41
BAB IV
FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi yang
terkandung dalam tiga sampel kontrol dan enam sampel uji nanokomposit
pada Gambar 4.1 sampai 4.7. Tabel 4.1 memperlihatkan bilangan gelombang
gugus-gugus fungsi yang dimiliki oleh ketiga sampel kontrol dan keenam sampel
uji.
80.0
70
60
50
40
%T
30
1539,27
20 1634,24 1414,27 902,24
563,22
1132,19
1062,16
10 3435,16
0.0
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0
cm-1
80.0
70
60
40
%T
30
20
10
0.0
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0
cm-1
80.0
70
60
50
40
%T
30
20
1383,18
1308,18 602,16
3462,5
10 1638,13 563,14
1031,9
0.0
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0
cm-1
100.0
90
80
70
60
50
%T 40 1993,44
2368,43
2926,40 2341,44
30 1704,39 1508,36 472,36
3419,34 1650,35 1423,33
20
961,22
602,16
10
564,12
0 1031,6
3568,35
-10.0
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0
cm-1
100.0
90
80
70
60
50
%T 40 877,44
472,44
30 1705,37 1559,37
1650,32 1508,36
1458,33
20 1419,32 962,25
1384,35
631,18
10 3571,14
3435,13
0 603,7
1091,2 564,4
1031,0
-10.0
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0
cm-1
80.0
70
60
50
877,53 473,51
1384,45
40 1455,44 962,42
%T 1417,43
1644,38 631,36
30
603,27
20
3472,23 564,24
1092,18
10 1032,14
0.0
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0
cm-1
876,84 (a)
3790,81 1653,79 1504,81 837,84 474,83
3571,74 1563,82 1420,80 962,76
3434,73 629,70
603,56
(b)
1428,77 1258,79 600,77
3573,71 2922,73 1652,74 1379,77 1157,75 564,50
1324,78 1072,74
3435,67
1093,37 (c)
%T 1382,16 502,18
1639,11 1151,11
3418,4
998,10
1033,19 (d)
1073,11 473,51
1455,44 962,42
1644,38 1417,43 631,36
1032,14 603,27
564,24
3472,23
Gambar 4.7 Pola FTIR dari (a) nHA, (b) Chitosan from Shrimp Shells, (c) CS,
(d) nHA/CS nanocomposite
(PO4), gugus karbonat (CO3) dan gugus hidroksil (OH). Gugus fungsi karbonat
(CO3) yaitu gugus NO2 (ν2) pada bilangan gelombang 1563 cm-1 serta gugus CH3
(ν3) pada 1420 cm-1. Sampel kontrol A2 (serbuk Chitosan from Shrimp Shells) dan
sampel kontrol A3 kitosan (CS) memiliki gugus fungsi N-H, C-H, amida I dan
IR pada keenam sampel uji tersebut menunjukkan adanya pita absorbsi fosfat, pita
absorbsi karbonat v2 dan v3, serta pita absorbsi hidroksil dari nanopartikel
hidroksiapatit (nHA) bertumpuk dengan gugus N-H, C-H, amida I dan amida II
ini mengakibatkan spektra FTIR terlihat lebih lebar pada daerah bilangan
nanopartikel hidroksiapatit (n-HA) tetapi tidak terlihat perubahan yang lebih lebar
pada spektra FTIR. Sampel uji B1 terindentifikasi memiliki gugus fungsi N-H
HA) pada bilangan gelombang 3435 cm-1 tetapi spektra FTIR masih identik
dengan spekta FTIR pada sampel kontrol A3 (kitosan/CS). Sampel uji B2 memilki
gugus fungsi OH pada bilangan gelombang 3444 cm-1 yang bertumpukan dengan
gugus fungsi N-H milik kitosan. Spektra FTIR sampel uji B2 tidak terlihat lebih
lebar, gugus PO4 stretching pada bilangan gelombang 1063 cm-1 dan PO4 bending
pada 563 cm-1, gugus C-H muncul pada bilangan gelombang 2923 cm-1 dan gugus
fungsi C=C yang bertumpukkan dengan gugus fungsi amida II milik kitosan pada
bilangan gelombang 1544 cm-1. Selain itu teridentifikasi gugus fungsi OH dari
amida I milik kitosan pada bilangan gelombang 1651 cm-1. Sampel uji B3 memilki
gugus fungsi OH pada bilangan gelombang 3462 cm-1 yang bertumpukan dengan
gugus fungsi N-H milik kitosan dan pada bilangan gelombang 1638 cm-1 yang
bertumpukkan dengan gugus fungsi amida I milik kitosan. Gugus PO4 stretching
pada bilangan gelombang 1031 cm-1 dan PO4 bending pada 602-563 cm-1. Gugus
C=C pada bilangan gelombang 1638 cm-1 bertumpukkan dengan gugus fungsi
seperti gugus fungsi N-H milik kitosan yang tumpang tindih dengan gugus fungsi
OH milik nHA. Spektra FTIR pada sampel uji B4 sampai B6 berbeda dengan
spektra FTIR pada sampel uji B1 sampai B3. Spektra FTIR pada sampel uji B4
mengenai fasa apa saja yang terkandung di dalam sampel. Pola XRD digambarkan
adalah sudut difraksi 2θ dan ordinat adalah kalkulasi intensitas difraksi “count”
yang dilengkapi dengan data jarak antar bidang atom (d=jarak kisi kristal)
sehingga diperoleh parameter kisi kristal, ukuran kristal sampel dan derajat
3098
CaHPO4 69.6%
hydroxyapatite 30.4%
Sam pel1b.raw
I/ rel. D IFF
120
002
1549
-1-21
-201
-202
0-12 -1-12
-313 -1-14
211 0-22
102
001
-1-11
3-11
0-11
111
-111
2-21
100
-101
020
230 320
1-10
1-11
-103
-4-11
012
210
-123
022
-2-12
-2-21
1-21
-3-12
-1-41
212
-113
-1-61
-1-15
-2-16
132
-2-43
-6-13
0-32
-214
-331
-403
-134
-152
032
-422
-414
-135
311
2-42
-115
-343
-224
-504
323
133
134
240
141
501
520
250
432
512
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
2 theta / deg
3166
CaHPO4 43.2%
hydroxyapatite 56.8%
Sam pel2a.raw
I/ rel. D IFF
121
-1-21 120
1583
002
102 -202
0-22
-1-11
202
-111
1-11
111
020
0-12
0-11
1-10
100
-101
210
123
0-32 222
012
001
-2-12
1-21
-2-21
-103
0-31
211
-322
022
-3-12
-113
-123
212
3-12
230
-4-13
311
302
-2-42
032
-412
-3-34
-4-33
-1-35
-4-43
330
4-20
4-12
401
-241
2-51
410
3-23
-234
0-43
3-41
-424
0-53
-611
-434
-206
4-41
042
422
314
204
610
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
2 theta / deg
2933
CaHPO4 20.9%
hydroxyapatite 79.1%
Sam pel3a.raw
I/ rel. D IFF
211
1467
112
120
213
002
222
202
-1-11
100
0-11
-101
-111
001
110
1-11
111
020
0-12
311 132
102
-322
210
012
2-21
-1-31
-3-12
1-12
1-22
-212
-123
-221
121
0-32
3-12
-1-15
-2-43
-2-52
-2-53
220
212
-141
-421
203
-414
-432
230
032
1-24
-224
-115
-612
-235
-504
1-35
3-50
330
410
014
232
133
323
520
005
501
304
333
035
052
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
2 theta / deg
2901
CaHPO4 13.7%
hydroxyapatite 86.3%
Sam pel4b.raw
I/ rel. D IFF
211
1451
112
002
213
222
202
-201
100
-1-11
210 120
0-11
-101
-111
310
001
1-11
110
311 132
111
0-12
-1-14
102
1-12
-1-42
012
1-22
-311
-212
-301
-123
-4-13
-1-15
-5-22
-4-15
0-32
-411
121
122
0-24
130
301
1-40
-423
0-25
3-43
220
-224
-205
-521
0-44
1-52
-415
1-53
203
1-44
-441
230
032
410
133
510
215
232
223
430
243
610
143
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
2 theta / deg
2758
CaHPO4 3.7%
hydroxyapatite 96.3%
Sam pel5b.raw
I/ rel. D IFF
211
1379
112
002
213
222
202
210
100
-1-11
310
-101
0-11
1-10
1-32 231
032 303
-111
001
311 132
1-11
-201
0-12
111
2-10
-3-12
1-22
-4-11
1-12
-1-41
-2-24
-1-15
-212
2-20
-301
2-21
-5-22
-6-12
-302
-3-35
-1-16
012
102
0-32
2-30
-313
103
121
2-32
-323
-133
-205
-423
1-34
-215
-612
1-24
-224
5-12
-235
5-20
2-50
3-42
0-54
-405
040
133
232
015
501
052
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
2 theta / deg
2627
hydroxyapatite
Sam pel6b.raw
D IFF
I/ rel.
211
1314
112
002
213
222
202
200
111
102
100
201
310
101
231
141
110
132
303
301
311
221
223
502
401
233
113
203
240
124
332
220
143
251
116
702
133
205
602
334
142
512
342
305
104
440
503
405
620
314
225
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
2 theta / deg
30.120 . Mayoritas puncak yang teridentifikasi dari sampel uji B1 adalah milik
pada puncak-puncak tertentu. Calculated pattern pada sampel uji B1, CaHPO4
Ca/P>1,67 yang membentuk CaO. Kandungan CaO diatas 55% akan membentuk
31.820 (Gambar 4.10), B5 pada sudut 2θ = 31.800 (Gambar 4.11) dan sampel uji
rendah dibandingkan puncak yang dimiliki nHA dan terjadi penurunan nilai
calculated pattern CaHPO4 pada setiap kenaikan variasi komposit. Pada sampel
uji B6 fasa CaHPO4 tidak teridentifikasi, puncak-puncak hanya dimiliki oleh nHA
(Gambar 4.13).
nilai parameter kisi, ukuran kristal dan derajat kristalinitas. Hasil perhitungan data
XRD yang menunjukkan nilai parameter kisi dan ukuran kristal nanopartikel
diperlihatkan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Derajat kristalinitas sampel uji B1
Kode
D002 (nm)
Sampel
B1 21,0
B2 22.0
B3 17,0
B4 17,0
B5 18,0
B6 20,0
Kode
Derajat Kristalinitas (%)
Sampel
B1 34
B2 19
B3 30
B4 31
B5 31
B6 35
menjelaskan bahwa dengan kehadiran fasa lain CaHPO4, nHA masih dalam fase
penjelasan nilai-nilai dalam Tabel 4.3 dan 4.4. Pada Tabel 4.3 memperlihatkan
kristal yang diperoleh berkisar 17,0-22,0 nm. Ukuran kristal yang diperoleh ini
berbanding terbalik dengan nilai FWHM. Sampel yang memiliki nilai FWHM
yang rendah akan menghasilkan ukuran kristal yang lebih besar. Pada pengukuran
amorf+kristal. Terlihat perbedaan derajat kristalinitas pada Tabel 4.4, hal ini
(nHA/CS).
SEM pada sampel B2 dan B6 (Gambar 4.14 dan Gambar 4.15) dengan perbesaran
5.000x, 10.000x, 30.000x dan Tabel 4.5 memperlihatkan rasio Ca/P dari sampel
Gambar 4.14 Struktur Morfologi SEM Sampel Uji B2; (a) Perbesaran 5.000x;
(b) 10.000x dan (c) 30.000x.
Gambar 4.15 Struktur Morfologi SEM Sampel Uji B6; (a) Perbesaran 5.000x;
(b) 10.000x dan (c) 30.000x.
(a)
B2 1,56
B6 1,51
melalui matriks kitosan yang telah saling berhubungan antar sel. Permukaan halus
Rasio molaritas Ca/P dapat dilihat pada Tabel 4.5. Rasio Ca/P pada nHA murni
adalah 1.67. Rasio pada sampel uji relatif lebih kecil daripada rasio nHAp murni.
Hal ini dikarenakan kemungkinan hadirnya fasa CaHPO4 pada karakterisasi XRD.
Fasa CaHPO4 kemungkinan hadir dan menyebabkan perubahan rasio Ca/P dari
CaO>55%. Selain itu hasil dari analisis FTIR, memperlihatkan munculnya gugus-