penelitian ini.
15
historis dan geografis, faktor insentif ekonomi yang dinikmati oleh
16
Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
selama ini diusulkan oleh camat kepada walikota, pada saat ini
17
Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan
18
kemampuan. Pengembangan organisasi kecamatan hasil
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu yang Relevan
Penulis, Metode Alat Penelitian Sekarang
No Tahun dan Penelitian Analisis Hasil Persamaan Perbedaan
Judul
19
Daerah”. wonosobo
untuk
(journal mengusulkan
unair,Bamban perubahan
g Tri dari Kelurahan
Harsanto, menjadi Desa.
Slamet
Rosyadi, dan
Simin
Wahyuningrat,
2016)
20
Menjadi sudah berjalan perangkat iplementasi
Perangkat dengan baik Kecamatan. peraturan.
Kecamatan di namun masih
Kecamatan terdapat
Bungo Dani beberapa
Kabupaten kendala yang
Bungo diakibatkan
Provinsi oleh
Jambi”. tersendatnya
( Tesis proses
Magister penyaluran
Terapan Studi dana dari
Pemerintahan Kecamatan ke
Institut Kelurahan.
Pemerintahan
Dalam Negeri)
4. ( Didit Purbo Deskriptif Wawancara Pengembanga Memiliki Fokus
Susanto, Kualitatif , observasi, n organisasi kesamaam kajiannya
2011). Judul “ dokumenta kecamatan pada salah berbeda. Pada
Pengembang si. dapat berjalan satu fokus penelitian ini
an Organisasi dengan baik, kajian yakni difokuskan
Pemerintah permasalahan pengembanga terhadap
Kecamatan yang timbul n organisasi. pengembanga
Hasil sering kali n organisasi
Pemekaran berkaitan kecamatan
Dalam dengan hasil
Pelaksanaan kepentingan. pemekaran.
Otonomi
Daerah di
Kota Depok”.
( Skripsi
Fakultas Ilmu
Sosial dan
Politik
Program Studi
Ilmu
Administrasi
Negara
Universitas
Indonesia.
Sumber: Olahan Penulis, 2020.
21
2.2. Kajian Pustaka
“Polis” (Negara atau Kota). Kebijakan publik merupakan output dari proses
kepentingan rakyat banyak dan keterikatan terhadap tanah air atau tempat
adanya tujuan yang ingin direalisasikan dan adanya masalah publik yang
Kebijakan publik ini untuk mencapai hasil yang tidak hanya didasari atas
22
harus didasarkan atas pertimbangan etika dan moral. “Etika
7
. Ibid, Hlm. 15.
8
. Anderson. 2004. Public policy making. USA: Second Edition, I Lotfilin Company. Adi Winarta, I.S.
2010. Pengantar hukum perdata. Jakarta: PT Rajawali.
9
. Tachjan, H. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI Panduan KKL. Hlm 16
23
tangga yang dari tindakan kesehariannya menghasilkan dampak yang
dapat diamati10.
10
Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. AIPI. Hlm.17
11
Tachjan. Op. Cit. hlm 20
12
Mustopadidjadja. 2003. Manajemen Proses Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan
Evaluasi Kinerja. Jakarta: LAN dan Duta Pertiwi. Hlm 25
24
as public transportation or consumer protection. Public policy also
may be viewed aswhatever governments choose to do or not to
do”. Umumnya kebijakan publik menyangkut beberapa aktor seperti
pejabat, pegawai atau pembuat kebijakan dalam suatu wilayah
termasuk transportasi publik juga sebagai upaya melindungi
masyarakat. Kebijakan publik juga dapat dikatakan sebagai pilihan
pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 13
pengertian kebijakan:
masalah pendidikan.
13
Anderson. Op Cit. hlm.4
14
Anderson. Op Cit. hlm.5
25
dikemukakan oleh ilmuan politik Carl J. Fredrick dalam Anderson yang
mengatakan;
15
Ibid. hlm.5
16
Nugroho, D, Riant. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo
26
atau kebijakan publik penjelas atau yang sering disebut sebagai peraturan
berikut :
dipecahkan tercakup.
pelaksana.
17
Abidin, Said Zainal, 2004, Kebijakan Publik, Jakarta Pancar Siwah. Hlm.31-34
27
2.2.2. Konsep Implementasi Kebijakan Publik
terhadap sesuatu)18.
18
. Sahya Anggara, Kebijakan Publik, 2014. Bandung, Hlm.232
28
berusaha dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan 19. Dinamika di
kebijakan publik ada dua langkah yang bisa menjadi pilihan, yaitu
29
model akan memberikan gambaran kepada kita secara bulat dan lengkap
saja yang terdapat pada objek, situasi, atau proses tersebut dan
yang lainnya.
30
daya finansial. Sumber daya manusia harus memiliki watak dan
kebijakan harus didukung oleh struktur birokrasi yang baik. Salah satu
1. Komunikasi (communication).
instruksi.
31
implementers about what to do increases the chances that
they will not implement a policy as those who passed or
ordered it intended.21
Implementasi kebijakan dapat berjalan secara efektif, maka
mampu.
32
tindakan-tindakan untuk menyempitkan kebijakan umum menjadi
atasannya.
33
a. Transmisi (transmission), administrator publik harus sudah
(disagreement of implementers).
bureaucratic hierarchy).
34
faktor yang menjadikan ketidakjelasan komunikasi dalam
decision making).
35
komunikasi akan menyebabkan ketidakkonsistenan para
sebagai berikut:
of many policies).
22
Edwards III, George C. 1980. Op Cit. Hlm.53
23
Ibid. hlm.53
36
relevan tentang cara untuk mengimplementasikan kebijakan dan
37
Faktor sumber daya mempunyai peranan penting dalam
38
yang kesemuanya akan memberikan pelayanan dalam
2) Motivasi.
39
yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan yang
implementor dilapangan.
perbekalan (supplies).
3. Disposisi (disposition).
40
who formulate the policies. Another reason is the complecity
of the policies themselves. They way in which implementers
exercise their direction, however, depends in large part upon
their dispotition to ward the policies. Their attitude, in turn,
will be influenced by their views toward the policeis per se
and by how the policeis effecting their organizational and
personal interest.25
41
memanipulasi atau bekerja dalam lingkungan disposisi para
kebijakan.
c. Manipulasi insentif-insentif.
42
administrator menerima secara baik implementasi kebijakan
43
mengantisispasi terhadap oposisinya. Kadang- kadang
merupakan hal sulit, dan hal ini tidak menjamin bahwa proses
insentif.
44
komplek, organisasi yang dominan dan mampu untuk melakukan
45
rutin sebagaimana biasanya mereka tangani. Sayangnya strandar
kebijakan.
dan
46
3) Tujuan yang berbeda berada pada lingkingan yang luas dan
komplek.
Pada sisi lain, Edwards III menegaskan juga bahwa dari keempat
28
Ibid. hlm.125-141
29
Ibid. hlm.147
47
Model yang dikemukakan oleh Edwards III sifatnya Top- down dan
pada masing- masing level birikrasi mulai dari tingkat pusat, pemerintah
sebagai berikut:
Communication
Resources
Implementaion
Disposition
Bureaucratic
Structure
30
Ibid. Hlm.57
48
Dari uraian pembahasan di atas dapat dikemukakan, bahwa
2.2.3. Organisasi
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar
kelompok31.
31
. Robbins, Stephen P, 1994. (Dalam Saragi) Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi.
Penerbit : Arcan, Jakarta
49
Organisasi harus memperbaiki diri sendiri secara terus menerus,
1. Bagan Organisasi
32
. Fernandes Simangunsong. 2014. Transformasi Organisasi-Perubahan Status Desa menjadi
Kelurahan. Alfabeta. Bandung. Hlm. 84
50
2. Penerapan berbagai prinsip organisasi seperti:
a. Rantai komando,
b. Keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab,
c. Pendelegasian wewenang,
d. Sentralisasi versus desentralisasi, terutama dalam
pengambilan keputusan operasional
e. Rentang kendali,
f. Pengelompokan tugas- tugas yang sejenis dan
sebagainya.33
Kotter menjelaskan jenis-jenis perubahan yang dilakukan sebuah
organisasi yaitu:
1. Restrukturisasi (restructuration).
Biasanya dilakukan ketika struktur organisasi dianggap tidak
memadai lagi ( dalam arti tidak efektif dan efisien) untuk
mencapai sasaran- sasaran dan tujuan organisasi, dilakukan
dengan cara unifikasi (penggabungan beberapa unit kerja),
deorganisasi ( penghapusan satuan organisasi), revitalisasi
( memberdayakan organisasi).
2. Rekayasa ulang ( reengineering)
Perubahan pada sitem- sistem kerja organisasi guna
membangun keterkaitan yang lebih efektif dan efisien diantara
sistem- sistem tersebut.
3. Penyusunan strategi kembali ( turn around)
Dilakukan ketika posisi strategis organisasi sudah tidak
sesuai lagi dengan tujuan- tujuan dan sasaran- sasaran
organisasi.
4. Akuisisi ( acquisition)
Pengambilalihan fungsi dan tugas suatu organisasi oleh
organisasi lain. Bentuk lain akuisisi adalah merger, yakni
penggabungan dua organisasi untuk mendapatkan keuntungan-
keuntungan tertentu.
5. Perampingan ( downsizing)
Perampingan adalah upaya mengurangi ukuran organisasi
sedemikian rupa sehingga dapat lebih efisien. Ini bisa dilakukan
dengan menutup unit- unit yang dianggap tidak esensial atau
tidak menguntungkan.
6. Program- program kualitas ( quality programs)
Biasanya dilakukan untuk memperbaiki mutu atau jasa yang
dihasilkan suatu organisasi.
7. Pembaharuan kultur organisasi ( organizational culture’s
renewal)
Upaya- upaya untuk mengubah nilai- nilai dan norma- norma di
dalam organisasi. Ini dilakukan ketika budaya organisasi
dipandang sudah tidak cocok lagi dengan tujuan- tujuan dan
33
Siagian, Sondang P. 2007. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: PT.
Gunung Agung. Hlm. 204
51
sasaran- sasaran organisasi, sehingga perlu dikembangkan
suatu budaya baru34.
34
Kotter, John P & Heskett, James L. 1997. Corporate Culture & Performance (Benyamin Molan,
Penerjemah). Jakarta: Prenhallindo
35
Budiarjo, Mirriam. 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka. Hlm.51-54
36
Rasyid, M Ryaas. 1997. Makna Pemerintahan: Tinjauan Dari Segi Etika dan Kepemimpinan.
Jakarta: Yasrif Watampone. Hlm.11-13
52
Dalam konteks Indonesia, tugas-tugas pokok pemerintahan seperti
53
mandat juga ditempatkan sebagai cara tersendiri untuk memperoleh
wewenang.37
yang sah, seorang pejabat atau badan tata usaha negara tidak dapat
Kewenangan yang sah bila ditinjau dari sumber dari mana kewenangan itu
1. Kewenangan atributif
Kewenangan atributif biasanya digariskan atau berasal dari
adanya pembagian kekuasaan oleh peraturan perundang-
undangan. Dalam pelaksanaan kewenangan atributif ini
pelaksanaannya dilakukan sendiri oleh pejabat atau badan yang
tertera dalam peraturan dasarnya. Terhadap kewenangan
atributif mengenai tanggung jawab dan tanggung gugat berada
pada pejabat atau badan sebagaimana tertera pada peraturan
dasarnya.
2. Kewenangan delegatif
Kewenangan delegatif bersumber dari pelimpahan suatu
organ pemerintahan kepada organ lain dengan dasar peraturan
perundang-undangan. Dalam hal kewenangan delegatif,
tanggung jawab dan tanggung gugat beralih kepada yang diberi
wewenang tersebut dan beralih pada delegataris.
3. Kewenangan mandat
Kewenangan mandat merupakan kewenangan yang
bersumber dari proses atau prosedur pelimpahan dari pejabat
atau badan yang lebih tinggi kepada pejabat atau badan yang
lebih rendah. Kewenangan mandat terdapat dalam hubungan
rutin atasan dan bawahan, kecuali bila dilarang secara tegas.
37
Nur Basuki Winarno. 2008. Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi. Yogyakarta:
Mediatama
54
Dalam kaitannya dengan konsep atributif, delegatif dan mandat itu
Kewenangan ini asli, yang tidak diambil dari kewenangan yang ada
yang berkompeten.
55
dengan didelegasikan secara besar-besaran, akan tetapi hanya mungkin
kemungkinan delegasi.
39
Utomo, Tri Widodo. 2004. Pendelegasian Kewenangan Pemerintah daerah Kepada Kecamatan
dan Kelurahan. LAN. http://www.geocities.ws/.hlm.3
40
Ibid. hlm.3
56
Kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun
9 ayat (5).
berikut :
41
. PP Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, pasal 50 ayat (3).
57
Sebagai organisasi sektor publik, kecamatan dalam menjalankan
42
. PP Nomor 18 tahun 2016, Pasal 53 ayat (4) tentang Perangkat Daerah.
58
Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
dari pemerintah.
mampu tampil terdepan dalam menjadi peran penting sukses dan tidaknya
program yang akan dijalankan oleh pemerintah daerah dari tingkat bawah.
59
kabupaten/kota maupun program kecamatan yang dalam kegiatannya
aparatur kelurahan menjadi hal yang wajib dan tidak dapat disangkal, hal
kecamatan. Hal ini tentu dapat memberatkan dalam hal kegiatan dan
pemerintahan.
60
Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik adalah penyenggaraan
2.2.6. Strategi
dari kata “stratus” yang berarti militer dan “ag” yang artinya memimpin.
peluang pasar yang terus berubah, dengan tujuan untuk membentuk dan
61
bisa mencapai keuntungan dan tingkat pertumbuhan yang
menguntungkan43.
Strategi adalah alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu dari suatu
prioritas dari alokasi sumber yang ada. Strategi merupakan suatu rencana
tujuan tertentu44.
berbeda atau lebih baik dari competitor atau masa lalu untuk memberi nilai
62
Hal lain yang yang diperlukan dalam rangka menunjang proses
dalam suatu penelitian. Pengolahan data ini sebagai jawaban dari tujuan
Matrix).
yaitu:47
Pada tahap ini, data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal
63
Pada tahap ini akan dilakukan proses analisis untuk merumuskan
kedalam matriks yang terdiri dari Sembilan sel. Dari sel-sel tersebut
organisasi.
b. Matriks SOAR
inspirasi.
3. Decision Stage
64
2.2.6.1. IFE (Internal Factor Evaluation).
1,0.
dimana:
1 = Kelemahan besar
2 = Kelemahan kecil
3 = Kekuatan kecil
48
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka.hlm 43
49
David, Op.Cit. hlm 72
65
4 = Kekuatan besar
Comparison Scales.
rumus:
Xi
Ai= n
N =∑ Xi
1
Keterangan:
N = jumlah variabel
i = 1, 2, 3,….,n
66
Xi = nilai variabel ke- i
Timur.
Gambar 2.2.
Matriks IFE
FAKTOR HORIZONTAL TOTAL BOBOT
A B C D E F G H I J K L M N O P
INTERNAL
A X
B X
C X
D X
V E X
E F X
R G X
T H X
I I X
K J X
A K X
L L X
M X
N X
O X
P X
TOTAL
Sumber: Olahan Penulis 2020
Keterangan:
67
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama panting dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical
dimana:
1 = respon jelek
2 = respon rata-rata
50
Umar, Loc.Cit
68
bahwa organisasi tidak memanfaatkan kekuatan dan peluang
eksternal.
Sumba Timur.
Gambar 2.3
Matriks EFE
FAKTOR HORIZONTAL TOTAL BOBOT
A B C D E F G H I J K L M N O P
EKSTERNAL
A X
B X
C X
D X
V E X
E F X
R G X
T H X
I I X
K J X
A K X
L L X
M X
N X
O X
P X
TOTAL
Sumber: Olahan Penulis 2020
Keterangan:
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama panting dengan indikator vertikal
69
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
2.2.6.3. IE (Internal – External) Matriks
dan melihat strategi apa yang tepat untuk diterapkan oleh organisasi.
Pada sumbu-x matriks IE, total nilai IFE yang diberi bobot 1,00-1,99
nilai 3,00-4,00 kuat. Pada sumbu-y matriks IE, total nilai EFE yang diberi
bobot 1,00-1,99 dianggap rendah, nilai 2,00-2,99 sedang dan nilai 3,00-
4,00 tinggi.
tumbuh dan membangun (grow and build). Kedua, divisi-divisi yang masuk
dalam sel III, V, dan VII dapat ditangani dengan baik melalui strategi
untuk divisi-divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, dan IX digambarkan
2009).
70
Gambar 2.4.
Matriks IE
3.
S K O R I F E
4.
Kuat Sedang Lemah
5.
3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99
6.
4,0 3,0 2,0 1,0
7.
S
8. K Tinggi
3,0-4,0 I II III
9. O
R 3,0
10.
Sedang
2,0-2,99 IV V VI
11.
E 2,0
12.
F
Rendah VII VIII IX
13. E 1,0-1,99
1,0
14.
71
SOAR (Strengths, Opportunities, Aspirations, Results) juga
1. Strength (S)
terhadap segala hal-hal baik yang dimiliki dan akan selalu dimiliki
depan.
2. Opportunities (O)
72
sebuahwilayah yang penuh dengan berbagai macam kemungkinan
sangat cepat.
3. Aspirations (A)
4. Results (R)
yang menarik51.
51
Jacqueline M. Stavros. 2010. Practicing Organization Development. Third Edition. San Fransisco:
Pfeiffer.
73
Gambar 2.5
Tahap Analisis SOAR
INITIATE
Keputusan organisasi melakukan SOAR Framework
INQUIRY
Gunakan pertanyaan positif guna mempelajari nilai-nilai
inti, visi, kekuatan , dan peluang potensial setuap anggota
organisasi.
IMAJINASI
Merancang masa depan yang diharapkan. Dalam fase ini
nilai-nilai diperkuat, visi dan misi diciptakan. Sasaran
jangka panjang dan alternative strategis dan rekomendasi
di umumkan.
INOVASI
Perancangan bersama sasaran jangka pendek, rencana
taktikal dan fungsional, program, sistem. dan struktur yang
terintegrasi untuk mencapai tujuan masa depan yang
diharapkan.
INSPIRE TO IMPLEMENT
Sistem Pengakuan dan Penghargaan
Sumber: Stavros.52
positif guna mempelajari nilai inovasi, nilai inti, visi, kekuatan, dan peluang
yang diharapkan. Dalam fase ini nilai-nilai diperkuat, visi dan misi
52
Loc.Cit.
74
diciptakan.Sasaran jangka panjang dan alternatif strategi dan
dimiliki oleh para anggota organisasi serta hal-hal terbaik yang pernah
depan yang diharapkan. Dalam fase ini, nilai-nilai diperkuat, visi dan misi
organisasi.
75
Diagram analisis SOAR merupakan diagram yang berfungsi untuk
faktor- faktor strategis internal yang dimiliki organisasi dan eksternal yang
dihadapi organisasi.
Gambar 2.6
Diagram analisis SOAR
Internal Eksternal
S O
Presents
Strengths Opportunities
A R
Future
Aspirations Result
Sumber: Stavros.53
Gambar 2.7
Matriks SOAR
53
Loc.Cit
76
Aspirations Strategi SA Strategi OA
dimiliki.
yang ada.
54
Loc.Cit
77
4) Strategi OR: strategi ini berorientasi kepada peluang untuk
prioritas, hanya ada satu teknik analisis dalam literatur yang dirancang
strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan alasis input dari tahap 1
dan hasil pencocockan dari analisis tahap 2 untuk secara objektif memilih
Bentuk dasar QSPM diilustrasikan pada gambar 2.8 kolom kiri dari
QSPM mencakup faktor-faktor eksternal dan internal utama (dari tahap 1),
55
Loc.Cit
56
David, Op.Cit.hlm 73
78
baris teratas mencakup strategi-strategi alternatif yang masuk akal (dari
tahap 2). Secara khusus, kolom kiri QSPM berisi informasi yang diperoleh
secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Di kolom yang berdampingan
masing yang diterima setiap faktor dalam matriks EFE dan IFE (David
2009).
Gambar 2.8
Matriks QSPM
Alternatif Strategi
Faktor Utama Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
1. Faktor-faktor eksternal
utama
2. Faktor-faktor internal
utama
Sumber: David 2009
eksternal dan internal. Daya tarik relatif dari setiap strategi di dalam
menunjukkan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. QSPM
79
melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif berdasarkan
Gambar 2.9
Matriks QSPM
Faktor-faktor sukses Alternatif Strategi
Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
kritis AS TAS AS TAS AS TAS
Strength
Opportunities
Aspiration
result
Jumlah total nilai daya
tarik
Sumber: David 2003
yaitu:58
80
dimana nilai 1 = tidak menarik, nilai 2 = agak menarik, nilai 3 =
Tidak ada batasan jumlah strategi yang dapat dievaluasi atau jumlah
59
Ibid, hlm. 75
81
probabilitas bahwa keputusan strategis akhir yang dicapai adalah yang
acuan agar tidak bergeser dari apa yang telah ditetapkan. Terkait
Daerah.
Sumba Timur.
60
Ibid, hlm. 75
82
Kerangka pemikiran merupakan alur berfikir terkait penelitian yang
ingin diteliti oleh penulis. Agar penelitian menjadi terarah dan sistematis
dapat memahami dengan jelas apa maksud dan tujuan kebijakan itu
83
b. Clarity, yaitu berkaitan dengan ketersediaan petunjuk teknis
Timur.
perangkat Kecamatan.
84
perangkat daerah menjadi perangkat Kecamatan di Kelurahan
85
Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur diikuti
suatu strategi yang jitu, dan dalam hal ini strategi yang digunakan adalah
86
maupun tidak berwujud. Kekuatan tersebut yang akan terus
akan datang.
digunakan suatu alat analisis, Adapun alat analisis yang digunakan adalah
Planning Matrix).
yaitu:61
61
David, Fred S. 2009. Manajemen Strategis Konsep, Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat. Hlm.70
87
1. The Input Stage
faktor strategis.
b. Matriks SOAR
3. Decision Stage
Planning Matrix).
88
Gambar 2.10
Kerangka Pemikiran
89
Strategi SOAR
Matriks IFE Matriks EFE
Jacqueline M. Stavros
(2010:377-394)
1. Strengths
2. Opportunities
3. Aspirations Matriks Internal-External (IE)
4. Result
Matriks QSPM
Keterangan:
= Fokus Penelitian
Sumber: Olahan Penulis 2020
90