Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

Praktikum uji kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan untuk mengetahui kekerasan
logam (bahan) sebagai ukuran ketahanan logam tersebut terhadap deformasi plastis. Kekerasan
ini dinyatakan dengan angka kekerasan skala Rockwell. Kekerasan suatu material harus
diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mengalami pergesekan
(frictional force) dan deformasi plastis. Ada banyak cara yang biasa digunakan untuk menguji
kekerasan suatu material dan salah satunya uji kekerasan indentasi atau lekukan.

Kekerasan merupakan salah satu karakteristik mekanik dari suatu material logam ataupun
keramik. Kekerasan suatu bahan sangat berpengaruh pada kemanfaatan bahan itu sendiri. Salah
saru proses yang mempengaruhi kekerasan suatu material adalah proses heat treatment. Pada
pengujian logam, kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan suatu logam terhadap indentasi
(penekanan). Uji ini dapat digolongkan sebagai uji destruktife karena merusak bahan dan uji
skala makroskopis karena efek perubahan uji dapat dilihat dengan langsung.

. Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan kekerasan suatu


material dalam bentuk daya tahan material terhadap benda uji (speciment) yang berupa bola baja
ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut. Rockwell sebagai
skala pembanding dalam uji indentasi ini. Pengujian ini dilakukan dengan Rockwell tester
TH500. Pada praktikum ini digunakan empat jenis specimen yaitu kuningan, alumunium,
stainless steel dan besi. Pengujian dilakukan pada tiga titik yang berbeda dalam satu specimen.

Data yang diperoleh berupa skala untuk masing-masing specimen dengan menggunakan dua
indentor. Kemudian dari data tersebut dibuatlah grafik regresi linier untuk masing-masing
specimen (terlampir). Nilai yang telah diketahui adalah THB, dengan nilai rerata THB dari
kuningan, aluminium, stainless steel, dan besi masing-masing adalah 21,17; 23,50; 27,50; dan
29,50. Sehingga nilai akhir (h2-h0) yakni rata-rata tebal minimal untuk bahan kuningan,
aluminium, stainless steel, dan besi pada uji Rockwell skala B adalah masing-masing sebesar
2,07 mm, 2,13 mm, 2,05 mm, dan 2,01 mm. Berikutnya, nilai yang telah diketahui adalah THC
dengan nilai rerata THC dari kuningan, aluminium, stainless steel, dan besi adalah masing-
masing 39,33; 24,67; 48,00; dan 50,17. Rata-rata tebal minimal untuk bahan kuningan,
aluminium, stainless steel dan besi pada uji Rockwell skala C adalah masing-masing sebesar
1,21 mm, 1,50 mm, 1,04 mm, dan 0,99 mm.

Diperoleh analisa sebagai berikut. Nilai dari h2-h0 menyatakan pergeseran yang terjadi
akibat pembebanan yang diberikan melalui indenter setelah gaya yang diberikan dilepaskan. h 2-
h0 merupakan besarnya pergeseran yang diakibatkan gaya pemulih/penetrasi, semakin kecil nilai
h2-h0 maka material tersebut dapat memiliki kekerasan yang cukup tinggi karena hal tersebut
membuktikan bahwa material tersebut tahan terhadap penekanan yang diberikan dan dari
pengujian tiga titik.

Nilai TH yang berbeda-beda meskipun dalam satu bahan yang sama, hal tersebut
dikarenakan homogenitas bahan. Homogenitas merupakan sifat fisis material (intrinsik) yaitu
bagian dari density (rapat masa) material. Tingkat homogenitas yang tinggi akan membentuk
materi tersebut mempunyai density yang lebih padat, sehingga ketika materi tersebut dikenai uji
kekerasan dengan penekanan materi lain, maka akan semakin kecil kedalaman materi uji yang
terkena tekanan dan juga sebaliknya. Ini memenuhi hukum dasar dari tekanan yaitu tekanan
merupakan fungsi gaya terhadap luasan permukaan. Oleh sebab itu makin kecil density, nilai h
(kedalaman yang tertembus gaya) makin besar. Begitu pula sebaliknya.

Dari tabel data rata-rata (h2-h0) terlihat bahwa besi mempunyai nilai terkecil. Besi
mempunyai sifat elastis lebih besar daripada sampel lainnya dan kekerasan besi paling baik
diantara ketiga sampel. Jadi sifat elastis ini dapat dilihat melalui perbandingan besar nilai selisih
(h2-h0) yaitu besar selisih posisi setelah ditekan gaya mayor dengan gaya minor. Semakin kecil
selisihnya menunjukkan bahwa material tersebut mempunyai elastisitas yang semakin besar.
Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain: komposisi
kimia, langkah perlakuan panas, aliran pendinginan, temperature pemanasan, dan lain-lain.

KESIMPULAN
Dari eksperimen yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa apabila makin besar selisih
(h2-h0) maka makin kecil sifat kekerasan material tersebut, dan begitu pula sebaliknya. Semakin
besar nilai selisih (h2-h0) maka semakin kecil sifat elastisitas suatu material tersebut.
Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa uji Rockwell skala C kuningan dan besi
mempunyai karakteristik lebih keras dibanding stainlees steel dan aluminium. Rata-rata tebal
minimal untuk skala C masing-masing sebesar 1,21 mm, 1,50 mm, 1,04 mm, dan 0,99 mm dan
untuk skala B masing-masing sebesar 2,07 mm, 2,13 mm, 2,05 mm, dan 2,01 mm.

SARAN

Sebaiknya saat menggunakan indentor harus teliti, jangan sampai tertukar antara THB
dan THC. Saat membaca skala penunjuk juga, harus akurat. Jangan sampai keliru antara skala
yang merah dan hitam. Dan juga hati-hati saat akan melakuan load. Diharapkan praktikum
selanjutnya lebih baik dan lebih akurat dalam melakukan pengukuran

DAFTAR PUSTAKA

Callister,William D. 2003. Materials and Science Engineering:an introduction,6thedition.John


Willey&Sons.Inc.

Daniel A.Brandt.1985.Metallurgy Fundamental.The Goodheart-Willcox.Inc,USA.

PJMK Fisika Eksperimental II. 2018. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimental II. Universitas
Airlangga.

LAMPIRAN
DATA PENGAMATAN
Indentor THB Indentor THC
Jenis bahan Skala Jenis bahan Skala
Kuningan 24.00 Kuningan 38.50
26.50 38.00
28.00 41.50
Alumunium 20.00 Alumunium 26.50
25.50 24.00
25.00 23.50
Stainless steel 27.00 Stainless Steel 47.50
29.00 47.50
26.50 49.00
Besi 30.50 Besi 50.00
30.00 49.00
28.00 51.50

ANALISIS DATA
Uji kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan untuk mengukur kedalaman dari
indentasi dan mengkonversikannya menjadi nilai kekerasan dalam keadaan spesifik. Konversi ini
memiliki rumus, yaitu:

dimana satuan dari pergeseran (h2, h0) adalah mm.


Dalam praktikum, digunakan indentor dengan skala B yang merupakan ball dan skala C
yang merupakan kristal kerucut, dengan perhitungan rumus beserta analisisnya sebagai berikut;

A. Skala B

Berdasarkan data yang diperoleh, nilai yang telah diketahui adalah THB, dengan nilai
rerata THB dari kuningan, aluminium, stainless steel, dan besi masing-masing adalah 21,17;
23,50; 27,50; dan 29,50, sehingga nilai akhir (h2-h0), yang merupakan ketebalan minimal
spesimen (dalam satuan mm), dapat dicari dengan rumus.

Hasil dari perhitungan diatas, disajikan dalam tabel berikut;


Skala B
Jenis bahan
(h2-h0)
Kuningan 2.12
2.07
2.04
2.20
Alumunium 2.09
2.10
Stainless 2.06
2.02
steel 2.07
1.99
Besi 2.00
2.04

Maka, dari data diatas bisa didapat rata-rata tebal minimal untuk bahan kuningan,
aluminium, stainless steel, dan besi pada uji Rockwell skala B adalah masing-masing
sebesar 2,07 mm, 2,13 mm, 2,05 mm, dan 2,01 mm. Dengan demikian, apabila nilai (h2-h0)
dibuat grafik terhadap THB, maka akan dihasilkan grafik sebagai berikut:
B. Skala C

Berdasarkan data yang diperoleh, nilai yang telah diketahui adalah THC, dengan nilai
rerata THC dari kuningan, aluminium, stainless steel, dan besi adalah masing-masing 39,33;
24,67; 48,00; dan 50,17, sehingga nilai akhir
(h2-h0), yang merupakan ketebalan minimal spesimen (dalam satuan mm), dapat dicari
dengan rumus.

Hasil dari perhitungan diatas, disajikan dalam tabel berikut;


Jenis bahan Skala C
(h2-h0)
Kuningan 1.23
1.24
1.17
Alumunium 1.47
1.52
1.53
Stainless 1.05
steel 1.05
1.02
Besi 1.00
1.02
0.97

Maka, dari data diatas bisa didapat rata-rata tebal minimal untuk bahan kuningan,
aluminium, stainless steel dan besi pada uji Rockwell skala C adalah masing-masing sebesar
1,21 mm, 1,50 mm, 1,04 mm, dan 0,99 mm. Dengan demikian, apabila nilai (h2-h0) dibuat
grafik terhadap THC, maka akan dihasilkan grafik sebagai berikut

Anda mungkin juga menyukai