maritim yang Maju, Adil,
X2 = Perikanan Budidaya Makmur, dan Berdaulat
(Poros Maritim Dunia)
X3 = Industri Pengolahan
PROSES • Daya Saing Tinggi
Hasil Perikanan
PEMBANGUNAN • Pendapatan Rakyat Tinggi
X4 = Industri Biotechnologi Y = f (SDM, IPTEKS, ( > US $ 12,000)
X5 = ESDM Infrastruktur, • Pengangguran < 4%
X6 = Pariwisata Finance, dan • Berdaulat Pangan, Energi,
Manajemen)
X7 = Coastal Forestry SDA Esensial, dan Hankam
X8 = Transportasi Laut • Ramah Lingkungan dan
Sustainable
X9 = Pulau-Pulau Kecil
• Keadilan Sosial dan
X10 = Industri & Jasa Maritim Hukum
X11 = SDA Non-Konvensional

Pendekatan Sistem dalam Pembangunan Ekonomi Kp


Menuju INDONESIA sebagai Poros Maritim Dunia
Kebijakan dan Program Pembangunan
1. Penegakkan kedaulatan wilayah laut NKRI: (1)
penyelesaian batas wilayah laut (UNCLOS 1982)
dengan 10 negara tetangga; (2) penguatan &
pengembangan sarpras hankam laut; dan (3)
peningkatan kesejahteraan, etos kerja, dan
nasionalisme aparat.
2. Penguatan dan pengembangan diplomasi maritim.
3. Revitalisasi (peningkatan produktivitas, efisiensi, dan
sustainability) sektor-sektor ekonomi maritim yang
ada sekarang (existing).
4. Pengembangan sektor-sektor ekonomi maritim baru,
seperti: industri bioteknologi kelautan, shale and
hydrate gas, fiber optics, dan deep sea water industry.
5. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
(kemakmuran) baru di wilayah pesisir sepanjang
ALKI, pulau-pulau kecil, dan wilayah perbatasan,
dengan Kawasan Industri Maritim Terpadu berskala
besar (big-push development model) seperti:
ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA
6. Penguatan dan pengembangan konektivitas
maritim: TOL LAUT dan konektivitas digital:
a) Revitalisasi dan pengembangan armada kapal yang
menghubungkan pelabuhan utama, dari ujung barat
sampai ujung timur NKRI: (Sabang) – Kuala Tanjung –
Batam - Tj. Priok – Tj. Perak – Makassar – Bitung –
(Morotai) – Sorong – (Kupang).
b) Revitalisasi dan pembangunan pelabuhan baru sebagai
tambat labuh kapal, basis logistik, dan kawasan industri
c) Pembangunan transportasi multimoda (sungai, darat,
kereta api, atau udara) dari pelabuhan ke wilayah darat
(upland areas, dan pedalaman).
d) Konektivitas digital: telkom, fiber optics, dan internet.
TOL LAUT INDONESIA
Kapal Terbesar Di Dunia China Shipping Container Lines (Cscl) Globe
Sumber: Koran Sindo Edisi 18 Januari 2015

Spesifikasi Ukuran
Tinggi Kapal 73 meter
Panjang Kapal 400 meter
Kecepatan maksimal 16 Knot
Tonase 187.541 Apabila 19.100 kontainer
Luas 58,6 meter direntangkan panjangnya bisa
Jumlah Kru 28 mencapai 115,2 km atau
Bobot Mati 184.605 ton kurang lebih seperti jarak
Kapasitas Kontainer 19.100
Jakarta-Cianjur (114 km) atau
Jakarta-Pamanukan (119 km)
Biaya Perjalanan USD 175
Dalam sekali perjalanan CSCL Globe dapat • 156 juta pasang sepatu
mengangkut • 300 juta ipad
• 37.400 mobil
• 900 juta kaleng kacang
7. Semua kegiatan usaha (ekonomi) maritim harus
menerapkan: (1) skala ekonomi (economy of scale); (2)
integrated supply chain management syste m; (3) inovasi
teknologi mutakhir pada setiap mata rantai suplai, dan
(4) sustainable development principles.
8. Seluruh proses produksi, pengolahan (manufakturing),
dan transportasi harus secara gradual menggunakan
energi terbarukan: solar, passut, gelombang, angin,
biofuel, dan lainnya.
9. Eksplorasi dan eksploitasi ESDM serta SDA non-
konvensional harus dilakukan secara ramah lingkungan
dan sosial-budaya.
10. Pengelolaan lingkungan: (1) tata ruang, (2) rehabilitasi
ekosistem yang rusak, (3) pengendalian pencemaran, dan
(4) konservasi keanekaragaman haya ti (biodiversity).
11. Mitigasi dan adaptasi terhadap Global Climate
Change, tsunami, dan bencana alam lainnya.
12. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan
13. Penguatan dan pengembang an R & D guna
menguasai, menghasilkan, dan menerapkan IPTEKS.
14. Penciptaan iklim investasi dan Ease of Doing
Business yang kondusif dan atraktif.
15. Kebijakan politik-ekonomi (fiskal, moneter, otoda,
hubungan pemerintah dan DPR, penegakkan
hukum, dll) yang kondusif: Policy Banki ng (Bank
Maritim) untuk sektor-sektor ekonomi kelautan.
16. Peningkatan budaya maritim bangsa.
SUKU BUNGA PINJAMAN 2018
SUKU BUNGA
RANK NEGARA
PINJAMAN
1 Indonesia 12,6
2 Vietnam 8,7
3 Thailand 6,3
4 Tiongkok 5,6
5 Filipina 5,5
6 Malaysia 4,6

Sumber World Bank 2018, World Development Indicator


Ranking dan Persentase Kredit Bank Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2014
Sumber: Bank Indonesia 2015 diolah oleh RD Institute 2015

Rank Lapangan Usaha Miliar rupiah % terhadap total lapangan usaha

1 Perdagangan Besar dan eceran 716.733 26,94


2 Industri Pengolahan 660.536 24,83
3 Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan 212.386 7,98
4 Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 171.805 6,46
5 Perantara Keuangan 166.182 6,25
6 Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 165.466 6,22
7 Konstruksi 147.266 5,53
8 Pertambangan dan Penggalian 141.824 5,33
9 Listrik, Gas, dan Air 81.130 3,05
10 Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan dan Minum 73.583 2,77
11 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya 67.744 2,55
12 Kegiatan yang belum jelas batasannya 15.889 0,60
13 Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial 12.325 0,46
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan sosial wajib 11.002 0,41

15 Perikanan 7.698 0,29


16 Jasa Pendidikan 6.648 0,25
17 Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 2.220 0,08
18 Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional 211 0,01
TOTAL 2.660.648
PEMBANGUNAN PERIKANAN TANGKAP
YANG MENSEJAHTERAKAN NELAYAN
DAN BERKELANJUTAN
Makna Perikanan Tangkap Berkelanjutan
(Sustainable Capture Fisheries)

“Usaha perikanan tangkap yang


menghasilkan hasil tangkapan ikan yang
mensejahterakan seluruh nelayan
secara berkeadilan, dan dapat
memelihara keberlanjutan
(sustainabil ity) stok ikan beserta
ekosistem perairannya”
SARAN PRODUKSI
LAIN

• BERAS
• LAUK PAUK

KONDISI
PELABUHAN BBM BIAYA MELAUT
PERIKANAN
NILAI KAPAL &
SISTEM BAGI
KONDISI FISH HANDLING ALAT TANGKAP PENDAPATAN
HASIL
EKOSISTEM LAUT NELAYAN
PEMBELI HARGA SEJAHTERA
JUAL PENGELUARAN
KUALITAS AIR STOK SDI HASIL JUAL IKAN

HASIL
DINAMIKA FISHING TANGKAP
OSEANOGRAFI TECHNOLOGY
• VESSEL
• GEARS

DINAMIKA IKLIM
JUMLAH
KEBUTUHAN KEBUTUHAN
ANGGOTA
DASAR SEKUNDER
KELUARGA
• Pangan
• Sandang
• Rumah
• Kesehatan
• Pendidikan

Gambar : Sistem Kehidupan Nelayan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraanya


1. Kembangkan 5.000 - 10.000 armada kapal ikan nasional
modern (ukuran kapal > 100 GT dengan alat tangkap
purse seine, long lines, atau trawlers) untuk menangkap
ikan di Laut Natuna, Laut Sulawesi, Laut Arafura, ZEEI,
dan wilayah laut NKRI lainnya yang selama ini jadi ajang
IUU fishing oleh nelayan asing, sesuai MSY nya dan
Income rata-rata > US$ 300 (Rp 4,2 juta)/nelayan/bulan.
2. Revitalisasi dan bangun Pelabuhan Perikanan Samudera
sebagai kawasan industri perikanan terpadu di wilayah-
wilayah terdepan NKRI untuk landing base armada kapal
ikan nasional diatas. Seperti Natuna/Anambas, Tarakan,
Miangas, Morotai, Sorong, Kupang, Sendang Biru, Prigi,
Bengkunat, Pantai Panjang (Bengkulu), Bungus, Nias,
Meulaboh, Sabang, dan Bagan Siapi Api.
3. Modernisasi dan peningkatan kapa sitas serta etos kerja
nelayan tradisional dengan penggunaa n fishing technology
yang lebih produktif, efisien, dan ramah lingkungan,
sehingga pendapatan nelayan minim al US$ 300
/nelayan/bulan.
4. Nelayan harus menerapk an Best Handling Practices, dan
Cold Chain System untuk jenis-jenis ikan mahal.
5. Kurangi tingkat penangkapan ikan (jumlah kapal ikan yang
beroperasi) di wilay ah-wilayah perairan yang telah
overfishing, dan perbesar tingkat penangkapan ikan di
wilayah-wilayah perairan yang ma sih underfishing 
Sehingga, tingkat penangkapan ikan di semua wilayah
perairan N KRI < MSY (Maximum Sustainable Yield).
6. Penyediaan matapencaharian alternatif, ketika nelayan
tidak mampu ke laut, karena cuaca buruk atau musim
paceklik ikan.
JUMLAH KAPAL PENANGKAP IKAN DI LAUT 2010-2014 (Unit)
Tahun
Kategori Perahu/Kapal
2010 2011 2012 2013 2014
Persentase (%)
Jumlah (unit) 568.390 581.845 616.690 639.708 625.633

Sub Jumlah (unit) 172.907 170.938 172.333 175.510 165.066 26,38

Jukung 75.301 69.919 78.089 76.797 66.231


Perahu
Tanpa Motor Kecil 48.838 49.639 45.958 45.828 48.772
Industri
Perahu Papan Sedang 36.477 38.150 38.308 40.474 38.813 perikanan
Besar 12.291 13.230 9.978 12.411 11.250 tangkap
Motor Tempel (unit) 231.333 225.786 245.819 237.625 238.010 38,04 relatif belum
berstandar
Sub Jumlah (unit) 164.150 185.121 198.538 226.573 222.557
industri
< 5GT 110.163 123.748 137.587 151.939 153.493 34,96
5-10 GT 31.460 35.877 37.694 46.358 41.374

10-20 GT 10.988 13.201 11.583 15.208 14.301

20-30 GT 7.264 8.022 7.611 8.782 9.578

30-50 GT 857 914 916 1.074 1.029 0,6


Kapal Motor
Ukuran Kapal 50-100 GT 1.747 1.801 1.640 1.727 1.766

100-200 GT 1.290 1.204 1.169 1.127 840

200-300 GT 228 204 217 240 89

300-500 GT 124 123 100 100 73

500-1000 GT 28 27 21 18 14

> 1000 GT 1 - - - -

Pada 2014 Jumlah kapal ikan > 30 GT = 3.811 unit = 0,6%


POTENSI & TINGKAT PEMANFAATAN SDI LAUT INDONESIA 2017
Ikan Pelagis Ikan Pelagis Ikan Ikan Udang
WPP-NRI Lobster Kepiting Rajungan Cumi-Cumi Jumlah
Kecil Besar* Demersal Karang Penaeid
Potensi (ton) 99.865 64.444 145.495 20.030 59.455 673 12.829 13.614 9.038 425.443
571 JTB (ton) 79.892 51.556 116.396 16.024 47.564 539 10.263 10.891 7.230
Tingkat Pemanfaatan 0,83 0,52 0,33 0,34 1,59 1,3 1 0,93 0,62
Potensi (ton) 527.029 276.755 362.005 40.570 8.023 1.483 9.543 989 14.579 1.240.976
572 JTB (ton) 421.623 221.404 289.604 32.456 6.418 1.186 7.634 791 11.663
Tingkat Pemanfaatan 0,5 0,95 0,57 0,33 1,53 0,93 0,18 0,49 0,39
Potensi (ton) 630.521 586.128 7.902 22.045 7.340 970 526 3.913 8.195 1.267.540
573 JTB (ton) 504.417 468.902 6.322 17.636 5.872 776 421 3.130 6.556
Tingkat Pemanfaatan 1,5 1,06 0,39 1,09 1,7 0,61 0,28 0,98 1,11
Potensi (ton) 330.284 185.855 131.070 20.625 62.342 1.421 2.318 9.711 23.499 767.125
711 JTB (ton) 264.227 148.684 104.856 16.500 49.873 1.137 1.854 7.769 18.799
Tingkat Pemanfaatan 1,41 0,93 0,61 1,53 0,53 0,54 1,09 1,18 1,84
Potensi (ton) 364.663 72.812 657.525 29.951 57.965 989 7.664 23.508 126.554 1.341.631
712 JTB (ton) 291.730 58.250 526.020 23.961 46.372 791 6.131 18.806 101.244
Tingkat Pemanfaatan 0,38 0,63 0,83 1,22 1,11 1,36 0,7 0,65 2,02
Potensi (ton) 208.414 645.058 252.869 19.856 30.404 927 4.347 5.463 10.519 1.177.857
713 JTB (ton) 166.731 516.046 202.295 15.885 24.324 742 3.477 4.370 8.415
Tingkat Pemanfaatan 1,23 1,13 0,96 1,27 0,52 1,4 0,83 0,73 1,19
Potensi (ton) 165.944 304.293 98.010 145.530 3.180 724 1.145 1.669 68.444 788.939
714 JTB (ton) 132.755 243.435 78.408 116.424 2.544 579 916 1.335 54.755
Tingkat Pemanfaatan 0,44 0,78 0,58 0,76 0,39 1,73 1,55 0,77 1
Potensi (ton) 555.982 31.659 325.080 310.866 6.436 846 891 495 10.272 1.242.527
715 JTB (ton) 444.786 25.327 260.064 248.693 5.149 677 712 396 8.217
Tingkat Pemanfaatan 0,88 0,97 0,22 0,34 0,78 1,32 1,19 0,98 1,86
Potensi (ton) 332.635 181.491 36.142 34.440 7.945 894 2.196 294 1.103 597.140
716 JTB (ton) 266.108 145.193 28.914 27.552 6.356 715 1.756 235 883
Tingkat Pemanfaatan 0,48 0,63 0,45 1,45 0,5 0,75 0,38 0,5 1,42
Potensi (ton) 829.188 65.935 131.675 15.016 9.150 1.044 489 58 2.140 1.054.695
717 JTB (ton) 663.350 52.748 105.340 12.013 7.320 835 391 46 1.712
Tingkat Pemanfaatan 0,7 1 0,39 0,91 0,46 1,04 0,87 1,21 1,09
Potensi (ton) 836.973 818.870 876.722 29.485 62.842 1.187 1.498 775 9.212 2.637.564
718 JTB (ton) 669.579 655.096 701.378 23.588 50.274 950 1.198 620 7.370
Tingkat Pemanfaatan 0,51 0,99 0,67 1,07 0,86 0,97 0,85 0,77 1,28
JUMLAH POTENSI 12.541.437
*Ikan pelagis besar non Tuna-Cakalang
Tingkat Pemanfaatan (E) E < 0,5 = Moderate 0,5 ≤ E < 1 = Fully-exploited E ≥ 1 = Over-exploited
JENIS USAHA PERIKANAN TANGKAP
MENURUT ZONA PERAIRAN LAUT

NO ZONA PERAIRAN JENIS UKURAN ALAT


LAUT USAHA KAPAL TANGKAP
1 0 – 12 mil Tradisional < 30 GT Gill net, trammer
dan met, Danish Sein,
Menengah Bubu, Handline,
Cantrang, Mini,
Purse Seine,
Rawai
2 12 -200 mil Modern 30 – 200 Trawlers, Purse
Seine, Long Line
3 > 200 mil Modern > 200 GT Trawlers, Purse
(Ocean Seine, Long Line
Going
Fisheries)
Gambar. Hubungan Antara Upaya Tangkap, Hasil Tangkap, dan Biaya Usaha

Y Daya Dukung Lingkungan

Biaya
Hasil Tangkap

Hasil

0 MSY MScY X
MEY
Upaya Tangkap
Keterangan: MEY = Maximum Economic Yield
MSY = Maximum Sustainable
Yield MScY = Maximum Social
Yield
ESTIMASI JUMLAH NELAYAN OPTIMAL UNTUK
SETIAP WPP INDONESIA 2012
No Coastal/Marine Areas FO Fe

1 Selat Malaka 99.579 224.766


2 Laut Cina Selatan 361.191 144.454
3 Laut Jawa 246.872 530.360
4 Selat Makasar dan laut Flores 244.265 383.048
5 Laut Banda 66.902 55.772
6 Laut Seram-Tomini 171.843 135.255
7 Laut Sulawesi dan Samudra Pasifik 173.910 142.828
8 Laut Arafuru 152.669 63.345
9 Samudra Hindia 444.935 375.213
1.962.166 2.055.041

IO = The optimal Income of Fisherman (Rp 4 million/month/Family)


FO = The optimal number of fisherman (TPR/IO) n
Fe
MSYi
=
=
The exixting number of Fisherman
Potensi Lestari SDI i
 MSYi  Hi
Hi = Harga SDI i Fo  i 1
IO
JENIS ARMADA
KAPAL PERIKANAN UNTUK
PERAIRAN 12 MIL
KAPAL DRIFT GILLNET 20 GT
KAPAL MINI PURSE SEINE 20 GT
KAPAL TONDA 20 GT
KAPAL HAND LINE
KAPAL BAGAN 20 GT
KAPAL BOTTOM GILLNET 20 GT
KAPAL TRAP (BUBU)
JENIS ARMADA
KAPAL PERIKANAN UNTUK
PERAIRAN ZEE
KAPAL DRIFT GILLNET OCEANIC 200 GT
KAPAL TUNA LONGLINE
KAPAL PURSE SEINE OCEANIC 200 GT
KAPAL SQUID JIGGING
KAPAL POLE AND LINE (HUHATE)

Skipjack pole and liner


7. Pemerintah melalui Koperasi, BUMN, atau Swasta
harus menjamin ketersediaan sarana produk si bagi
nelayan di seluruh wilayah NMRI, dengan harga relatif
murah.
8. Pemerintah menjamin pasar ikan hasil tangkapan
nelayan dengan harga yang menguntungkan nelayan,
dan juga terjangkau oleh konsumen dalam negeri.
Dengan cara membangun kemitraan antara industri
(pabrik) pengolahan ikan dengan nelayan. Ukuran
kapasitas pabrik dengan jumlah ikan mesti sesuai
(matching).
9. Pemerintah harus menyediakan kredit kepada nelayan
di seluruh wilayah NKRI dengan bunga r elatif murah
dan persyaratan pinjam relatif lunak.
Keterangan: PP = Pedagang Perantara (Middle Man)
10. Tumpas tuntas IUU fishing oleh nelayan asing dengan
menggunakan economic (prosperity) and security
approaches secara sinergis.
11. Pengendalian pencemaran, restorasi kerusakan
lingkungan, konserv asi biodiversity, restocking, dan stock
enhancement.
12. Mitigasi dan adaptasi terhadap Global Climate Change,
tsunami, dan bencana alam lainnya.
13. Peningkatan kapasitas nelayan (teknologi penangkapan,
Best Handling Practices, Konservasi, Manajemen
Keuangan) dan etos kerja nelay an melalui program
DIKLATL UH yang benar dan berkesinambungan.
14. Penguatan R & D untuk menghasilkan inovasi tekonologi
dan non-teknologi perikanan tangkap.
15. Kebijakan politik-ekonomi harus kondusif.

Anda mungkin juga menyukai