Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat dan
anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak R dengan Anak Remaja dengan
Masalah Ketidakefektifan Koping: Komunikasi Inefektif di RW 02 Kelurahan
Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis – Depok”. Karya ilmiah akhir ners ini dibuat
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners.
Penulisan karya ilmiah akhir ners ini juga tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis juga menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu:
1. Ns. Dwi Cahya Rahmadiyah, S.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, nasihat, masukan, pengarahan dan saran
dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini.
2. Dewi Irawaty, MA., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
3. Poppy Fitriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku dosen koordinator mata
ajar Praktik Klinik KKMP peminatan komunitas.
4. Ns. Intan Asri Nurani, S. Kep., M. Kep selaku mahasiswa residen penanggung
jawab di wilayah RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis,
yang telah membantu dan membimbing dengan sabar serta memberikan
banyak masukan selama Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan
Peminatan Komunitas.
5. Kuntarti, SKp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
6. Riri Maria, SKp., MANP selaku dosen koordinator mata ajar Karya Ilmiah
Akhir Ners (KIAN).
7. Fajar Tri Waluyanti S.Kp., M.Kep selaku dosen Pembimbing Akademis.
8. Bapak dan Ibu ku tercinta, terima kasih atas semua doa serta dukungannya.
9. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Ilmu Keperawatan reguler angkatan
2008 dan ekstensi 2010 terima kasih atas kebersamaan serta bantuannya
selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
iv
Penulis
Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas diri. Permasalahan
yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan adanya krisis identitas tanpa
adanya faktor pendukung dan sumber informasi yang jelas dalam memberikan
ketersediaan layanan pada kelompok remaja. Komunikasi yang baik antara orang
tua dengan anak remaja adalah kunci utama untuk menguraikan permasalahan
yang terjadi pada mereka. Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan
keperawatan keluarga Bp. R dengan anak remaja dengan masalah ketidakefektifan
koping terutama komunikasi infektif di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tujuan dari implementasi intervensi inovasi
komunikasi efektif ini diharapkan terciptanya komunikasi yang efektif antara
orang tua dan anak remaja sehingga orang tua dapat membangun hubungan yang
harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterbukaan dan mendengar serta
membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah. Saat
dilakukan evaluasi sumatif keluarga mengaku bahwa An. H yang awalnya adalah
anak yang pendiam dan tertutup setelah Ibu. R berkomunikasi efektif
menggunakan “pesan saya” bisa lebih membuka dirinya, An. H juga sudah mulai
mau menceritakan masalah yang sedang dihadapinya sedikit demi sedikit kepada
orang tuanya. Saran bagi keluarga adalah agar keluarga lebih mengoptimalkan
dalam memfasilitasi tugas perkembangan keluarga seperti menjaga komunikasi
yang terbuka antara orang tua dengan remaja.
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................... vi
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
ABSTRACT........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................. 9
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 10
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................. 10
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................. 11
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................. 11
1.4.1 Manfaat Kelimuan....................................................................... 11
1.4.2 Manfaat Aplikatif........................................................................ 11
1.4.2.1 Pelayanan Keperawatan Keluarga................................... 11
1.4.2.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan................................... 12
1.4.3 Manfaat Metodologi.................................................................... 12
2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 13
2.1 Konsep dan Teori Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan..... 13
2.1.1 Sejarah Perkembangan dan Karakteristik Kota (Urban)............. 14
2.1.2 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan........... 15
2.2 Remaja.................................................................................................. 16
2.2.1 Pengertian Remaja....................................................................... 16
2.2.2 Ciri-Ciri Masa Remaja................................................................ 20
2.2.3 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja................................... 23
2.2.4 Perubahan pada Remaja.............................................................. 24
2.3 Keluarga................................................................................................ 25
2.4 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja................. 26
2.5 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga..................................... 28
2.5.1 Pengkajian Keluarga.................................................................... 29
2.5.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga............................. 29
2.5.3 Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga.............. 30
2.5.4 Perencanaan Keperawatan Keluarga........................................... 31
2.5.5 Implementasi Keperawatan Keluarga.......................................... 32
2.5.6 Evaluasi....................................................................................... 33
2.6 Ketidakefektifan Koping....................................................................... 33
2.6.1 Komunikasi.................................................................................. 34
2.6.1.1 Komunikasi Efektif.......................................................... 34
2.6.1.2 Komunikasi Tidak Efektif............................................... 35
ix Universitas Indonesia
4. ANALISIS SITUASI.................................................................................. 63
4.1 Profil Lahan Praktik.............................................................................. 63
4.2 Analisis Masalah Keperawatan............................................................. 64
4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP................................... 64
4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep Remaja.................................. 66
4.3 Analisis Intervensi Inovasi dengan Konsep dan Penelitian Terkait...... 68
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan....................................... 70
5. PENUTUP................................................................................................... 72
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 72
5.2 Saran..................................................................................................... 73
5.2.1 Pengambil Kebijakan................................................................... 73
5.2.2 Perawat Komunitas...................................................................... 74
5.2.3 Keluarga...................................................................................... 74
5.2.4 Remaja......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 75
LAMPIRAN....................................................................................................... 78
Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami oleh remaja itu sendiri
(BKKBN, 2009).
Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan
pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, tansisi
sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.
Remaja pada umumnya akan mengalami perubahan-perubahan dalam hal biologis
dan psikologis yang sangat pesat. Perubahan-perubahan yang terjadi memberikan
dorongan yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja yang sifatnya sangat
beragam (Clemen-Stone, McGuire & Eigsti, 2002). Kehidupan remaja yang
sangat beragam di masyarakat akan menimbulkan masalah-masalah pada remaja
(Hurlock, 1998).
Permasalahan yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan adanya
krisis identitas tanpa adanya faktor pendukung dan sumber informasi yang jelas
dalam memberikan ketersediaan layanan pada kelompok remaja (BKKBN, 2009).
Permasalahan kesehatan yang berisiko mengancam kesejahteraan remaja antara
lain merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat, depresi atau risiko bunuh diri,
emosi, masalah fisik, problem sekolah dan perilaku seksual (Stanhope &
Lancaster, 2004).
Tantangan utama bagi keluarga dengan anak remaja meliputi perubahan
perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif,
pembentukan identitas dan pembentukan biologis, serta konflik-konflik dan krisis
yang didasarkan perkembangan. Banyak permasalahan yang sering timbul pada
keluarga dengan tahap perkembangan anak remaja karena pada tahap ini, anak
berusaha mencari identitas diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya,
karena mulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang
berbeda dengan orang tuanya. Orang yang dianggap penting pada usia ini adalah
teman sebaya, mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman-
temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya, sehingga pada usia
ini sering terlibat dalam geng-geng. Perubahan perkembangan yang terjadi pada
remaja, sering mengakibatkan remaja tersebut mengalami keadaan tertekan
(stress). Kemampuan remaja mengatasi berbagai masalah sehingga tidak stress
sangat ditentukan oleh seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dunia bebas. Maka dari itu dibutuhkan kedekatan antara orang tua dan anak
terutama komunikasi dari seorang ibu kepada sang anak. Tanggung jawab orang
tua adalah mendidik anaknya, maka komunikasi yang berlangsung dalam keluarga
bernilai pendidikan. Dalam komunikasi itu ada sejumlah norma yang ingin
diwariskan oleh orang tua kepada anaknya dengan pengandalan pendidikan
norma-norma itu misalnya, norma agama, norma akhlak, norma sosial, norma
etika, norma estetika dan norma moral.
Banyak orang tua yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik pada remaja
tanpa memikirkan dampak yang diterima pada diri remaja. Menurut Walgito
(2004) disamping “keterbukaan dalam komunikasi, komunikasi di dalam keluarga
sebaiknya dilakukan dua arah, yaitu saling memberi dan saling menerima diantara
anggota keluarga”. Melalui komunikasi dua arah akan terdapat umpan balik,
sehingga dengan demikian akan tercipta komunikasi yang hidup, dinamis,
masing-masing pihak akan aktif dan masing-masing pihak akan memberikan
pendapat mengenai masalah yang dikomunikasikan. Kecenderungan anak untuk
berperilaku dapat berakar pada kurangnya dialog dalam keluarga yang berakibat
anak merasa sendirian. Cara orang tua berkomunikasi baik secara langsung
maupun tidak langsung memberikan pengaruh kepada anak dan menyebabkan
anak memiliki jalan penyelesain sendiri di luar rumah yang mampu membuat
anak merasa nyaman dan tenang dengan melakukan kenakalan dalam berperilaku.
Upaya orang tua dalam memahami anak remaja, orang tua haruslah menjadi
motivator yang baik, sehingga hubungan baik dan harmonis akan terjalin antara
orang tua dan anak remajanya, sehingga hal-hal yang dikhawatirkan pada remaja
tidak akan terjadi. Permasalahan kesehatan yang berisiko mengancam
kesejahteraan remaja antara lain merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat,
depresi atau risiko bunuh diri, emosi, masalah fisik, problem sekolah dan perilaku
seksual dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktornya adalah komunikasi
yang tidak efektif antara anak remaja dan orang tuanya. Faktor komunikasi
tersebut perlu diidentifikasi secara baik melalui pengkajian keperawatan keluarga.
Aplikasi penggunaan model Friedman dalam pengkajian komunikasi efektif
pada remaja di salah satu keluarga di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Kota Depok disusun dalam sebuah instrumen untuk menggali setiap
Universitas Indonesia
variabel dalam model yang terkait dengan komunikasi efektif remaja. Pengkajian
dilakukan pada keluarga Bp. R di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar
sehingga didapatkan data-data tekait dengan komunikasi inefektif remaja.
Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu wilayah perkotaan yang berada di
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. RW 02 merupakan salah satu wilayah
diantara 9 RW yang saat ini terdapat di Kelurahan Cisalak Pasar. Hasil pengkajian
yang di dapat jumlah remaja di RW 02 sebanyak 364 orang. Remaja diperkotaan
khususnya An. H kurang mendapatkan kontrol dari orang tua karena orang tua
seringkali sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Bp. R harus bekerja dari
pagi dan pulang malam, terkadang hari sabtu dan minggu juga dilakukan Bp. R
untuk bekerja. Hal ini dilakukan karena biaya hidup diperkotaan yang besar
sehingga memaksa Bp. R untuk rajin bekerja. Karena alasan tersebut, yang
membuat orang tua dan An. H jarang berkomunikasi untuk menceritakan masalah
pribadi anaknya dan anak cenderung tertutup kepada orang tua.
Data komunikasi inefektif remaja dengan orang tua dari hasil pengkajian
keluarga berdasarkan model Friedman kemudian dilakukan analisis untuk
dirumuskan kedalam suatu masalah keperawatan kesehatan keluarga. Masalah
keperawatan kesehatan keluarga akan diselesaikan melalui suatu bentuk
perencanaan program kesehatan keluarga. Rancangan perencanaan program dalam
mengatasi permasalahan komunikasi inefektif remaja di keluarga Bp. R
ditekankan pada prevensi primer, sekunder, dan tersier. Program ini diberi nama
komunikasi efektif antara remaja dan orang tua.
Program komunikasi efektif antara remaja dan orang tua ini akan
diimplementasikan kedalam suatu bentuk intervensi keperawatan keluarga serta
aktivitas kegiatan di komunitas yang melibatkan keluarga Bp. R. Rencana
kegiatan di keluarga Bp. R dan di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar diberikan
dalam bentuk pendidikan kesehatan, partnership dan empowerment. Kegiatan
pelaksanaan program komunikasi efektif antara remaja dan orang tua untuk
memberikan pembekalan pengetahuan mengenai komunikasi efektif, tujuan dari
komunikasi efektif, situasi yang harus diciptakan dalam berkomunikasi dengan
anak remaja, kemampuan orang tua yang perlu dikembangkan untuk
berkomunikasi efektif serta melatih keterampilan orang tua dalam berkomunikasi
Universitas Indonesia
efektif dengan remaja dan pembekalan mengenai perilaku orang tua serta anak
remaja dalam rangka peningkatan kesehatan serta berupaya mencari alternatif
kegiatan positif dalam tumbuh kembangnya dan pemenuhan kesehatan
komunikasi remaja. Waktu kegiatan disesuaikan dengan ketersediaan waktu
keluarga. Pelaksanaan kegiatan melibatkan anak remaja, orang tua serta perawat.
Evaluasi kegiatan program komunikasi efektif antara remaja dan orang tua
ini dilakukan melalui evaluasi proses dan akhir kegiatan. Evaluasi akhir program
dilakukan melalui evaluasi sumatif keluarga untuk menilai perubahan data-data
hasil pengkajian awal dengan data-data setelah dilakukan implementasi program
komunikasi efektif antara remaja dan orang tua untuk menilai setiap perubahan.
Peran perawat dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia
remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan secara mandiri dan masalah yang timbul dapat teratasi. Melihat
pentingnya faktor komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter dan
kepribadian seorang anak (dalam hal ini anak remaja), untuk itulah diperlukan
sebuah asuhan keperawatan keluarga untuk melakukan komunikasi efektif antara
keluarga dan anak remaja.
Universitas Indonesia
tahun 2013 khususnya di RW 02, menunjukkan kebiasaan dan gaya hidup remaja.
Kebiasaan remaja di RW 02 khususnya di keluarga Bp. R untuk terbuka dengan
orang tuanya tentang masalah pribadinya masih sangat rendah, anak remaja Bp. R,
An. H (14 tahun) cenderung lebih terbuka dengan teman-temannya dibandingkan
dengan orang tua mereka karena menurut An. H kadang percakapan dengan orang
tua akan berakhir dengan ketegangan.
Perilaku berisiko pada masa remaja dapat diantisipasi oleh keluarga melalui
pelaksanaan struktur keluarga terkait pola komunikasi efektif keluarga secara
optimal (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Masa remaja sering dianggap
sebagai masa yang sulit bagi orang tua untuk berkomunikasi secara baik dengan
anak sehingga tak jarang terjadinya konflik antara orang tua dan anak.
Komunikasi dalam keluarga memegang peranan penting dalam membentuk
pola pikir dan kepribadian anak. Hal ini masuk akal, karena hampir 80% waktu
kita digunakan untuk berkomunikasi (Effendy, 2000). Berhasil tidaknya keluarga
dalam mendidik anak sangat dipengaruhi oleh pola komunikasi yang terbentuk di
dalamnya. Bila pesan yang disampaikan orang tua dapat ditangkap oleh anak
secara jelas, berarti proses komunikasi berjalan dengan baik. Sebaliknya bila
pesan tidak diterima dan tidak ditangkap dengan jelas oleh anak, maka
komunikasi antar anggota keluarga tidak berjalan dengan baik. Bila hal ini terjadi
maka akan berakibat kesalahpahaman dalam penerimaan pesan dan proses
pengasuhan dapat terganggu bahkan terhambat. Oleh karena itu, dengan melihat
pentingnya komunikasi efektif antara remaja dan orang tuanya, maka penulis
terdorong untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja
pada keluarga Bp. R dengan masalah ketidakefektifan koping terutama
komunikasi infektif di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Kota Depok.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
13 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
manusia yang ditandai oleh strata sosial ekonomi yang heterogen serta corak
matrialistis. Sedangkan masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang
tinggal di kota yaitu di wilayah yang memiliki kegiatan utama bukan
pertanian dan biasanya mereka tinggal di kota bertujuan untuk memperbaiki
hidup mereka. Masyarakat perkotaan sering disebut urban community, oleh
karena itu urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Gejala
urbanisasi di sebuah kota dapat dilihat dari jumlah penduduk yang terus
berubah (bertambah) dan terjadi perubahan pada tatanan masyarakat
(Bintarto, 2000).
Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ini termasuk dalam
lingkup keperawatan komunitas. Karena masyarakat perkotaan merupakan
komunitas yang tinggal di daerah perkotaan dengan semua keadaan dan
kondisi yang ada di lingkungan kota. Keperawatan masyarakat perkotaan
memiliki 8 karakteristik dan merupakan hal yang penting dalam melakukan
praktik (Allender & Spredley, 2005), yaitu 1) Merupakan lahan
keperawatan; 2) Merupakan kombinasi antara keperawatan publik dan
keperawatan klinik; 3) Berfokus pada populasi; 4) Menekankan terhadap
pencegahan akan penyakit serta adanya promosi kesehatan dan
kesejahteraan diri; 5) Mempromosikan tanggung jawab klien dan self care;
6) Menggunakan pengesahan/ pengukuran dan analisa; 7) Menggunakan
prinsip teori organisasi; 8) Melibatkan kolaborasi interprofesional. Perawat
kesehatan masyarakat perkotaan memiliki peran dalam mengelola
perawatan kesehatan dalam perkotaan tersebut serta menjadi pendidik
kesehatan dalam masyarakat tersebut.
2.1.2 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi). Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan
perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat
Universitas Indonesia
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Istilah adolesens biasanya
menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan
titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal
pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
datang. Bila anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekakak-kanakan dan
juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan
perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Hurlock, 1998).
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika
perubahan fisik terjadi dengan pesat maka perubahan perilaku dan sikap
juga berlangsung pesat. Jika perubahan fisik menurun maka perubahan
sikap dan perilaku menurun juga. Ada empat perubahan yang sama dan
hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang
intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis.
Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh
kelompok. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka
nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersikap
ambivalen terhadap setiap perubahan (Hurlock, 1998).
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi
kesulitan itu, yaitu sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak
sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga
kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah, serta
para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi
masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru.
Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, maka
memakai menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirmya
menemukan bahwa penyelesaian tidak selalu sesuai dengan harapan
mereka (Hurlock, 1998).
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa
dirinya, apa peranannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau
dewasa, apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.3 Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat
anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya
anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik
pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-
anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk
(2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu:
a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri
dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
Universitas Indonesia
c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya.
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008)
Dalam keluarga modern sekalipun, pengaruh orang tua terhadap anaknya
masih sangat kuat. Nampaknya adanya kecenderungan pembentukan perilaku
anak sebagai hasil interaksi antara orang tua dengan anaknya. Sebagaimana
diungkapkan oleh Setiadi (2008) bahwa kebanyakan sikap dan perilaku anak akan
ditentukan oleh salah satu faktor penting, yaitu kualitas hubungan diantara orang
tua dengan anak.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4 Menonjolnya masalah 1
a. Masalah berat, harus segera ditangani 2
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1
c. Masalah tidak dirasakan 0
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.7 Intervensi Inovasi Komunikasi Efektif antara Remaja dan Orang Tua
Program inovasi intervensi unggulan yang dilakukan dalam menyelesaikan
masalah ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R yaitu dengan komunikasi
efektif antara remaja dan orang tua. Dalam berkomunikasi dengan remaja ada
beberapa kunci pokok yang harus diperhatikan, yaitu pertama, mendengar supaya
remaja mau bicara, kedua menerima dahulu perasaan remaja, dan ketiga bicara
supaya di dengar. Oleh sebab itu orang tua dan orang dewasa harus mau belajar
dan berubah dalam cara berbicara dan cara mendengar. Dalam mencapai tujuan
berkomunikasi, perlu diingat bahwa orang tua dan orang dewasa juga harus lebih
dahulu siap dan mau berubah, sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang
efektif dengan mereka (BKKBN, 2002).
Adapun prosedur dari pelaksanaan komunikasi efektif, yaitu:
Universitas Indonesia
1. Remaja:
1. Sebelum memulai proses komunikasi hubungan remaja dan orang tua hangat
dan terbuka
2. Remaja telah menyatakan bersedia mengungkapkan permasalahannya
3. Teridentifikasi bahwa remaja berada pada kondisi yang membutuhkan
bantuan orang tua untuk memfasilitasi
2. Orang tua:
1. Mendengar supaya remaja banyak bicara
2. Menerima dahulu perasaan remaja agar remaja lebih terbuka dan dihargai
3. Berbicara supaya didengar
4. Mau berubah dimana orang tua memiliki waktu yang khusus dalam
mendengarkan dan berkomunikasi dengan remaja
3. Lingkungan
1. Diharapkan proses komunikasi dapat dilakukan di ruangan yang kondusif,
tenang, dan privacy remaja terjaga
2. Jika dilakukan di rumah sebaiknya dilakukan di ruangan tertutup untuk
menjaga privacy remaja dan keleluasaan remaja mengekspresikan perasaan
atau menceritakan permasalahan yang dihadapinya (cacatan: tergantung
masalah yang mau dikomunikasikan oleh remaja, dan kesepakatan dengan
remaja)
4. Pelaksanaan
Dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan remaja terdapat enam
kemampuan yang perlu dikembangkan oleh orang tua dan orang dewasa agar
dapat menjalin komunikasi efektif dengan remaja, yaitu:
1. Mengenal diri sendiri
Dalam berkomunikasi terutama dengan remaja penting bagi orang tua dan
orang dewasa harus mengenal kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya,
kekurangan atau kelemahan yang dirasa mengganggu, cara memanfaatkan
kelebihan dan mengatasi kekurangan diri. Dengan pengenalan diri, orang tua
bisa menerima diri apa adanya, sehingga tahu apa yang harus dirubah. Selain
itu sebagai orang tua akan lebih percaya diri dan mudah menerima remajanya
dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Universitas Indonesia
Bagaimana cara orang tua mampu menerima diri mereka sendiri, yaitu:
1) Menghargai diri sendiri; biasakan tidak membandingkan diri dengan
orang lain, karena setiap orang itu unik. Masing-masing orang berbeda.
2) Menghargai upaya yang sudah dilakukan; walaupun mungkin belum
berhasil tetapi tetap berusaha menghargai niat dan upaya yang telah
dilakukan
3) Menentukan tujuan hidup kita; tentukan tujuan dalam mendidik anak.
Ingin menjadi ibu atau ayah yang menjadi panutan bagi anak-anaknya
4) Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain; memandang dirinya
maupun remaja dari sisi yang positif
5) Mengembangkan minat dan kemampuan diri; bersedia menghabiskan
waktu dan tenaga untuk belajar dan melakukan tugas sampai tujuan
tercapai
6) Mengendalikan perasaan; tidak mudah marah, menghadapi kesedihan
secara wajar tidak berlebihan, tidak mudah terpengaruh keadaan sesaat
dan bisa menerima penjelasan remaja dengan tenang
2. Mengenal diri remaja
Penting bagi orang tua dan orang dewasa memahami perasaan remaja.
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang
disebabkan karena orang tua dan orang dewasa kurang dapat memahami
perasaan anaknya yang diajak biocara. Agar komunikasi dapat lebih efektif,
orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami
perasaan anak sebagai lawan bicara.
Pada dasarnya kebutuhan manusia yang paling dalam adalah keinginan agar
perasaannya dimengerti, didengar, dihargai dan dirinya dapat diterima oleh
orang lain. Dengan bersedia menerima perasaan remaja, menunjukkan bahwa
kita menghargai remaja dan hal tersebut membuat mereka merasa berharga.
Mereka akan belajar bahwa bukan hanya perasaan mereka saja yang penting,
tetapi juga perasaan orang lain sama pentingnya.
Dua perasaan yang sering dialami remaja adalah pertama, perasaan negatif.
Perasaan ini antara lain berupa perasaan marah, kesal, bosan, bingung,
kecewa, frustasi, merasa tidak diperhatikan, kaget, ragu-ragu, tidak nyaman,
Universitas Indonesia
merasa tidak dicintai, dan sebagainya. Kedua, perasaan positif, antara lain
berupa perasaan berani, puas, yakin pada kemampuan diri, senang, berminat,
bangga, hebat, dan sebagainya.
Perasaan memegang peranan yang sangat penting dalam berkomunikasi.
Seseorang yang sedang dalam perasaan senang akan mudah berkomunikasi
atau menyampaikan pikiran, pendapat, bahkan perasaan hatinya.
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua dan orang dewasa harus
menerima terlebih dahulu perasaan dan ungkapan remaja, terutama ketika ia
sedang mengalami masalah. Ini sangat penting agar mereka merasa nyaman
dan mau melanjutkan pembicaraan dengan lawan bicara. Selanjutnya orang
tua dan orang dewasa akan lebih mengerti apa yang sebenarnya dirasakan dan
dialami remaja.
Melalui bahasa tubuh dapat menunjukkan bagaimana perasaan yang
sebenarnya. Bahasa tubuh mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam segala
bentuk komunikasi dan umumnya terkirim tanpa kita sadari.
Ungkapan wajah dan mata, gerakan anggota badan dan tubuh, posisi tubuh
remaja, bisa memberi isyarat yang banyak kepada orang tua agar memahami
perasaan remaja. Demikian pula nada dan tempo suara. Oleh karena itu
penting bagi setiap orang untuk mengenal bahasa tubuh.
3. Mendengar aktif
Dalam upaya untuk berkomunikasi yang efektif, orang tua harus memiliki
ketrampilan untuk menjadi pendengar aktif, mendengar atau menerima
perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan untuk menunjukkan
kepada remaja bahwa kita sungguh-sungguh telah menangkap perasaan yang
terkandung didalamnya. Tujuan dari mendengar aktif adalah orang tua
memahami anak remaja seperti yang mereka rasakan bukan seperti apa yang
kita lihat atau kita sangka.
Teknik mendengar aktif:
1) Aktif dan memperhatikan bahasa tubuh dengan sungguh-sungguh
2) Membuka diri dan siap mendengarkan
3) Tidak berbicara ketika remaja berbicara
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
46 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1/2, risiko penurunan prestasi belajar mendapat skor 3 5/6, dengan rincian skor
terlampir.
Diagnosis keperawatan pada keluarga Bp. R dengan masalah komunikasi
inefektif dapat dijabarkan kedalam bentuk diagnosis keperawatan keluarga
sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R
2. Ketidakefektifan performa peran remaja di keluarga Bp. R khususnya An. H
3. Risiko penurunan prestasi belajar pada keluarga Bp. R khususnya An. H
Universitas Indonesia
terjadi dan sebenarnya terjadi pada remaja, orang tua tidak mencoba menerima
dahulu kenyataan yang di alami remaja dan memahaminya dan orang tua merasa
putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan
terhadap remaja; 4) Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 syarat-syarat
komunikasi efektif dalam keluarga, antara lain mengenal diri sendiri, mengenal
diri remaja, mendengar aktif, “Pesan kamu” dan “pesan saya”, menentukan
masalah siapa, serta mengenal dan menghindari gaya penghambat komunikasi; 5)
Keluarga mengetahui bahwa komunikasi yang terjadi antara orang tua dan remaja
di keluarga adalah komunikasi yang tidak efektif.
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian komunikasi; 2) Diskusikan bersama
keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian komunikasi keluarga
yang efektif; 3) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang
penyebab komunikasi tidak efektif; 4) Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai syarat-syarat komunikasi yang efektif dalam
keluarga; 5) Bantu keluarga untuk mengidentifikasi komunikasi yang tidak efektif
pada keluarga Bp. R; 6) Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
keluarga yang benar; 7) Berikan informasi materi kepada keluarga dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet; 8) Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 9) Berikan penjelasan
ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 10) Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah dijelaskan; 11) Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga.
Tujuan khusus kedua setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 x 15 menit
diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menciptakan
komunikasi yang efektif dalam keluarga, dengan mampu 1) Menyebutkan risiko
akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi; 2)
Mengambil keputusan yang tepat untuk mengikuti program mengatasi masalah
ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi dengan konseling individu
dan konseling keluarga dengan evaluasi kriteria respon verbal dan respon afektif.
Evaluasi standar dari tujuan khusus kedua antara lain 1) Keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 5 risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam
Universitas Indonesia
keluarga bila tidak diatasi, antara lain kenakalan remaja, menimbulkan perubahan
sikap pada diri remaja, anggota keluarga saling tertutup satu sama lain, seringnya
terjadi perceraian orang tua, anak-anak remaja merasa kesepian; 2) Keluarga
memutuskan untuk mengikuti program mengatasi masalah ketidakefektifan
koping terutama masalah komunikasi dengan konseling individu dan konseling
keluarga.
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif
dalam keluarga bila tidak diatasi; 2) Memotivasi anggota keluarga dalam
mengambil keputusan untuk mengikuti program masalah ketidakefektifan koping
terutama masalah komunikasi; 3) Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar; 4) Berikan informasi kepada keluarga dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet; 5) Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 6) Berikan penjelasan
ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 7) Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah dijelaskan; 8) Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga.
Tujuan khusus ketiga setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 x 15 menit
diharapkan keluarga mampu menciptakan komunikasi yang efektif dalam
keluarga, dengan mampu 1) Menyebutkan jenis-jenis komunikasi; 2)
Menyebutkan hambatan dalam berkomunikasi; 3) Mendemonstrasikan cara
komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja, dengan evaluasi kriteria
respon verbal dan respon psikomotor.
Evaluasi standar dari tujuan khusus ketiga antara lain 1) Keluarga mampu
menyebutkan jenis-jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dengan kata-kata
dan komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh; 2) Keluarga mampu
menyebutkan 7 dari 12 hambatan dalam komunikasi yaitu memerintah,
menyalahkan, meremehkan, membandingkan, memberi cap, mengancam,
menasehati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir dan menganalisa; 3)
Keluarga mampu mendemonstrasikan komunikasi efektif antara orang tua dan
remaja dengan memenuhi syarat-syarat komunikasi efektif.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar), Bp. R juga terlihat jarang
berada dirumah, di rumahnya tidak ada yang bisa mengajarkan peran dan
tanggung jawab kepada remaja (An. H) dan An. H merupakan anak yang pendiam
dan tertutup.
Pada tanggal 24 Mei 2013 jam 13.00 WIB, pertemuan ke empat, perawat
memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga Bp. R tentang mengenal
komunikasi yang efektif dengan remaja. Implementasi yang dilakukan antara lain
1) Menjelaskan kepada keluarga Bp. R, khususnya Ibu. R tentang pengertian
komunikasi keluarga yang efektif; 2) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai syarat-syarat komunikasi yang efektif dalam
keluarga; 3) Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga
yang benar 4) Memberikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian
komunikasi keluarga yang efektif dan syarat-syarat komunikasi yang efektif
dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 5) Memberikan kesempatan
kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 6) Memberikan
penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 7) Memotivasi keluarga
untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 8) Memberikan reinforcement
positif atas usaha keluarga.
Membantu keluarga Bp. R untuk mengambil keputusan dalam menciptakan
komunikasi yang efektif dalam keluarga. Implementasi yang dilakukan antara lain
1) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat
masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi; 2)
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai perilaku
untuk berubah secara spesifik; 3) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga untuk memecahkan target perubahan menjadi perilaku yang
realistis, kecil, terukur, dan mempunyai rentang waktu jelas; 4) Memberikan
pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 5) Memberikan
informasi kepada keluarga mengenai masalah komunikasi bila tidak diatasi,
perilaku untuk berubah secara spesifik serta memecahkan target perubahan
menjadi perilaku yang realistis, kecil, terukur, dan mempunyai rentang waktu
jelas dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 6) Memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 7)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
lama diterapkan, Ibu. R juga mengatakan terkadang tidak memiliki waktu banyak
dalam berbicara dengan anak remaja di rumah karena pekerjaan dan
kesibukannya. Akan tetapi, Ibu. R memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat
memecahkan masalah remaja. Hal ini dikarenakan, Ibu. R merasa selama ini
selalu dianggap cerewet dan tidak gaul oleh An. H apabila berbicara dengan
remaja atau mendiskusikan masalah-masalah remaja di keluarga mereka.
Setelah dilakukan eveluasi sumatif untuk masalah ketidakefektifan koping
pada keluarga Bp. R, juga dilakukan penilaian terhadap tingkat kemandirian
keluarga. Menurut hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang
dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa
dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan
pembinaan dan kunjungan yang rutin di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh
informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga.
Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke
keluarga dan menemukan tiga masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa
keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat IV”. Kemandirian IV yaitu
keluarga yang dapat: 1) Menerima petugas puskesmas; 2) Menerima yankes
sesuai rencana; 3) Menyatakan masalah kesehatan secara benar; 4) Memanfaatkan
faskes sesuai anjuran; 5) Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran; 6)
Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif; 7) Melaksanakan tindakan
promotif secara aktif.
Universitas Indonesia
dan dewasa saat mereka berbicara serta membantu remaja menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapinya.
Pada kunjungan keluarga yang ke empat pada tanggal 24 Mei 2013,
mahasiswa melakukan intervensi inovasi ini yang dilakukan dengan cara
menjelaskan dan mendemonstrasikan kepada orang tua (Ibu. R) mengenai
kemampuan yang perlu dikembangkan oleh orang tua dan orang dewasa agar
dapat menjalin komunikasi efektif dengan remaja, antara lain mengenal diri
sendiri, mengenal diri remaja, mendengar aktif, “pesan kamu” dan “pesan saya”,
menentukan masalah siapa serta mengenal dan menghindari gaya penghambat
komunikasi. Setelah mahasiswa menjelaskan dan mendemonstrasikan, kemudian
mahasiswa dan orang tua melakukan role play dengan mahasiswa berperan
sebagai anak remaja. Ketika mendemonstrasikan cara berkomunikasi yang efektif
antara orang tua dan anak remaja, Ibu. R sudah mampu dan menunjukkan sikap
sebagai orang tua yang empati, netral, menghargai remaja serta meyakinkan akan
kerahasiaan remaja pada saat proses komunikasi berlangsung. Proses komunikasi
efektif tersebut dilakukan dalam ruangan yang tenang dan kondusif untuk
menjaga privacy remaja dan keleluasaan remaja dalam mengekspresikan perasaan
atau menceritakan permasalahan yang sedang dihadapinya.
Pada pertemuan berikutnya, dilakukan evaluasi tentang penerapan
komunikasi efektif di keluarga Bp. R dan Ibu. R mengatakan sudah melatih cara
komunikasi dengan An. H dengan menggunakan “pesan saya” tetapi masih belum
sering untuk dilakukan. Saat dilakukan evaluasi, Ibu. R dapat mempraktekkan
kembali komunikasi efektif “pesan saya” dengan baik dan benar. Pada pertemuan
selanjutnya Ibu. R mengatakan sudah mempraktekkan komunikasi efektif pada
An. H.
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi komunikasi efektif selama 3 kali
kunjungan keluarga adalah Ibu. R mengatakan bahwa setelah mendapatkan
penjelasan tentang cara komunikasi efektif, Ibu. R masih sulit untuk
mempraktekkan komunikasi efektif tersebut ketika berbicara dengan An. H. Ibu.
R mengatakan bahwa pada awalnya masih sering emosi ketika berbicara dengan
An. H dan menggunakan “pesan kamu” apabila An. H melakukan kesalahan.
Namun untuk pertemuan kedua Ibu. R sudah berusaha melatih komunikasi
Universitas Indonesia
efektifnya di rumah. Ibu. R dapat memberikan contoh dari pesan saya yaitu
“Mama merasa khawatir kalau H pulang terlambat dari sekolah dan gak ngasih
kabar ke Mama, Mama pikir terjadi sesuatu sama H dijalan, Mama sih pengennya
kalau H pulang terlambat ya ngasih kabar ke Mama”. Pada pertemuan keempat,
keluarga mengaku bahwa setelah Ibu. R mempraktekkan komunikasi efektif di
rumahnya, Ibu. R lebih bisa mengendalikan emosinya. Ibu. R berusaha untuk
menanyakan dan mendengar alasan dari An. H terlebih dahulu dan tidak lagi
menggunakan kata “kamu” pada saat bekomunikasi dengan anak remajanya. Saat
dilakukan evaluasi sumatif keluarga mengaku bahwa setelah menggunakan “pesan
saya”, An. H bisa lebih membuka diri, An. H juga sudah mulai mau menceritakan
masalah yang sedang dihadapinya sedikit demi sedikit kepada orang tuanya.
Namun Ibu. R juga sering merasa binggung dalam merubah pola mendidik anak
terutama pola komunikasi yang sudah lama diterapkan dikeluarganya. Intervensi
inovasi komunikasi efektif yang dilakukan pada keluarga Bp. R dapat
dilaksanakan dengan baik oleh keluarga meskipun belum maksimal karena An. H
belum bisa terbuka sepenuhnya kepada keluarga.
Universitas Indonesia
63 Universitas Indonesia
yang berisiko untuk terjadinya ketiga masalah tersebut karena wilayah Kelurahan
Cisalak Pasar yang berdekatan dengan ibu Kota Jakarta. Laporan tahunan Badan
Narkotika Kota Depok (2008) menyebutkan bahwa penyalahgunaan NAPZA di
Kota Depok berkisar 1,5% dari total penduduk Kota Depok, dan 75% kasus
berasal dari kelompok umur 10-18 tahun. Hasil observasi yang dilakukan penulis
dan kelompok didapatkan data bahwa terdapat tempat yang sering dijadikan
nongkrong para remaja di malam hari. Kehamilan Tidak Diinginkan juga sering
terjadi di RW ini dimana ada 10 kasus KTD dalam satu tahun. Delapan belas
remaja di RW 2 diambil untuk dibina. Data yang diperoleh bahwa dari 7 orang
remaja lelaki yang diambil 6 diantaranya pernah mencoba untuk merokok.
Sedangkan 50% dari 18 remaja mengaku sudah pernah berpacaran. Hasil
pengkajian juga dapat diketahui bahwa dari 18 remaja yang diambil sebagai
keluarga binaan mengaku jarang berbincang-bincang atau bercerita dengan orang
tuanya. Padahal komunikasi yang baik antara orang tua atau orang dewasa
dengan anak remaja adalah kunci utama untuk menguraikan permasalahan yang
terjadi pada mereka. Melihat pentingnya komunikasi efektif antara remaja dan
orang tuanya, maka peneliti terdorong untuk melakukan asuhan keperawatan
keluarga dengan anak remaja pada keluarga Bp. R dengan masalah koping
keluarga tidak efektif (komunikasi infektif) di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak
Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok karena remaja ini (An. H) mengaku
tidak pernah menceritakan masalah yang dihadapinya pada orang tua. An. H juga
mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya
dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Selain itu, An. H
mengaku sudah memiliki teman dekat wanita (pacar).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain.
Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya,
Ibu. R juga mengatakan An. H merupakan seorang anak yang tertutup dan
lebih suka menghabiskan waktunya di dalam kamar daripada berkumpul
dengan keluarga.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa, seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai
kanak-kanak namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan
dewasa. Pada masa ini remaja relatif belum mencapai tahap kematangan
mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan
emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak perubahan-perubahan
dalam pertumbuhan dan perkembangan yang dialami remaja, mencakup
fisik, mental, emosi dan perilaku sosial. Oleh karena itu, remaja sangat
rentan sekali mengalami masalah-masalah psikologis dan fisiologis.
Masalah tersebut yang akan berakibat pada masalah kesehatan pada
remaja (Santrock, 2007).
Masalah-masalah yang terjadi pada remaja tidak dapat terlepas dari
pengaruh interaksi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial
terhadap berkembangnya masalah-masalah remaja dan orang-orang yang
berasal dari berbagai usia lainnya. Menurut pendekatan biologis, masalah
yang terjadi pada remaja dapat berkaitan dengan perubahan yang terjadi
pada tubuhnya. Sedangkan faktor-faktor psikologis yang dianggap sebagai
sebab timbulnya masalah remaja adalah gangguan berpikir, gejolak
emosional, proses belajar yang keliru, dan relasi yang bermasalah.
Selanjutnya faktor sosial yang melatarbelakangi timbulnya masalah pada
remaja yaitu berasal dari latar belakang budaya, social-ekonomi, latar
belakang keluarga, dan lingkungan (Santrock, 2007).
Masa remaja awal merupakan masa transisi dari masa anak-anak
yang biasanya tidak menyenangkan, dimana dengan meningkatnya
kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik,
psikis maupun sosial pada remaja sehingga remaja mengalami perubahan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada remaja. 2) Keterikatan keluarga yang kuat dan pola komunikasi yang terbuka
akan mendorong remaja untuk lebih sering mendiskusikan perilaku berisiko
dengan orang tua mereka. 3) Peningkatan dalam pembicaraan keluarga tentang
perilaku yang berisiko akan menurunkan kecenderungan remaja terhadap perilaku
tersebut. 4) Perilaku berisiko pada remaja cenderung meningkat pada saat orang
tua tidak mendampingi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dewi (2008)
menyatakan bahwa persepsi terhadap komunikasi efektif dalam keluarga dengan
mengontrol kondisi stress yang dialami remaja memberikan sumbangan efektif
sebesar 10,8 % terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Putri (2009) menyebutkan bahwa persepsi remaja tentang
komunikasi keluarga berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja. Semakin
baik persepsi remaja tentang komunikasi keluarga menunjukkan hubungan antar
anggota keluarga harmonis sehingga minim terjadi kenakalan remaja.
Melihat fenomena-fenomena hubungan antara komunikasi efektif dengan
berbagai permasalahan remaja yang ada, maka komunikasi yang efektif antara
orang tua dengan anak remajanya memang sangat diperlukan untuk menurunkan
perilaku berisiko remaja. Komunikasi orang tua dengan remaja pada dasarnya
harus terbuka, walaupun remaja lebih cenderung terbuka dengan teman
sebayanya. Komunikasi yang terbuka antara orang tua dan An. H diharapkan
dapat menghindari kesalahpahaman antara orang tua dengan An. H, selain itu juga
agar ketika sedang menghadapi masalah An. H mau bercerita kepada keluarga
terutama orang tuanya dan tidak menyelesaikannya masalah tersebut sendirian.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bp. R yang
bertempat tinggal di wilayah RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Kota Depok maka dapat disimpulkan hasil pengkajian awal yang
menggambarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah
ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi yaitu pola
komunikasi antar remaja dan orang tua yang tidak efektif, yaitu Ibu. R
mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya, An. H
merupakan seorang anak yang tertutup dan lebih suka menghabiskan waktunya di
dalam kamar daripada berkumpul dengan keluarga, Bp. R memang agak keras
untuk mendidik anak-anaknya, An. H mengaku tidak pernah menceritakan
masalah yang dihadapinya pada orang tua, terkadang percakapan dengan orang
tua akan berakhir dengan ketegangan, An. H lebih suka menceritakan masalahnya
kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya
yang lain, saat ini An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar),
dan orang tuanya tidak mengetahui hal itu, Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada anaknya.
Tersusun tiga masalah keperawatan keluarga pada keluarga Bp. R, yaitu (1)
Ketidakefektifan koping keluarga Bp. R; (2) Ketidakefektifan performa peran
remaja pada keluarga Bp. R khususnya An. H; (3) Risiko penurunan prestasi
belajar pada keluarga Bp. R khususnya An. H. Rencana program dalam mengatasi
masalah ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R terutama masalah
komunikasi yaitu dengan program yang diberi nama komunikasi efektif antara
remaja dan orang tua. Program ini diimplementasikan kedalam suatu bentuk
intervensi keperawatan keluarga serta aktivitas kegiatan di komunitas yang
melibatkan keluarga Bp. R dalam bentuk pendidikan kesehatan, partnership dan
empowerment.
Rencana tindakan yang disusun untuk menyelesaikan masalah
ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi di keluarga Bp. R,
72 Universitas Indonesia
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi
inefektif antara orang tua dan remaja yaitu:
5.2.1 Pengambil Kebijakan
Perlunya kejasama antara remaja, keluarga, tokoh masyarakat, dan
puskesmas dalam membina masalah remaja. Kerja sama ini dapat disusun
dan diaspirasikan kedalam suatu aktivitas kegiatan yang disusun oleh remaja
dan disetujui serta diketahui oleh keluarga dan masyarakat. Kegiatan yang
dilakukan bisa berbentuk aktivitas keagamaan, keolahragaan ataupun
kegiatan sosial sehingga remaja dapat mengekspresikan kreasi dan
masalahnya melalui kelompok tersebut. Selain itu juga perlunya kerjasama
antar pihak Kelurahan dan Puskesmas dalam memberikan pelayanan
kesehatan peduli remaja (PKPR). Kegiatan dapat dimulai dengan
pembentukan klinik konseling remaja di puskesmas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi remaja: Perkembangan peserta didik.
Edisi ke-6. Jakarta: Media Grafika.
Allender, J. A., & Spredley, B. W. (2005). Community health nursing: promoting
and protecting the public’s health. 6th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.
Anderson, E. T., & Mc.Farlane, J. M. (2000). Community health and nursing,
concept and practice. Lippincott: California.
Aprilia, K. (2007). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku
agresi pada remaja. Style Sheet http: http://lib.uin-
malang.ac.id/thesis/chapter_i/08410087-riza-amalia.ps. Diakses pada
tanggal 28 Juni 2013.
Bintarto. (2000). Interaksi desa-kota. Jakarta: Ghalia Indonesia.
BKKBN. (2002). Teknik berkomunikasi dengan remaja. Jakarta.
________. (2012). Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta.
________. (2009). Pusat Informasi dan Konseling remaja (PIK Remaja). Jakarta:
Direktorat remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi.
Carpenito, L. J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi ke-8. Alih
Bahasa Ester M. Jakarta: EGC.
Clemen-stone, S., McGuire, S. L., & Eigsti, D. G (2002). Comprehensive
community health nursing: Family, aggregate, & community practice. 6th
Ed. St. Louis: Mosby, Inc.
Depkes RI. (2004). Sistem kesehatan nasional. Jakarta.
Dewi, E. N. (2008). Persepsi terhadap komunikasi efektif dalam keluarga, stres
dan kecenderungan kenakalan pada remaja. Dalam
http://ebookbrowse.com/uii-skripsi-persepsi-terhadap-ko-03320150-erva-
novasari-dewi-3996587172-abstract-pdf-d427011075. Diakses pada tanggal
25 Juni 2013.
Duvall, E & Miller, C. M. (1985). Marriage and family development. 6th Ed. New
York: Harper & Row Publisher.
Effendy, (2000). Dinamika komunikasi remaja. Edisi ke-4. Bandung: Rosdakarya.
75 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1 Pengkajian
a. Data Umum:
1. Nama Keluarga (KK): Bp. R
2. Jenis Kelamin: Laki-laki
3. Pendidikan Terakhir: SMP
4. Usia: 38 tahun
5. Pekerjaan: Buruh
6. Alamat: RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kec. Cimanggis
7. Komposisi Keluarga:
Jenis Hubungan
No Nama Usia Pendidikan
Kelamin dgn KK
1 Ibu. R Perempuan Istri 30 thn SMP
2 An. H Laki-laki Anak 1 14 thn SMP kls 2
3 An. F Perempuan Anak 2 12 thn SD kls 6
4 An. L Perempuan Anak 3 9 thn SD kls 3
5 Nenek. R Perempuan Ibu 61 thn SD
Genogram:
Nenek. R
61 thn
Bp. R Ibu. R
38 thn 30 thn
78 Universitas Indonesia
Keterangan:
: Laki-laki : Cerai
8. Tipe Keluarga:
Keluarga Bp. R termasuk tipe keluarga extended family (keluarga
luas/ besar). Keluarga Bp. R (38 tahun) terdiri dari Bp. R, Ibu R,
ketiga anaknya dan ibu dari Bp. R yaitu Nenek. R (61 tahun).
9. Suku Bangsa:
Bp. R berasal dari Jakarta (Betawi) dan istrinya, Ibu. R juga
berasal dari Jakarta (Betawi). Bahasa dominan yang mereka
gunakan sehari-hari di rumah adalah bahasa Indonesia. Saat di luar
rumah pun mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam
percakapan. Ibu. R mengatakan keluarganya tidak memiliki
kebiasaan khusus yang mempengaruhi status kesehatan keluarga
yang diajarkan turun-temurun.
10. Agama:
Seluruh keluarga Bp. R beragama Islam. Kegiatan ibadah
keagamaan keluarga Bp. R yaitu sholat lima waktu dan puasa
dilakukan. Menurut keluarga Bp. R, agama berperan sangat penting
dalam kehidupan mereka, bahkan dalam hal kesehatan. Ketika ada
anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga juga selalu
mendoakan untuk kesembuhan anggota keluarga yang sakit
tersebut.
11. Status Sosek Keluarga:
Di keluarga Bp. R, pencari nafkah utama di keluarga adalah Bp. R
yang bekerja sebagai buruh dengan penghasilan 2.000.000 –
2.500.000 setiap bulan. Selain itu Bp. R juga masih aktif sebagai
pembawa acara/ MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu Bp. R
terlihat jarang berada dirumah. Ibu. R sehari-hari membuka warung
yang menjual kebutuhan sehari-hari dan makanan ringan di
79 Universitas Indonesia
80 Universitas Indonesia
81 Universitas Indonesia
c. Lingkungan
17. Karakteristik Rumah:
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen
peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain interior
rumah terbagi menjadi 6 ruangan, yang paling depan adalah ruang
tamu. Lalu, 3 ruang tidur dan yang paling belakang adalah dapur
dan kamar mandi. Kamar tidur 1 digunakan oleh Bp. R dan Ibu. R,
sedangkan 2 kamar tidur lainnya digunakan oleh anak-anak dan
Nenek. R yang tinggal bersama Bp. R dan Ibu. R. Lantai rumah
terbuat dari keramik. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih
berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping pintu masuk. Namun,
jendela yang terlihat selalu terbuka ini jarang dibersihkan. Warna
dinding rumah adalah putih yang kondisinya cukup bersih. Kondisi
rumah, tampak rapi dan bersih dan terdapat beberapa perabot
rumah yang sesuai. Sumber air yang digunakan oleh keluarga
berasal dari tanah (sanyo) sehingga airnya tidak berasa, tidak
berwarna, dan tidak berbau. Pada saat hari mulai gelap,
pencahayaan lampu dalam rumah Bp. R terbilang terang.
82 Universitas Indonesia
Kamar
Mandi Dapur
Ruang T
Ruang e
Tidur
Keluarga r
a
10 m
s
Ruang Warung
Ruang Tamu
Tidur
Teras
7m
83 Universitas Indonesia
84 Universitas Indonesia
d. Struktur Keluarga
22. Pola Komunikasi Keluarga:
Ibu. R mengatakan bahwa komunikasi pada keluarganya
menekankan keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ibu. R
mendiskusikan bersama Bp. R, terkadang meminta bantuan nasihat
dari orang tua. Waktu yang biasanya digunakan untuk komunikasi
pada saat santai yaitu malam hari dan waktu makan bersama
dengan anggota keluarga. Namun An. H mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan
kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk
bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya.
23. Struktur Kekuatan keluarga:
Pemegang keputusan di keluarga adalah Bp. R sebagai kepala
keluarga, tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ibu. R
punya pendapat sendiri dan membuat keputusan sendiri, misalnya
pada saat membeli keperluan rumah tangga dan mengatur posisi
perabotan rumah tangga. Terkadang Ibu. R juga berinisiatif sendiri
untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan, bila ada yang
sakit dan tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat warung.
24. Struktur Peran:
Bp. R
Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari
nafkah untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.
Ibu. R
Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan
kepada ibunya. Sebagai istri Bp. R, sebagai ibu rumah tangga
dan juga membuka usaha warung di rumahnya.
An. H
An. H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas
sekolahnya. Ibu. R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar
dan nilainya pas-pasan. Ibu. R mengatakan tidak pernah
memantau aktivitas belajar anaknya di rumah.
85 Universitas Indonesia
An. F
Sebagai anak ke dua Bp. R dan Ibu. R yang pada tahun ini akan
memasuki SMP. An. F juga berperan sebagai adik dari An. H
dan kakak dari An. L.
An. L
Sebagai anak ke tiga Bp. R dan Ibu. R juga berperan sebagai
adik dari dua orang kakaknya yaitu An. H dan An. F.
Nenek. R
Sebagai Ibu dari Bp. R dan nenek dari ketiga cucunya yaitu An.
H, An. F dan An. L.
Ibu. R juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas
tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga.
25. Nilai dan Norma Budaya:
Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. R adalah sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam dan tidak terpengaruh oleh norma budaya.
Penerimaan keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap masalah
yang ada diutarakan dan menerima kehadiran perawat.
e. Fungsi Keluarga
26. Fungsi Afektif:
Ibu R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah
dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An.
H termasuk anak yang pendiam dan jarang menyampaikan
pendapatnya.
27. Fungsi Sosialisasi:
Hubungan antaranggota keluarga dalam rumah berjalan dengan
baik. Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik
apalagi keluarga Bp. R tergolong paling lama tinggal di wilayah
tersebut.
28. Fungsi Perawatan Keluarga:
Ibu. R mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit,
maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau
86 Universitas Indonesia
87 Universitas Indonesia
g. Harapan Keluarga:
Keluarga berharap dengan kedatangan mahasiswa berkunjung ke
rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga.
Dengan demikian keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi
sehat lahir dan batin. Mereka juga berharap akan mendapatkan banyak
pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara
perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik:
TD Nadi Nafas Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC) (kg) (cm)
1 Bp. R 130/90 86 21 36,7 68 172
(38 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal, pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus
sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan
tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 10x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, tidak ada
lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
88 Universitas Indonesia
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik, memakai kacamata jika membaca.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak
ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab,
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
TD Nadi Nafas Suhu BB TB
No Nama o
(mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (kg) (cm)
2 Ibu. R 110/70 82 19 36,8 48 154
(30 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 19
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 9 x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
89 Universitas Indonesia
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 9 x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada
lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak
ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab,
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
TD Nadi Nafas Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC) (kg) (cm)
4 An. F 110/80 91 21 36,8 36 139
(12 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
91 Universitas Indonesia
92 Universitas Indonesia
93 Universitas Indonesia
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8 x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5 555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
94 Universitas Indonesia
95 Universitas Indonesia
Nenek. R:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, merokok, tidak memiliki keluhan
fisik, penglihatan mulai berkurang, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan
terakhir.
96 Universitas Indonesia
Data Objektif:
Bp. R terlihat jarang berada dirumah
An. H merupakan anak pertama dalam
keluarga
An. H berusia 14 tahun, berada pada
masa remaja awal (12-15 tahun)
Di rumahnya tidak ada yang bisa
mengajarkan peran dan tanggung
jawab kepada remaja (An. H)
Defisiensi pengetahuan tentang tugas
perkembangan maupun tanggung
jawab sebagai remaja
An. H merupakan anak yang pendiam
dan tertutup
2 Data Subjektif: Risiko penurunan
Ibu. R mengatakan bahwa anaknya prestasi belajar pada
jarang belajar dan nilainya pas-pasan keluarga Bp. R
Ibu. R mengatakan tidak pernah khususnya An. H.
memantau aktivitas belajar anaknya di
rumah
An. H mengatakan malas belajar dan
jarang mengerjakan tugas sekolahnya
Data Objektif:
An. H sering nongkrong dan tidak
terlihat belajar
3 Data Subjektif: Ketidakefektifan koping
Ibu. R mengatakan urusan anaknya pada keluarga Bp. R
lebih banyak diserahkan kepada
ibunya
Ibu. R mengatakan An. H merupakan
seorang anak yang tertutup
Ibu. R mengatakan bahwa An. H lebih
97 Universitas Indonesia
Data Objektif:
Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada
anaknya
An. H merupakan anak yang pendiam
dan tertutup
99 Universitas Indonesia
b. Prioritas Masalah
1. Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R.
2. Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R
khususnya An. H.
3. Risiko penurunan prestasi belajar pada keluarga Bp. R khususnya
An. H.
2. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengambil
keputusan yang tepat
dalam menciptakan
komunikasi yang
efektif dalam keluarga,
dengan mampu:
2.1 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 2.1.1 Diskusikan bersama
risiko akibat verbal menyebutkan 3 dari 5 keluarga apa yang
masalah risiko akibat masalah diketahui keluarga
komunikasi yang komunikasi yang tidak tentang risiko akibat
tidak efektif dalam efektif dalam keluarga masalah komunikasi
keluarga bila tidak bila tidak diatasi, yaitu: yang tidak efektif dalam
diatasi. 1. Kenakalan remaja keluarga bila tidak
2. Menimbulkan diatasi.
perubahan sikap 2.1.2 Berikan pujian kepada
pada diri remaja keluarga tentang
3. Anggota keluarga pemahaman keluarga
saling tertutup satu yang benar.
sama lain 2.1.3 Berikan informasi
4. Seringnya terjadi kepada keluarga tentang
perceraian orang tua risiko akibat masalah
5. Anak remaja merasa komunikasi yang tidak
3. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu menciptakan
komunikasi yang
efektif dalam keluarga,
dengan mampu:
3.1 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 3.1.1 Diskusikan bersama
jenis-jenis verbal menyebutkan jenis- keluarga apa yang
komunikasi. jenis komunikasi, yaitu: diketahui keluarga
1. Komunikasi verbal tentang jenis-jenis
dengan kata-kata komunikasi.
2. Komunikasi non 3.1.2 Berikan pujian kepada
verbal disebut keluarga tentang
dengan bahasa tubuh pemahaman yang benar.
3.1.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai jenis-jenis
komunikasi dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
3.1.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
keluarga.
4. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu memodifikasi
lingkungan dalam
menciptakan
komunikasi yang
efektif dalam keluarga,
dengan mampu:
4.1 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 4.1.1 Diskusikan bersama
faktor-faktor dalam verbal menyebutkan 2 dari 3 keluarga apa yang
diri remaja untuk faktor-faktor dalam diri diketahui keluarga
mendukung remaja untuk tentang faktor-faktor
komunikasi efektif. mendukung komunikasi dalam diri remaja untuk
efektif, yaitu: mendukung komunikasi
1. Sebelum memulai efektif.
proses komunikasi 4.1.2 Berikan pujian kepada
hubungan remaja keluarga tentang
dan orang tua hangat pemahaman yang benar.
dan terbuka 4.1.3 Berikan informasi
2. Remaja telah kepada keluarga
menyatakan mengenai faktor-faktor
bersedia dalam diri remaja untuk
mengungkapkan mendukung komunikasi
permasalahannya efektif dengan
3. Teridentifikasi menggunakan media
bahwa remaja lembar balik dan leaflet.
berada pada kondisi 4.1.4 Berikan kesempatan
5. Setelah 3 x 20 menit
pertemuan, keluarga
mampu memanfaatkan
pelayanan kesehatan
untuk fasilitasi
komunikasi efektif
dalam keluarga, dengan
mampu:
3. Perubahan sosial,
meliputi:
a. Mulai
melepaskan diri
dari keluarga
b. Membentuk
kelompok teman
sebaya
1.5 Mengidentifikasi Respon Keluarga mengatakan 1.5.1 Tanyakan kepada
anggota keluarga afektif An. H adalah remaja. keluarga, adakah
yang berusia anggota keluarga yang
remaja. memiliki kriteria remaja
sebagaimana yang telah
dibahas.
1.5.2 Berikan reinforcement
positif atas apa yang
telah dikemukakan
keluarga yang tepat dan
benar.
2. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengambil
keputusan yang tepat
untuk mengasuh anak
remaja, dengan
mampu:
2.1 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 2.1.1 Diskusikan bersama
keluarga.
2.2 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 2.2.3 Diskusikan bersama
permasalahan verbal menyebutkan 2 keluarga apa yang
akibat perubahan permasalahan akibat diketahui keluarga
kejiwaan pada perubahan kejiwaan tentang akibat
remaja. pada remaja, yaitu: perubahan kejiwaan
1. Mencari identitas pada remaja.
diri 2.2.4 Berikan pujian kepada
2. Timbul pertanyaan: keluarga tentang
Siapa aku ini? Apa pemahaman yang
jadinya aku ini? benar.
2.2.5 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai akibat
perubahan kejiwaan
pada remaja dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
2.2.6 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
2.2.7 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
2.2.8 Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
3. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengasuh anak
remaja, dengan
mampu:
3.1 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 3.1.1 Dorong keluarga untuk
sikap orang tua verbal menyebutkan minimal 3 menceritakan sikap
dalam mengasuh dari 4 sikap orang tua orang tua dalam
anak remaja. dalam mengasuh anak mengasuh anak remaja.
positif terhadap
kemampuan yang
dicapai oleh keluarga
5. Setelah 1 x 20 menit
pertemuan, keluarga
mampu menggunakan
fasilitas kesehatan yang
ada untuk berkonsultasi
mengenai tumbuh
kembang remaja,
dengan mampu:
5.1 Menyebutkan Respon Keluarga dapat 5.1.1 Diskusikan bersama
tempat pelayanan verbal menyebutkan fasilitas keluarga mengenai
kesehatan untuk yang dapat dikunjungi, fasilitas kesehatan yang
berkonsultasi yaitu: ada disekitar tempat
mengenai tumbuh 1. Puskesmas (PKPR) tinggal.
kembang remaja. 2. Rumah sakit 5.1.2 Motivasi keluarga untuk
3. Klinik dokter mengulang fasilitas
4. Psikolog kesehatan yang dapat
5. Guru wali kelas dikunjungi.
6. Guru BP di sekolah5.1.3 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
5.2 Mengunjungi Respon Keluarga mengunjungi 5.2.3 Motivasi keluarga untuk
fasilitas pelayanan afektif pelayanan kesehatan berkunjung ke fasilitas
kesehatan untuk untuk konsultasi kesehatan.
berkonsultasi tumbuh kembang 5.2.4 Berikan reinforcement
11. Memberikan pujian kepada keluarga tentang Ibu. R mampu menyebutkan faktor-
pemahaman yang benar. faktor lingkungan untuk mendukung
12. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk komunikasi efektif
bertanya tentang materi yang disampaikan. Ibu. R mampu menyebutkan jenis-jenis
13. Memberikan penjelasan ulang terhadap materi pelayanan kesehatan yang dapat
yang belum dimengerti. dikunjungi keluarga untuk
14. Memotivasi keluarga untuk mengulang materi berkonsultasi masalah komunikasi
yang telah dijelaskan. antara orang tua dan remaja yang ada
15. Memberikan reinforcement positif atas usaha disekitar tempat tinggal.
keluarga.
Objektif:
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan kembali cara
komunikasi yang efektif dengan remaja
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan kembali cara
mendengar aktif dan menyampaikan
“pesan saya” pada remaja
Analisis:
TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai
dengan keluarga telah mampu
mengenal komunikasi yang efektif
antara orang tua dengan remaja,
mengambil keputusan dalam
menciptakan komunikasi yang efektif
dalam keluarga dan mendemonstrasikan
komunikasi yang efektif dengan anak
135 Universitas Indonesia
remaja.
TUK 4 dan 5 tercapai ditandai dengan
keluarga telah mampu memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan untuk
memfasilitasi komunikasi efektif dalam
keluarga antara orang tua dan remaja.
Planning:
Evaluasi TUK 1 – 5 untuk diagnosa
pertama (ketidakefektifan koping pada
keluarga Bp. R)
1 29 Mei 2013 1. Mengevaluasi TUK 1 – 5 Subjektif :
jam 10.00 Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan
WIB kembali pengertian komunikasi
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
pengertian komunikasi keluarga yang
efektif
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
penyebab komunikasi tidak efektif.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
syarat-syarat komunikasi efektif dalam
keluarga.
Ibu. R mampu mengidentifikasi
kembali komunikasi komunikasi yang
tidak efektif pada keluarga Bp. R.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
risiko akibat masalah komunikasi yang
136 Universitas Indonesia
Objektif:
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan kembali cara
komunikasi yang efektif dengan remaja
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan kembali cara
mendengar aktif dan menyampaikan
“pesan saya” pada remaja
Analisis:
TUK 1 – 5 tercapai ditandai dengan
keluarga telah mampu mengenal
komunikasi yang efektif antara orang
tua dengan remaja, mengambil
keputusan dalam menciptakan
komunikasi yang efektif dalam
keluarga, mendemonstrasikan
komunikasi yang efektif dengan anak
remaja, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan
untuk memfasilitasi komunikasi efektif
dalam keluarga antara orang tua dan
remaja.
Planning:
TUK 1 – 3 untuk diagnosa ke dua
(ketidakefektifan performa peran
138 Universitas Indonesia
10. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang orang tua dalam mengasuh anak remaja
diketahui keluarga tentang akibat perubahan Ibu. R mampu menyebutkan sikap anak
fisik pada remaja. remaja dalam menjalani masa remaja
11. Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai akibat perubahan fisik pada remaja Objektif:
dengan menggunakan media lembar balik dan Orang tua (Ibu. R) dapat
leaflet. mendemonstrasikan cara komunikasi
12. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang terbuka dengan remaja
diketahui keluarga tentang akibat perubahan
kejiwaan pada remaja. Analisis:
13. Memberikan informasi kepada keluarga TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai
mengenai akibat perubahan kejiwaan pada dengan keluarga telah mampu
remaja dengan menggunakan media lembar balik mengenal masalah tumbuh kembang
dan leaflet. remaja, mengambil keputusan yang
14. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang tepat untuk mengasuh anak remaja dan
diketahui keluarga tentang akibat perubahan mendemonstrasikan komunikasi yang
sosial pada remaja. terbuka dengan anak remaja.
15. Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai akibat perubahan sosial pada remaja Planning:
dengan menggunakan media lembar balik dan Evaluasi TUK 1, 2 dan 3 kemudian
leaflet. lanjutkan ke TUK 4 dan 5
16. Membantu keluarga untuk mengenal dan
menyadari akan adanya remaja di keluarganya.
17. Membantu keluarga untuk memutuskan
mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai
dengan tumbuh kembangnya.
18. Mendorong keluarga untuk menceritakan sikap
orang tua dalam mengasuh anak remaja.
remaja dengan menggunakan media lembar balik Ibu. R mampu menyebutkan kembali
dan leaflet. definisi tumbuh kembang remaja
4. Memotivasi keluarga untuk menjelaskan Ibu. R mampu menyebutkan kembali
kembali cara memodifikasi lingkungan yang syarat-syarat komunikasi efektif dalam
sesuai dengan remaja. keluarga.
5. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai Ibu. R mampu menyebutkan kembali
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat perubahan-perubahan pada remaja.
tinggal. Ibu. R mampu mengidentifikasi
6. Memotivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kembali An. H termasuk dalam remaja
kesehatan yang dapat dikunjungi. Ibu. R mampu menyebutkan kembali
7. Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke akibat perubahan fisik pada remaja
fasilitas kesehatan. Ibu. R mampu menyebutkan kembali
8. Menanyakan kepada keluarga tentang materi akibat perubahan kejiwaan pada remaja.
yang belum dimengerti.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
9. Menjelaskan kepada keluarga mengenai materi akibat perubahan sosial pada remaja.
yang belum dimengerti.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
10. Memberikan reinforcement positif terhadap
sikap orang tua dalam mengasuh anak
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
remaja
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
sikap anak remaja dalam menjalani
masa remaja
Ibu. R mengatakan sudah
mengusahakan berbicara dengan
anaknya
Ibu. R mampu menyebutkan cara
memodifikasi lingkungan yang sesuai
dengan remaja
Objektif:
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan kembali cara
komunikasi terbuka dengan remaja
Analisis:
TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai
dengan keluarga telah mampu
mengenal masalah tumbuh kembang
remaja, mengambil keputusan yang
tepat untuk mengasuh anak remaja dan
mendemonstrasikan komunikasi yang
terbuka dengan anak remaja.
TUK 4 dan 5 tercapai ditandai dengan
keluarga telah mampu memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan untuk
memfasilitasi dalam menerapkan peran
dan tanggung jawab remaja.
Planning:
Evaluasi TUK 1 – 5 untuk diagnosa ke
dua (ketidakefektifan performa peran
pada keluarga Bp. R khususnya An. H)
143 Universitas Indonesia
Objektif:
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan kembali cara
komunikasi terbuka dengan remaja
Analisis:
TUK 1 – 5 tercapai ditandai dengan
keluarga telah mampu mengenal
masalah tumbuh kembang remaja,
mengambil keputusan yang tepat untuk
mengasuh anak remaja,
mendemonstrasikan komunikasi yang
terbuka dengan anak remaja,
memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan
untuk memfasilitasi memfasilitasi
dalam menerapkan peran dan tanggung
jawab remaja.
Planning:
Evaluasi sumatif untuk diagnosa
keperawatan ketidakefektifan koping
pada keluarga Bp. R
Ya Tidak
1. Keluarga mampu menyebutkan √
pertumbuhan adalah bertambahnya
ukuran anak dari segi jasmani.
Sedangkan perkembangan adalah
berkembangnya kemampuan atau
keahlian anak.
2. Keluarga mampu menyebutkan remaja √
adalah anak yang berusia 13-21 tahun.
Remaja merupakan masa transisi/
peralihan dari masa kanak-kanak
menuju dewasa yang ditandai dengan
adanya perubahan aspek fisik, psikis
dan psikososial.
3. Keluarga mampu menyebutkan tumbuh √
kembang remaja adalah proses lebih
lanjut remaja menuju tahap
perkembangan dan pertumbuhan
selanjutnya (dewasa).
4. Keluarga mampu menyebutkan 6 dari √ Keluarga hanya
11 perubahan-perubahan yang terjadi mampu
pada remaja, yaitu: menyebutkan 4
1. Perubahan fisik, meliputi: perubahan-
a. Perubahan TB dan BB perubahan yang
b. Perubahan bentuk tubuh: Remaja terjadi pada
putri (penimbunan jaringan remaja.
lemak, kulit halus, suara nyaring,
payudara membesar, tumbuh
rambut di daerah tertentu. Remaja
putra (peningkatan besar otot,
kulit kasar, tumbuh kumis,
tumbuh rambut di daerah
tertentu).
c. Mengalami pubertas: Remaja
putra (mimpi basah). Remaja
putri (menstruasi).
2. Perubahan mental, meliputi:
a. Berpikir abstrak
b. Kritis
c. Egosentris
d. Selalu ingin tahu
e. Cenderung menentang orang tua
f. Ingin mencoba hal-hal yang
menguji keberanian
3. Perubahan sosial, meliputi:
a. Mulai melepaskan diri dari
keluarga
b. Membentuk kelompok teman
150 Universitas Indonesia
sebaya
5. Keluarga mampu mengidentifikasi √
bahwa An. H adalah remaja.
6. Keluarga mampu menyebutkan minimal √
2 dari 4 permasalahan akibat perubahan
fisik pada remaja, yaitu:
1. Jerawat
2. Kegemukan
3. Anemia
3. Infeksi karena kekebalan tubuh
mulai menurun
7. Keluarga mampu menyebutkan 2 √
permasalahan akibat perubahan
kejiwaan pada remaja, yaitu:
1. Mencari identitas diri
2. Timbul pertanyaan: Siapa aku ini?
Apa jadinya aku ini?
8. Keluarga mampu menyebutkan minimal √
2 dari 3 permasalahan akibat perubahan
sosial pada remaja, yaitu:
1. Timbul konflik dengan orang tua
akibat keinginan remaja ingin
mempunyai keleluasaan pribadi.
2. Melibatkan remaja pada perkelahian
antar genk, bolos, terlibat dalam
narkoba, minum minuman keras,
merokok akibat setia kawan kepada
kelompok.
3. Sifat egosentris dan menonjolkan
kelompoknya.
9. Keluarga mampu menyebutkan minimal √
3 dari 4 sikap orang tua dalam
mengasuh anak remaja, yaitu:
1. Mengenal anak
2. Sering melakukan percakapan
dengan anak
3. Mendampingi dan membimbing
remaja dalam menghadapi tantangan
hidup
4. Menjadi pemimpin dan teman bagi
remaja
10. Keluarga mampu menyebutkan minimal √ Keluarga hanya
3 dari 5 sikap anak remaja dalam mampu
menjalani masa remaja, yaitu: menyebutkan 2
1. Mengetahui kelebihan dan sikap anak remaja
kekurangan diri. dalam menjalani
2. Menerima diri sendiri. masa remaja.
3. Meningkatkan keimanan kepada
151 Universitas Indonesia
TINGKAT KEMANDIRIAN
KESIMPULAN:
Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang
dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa
dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan
pembinaan dan kunjungan rutin di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh
informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga.
Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke
keluarga dan menemukan tiga masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa
keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat IV” dengan alasan:
Kriteria Ya Tidak Pembenaran
Keluarga √ Selama praktek dan melakukan kunjungan
menerima petugas rumah, keluarga selalu menerima
perawatan kehadiran perawat dengan sikap ramah dan
kesehatan terbuka sesuai dengan kontrak yang telah
masyarakat disepakati bersama. Keluarga dan
mahasiswa hampir selalu menyepakati
kontrak yang telah ditentukan. Apabila
keluarga ada acara dan kegiatan pada saat
kontrak yang telah disepakati, keluarga
memberitahukan kepada mahasiswa
terlebih dahulu.
Keluarga √ Saat proses pengkajian, keluarga menjawab
mengungkapkan pertanyaan mahasiswa dengan benar yang
masalah kemudian di klarifikasi dengan
kesehatan yang pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
dialami secara penunjang lainnya. Keluarga dengan
benar terbuka mau membicarakan masalah
kesehatan yang ada dengan mahasiswa.
Keluarga merasa yakin bahwa kehadiran
mahasiswa adalah untuk membantu
keluarga mengatasi masalah kesehatan
153 Universitas Indonesia
yang ada.
Keluarga √ Hasil pengkajian yang dilakukan
menerima mahasiswa kepada dan bersama keluarga
pelayanan kemudian dianalisis untuk menentukan
kesehatan yang masalah keperawatan. Masalah atau
diberikan sesuai diagnosa keperawatan yang ada disusun
dengan rencana secara prioritas bersama keluarga dan
keperawatan direncanakan intervensi untuk
mengatasinya. Tiga diagnosa keperawatan
yang ditemukan telah diselesaikan dua
diagnosa utamanya.
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Mila Sri Wardani
NPM : 0806457155
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Maret 1990
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Komp. DEPPEN Blok DD No. 4 RT 001/ RW 011
Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis –
Depok 16954
Anak Ke : 2 dari 2 bersaudara
Telepon : 08561129187
Email : milasri.wardani@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1995 – 1996 : TK Dian Paramita Cimanggis – Depok
2. 1996 – 2001 : SD Negeri Harjamukti IV Cimanggis – Depok
3. 2001 – 2002 : SD Negeri 05 Pagi Cibubur – Jakarta Timur
4. 2002 – 2005 : SMP Negeri 147 Cibubur – Jakarta Timur
5. 2005 – 2008 : SMA Negeri 99 Cibubur – Jakarta Timur
6. 2008 – 2012 : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (Sarjana)
7. 2012 – 2013 : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (Profesi)