Anda di halaman 1dari 5

FAKTOR-FAKTOR BANK DALAM MEMBERIKAN PINJAMAN KREDIT

DENGAN JAMINAN BARANG KOMODITAS

Mutiara Nur Hanifa


hanifamutiara@gmail.com
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Pranoto
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Abstract
The objectives of this legal research issues concerning the factors used by the banks in providing loans
with guarantee of commodity goods. The writing of this law is the legal research that is descriptive. Legal
writing this using this type of approach to legislation. Types of data used are secondary data. In this study,
data gathering technique used is to study library or study documents, data analysis technique used is
explanatory research. Results of the study show that the commodity goods in a Fiduciary Guarantee
legislation included in the fiduciary guarantee object, so in granting credit loans with guarantee of
commodity items to watch out for with regard to the principle of prudence, the principle of trust, specified
as a speciality, and the mechanism of granting credit focused on imposition and registration is warranties.
Fiduciary guarantee in respect of the goods in the form of a number of commodity and its value can
fluctuate, the bank as lender should provide oversight of actively and passively objects to the existence
of the guarantee.

Keywords: Credits, Guarantee, Commodity Goods.

Abstrak

Penulisan hukum ini mengkaji permasalahan mengenai faktor-faktor yang digunakan oleh bank dalam
memberikan pinjaman kredit dengan jaminan barang komoditas. Penulisan hukum ini merupakan
penelitian hukum yang bersifat deskriptif. Penulisan hukum ini menggunakan jenis pendekatan undang-
undang. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan studi kepustakaan atau studi dokumen, teknik analisis data yang
digunakan adalah penelitian eksplanatoris. Hasil kajian menunjukkan bahwa barang komoditas dalam
Undang-Undang Jaminan Fidusia termasuk dalam objek jaminan fidusia, sehingga dalam pemberian
pinjaman kredit dengan jaminan barang komoditas hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan prinsip
kepercayaan, prinsip kehati-hatian, dirinci sebagai syarat spesialitas, dan mekanisme pemberian kredit
terfokus pada pembebanan dan pendaftaran jaminan. Dalam hal jaminan fidusia berupa barang komoditas
yang jumlah dan nilainya dapat berubah-ubah, maka pihak bank selaku kreditur harus memberikan
pengawasan secara aktif dan pasif terhadap keberadaan benda jaminan tersebut.
Kata kunci: Kredit, Jaminan, Barang Komoditas.

A. Pendahuluan kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan


proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Lembaga perbankan merupakan inti dari
Mengenai asas perbankan yang dianut di
sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah
Indonesia dapat dilihat pada ketentuan Pasal
lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi
2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang
orang-perseorangan, badan-badan usaha milik
Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun
swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan
1992 Tentang Perbankan yang mengemukakan
lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana
bahwa “Perbankan Indonesia dalam melakukan
yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan,
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
bank melayani kebutuhan pembiayaan serta
menggunakan prinsip kehati-hatian”. Dalam
melancarkan mekanisme sistem pembayaran
penjelasan resminya yang dimaksud dengan
bagi semua sektor perekonomian (Hermansyah,
demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi
2005 : 7).
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Perbankan adalah segala sesuatu Dasar 1945 (Hermansyah, 2005 : 18-19).
yang menyangkut tentang bank, mencakup

42 Privat Law Vol. IV No 1 Januari-Juni 2016 Faktor-Faktor Bank dalam Memberikan ...
Berkaitan dengan demokrasi ekonomi jaminan. Jaminan diperlukan dalam kredit sebagai
Indonesia, ahli ekonomi Universitas Gadjah pejamin kepastian, ketertiban, dan kelancaran
Mada Mubyarto merumuskan bahwa demokrasi pelunasan utang debitur kepada kreditur. Dalam
ekonomi Indonesia sebagai Demokrasi Ekonomi praktik perbankan perlu memperhatikan prinsip-
Pancasila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: prinsip perkreditan yang diantaranya adalah
pertama, dalam sistem ekonomi Pancasila Prinsip 5C yaitu Character (kepribadian), Capacity
koperasi ialah soko guru perekonomian; kedua, (kemampuan), Capital (modal), Conditions of
perekonomian Pancasila digerakkan oleh Economy (kondisi ekonomi), Collateral (agunan).
rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial, dan Jaminan sebagai kepastian pembayaran kembali
moral; ketiga, perekonomian Pancasila ada utang atau kredit debitur kepada kreditur jika
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, debitur dalam pengembaliannya mengalami kredit
sehingga dalam Pancasila terdapat solidarias macet.
sosial; keempat, perekonomian Pancasila Oleh karena itu, perjanjian kredit harus ditopang
berkaitan dengan persatuan Indonesia, yang dengan suatu lembaga jaminan yang fungsinya
berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan sebagai pengaman terhadap pengembalian kredit
ekonomi; kelima, sistem perekonomian Pancasila apabila debitur tidak memenuhi prestasinya atau
tegas dan jelas adanya keseimbangan antara wanprestasi. Apabila debitur wanprestasi, maka
perencanaan sentral (nasional) dengan tekanan secara sukarela kreditur mempunyai hak untuk
pada desentralisasi di dalam pelaksanaan menuntut piutangnya terhadap harta kekayaan
kegiatan ekonomi (Hermansyah, 2005 : 19). debitur yang dipakai sebagai jaminan. Hak
Perbankan sebagai lembaga keuangan yang pemenuhan dari kreditur tersebut dilakukan
berfungsi sebagai penyedia dana dan pemberi dengan cara penjualan benda-benda yang
jasa di bidang keuangan dalam praktek sering hasilnya adalah untuk pemenuhan utang debitur
berhadapan dengan kredit macet atau kredit (Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980 : 31).
bermasalah, sehingga kinerja perbankan tidak Dalam pemberian fasilitas kredit terdapat
selalu berjalan dengan lancar. Bahkan beberapa dua macam perjanjian, yaitu: Pertama, perjanjian
Bank harus mengalami kesulitan likuiditas pokok yang mengatur mengenai kesepakatan
disebabkan adanya gangguan dalam perputaran pemberian fasilitas kredit oleh kreditur dan debitur
uang (cash flow) sehingga terpaksa harus diawasi memiliki prestasi untuk membayar lunas segala
oleh Bank Indonesia bahkan harus ditutup. bunga dan pokoknya. Kedua, perjanjian accesoir
Dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang yang merupakan perjanjian tambahan yang
No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas mengatur tentang pembebanan jaminan, sebagai
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang contoh: perjanjian tanggungan, gadai, fidusia, dan
Perbankan merumuskan pengertian kredit lain-lain.
adalah penyediaan uang atau tagihan yang Salah satu benda atau obyek jaminan fidusia
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan yang sering diberikan dalam perjanjin kredit adalah
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam benda persediaan. Akan tetapi sebagai jaminan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan kredit, dalam praktek perbankan benda persediaan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah relative sulit dalam pengawasannya. Hal ini
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. dikarenakan benda persediaan sangat likuid,
Posisi bank sebagai kreditur tidak selamanya jumlah dan nilai dapat berubah seiring dengan
memberikan keuntungan dalam rangka pelunasan kecepatan perputaran benda persediaan dari
piutangnya disebabkan oleh beberapa kendala usaha tersebut. Maka, berdasarkan hal tersebut,
salah satunya adalah kepailitan. Posisi bank dapat penulisan hukum ini akan membahas mengenai
sebagai kreditur separatis, kreditur preferen, atau faktor-faktor apa sajakah yang membuat bank
kreditur konkuren tergantung kepada kasus dan berani untuk memberikan pinjaman kredit dengan
posisi bank dalam berhadapan dengan kreditur jaminan berupa barang komoditas.
lainnya. Perikatan antara bank sebagai kreditur
dengan nasabah sebagai debitur dapat berupa
B. Metode Penelitian
Hak Tanggungan, Hak terhadap Jaminan Fidusia,
Gadai, Hipotek dan perikatan lainnya. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah
Jaminan atau agunan dalam suatu perjanjian penelitian hukum (legal research). Penelitian
kredit adalah sesuatu yang mutlak dalam hukum merupakan suatu kegiatan know-how
pemberian kredit, hal ini sejalan dengan ketentuan dalam ilmu hukum, bukan hanya sekedar know-
perundang-undangan yaitu tiada kredit tanpa about. Sebagai kegiatan know-how, penelitian

Privat Law Vol. IV No 1 Januari-Juni 2016 Faktor-Faktor Bank dalam Memberikan ... 43
hukum digunakan untuk memecahkan isu hukum itikad baik serta wajib menjalankan tugas dan
yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki. 2014 : wewenangnya masing-masing secara cermat, teliti
50). Sifat penelitian yang penulis gunakan dalam dan professional.
penelitian hukum ini adalah preskriptif dan terapan. Pengucuran atau pemberian kredit yang
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberi dilakukan oleh bank pasti memberikan suatu
argumentasi atas hasil penelitian yang telah kepercayaan dan suatu resiko. Yang dimaksud
dilakukan. Dalam penelitian hukum ini penulis dengan memberikan suatu kepercayaan adalah
menggunakan pendekatan perundang-undangan bahwa setiap pemberian kredit, dilandasi dengan
(statute approach) karena dalam penelitian ini adanya keyakinan bahwa kredit tersebut akan
tidak lepas dari peraturan perundang-undangan dibayar kembali oleh debiturnya sesuai dengan
yang terkait. waktu yang diperjanjikan. Yang dimaksud dengan
Dalam penelitian hukum ini, bahan hukum resiko adalah kewajiban memikul kerugian
yang penulis gunakan adalah bahan hukum yang disebabkan karena suatu kejadian di luar
primer yaitu Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 kesalahan salah satu pihak (R. Subekti, 1987 : 59).
Tentang Jaminan Fidusia, Undang-Undang No. Dalam pemberian kredit, bank wajib
10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang- memperhatian hal-hal sebagaimana yang telah
Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan ditentukan dalam Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-
dan bahan hukum sekunder berupa karya ilmiah Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan
dan penelitian hukum lainnya seperti skripsi, tesis, Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang
dan jurnal. Perbankan yang berbunyi:
Teknik pengumpulan data yang digunakan Pasal 8 ayat (1):
dalam penelitian ini adalah dengan studi
Dalam memberikan kredit atau pembiayaan
kepustakaan (library research) atau studi dokumen
berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib
(literature research) untuk mendapatkan landasan
mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang
teori dalam penulisan hukum ini. Setelah analisis
mendalam atas itikad dan kemampuan serta
data selesai maka hasilnya akan disajikan
kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi
secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan
utangnya atau mengembalikan pembiayaan
menggambarkan apa adanya sesuai dengan
dimaksud sesuai dengan diperjanjikan.
permasalahan yang diteliti.
Pasal 8 ayat (2):
Bank umum wajib memilik dan menerapkan
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
pedoman perkreditan dan pembiayaan
Mengenai asas perbankan yang dianut di berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan
Indonesia dapat dilihat pada ketentuan Pasal ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Ketentuan Pasal 8 ayat (1) dan (2) merupakan
Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun dasar atau landasan bagi bank dalam menyalurkan
1992 Tentang Perbankan yang mengemukakan kreditnya kepada nasabah. Karena pemberian
bahwa “Perbankan Indonesia dalam melakukan kredit merupakan salah satu fungsi utama
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan bank, maka dalam ketentuan tersebut juga
menggunakan prinsip kehati-hatian”. Dalam mengandung dan menerapkan prinsip kehati-
penjelasan resminya yang dimaksud dengan hatian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun
Dasar 1945 (Hermansyah, 2005 : 18-19). 1992 Tentang Perbankan (Hermansyah, 2008 :
Yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian 62-63).
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 Undang- Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit
Undang Perbankan tidak memiliki penjelasan oleh bank, pada dasarnya pemberian kredit oleh
secara resmi. Kepercayaan masyarakat bank kepada nasabah berpedoman pada 2 prinsip,
merupakan kunci utama bagi berkembang atau yaitu (Hermansyah, 2008 : 65-66):
tidaknya suatu bank, dalam arti tanpa kepercayaan
1. Prinsip Kepercayaan
dari masyarakat suatu bank tidak akan mampu
menjalankan kegiatan usahanya. Sehingga Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
bank dalam menjalankan kegiatan usahanya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah
dan dalam menerapkan kebijakan harus selalu selalu didasarkan kepada kepercayaan. Bank
mematuhi peraturan perundang-undangan yang mempunyai kepercayaan bahwa kredit yang
berlaku secara konsisten dan didasari dengan diberikan bermanfaat bagi nasabah dan bank

44 Privat Law Vol. IV No 1 Januari-Juni 2016 Faktor-Faktor Bank dalam Memberikan ...
percaya nasabah mampu melunasi utang sifat droit de suite atau hak jaminan mengikuti
kredit beserta bunga dalam jangka waktu bendanya dari jaminan fidusia karena barang
yang telah ditentukan. jaminan tersebut telah dialihkan atau dijual kepada
2. Prinsip Kehati-hatian pihak lain. Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak
memberikan pengertian dan dasar hukum tentang
Bank dalam menjalankan kegiatan benda persediaan, akan tetapi mengingat sifatnya
usahanya termasuk pemberian kredit harus yang spesifik, maka perihal jaminan fidusia
selalu berpedoman dan menerapkan prinsip tentang benda persediaan diatur secara khusus
kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23
dalam bentuk penerapan secara konsisten Undang-Undang Jaminan Fidusia.
berdasarkan itikad baik semua persyaratan
Sebagai jaminan kredit, benda persediaan
dan peraturan perundang-undangan yang
dalam praktek perbankan pengawasannya relatif
terkait dengan pemberian kredit.
sulit dikarenakan benda persediaan merupakan
Prinsip kehati-hatian adalah suatu asas benda perdagangan yang sangat likuid yang
atau prinsip yang menyatakan bahwa dalam sewaktu-waktu jumlah dan nilai benda dapat
menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya berubah setiap waktu sesuai dengan kecepatan
wajib bersikap hati-hati dalam rangka melindungi perputaran benda dari usaha tersebut. Perubahan
dana masyarakat yang dipercayakan pada nilai jaminan benda persediaan dapat disebabkan
bank tersebut. Hal menarik dalam ketentuan oleh beberapa hal, yaitu:
prinsip kehati-hatian bank ini adalah adanya 1. Digunakan dalam proses produksi dan
kewajiban bagi bank menyediakan informasi perdagangan;
mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian 2. Benda rusak karena tidak terjaga dengan
sehubungan dengan transaksi nasabah yang baik;
dilakukan melalui bank. 3. Benda sudah out of date atau sudah ketinggalan
Dalam praktik perbankan, yang menjadi zaman sehingga nilai ekonomisnya menurun;
dasar dalam hukum perjanjian kredit adalah 4. Benda disalahgunakan oleh debitur, dalam arti
kesepakatan (konsensualisme) yang tertuang benda tersebut digunakan untuk perputaran
dalam perjanjian antara bank dengan nasabah. usaha tetapi tidak diganti dengan benda yang
Kesepakatan tersebut di dukung dengan beberapa setara nilai, jenis atau jumlahnya, atau benda
asas hukum perdata antara lain asas kebebasan persediaan tersebut merupakan barang
berkontrak, asas pacta sunt servanda, asas pinjaman.
itikad baik (good faith), dan asas kehati-hatian Dalam hal pemberian fasilitas kredit ini,
(prudential) yang merupakan asas-asas hukum pada prakteknya agunan merupakan hal yang
umum guna menjaga keseimbangan para pihak diutamakan sehingga sebenarnya agunan
debitur dan kreditur untuk saling memberikan lebih dipentingkan dari hanya sekedar jaminan
perlindungan secara timbal balik (Abraham Yazdi berupa keyakinan atas kemampuan debitur
Martin, 2009 : 13). dalam melunasi utangnya. Hal demikian sangat
Jaminan atau agunan dalam suatu perjanjian berdasar karena jaminan berupa keyakinan sangat
kredit adalah sesuatu yang mutlak dalam abstrak dan penilaiannya subjektif. Sedangkan
pemberian kredit, hal ini sejalan dengan ketentuan berbeda dengan agunan, yang penilaiannya
perundang-undangan yaitu tiada kredit tanpa objektif dan secara ekonomi apabila terjadi debitur
jaminan. Jaminan merupakan sarana atau upaya wanprestasi atau adanya kredit yang bermasalah,
preventif dalam perjanjian kredit yang sangat maka agunan tersebut masih dapat menutup
beresiko tersebut. Dengan adanya agunan atau sisa tagihan dengan mengeksekusi benda yang
jaminan (collateral) baik jaminan kebendaan menjadi jaminan tersebut.
maupun jaminan perorangan yang diberikan Dalam fidusia, mekanisme dan proses
debitur kepada pihak kreditur yang akan menjadi pemberian kredit lebih sederhana dibandingkan
sarana pengaman (safety) bagi pengembalian dengan kredit perbankan. Mekanisme pemberian
utang debitur. kredit hanya terfokus pada dua, yaitu mekanisme
Dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia pembebanan dan mekanisme pendaftaran.
dijelaskan bahwa karena barang persediaan Karena pada prinsipnya perjanjian fidusia hanya
itu jumlahnya selalu tidak tepat atau berubah- didasarkan pada kepercayaan, jadi calon penerima
ubah, maka benda jaminan tersebut harus dirinci kredit tidak terlalu dibebani oleh aspek-aspek
sebagai syarat spesialitas seperti keterangan teknis sebagaimana pada perjanjian kredit pada
jenis, merk, kualitas dalam akta jaminan fidusia. umumnya dengan prinsip 5C (Fatma Paparang,
Barang persediaan merupakan pengecualian dari 2014 : 59-61).

Privat Law Vol. IV No 1 Januari-Juni 2016 Faktor-Faktor Bank dalam Memberikan ... 45
Mekanisme pemberian kredit dengan jaminan 2. Benda jaminan harus dirinci sebagai syarat
fidusia ini dilakukan dengan memegang prinsip spesialitas seperti keterangan merk, jenis,
kehati-hatian. Pemberian kredit dengan jaminan kualitas dalam akta jaminan fidusia.
fidusia ini lebih kepada faktor kepercayaan, 3. Mekanisme proses pemberian kredit pada
bonafiditas, dan prospek kegiatan usaha jaminan fidusia terfokus pada dua, yaitu
debitur. Faktor penting yang harus diperhatikan mekanisme pembebanan dan mekanisme
untuk mengurangi resiko adalah keyakinan pendaftaran.
atas kemampuan dan kesanggupan debitur 4. Keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan
untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang debitur untuk melunasi utangnya sesuai
diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh
tersebut, bank harus melakukan penilaian yang keyakinan tersebut, bank harus melakukan
seksama terhadap watak, kemampuan modal, penilaian yang seksama terhadap watak,
agunan, dan prospek usaha debitur. kemampuan modal, agunan, dan prospek
usaha debitur.
D. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat E. Saran
disimpulkan bahwa benda persediaan termasuk Dalam hal jaminan fidusia berupa barang
dalam hal ini barang komoditas atau inventory komoditas yang jumlah dan nilainya dapat
dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia termasuk berubah-ubah, maka pihak bank selaku kreditur
dalam obyek jaminan fidusia yang diatur dalam harus memberikan pengawasan secara aktif
Pasal 20. Kemudian faktor-faktor lain sehingga dan pasif terhadap keberadaan benda jaminan
bank berani dalam memberikan pinjaman kredit tersebut agar apabila kreditur mengalami kredit
dengan jaminan barang komoditas adalah: macet dapat terhindarkan dari pengalihan benda
1. Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit persediaan tersebut tanpa diganti dengan yang
oleh bank kepada debitur, yaitu prnsip setara.
kepercayaan dan prinsip kehati-hatian.

Daftar Pustaka

Abraham Yazdi Martin. 2009. “Perlindungan Hukum Terhadap Pemberian Kredit dengan Jaminan Fidusia”.
Skripsi, Depok : Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Aermadepa. 2012. “Pendaftaran Jaminan Fidusia, Masalah dan Dilema Dalam Pelaksanaannya”. Jurnal
Ilmiah Abdi Ilmu, Volume 5 Nomor 1, Juni 2012, Solok : Fakultas Hukum UMMY Solok
Aprilianti. 2011. “Fidusia Sebagai Lembaga Jaminan Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999”. Fiat
Justisia, Volume 5 Nomor 1, Januari-April 2011, Lampung: Fakultas Hukum Universitas Lampung
Dyah Kusumaningrum. 2008. “Pelaksanaan Perjanjian Kredit yang Diikat Dengan Jaminan Fidusia di PT.
Bank Eksekutif Internasional, Tbk Cabang Semarang”. Tesis Magister Kenotariatan, Semarang :
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Fatma Paparang. 2014. “Implementasi Jaminan Fidusia dalam Pemberian Kredit di Indonesia”. Jurnal
LPPM Bidang EkoSosBudKum, Volume 1 Nomor 2, Tahun 2014, Manado : Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi
Hermansyah. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Peter Mahmud Marzuki. 2014. Penelitian Hukum Edisi Revisi. Jakarta: Kencana P r a n e d a Media
Group
R. Subekti. 1987. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermasa
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan. 1980. Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan
Jaminan Perorangan. Yogyakarta : Liberty Offset

46 Privat Law Vol. IV No 1 Januari-Juni 2016 Faktor-Faktor Bank dalam Memberikan ...

Anda mungkin juga menyukai