FILSAFAT ILMU
(Sejarah dan Perkembangan Filasafat Ilmu)
Disusun Oleh :
MUHAMMAD AMIN
NPM 2010018322011
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial
maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Perkembangan ilmu pengetahuan
dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aliran-aliran pemikiran filsafat barat. Tanpa
bermaksud untuk mengkonsentrasikan kajian pada pemikiran barat dan mengesampingkan
pemikiran timur (Islam), kajian ini akan lebih banyak mengulas tentang sejarah aliran-aliran
pemikiran barat dimulai dari zaman Yunani klasik yang pada akhirnya melahirkan
spesialisasi dan sub-spesialisasi ilmu pada abad ke-20.
Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu (Science) pada dasarnya merupakan usaha untuk
mengorganisasikan dan mensistematisasikan pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan
dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode. Dan
karena pengetahuan ilmiah a higher level of knowledge, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai
pengembangan dari filsafat pengetahuan. Bidang garapan filsafat ilmu tidak jauh dari
komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga eksistensi pengetahuan ilmiah, yaitu
ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Oleh karena itu, penting dan menarik kiranya kita dapat menggali kembali sejarah
perkembangan filsafat ilmu serta aliran-alirannya, sebagai suatu landasan berfikir kita demi
mengembangkan ilmu pengetahuan secara luas dan mendalam yang akan berimplikasi kepada
kehidupan manusia yang lebih baik.
Berbicara asal muasal filsafat ilmu tentu tidak akan lepas dari filsafat Yunani
Kuno dan aliran yang dianutnya, dimana perkembangan Filsafat dimulai dari Yunani
dan filsafat yang tertua juga dari Yunani. Tidak lain dan tidak bukan termasuk filsafat
Ilmu juga demikian. Pemikiran manusianya yang tertata, dibanding bangsa lain pada
masa itu, oleh karenanya kiblat ilmupun berasal dari kota itu.
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri
kepada agama untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang
bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab
lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di
Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara
intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah
Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang
terbesar adalah Sokrates, Plato, dan Aristoteles.
kemajuan filsafat pada zaman Yunani yang begitu luar biasa, sejarah filsafat
mencatat bahwa pada abad pertengahan (400-1500 M) filsafat berfungsi sebagai alat
untuk pembenaran atau justifikasi ajaran agama (The philosophy as a hand maiden of
theology). Sejauh filsafat bisa melayani teologi, ia bisa diterima. Namun, filsafat
dianggap yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama atau gereja, ditolak dan
kebebasan berfikir pun dipangkas.
Oleh sebab itu, zaman tersebut sering dinamakan Abad Gelapan Filsafat. Namun,
masa kegelapan Barat itu sebenarnya merupakan masa kegemilangan umat Muslim.
Pada saat itulah di Timur terutama di wilayah kekuasaan Islam terjadi perkembangan
ilmu pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman Pertengahan lebih berkutat
pada isu-isu keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan penterjemahan besar-
besaran terhadap karya-karya filosof Yunani, dan berbagai temuan di lapangan ilmiah
lainnya. Maka sesungguhnya pada zaman Islam itulah filsafat begitu berkembang pesat
sehingga banyak melahirkan para ilmuan-ilmuan muslim yang luar biasa pada abad itu.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak
abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance) pusaka
Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini
adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian
diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat
kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan
itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaisance) pada abad ke-
14 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18
M. Mulai itulah ilmu pengetahuan semakin berkembangan dengan pesat hingga
sekarang (zaman kontemporer).
Dalam hal ini sejarah perkembangan filsafat ilmu pengetahuan menjadi beberapa
priode perkembangan diantaranya : pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada zaman
renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer.
2. Zaman Islam
Islam sangat menghargai ilmu, ini terlihat sejak kemunculan agama Islam itu
sendiri yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, saat beliu menerima wahyu pertama
dengan perintah “ iqra’ bacalah”;
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”
Dari kata iqra tersebut, secara kontekstual sesungguhnya memerintahkan kita
untuk mencari hakikat kebenaran dengan membaca, mengkaji, serta meneliti
Dominasi para teolog pada masa ini mewarnai aktivitas ilmiah pergerakan ilmu
pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu
adalah ancillla theologiaatau abdi agama. Atau dengan kata lain, kegiatan ilmiah
diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Agama Kristen menjadi problema
kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran
sejati. Inilah yang dianggap sebagai salah satu penyebab masa ini disebut dengan Abad
gelap (dark age). Usaha-usaha menghidupkan kembali keilmuan hanya sesekali
dilakukan oleh raja-raja besar seperti Alfred dan Charlemagne.
Josep Schumpeter, misalnya dalam buku magnum opus-nya menyatakan
adanyagreat gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama 500 tahun, yaitu masa yang
dikenal sebagai dark ages. Masa kegelapan Barat itu sebenarnya merupakan masa
kegemilangan umat Muslim, suatu hal yang berusaha ditutup-tutupi oleh Barat karena
pemikiran ekonom Muslim pada masa inilah yang kemudian banyak dicuri oleh para
ekonom Barat.
Pada saat itulah di Timur terutama di wilayah kekuasaan Islam terjadi
perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman Pertengahan
lebih berkutat pada isu-isu keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan
penterjemahan besar-besaran terhadap karya-karya filosof Yunani, dan berbagai
temuan di lapangan ilmiah lainnya.
Menurut Harun Nasution, keilmuan berkembang pada zaman Islam klasik (650-
1250 M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya
kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis. Persepsi ini bertemu
dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di
kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria
(Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). W. Montgomery Watt
menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab
pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai
pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian
dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian –pada sekitar tahun 900 M– ke
Baghdad.
Sekitar abad ke 6-7 Masehi obor kemajuan ilmu pengetahuan berada di
pangkuan perdaban Islam. Dalam lapangan kedokteran muncul nama-nama terkenal
seperti: Al-Ḥ ā wī karya al-Rā zī (850-923) merupakan sebuah ensiklopedi mengenai
seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Rhazas mengarang suatu
Encyclopedia ilmu kedokteran dengan judul Continens, Ibnu Sina (980-1037) menulis
buku-buku kedokteran (al-Qonun) yang menjadi standar dalam ilmu kedokteran di
Eropa. Al-Khawarizmi (Algorismus atau Alghoarismus) menyusun buku Aljabar pada
tahun 825 M, yang menjadi buku standar beberapa abad di Eropa. Ia juga menulis
perhitungan biasa (Arithmetics), yang menjadi pembuka jalan penggunaan cara desimal
di Eropa untuk menggantikan tulisan Romawi. Ibnu Rushd (1126-1198) seorang filsuf
yang menterjemahkan dan mengomentari karya-karya Aristoteles. Al Idris (1100-1166)
telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu untuk disampaikan
kepada Raja Boger II dari kerajaan Sicilia.
Dalam bidang kimia ada Jabir ibn Ḥ ayyan (Geber) dan al-Biruni (362-442 H/973-
1050 M). Sebagian karya Jabir ibn Ḥ ayyan memaparkan metode-metode pengolahan
berbagai zat kimia maupun metode pemurniannya. Sebagian besar kata untuk
menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia yang belakangan menjadi bahasa orang-
orang Eropa berasal dari karya-karyanya. Sementara itu, al-Bīrū nī mengukur sendiri
gaya berat khusus dari beberapa zat yang mencapai ketepatan tinggi.
Selain disiplin-disiplin ilmu tersebut, sebagian umat Islam juga menekuni logika
dan filsafat. Sebut saja al-Kindi, al-Farabi (w. 950 M), Ibn Sīnā atau Avicenna (w. 1037
M), al-Ghazali (w. 1111 M), Ibn Bā jah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn Ṭ ufayl atau
Abubacer (w. 1185 M), dan Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M). Menurut Felix Klein-
Franke, al-Kindī berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan
membangun fondasi filsafat dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit,
yang sebagian di antaranya kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh al-Farabi. Al-
Kindi sangat ingin memperkenalkan filsafat dan sains Yunani kepada sesama pemakai
bahasa Arab, seperti yang sering dia tandaskan, dan menentang para teolog ortodoks
yang menolak pengetahuan asing.
Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen
daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam filsafat Kristen
dia baru lahir. Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya terhadap para
skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas non-profesional, yang
menentang keabadian dan disebut Averroists. Di Kalangan filosof profesional, para
pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan Franciscan dan di Universitas Paris.
Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang mengilhami orang Barat pada abad pertengahan
dan mulai membangun kembali peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-abad
lamanya yang terwujud dengan lahirnya zaman pencerahan atau renaisans.
Fisikawan abad ke-21 adalah Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu tidak
terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau
bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti
bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya
penciptaan alam. Di samping teori mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain-lain,
Zaman Kantemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih.
Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang rrrengalami kemaj uan
sangat pesat.
C. Kesimpulan
secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif. Di dalam banyak literatur
pengetahuan dalam sejarah peradaban umat manusia. Perkembangan ilmu ini dilatarbelakangi
dengan perubahan paradigma dan pola pikir yang berkembang saat itu. Dengan paradigma
menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada zaman renaisans
1. Rasionalisme
2. Empirisme
3. Realisme
4. Kritisisme
5. Idealisme
6. Positivisme
7. Pragmatisme
D. Daftar Pustaka
Ahmad Tafsir. 1990. Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
https://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/view/138
https://www.academia.edu/9649585/Sejarah_Perkembangan_Filsafat_Ilmu_dan_Aliran
_nya
http://suarakritingfree.blogspot.com/2012/09/sejarah-perkembangan-filsafat.html