Anda di halaman 1dari 16

Bahadur di balik Yuda

Oleh: Rahel Sere

Berita tentang virus Covid-19 sudah merajai seluruh negara, begitupun Indonesia.


Banyak akibat dari virus ini, yang paling terpengaruh adalah para anggota medis
yang menjadi prajurit perang kali ini. Perang melawan virus dari Negeri China ini
membuat mereka benar-benar dijauhkan dengan orang-orang terkasih. Hal yang
sama terjadi di keluarga Bu Mita, dia harus berjuang di rumah sakit menyelamatkan
para pasien yang terinfeksi, sedangkan suaminya harus berjuang mengurus segalanya
sendirian.

Babak 1

Bu Mita sedang membereskan pakaian-pakaiannya, kegiatannya itu menarik perhatian


putra sulungnya.

Andi: (Menarik ujung baju Bu Mita) "Mama ngapain? Mama mau ke mana?"
Bu Mita: (Menunduk, melihat ke arah Andi) "Mama mau kerja, Sayang. Kamu jangan
nakal ya sama Papa."
Andi: (Kebingungan)
Bu Mita: (Menatap sedih ke Andi) "Inget ya Dek, jangan nakal sama Papa."
Andi: "Mama kapan pulangnya?"
Bu Mita: (Muram) "Secepatnya ya, Mama janji sama Andi." (Mengulurkan jari
kelingkingnya)
Andi: (Mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Bu Mita) (Tersenyum)
Bu Mita: (Bangkit berdiri lalu merapikan pakaiannya kembali)
Pak Anand memasuki kamar lalu melihat ke arah istrinya.
Pak Anand: (Memegang bahu Bu Mita) "Semangat ya, Bu Dokter!"
Bu Mita: (Menoleh, tersenyum ke Pak Anand) "Makasih ya Pa. Papa juga semangat ya
ngurus rumah selama Mama ga sama kalian."
Pak Anand: (Menggendong Andi) (Dengan suara semangat) "Jangan khawatir, Bu
Dokter! Kita bakal baik-baik aja di rumah! Janji!" 
Andi: (Tersenyum lebar) "Iya Mama! Kan kita berdua jagoannya Mama!"
Bu Mita: (Dengan mata berkaca) "Iya, kalian jagoan Mama, jadi kalian harus baik-baik
aja ya!"

Bu Mita mengambil koper yang sudah terisi penuh dengan barangnya.

Bu Mita: (Menarik Andi dari gendongan Pak Anand) "Ayo anterin Mama ke depan ya
Sayang." 
Andi: (Mengangguk semangat)
Bu Mita: (Menciumi pipi Andi sambil menangis pelan)
Pak Anand: (Merangkul Bu Mita lalu mencium pelipisnya) "Semangat ya Sayang, ga
usah khawatirin kita, aku bakal ngurus semuanya."
Bu Mita: (Tersenyum tipis)
Sesampainya di teras rumah, Bu Mita menurunkan Andi dari gendongannya.
Pak Anand: "Ma, mau dianterin ga?"
Bu Mita: "Ga usah Pa, aku dijemput temanku kok." (Menelpon temannya) 

Pak Anand: (Menggendong Andi lalu berbincang kecil dengannya)


Bu Mita: (Berbicara di telepon) "Halo Dan? Kamu udah di mana? Aku udah siap nih."
Bu Mita: "Oh, udah di simpang ya? Aku jalan aja apa gimana nih? Mobilmu warna apa
Dan?"
Pak Anand: (Berjalan ke luar gerbang sambil melihat sekitar)
Bu Mita: "Oh, ya udah buruan deh ya." (Mematikan sambungan telepon)
Pak Anand: (Memekik) "Maaa itu temenmu udah sampe!"
Bu Mita: (Berjalan cepat menarik kopernya) "Eh iya Pa!"

Di luar gerbang, Bu Mita menatap suami dan anaknya lekat-lekat.

Bu Mita: (Memeluk Andi) "Nak, baik-baik ya, jangan main di luar dulu untuk
beberapa hari, nanti ditangkap monster corona!"
Andi: (Mengusap punggung Bu Mita) "Iya Mama, Mama juga ga boleh nakal ya!"
Bu Mita: (Melepas pelukannya) "Iya, anak Mama yang ganteng!" (Mencium pipi Andi
lama)
Pak Anand: (Melihat ke arah istri dan anaknya dengan haru) "Ayo family hug dulu!"
Bu Mita: (Berdiri sambil menggendong Andi) "Family hug!" (Memeluk Pak Anand
dan Andi)

(Suara klakson terdengar)

Daniel: (Membuka jendela mobil) "Ayo Kak! Iri nih aku lihat kalian kayak gitu!"
Bu Mita: (Melepas pelukannya) "Ah kamu ini!" (Ke Daniel)

Bu Mita menyalim tangan Pak Anand lalu berjalan memasuki mobil Daniel.

Daniel: "Bang, kita pergi dulu ya, jagain Andi baik-baik lho!" (Melambaikan tangan)
Pak Anand: (Tersenyum sambil melambaikan tangan) "Iya, tenang aja kamu!"
Daniel: "Andi, kalau Papa nakal bilang ke Om ya!"
Andi: (Melambai ke Daniel lalu mengangguk)
Bu Mita: "Udah, ayo buruan!" (Menepuk lengan Daniel)

Jendela tertutup, lalu mobil Daniel melintas meninggalkan Perumahan.

Babak 2

Pakaian APD lengkap sudah diberikan ke Bu Mita.

Bu Mita: (Menatap kaget APD yang di tangannya) "Banyak banget ya Tin perangkat
tempur kita!"
Tini: "Iya Bu! Corona ini bahaya banget, cepet banget nularnya!"
Bu Mita: "Iya, Saya juga sempat panik pas tau udah sampe ke Indonesia!" (Membuka
pembungkus APD-nya)
Tini: (Memakai APD) "Kita ga boleh panik Bu. Kalau kita panik, nanti yang
menenangkan pasien siapa dong?"

Bu Mita: "Iya Tin, Saya itu panik karena ada anak kecil di rumah, takut pulang." 
Tini: "Saya takut diusir dari kos-an Bu!"
Bu Mita: "Iya juga ya, kan ada berita gitu ya? Sedih sih yang gituan Tin, masa nih kita
udah capek-capek berjuang di rumah sakit, eh sampe kos-an diusir!" (Dengan raut
muka sebal)
Tini: "Iya Bu, terlalu parnoan, jadi gitu deh Bu."
Bu Mita: "Saya nih kayaknya nginap di hotel aja deh, kasihan Andi, takutnya
Saya carrier terus Andi masih kecil, imunnya rendah."
Tini: (Menghela napas) "Iya Bu, kita harus jaga kesehatan makanya nih."
Bu Mita: (Selesai memakai APD-nya) "Ayo Tin, kita berjuang sama-sama!"
Tini: "Ayo Bu, jangan lupa, kalo APD-nya udah dilepas langsung dibuang ya Bu!"
Bu Mita: "Iya, Tini cantik!"

Bu Mita dan Tini pun berjalan keluar dari ruang ganti.

Babak 3

Di lobi Rumah Sakit, Bu Mita berjumpa dengan beberapa petugas kesehatan yang
memakai jas hujan. Salah satunya adalah Bu Nanda.

Bu Mita: (Menatap Bu Nanda heran) "Lho Nan, kamu kok ga pakai APD?"
Bu Nanda: "Ga cukup Mit."
Bu Mita: "Astaga, kamu jaga-jaga ya Nan." (Raut wajah khawatir ke Bu Nanda)
Bu Nanda: "Iya, kamu juga ya Mit."
Bu Mita: (Mengangguk)

(Bunyi sirine ambulan terdengar)

Bu Mita: "Ayo Dokter Nanda, itu ada pasien baru!" (Berlari menuju ambulan)
Bu Nanda: (Ikut berlari)

Bu Mita dan Bu Nanda membawa pasien ke ruang isolasi bersama beberapa perawat di
belakang mereka.

Babak 4

Hari sudah malam. Namun beberapa petugas kesehatan justru masih sibuk berlalu
lalang. Begitu pun Bu Mita yang sedang memeriksa salah satu PDP.

Pasien 1: (Raut wajah sedih) "Bu Dokter, apa Saya bakal meninggal karena penyakit
ini?"
Bu Mita: (Sedikit merasa kaget) "Ga usah khawatir ya Mbak, seluruh dokter
mengerahkan tenaganya biar semua pasien bisa sembuh."
Pasien 1: (Memelas) "Bantu Saya biar sembuh ya Dok, anak saya masih kecil banget,
untungnya dia negatif."
Bu Mita: (Tersenyum tipis) "Iya Mbak, Saya usahain yang terbaik ya."

Bu Mita berjalan ke arah pasien lain lalu memeriksanya.

Bu Mita: (Tersenyum ramah) "Malam Pak, gimana perasaannya? Udah merasa


membaik belum?"
Pasien 2: (Membalas tersenyum) "Sudah Bu. Saya pengen cepeat-cepet sembuh,
kasihan anak Saya yang masih kuliah harus gantiin Saya narik." 
Bu Mita: (Menghela napas) "Kalau bisa jangan ya Pak, masih pandemi gini, nanti
justru anak Bapak jadi kena."
Pasien 2: "Kami mau di rumah Bu, tapi kalau tidak keluar, itu tandanya sama saja
kami tidak makan." 
Bu Mita: (Raut muka sedih) "Ya udah, bilangin anaknya jaga kesehatan ya Pak."
Pasien 2: (Mengangguk)

Babak 5

Setelah memeriksa semua pasien di ruangan itu, Bu Mita segera keluar menuju ruang
ganti. Dia harus segera mengganti APD-nya karena akan pergi ke ruang isolasi lain.

Bu Mita: (Mengganti APD dengan cepat)


Bu Nanda: "Mit, ketemu lagi kita. Kamu pulang ga Mit?"
Bu Mita: "Engga kayaknya Nan, lagian suamiku belum ke rumah mertua, mungkin aku
ke hotel hari ini, tidur di hotel."
Bu Nanda: (Memakai popok dewasa)
Bu Mita: (Melihatnya dengan heran) "Lho? Kamu kok pakai popok Nan?"
Bu Nanda: "Iya, biar ga perlu buka APD, aku baru kebagian, dari tadi pake jas hujan,
sayang APD-nya kebuang cuma karena mau pipis, Mit. Mahal."
Bu Mita: "Ohh, aku juga butuh kayaknya."
Bu Nanda: "Nih, aku punya banyak." (Menyodorkan satu popok)
Bu Mita: (Menerimanya) "Makasih ya Nan."
Bu Nanda: "Iya Mit, aku duluan ya!" (Pergi meninggalkan Bu Mita)

Babak 6

Di ruang isolasi yang baru dimasuki Bu Mita, dia menemukan banyak anak muda yang
tergolong PDP.

Pasien 3: (Menatap Bu Mita lekat-lekat) "Dok, Dokter ga pulang?"


Bu Mita: (Menggeleng) "Ga bisa, Saya takut menularkan penyakit ke anak Saya."
Pasien 3: "Memangnya Bu Dokter ga kangen keluarga?"
Bu Mita: "Saya rindu. Rindu sekali. Tapi apa boleh buat? Sudah kodratnya dokter."
Pasien 3: "Saya rindu orang tua Saya Dok, kadang-kadang saya video call."
Bu Mita: "Iya nanti Saya video call mereka, kalau udah ga di rumah sakit."
Bu Mita merasa bahwa pandemi ini bisa menjauhkan yang dekat dan mendekatkan
yang jauh. Namun yang terjadi padanya adalah sebaliknya, dia dijauhkan dengan anak
dan suaminya.

Babak 7

Setelah dari ruang isolasi, Bu Mita terduduk di ruang ganti. Kepalanya tertunduk,
tangannya memeluk lutut.

Tini: (Menatap bingung ke Bu Mita) "Lho, Bu Dokter kenapa?"


Bu Mita: (Mendongak) "Ah, Tini ya. Saya kira siapa. Biarin Saya istirahat bentar ya
Tin, badan Saya lemas banget."
Tini: "Iya Bu, tapi Ibu kenapa? Matanya sembab begitu..."
Bu Mita: (Menggeleng sambil tersenyum kecil) "Bukan apa-apa kok Tin, Saya cuma
kangen sama keluarga Saya aja. Mereka lagi ngapain ya?"
Tini: (Ikut duduk beberapa meter di sebelah Bu Mita) "Saya juga kangen keluarga Bu,
udah berbulan-bulan belum ketemu keluarga. Harusnya bulan ini Saya ada jatah cuti
tiga hari, niatnya mau mudik terus ketemu Ibu sama Bapak Saya."
Bu Mita: (Menatap Tini) 
Tini: (Menghela napas panjang) "Tapi ga jadi Bu, karena disuruh tetap bertugas
selama masa pandemi ini."
Bu Mita: (Tersenyum kecil) "Iya Tin, Saya ikut sedih. Saya juga ga bisa pulang
ketemu anak Saya."
Tini: "Beda banget rasanya Bu. Waktu pandemi dan sebelum pandemi."
Bu Mita: "Apa bedanya Tin?"
Tini: "Dulu, sebelum pandemi virus ini, Saya bebas mau pulang kapan saja. Pulang ke
desa buat saya bahagia, membawa bahagia juga buat keluarga Saya di desa." (Berhenti
sebentar)
Bu Mita: "Terus kalau sekarang?"
Tini: "Sekarang kalau Saya pulang ke desa, Saya bawa kecemasan sama rasa bersalah
Saya. Takutnya Saya carrier terus Ibu sama Bapak Saya ketularan, padahal imun
mereka tidak sekuat imun Saya."
Bu Mita: (Mengangguk mengerti) "Iya sih Tin, Saya juga berat banget mau pulang.
Bahkan ya, pas masa pandemi begini, mau nelpon anak aja gak sempat."
Tini: "Jangankan nelpon Bu, mau makan aja susah."
Bu Mita: (Mengangguk setuju)

Babak 8

Setelah berjuang keras di rumah sakit, sekarang Bu Mita sudah berada di salah satu
kamar hotel yang dekat sekali dengan rumah sakit tempatnya bekerja.

Bu Mita: (Menelepon Pak Anand) 


Bu Mita: "Halo Pa?" (Melihat ke arah layar ponselnya)
Pak Anand: (Melambai ke arah layar ponselnya) "Dek lihat ini Mama!" (Ke Andi)
Bu Mita: (Tersenyum) "Halo Andi Sayang, gimana kabarnya?"
Andi: (Cemberut) "Ga baik!"
Bu Mita: (Melihat layar heran) "Ga baik kenapa Dek?"
Andi: (Memajukan bibirnya) "Ga tau! Andi ngambek sama Mama!" (Buang muka)
Pak Anand: (Ke Andi) "Dek, ga boleh gitu dong sama Mama, kan Mamanya kerja..."
(Mengusap kepala Andi)

Bu Mita: (Tersenyum tipis) "Iya, Mama kan kerja Sayang..."


Andi: (Dengan mata berkaca) "Di rumah Nenek ada Tante Luna sama Alin."
Bu Mita: (Ke Pak Anand) "Lho, Pa? Kalian udah ke rumah Ibuk?"
Pak Anand: "Iya, dua puluh menit lalu baru aja sampai."
Bu Mita: (Mengangguk) (Ke Andi) "Jadi kenapa kalau ada Tante Luna, Sayang?"
Andi: (Mulai menangis) "Alin disuapin sama Mamanya, sementara Andi disuapin
sama Papa."
Bu Mita: (Mengerutkan kening) "Lho, kan gapapa disuapin Papa, justru Andi bangga
dong, Papanya bisa jadi Mama sekaligus."
Pak Anand: (Ke Andi) "Emangnya Andi ga suka ya Papa suapin?"
Andi: (Sesegukan) "Suka, tapi, tapi Andi iri sama Alin."
(Bu Mita dan Pak Anand terdiam)
Andi: (Sesegukan) "Alin bisa meluk Mamanya, bisa dimandiin sama Mamanya. Andi
aja ga bisa tinggal sama Mama."
Bu Mita: (Menghela napas panjang) "Maafin Mama ya Dek."
Bu Mita: "Mama harus tetap kerja, banyak orang di luar sana butuh bantuan Mama."
(Mencoba menenangkan Andi)
Pak Anand: (Mengusap rambut Andi)
Andi: (Menatap Bu Mita marah) "Jadi menurut Mama, cuma mereka yang butuh
Mama? Menurut Mama, Andi ga butuh Mama ya?"

Bu Mita dan Pak Anand merasa kaget karena anak kecil mereka sudah pandai protes
dengan kalimat seperti itu.

Bu Mita: "Enggak Andi, bukan kayak gitu maksud Mama, tapi orang-orang di sini
lebih butuh Mama sekarang."
Pak Anand: (Menatap Andi lekat-lekat) "Andi kan udah gede, harusnya Andi udah
mengerti kondisi Mama sekarang. Andi kan udah kelas satu SD, masa mau dilihat
cengeng sama Mama?" (Mencoba menenangkan Andi)
Andi: (Mengusap air matanya) "Iya, Andi udah kelas satu SD"
Bu Mita: (Tersenyum lega) "Iya Dek, udah besar ya, Sayang..."
Andi: (Tersenyum tipis) "Maaf ya Mama karena Andi cengeng. Andi juga minta maaf
karena udah marah-marah sama Mama."

Bu Mita dan Pak Anand sama-sama tersenyum melihat Andi yang sudah mulai
mengerti keadaan.

Andi: (Tersenyum lebar) "Mama jaga kesehatan ya Ma! Hati-hati, awas kena tangkap
monster corona!"
Bu Mita: (Tertawa kecil) "Iya Sayang, Andi juga jaga kesehatan ya, jangan malas
makan!"
Pak Anand: "Papa ga disuruh jaga kesehatan?"
Bu Mita dan Andi: (Serentak) "Iya Papa, Papa juga jaga kesehatan yaa!"
Pak Anand, Bu Mita, dan Andi: (Tertawa bersama)

Banyak tenaga medis yang berjuang, bahkan meninggal di tengah jalan. Sebagian
karena kelelahan, sebagian lagi karena terinfeksi. Banyak mereka yang
mengorbankan waktu, dan rela tidak bertemu orang-orang terkasih demi membantu
orang-orang yang tak mereka kenal. Satu-satunya yang bisa kita lakukan untuk
membantu mereka adalah tetap di rumah dan menjaga kesehatan. Semoga
pandemi corona segera selesai dan tidak memakan banyak korban jiwa lagi.

Selesai.
Identifikasi Struktur dalam Sebuah Drama

Prolog:
Berita tentang virus Covid-19 sudah merajai seluruh negara, begitupun Indonesia.
Banyak akibat dari virus ini, yang paling terpengaruh adalah para anggota medis
yang menjadi prajurit perang kali ini. Perang melawan virus dari Negeri China ini
membuat mereka benar-benar dijauhkan dengan orang-orang terkasih. Hal yang
sama terjadi di keluarga Bu Mita, dia harus berjuang di rumah sakit menyelamatkan
para pasien yang terinfeksi, sedangkan suaminya harus berjuang mengurus segalanya
sendirian.

Dialog:

Orientasi:

Babak 1

Bu Mita sedang membereskan pakaian-pakaiannya, kegiatannya itu menarik perhatian


putra sulungnya.

Andi: (Menarik ujung baju Bu Mita) "Mama ngapain? Mama mau ke mana?"
Bu Mita: (Menunduk, melihat ke arah Andi) "Mama mau kerja, Sayang. Kamu jangan
nakal ya sama Papa."
Andi: (Kebingungan)
Bu Mita: (Menatap sedih ke Andi) "Inget ya Dek, jangan nakal sama Papa."
Andi: "Mama kapan pulangnya?"
Bu Mita: (Muram) "Secepatnya ya, Mama janji sama Andi." (Mengulurkan jari
kelingkingnya)
Andi: (Mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Bu Mita) (Tersenyum)
Bu Mita: (Bangkit berdiri lalu merapikan pakaiannya kembali)

Pak Anand memasuki kamar lalu melihat ke arah istrinya.

Pak Anand: (Memegang bahu Bu Mita) "Semangat ya, Bu Dokter!"


Bu Mita: (Menoleh, tersenyum ke Pak Anand) "Makasih ya Pa. Papa juga semangat ya
ngurus rumah selama Mama ga sama kalian."
Pak Anand: (Menggendong Andi) (Dengan suara semangat) "Jangan khawatir, Bu
Dokter! Kita bakal baik-baik aja di rumah! Janji!" 
Andi: (Tersenyum lebar) "Iya Mama! Kan kita berdua jagoannya Mama!"
Bu Mita: (Dengan mata berkaca) "Iya, kalian jagoan Mama, jadi kalian harus baik-baik
aja ya!"
Bu Mita mengambil koper yang sudah terisi penuh dengan barangnya.

Bu Mita: (Menarik Andi dari gendongan Pak Anand) "Ayo anterin Mama ke depan ya
Sayang." 

Andi: (Mengangguk semangat)


Bu Mita: (Menciumi pipi Andi sambil menangis pelan)
Pak Anand: (Merangkul Bu Mita lalu mencium pelipisnya) "Semangat ya Sayang, ga
usah khawatirin kita, aku bakal ngurus semuanya."
Bu Mita: (Tersenyum tipis)

Sesampainya di teras rumah, Bu Mita menurunkan Andi dari gendongannya.

Pak Anand: "Ma, mau dianterin ga?"


Bu Mita: "Ga usah Pa, aku dijemput temanku kok." (Menelpon temannya) 
Pak Anand: (Menggendong Andi lalu berbincang kecil dengannya)
Bu Mita: (Berbicara di telepon) "Halo Dan? Kamu udah di mana? Aku udah siap nih."

Bu Mita: "Oh, udah di simpang ya? Aku jalan aja apa gimana nih? Mobilmu warna apa
Dan?"
Pak Anand: (Berjalan ke luar gerbang sambil melihat sekitar)
Bu Mita: "Oh, ya udah buruan deh ya." (Mematikan sambungan telepon)
Pak Anand: (Memekik) "Maaa itu temenmu udah sampe!"
Bu Mita: (Berjalan cepat menarik kopernya) "Eh iya Pa!"

Di luar gerbang, Bu Mita menatap suami dan anaknya lekat-lekat.

Bu Mita: (Memeluk Andi) "Nak, baik-baik ya, jangan main di luar dulu untuk
beberapa hari, nanti ditangkap monster corona!"
Andi: (Mengusap punggung Bu Mita) "Iya Mama, Mama juga ga boleh nakal ya!"
Bu Mita: (Melepas pelukannya) "Iya, anak Mama yang ganteng!" (Mencium pipi Andi
lama)
Pak Anand: (Melihat ke arah istri dan anaknya dengan haru) "Ayo family hug dulu!"
Bu Mita: (Berdiri sambil menggendong Andi) "Family hug!" (Memeluk Pak Anand
dan Andi)

(Suara klakson terdengar)

Daniel: (Membuka jendela mobil) "Ayo Kak! Iri nih aku lihat kalian kayak gitu!"
Bu Mita: (Melepas pelukannya) "Ah kamu ini!" (Ke Daniel)

Bu Mita menyalim tangan Pak Anand lalu berjalan memasuki mobil Daniel.

Daniel: "Bang, kita pergi dulu ya, jagain Andi baik-baik lho!" (Melambaikan tangan)
Pak Anand: (Tersenyum sambil melambaikan tangan) "Iya, tenang aja kamu!"
Daniel: "Andi, kalau Papa nakal bilang ke Om ya!"
Andi: (Melambai ke Daniel lalu mengangguk)
Bu Mita: "Udah, ayo buruan!" (Menepuk lengan Daniel)

Jendela tertutup, lalu mobil Daniel melintas meninggalkan Perumahan.

Konflik:

Babak 2

Pakaian APD lengkap sudah diberikan ke Bu Mita.

Bu Mita: (Menatap kaget APD yang di tangannya) "Banyak banget ya Tin perangkat
tempur kita!"
Tini: "Iya Bu! Corona ini bahaya banget, cepet banget nularnya!"
Bu Mita: "Iya, Saya juga sempat panik pas tau udah sampe ke Indonesia!" (Membuka
pembungkus APD-nya)
Tini: (Memakai APD) "Kita ga boleh panik Bu. Kalau kita panik, nanti yang
menenangkan pasien siapa dong?"

Bu Mita: "Iya Tin, Saya itu panik karena ada anak kecil di rumah, takut pulang." 
Tini: "Saya takut diusir dari kos-an Bu!"
Bu Mita: "Iya juga ya, kan ada berita gitu ya? Sedih sih yang gituan Tin, masa nih kita
udah capek-capek berjuang di rumah sakit, eh sampe kos-an diusir!" (Dengan raut
muka sebal)
Tini: "Iya Bu, terlalu parnoan, jadi gitu deh Bu."
Bu Mita: "Saya nih kayaknya nginap di hotel aja deh, kasihan Andi, takutnya
Saya carrier terus Andi masih kecil, imunnya rendah."
Tini: (Menghela napas) "Iya Bu, kita harus jaga kesehatan makanya nih."
Bu Mita: (Selesai memakai APD-nya) "Ayo Tin, kita berjuang sama-sama!"
Tini: "Ayo Bu, jangan lupa, kalo APD-nya udah dilepas langsung dibuang ya Bu!"
Bu Mita: "Iya, Tini cantik!"

Bu Mita dan Tini pun berjalan keluar dari ruang ganti.

Babak 3

Di lobi Rumah Sakit, Bu Mita berjumpa dengan beberapa petugas kesehatan yang
memakai jas hujan. Salah satunya adalah Bu Nanda.

Bu Mita: (Menatap Bu Nanda heran) "Lho Nan, kamu kok ga pakai APD?"
Bu Nanda: "Ga cukup Mit."
Bu Mita: "Astaga, kamu jaga-jaga ya Nan." (Raut wajah khawatir ke Bu Nanda)
Bu Nanda: "Iya, kamu juga ya Mit."
Bu Mita: (Mengangguk)
(Bunyi sirine ambulan terdengar)

Bu Mita: "Ayo Dokter Nanda, itu ada pasien baru!" (Berlari menuju ambulan)
Bu Nanda: (Ikut berlari)

Bu Mita dan Bu Nanda membawa pasien ke ruang isolasi bersama beberapa perawat di
belakang mereka.

Babak 4

Hari sudah malam. Namun beberapa petugas kesehatan justru masih sibuk berlalu
lalang. Begitu pun Bu Mita yang sedang memeriksa salah satu PDP.

Pasien 1: (Raut wajah sedih) "Bu Dokter, apa Saya bakal meninggal karena penyakit
ini?"

Bu Mita: (Sedikit merasa kaget) "Ga usah khawatir ya Mbak, seluruh dokter
mengerahkan tenaganya biar semua pasien bisa sembuh."
Pasien 1: (Memelas) "Bantu Saya biar sembuh ya Dok, anak saya masih kecil banget,
untungnya dia negatif."
Bu Mita: (Tersenyum tipis) "Iya Mbak, Saya usahain yang terbaik ya."

Bu Mita berjalan ke arah pasien lain lalu memeriksanya.

Bu Mita: (Tersenyum ramah) "Malam Pak, gimana perasaannya? Udah merasa


membaik belum?"
Pasien 2: (Membalas tersenyum) "Sudah Bu. Saya pengen cepet-cepet sembuh,
kasihan anak Saya yang masih kuliah harus gantiin Saya narik." 
Bu Mita: (Menghela napas) "Kalau bisa jangan ya Pak, masih pandemi gini, nanti
justru anak Bapak jadi kena."
Pasien 2: "Kami mau di rumah Bu, tapi kalau tidak keluar, itu tandanya sama saja
kami tidak makan." 
Bu Mita: (Raut muka sedih) "Ya udah, bilangin anaknya jaga kesehatan ya Pak."
Pasien 2: (Mengangguk)

Babak 5

Setelah memeriksa semua pasien di ruangan itu, Bu Mita segera keluar menuju ruang
ganti. Dia harus segera mengganti APD-nya karena akan pergi ke ruang isolasi lain.

Bu Mita: (Mengganti APD dengan cepat)


Bu Nanda: "Mit, ketemu lagi kita. Kamu pulang ga Mit?"
Bu Mita: "Engga kayaknya Nan, lagian suamiku belum ke rumah mertua, mungkin aku
ke hotel hari ini, tidur di hotel."
Bu Nanda: (Memakai popok dewasa)
Bu Mita: (Melihatnya dengan heran) "Lho? Kamu kok pakai popok Nan?"
Bu Nanda: "Iya, biar ga perlu buka APD, aku baru kebagian, dari tadi pake jas hujan,
sayang APD-nya kebuang cuma karena mau pipis, Mit. Mahal."
Bu Mita: "Ohh, aku juga butuh kayaknya."

Bu Nanda: "Nih, aku punya banyak." (Menyodorkan satu popok)


Bu Mita: (Menerimanya) "Makasih ya Nan."
Bu Nanda: "Iya Mit, aku duluan ya!" (Pergi meninggalkan Bu Mita)

Babak 6

Di ruang isolasi yang baru dimasuki Bu Mita, dia menemukan banyak anak muda yang
tergolong PDP.

Pasien 3: (Menatap Bu Mita lekat-lekat) "Dok, Dokter ga pulang?"


Bu Mita: (Menggeleng) "Ga bisa, Saya takut menularkan penyakit ke anak Saya."
Pasien 3: "Memangnya Bu Dokter ga kangen keluarga?"
Bu Mita: "Saya rindu. Rindu sekali. Tapi apa boleh buat? Sudah kodratnya dokter."
Pasien 3: "Saya rindu orang tua Saya Dok, kadang-kadang saya video call."
Bu Mita: "Iya nanti Saya video call mereka, kalau udah ga di rumah sakit."

Bu Mita merasa bahwa pandemi ini bisa menjauhkan yang dekat dan mendekatkan
yang jauh. Namun yang terjadi padanya adalah sebaliknya, dia dijauhkan dengan anak
dan suaminya.

Resolusi:

Babak 7

Setelah dari ruang isolasi, Bu Mita terduduk di ruang ganti. Kepalanya tertunduk,
tangannya memeluk lutut.

Tini: (Menatap bingung ke Bu Mita) "Lho, Bu Dokter kenapa?"


Bu Mita: (Mendongak) "Ah, Tini ya. Saya kira siapa. Biarin Saya istirahat bentar ya
Tin, badan Saya lemas banget."
Tini: "Iya Bu, tapi Ibu kenapa? Matanya sembab begitu..."
Bu Mita: (Menggeleng sambil tersenyum kecil) "Bukan apa-apa kok Tin, Saya cuma
kangen sama keluarga Saya aja. Mereka lagi ngapain ya?"
Tini: (Ikut duduk beberapa meter di sebelah Bu Mita) "Saya juga kangen keluarga Bu,
udah berbulan-bulan belum ketemu keluarga. Harusnya bulan ini Saya ada jatah cuti
tiga hari, niatnya mau mudik terus ketemu Ibu sama Bapak Saya."
Bu Mita: (Menatap Tini) 
Tini: (Menghela napas panjang) "Tapi ga jadi Bu, karena disuruh tetap bertugas
selama masa pandemi ini."
Bu Mita: (Tersenyum kecil) "Iya Tin, Saya ikut sedih. Saya juga ga bisa pulang
ketemu anak Saya."
Tini: "Beda banget rasanya Bu. Waktu pandemi dan sebelum pandemi."
Bu Mita: "Apa bedanya Tin?"
Tini: "Dulu, sebelum pandemi virus ini, Saya bebas mau pulang kapan saja. Pulang ke
desa buat saya bahagia, membawa bahagia juga buat keluarga Saya di desa." (Berhenti
sebentar)
Bu Mita: "Terus kalau sekarang?"

Tini: "Sekarang kalau Saya pulang ke desa, Saya bawa kecemasan sama rasa bersalah
Saya. Takutnya Saya carrier terus Ibu sama Bapak Saya ketularan, padahal imun
mereka tidak sekuat imun Saya."
Bu Mita: (Mengangguk mengerti) "Iya sih Tin, Saya juga berat banget mau pulang.
Bahkan ya, pas masa pandemi begini, mau nelpon anak aja gak sempat."
Tini: "Jangankan nelpon Bu, mau makan aja susah."
Bu Mita: (Mengangguk setuju)

Babak 8

Setelah berjuang keras di rumah sakit, sekarang Bu Mita sudah berada di salah satu
kamar hotel yang dekat sekali dengan rumah sakit tempatnya bekerja.

Bu Mita: (Menelepon Pak Anand) 


Bu Mita: "Halo Pa?" (Melihat ke arah layar ponselnya)
Pak Anand: (Melambai ke arah layar ponselnya) "Dek lihat ini Mama!" (Ke Andi)
Bu Mita: (Tersenyum) "Halo Andi Sayang, gimana kabarnya?"
Andi: (Cemberut) "Ga baik!"
Bu Mita: (Melihat layar heran) "Ga baik kenapa Dek?"
Andi: (Memajukan bibirnya) "Ga tau! Andi ngambek sama Mama!" (Buang muka)
Pak Anand: (Ke Andi) "Dek, ga boleh gitu dong sama Mama, kan Mamanya kerja..."
(Mengusap kepala Andi)
Bu Mita: (Tersenyum tipis) "Iya, Mama kan kerja Sayang..."
Andi: (Dengan mata berkaca) "Di rumah Nenek ada Tante Luna sama Alin."
Bu Mita: (Ke Pak Anand) "Lho, Pa? Kalian udah ke rumah Ibuk?"
Pak Anand: "Iya, dua puluh menit lalu baru aja sampai."
Bu Mita: (Mengangguk) (Ke Andi) "Jadi kenapa kalau ada Tante Luna, Sayang?"
Andi: (Mulai menangis) "Alin disuapin sama Mamanya, sementara Andi disuapin
sama Papa."
Bu Mita: (Mengerutkan kening) "Lho, kan gapapa disuapin Papa, justru Andi bangga
dong, Papanya bisa jadi Mama sekaligus."
Pak Anand: (Ke Andi) "Emangnya Andi ga suka ya Papa suapin?"
Andi: (Sesegukan) "Suka, tapi, tapi Andi iri sama Alin."
(Bu Mita dan Pak Anand terdiam)
Andi: (Sesegukan) "Alin bisa meluk Mamanya, bisa dimandiin sama Mamanya. Andi
aja ga bisa tinggal sama Mama."
Bu Mita: (Menghela napas panjang) "Maafin Mama ya Dek."
Bu Mita: "Mama harus tetap kerja, banyak orang di luar sana butuh bantuan Mama."
(Mencoba menenangkan Andi)
Pak Anand: (Mengusap rambut Andi)
Andi: (Menatap Bu Mita marah) "Jadi menurut Mama, cuma mereka yang butuh
Mama? Menurut Mama, Andi ga butuh Mama ya?"

Bu Mita dan Pak Anand merasa kaget karena anak kecil mereka sudah pandai protes
dengan kalimat seperti itu.

Bu Mita: "Enggak Andi, bukan kayak gitu maksud Mama, tapi orang-orang di sini
lebih butuh Mama sekarang."
Pak Anand: (Menatap Andi lekat-lekat) "Andi kan udah gede, harusnya Andi udah
mengerti kondisi Mama sekarang. Andi kan udah kelas satu SD, masa mau dilihat
cengeng sama Mama?" (Mencoba menenangkan Andi)
Andi: (Mengusap air matanya) "Iya, Andi udah kelas satu SD"

Bu Mita: (Tersenyum lega) "Iya Dek, udah besar ya, Sayang..."


Andi: (Tersenyum tipis) "Maaf ya Mama karena Andi cengeng. Andi juga minta maaf
karena udah marah-marah sama Mama."

Bu Mita dan Pak Anand sama-sama tersenyum melihat Andi yang sudah mulai
mengerti keadaan.

Andi: (Tersenyum lebar) "Mama jaga kesehatan ya Ma! Hati-hati, awas kena tangkap
monster corona!"
Bu Mita: (Tertawa kecil) "Iya Sayang, Andi juga jaga kesehatan ya, jangan malas
makan!"
Pak Anand: "Papa ga disuruh jaga kesehatan?"
Bu Mita dan Andi: (Serentak) "Iya Papa, Papa juga jaga kesehatan yaa!"
Pak Anand, Bu Mita, dan Andi: (Tertawa bersama)

Epilog:

Banyak tenaga medis yang berjuang, bahkan meninggal di tengah jalan. Sebagian
karena kelelahan, sebagian lagi karena terinfeksi. Banyak mereka yang
mengorbankan waktu, dan rela tidak bertemu orang-orang terkasih demi membantu
orang-orang yang tak mereka kenal. Satu-satunya yang bisa kita lakukan untuk
membantu mereka adalah tetap di rumah dan menjaga kesehatan. Semoga
pandemi corona segera selesai dan tidak memakan banyak korban jiwa lagi.

Selesai.

Identifikasi Kaidah Kebahasaan


Konjungsi Kronologis:
- Pak Anand memasuki kamar lalu melihat ke arah istrinya.
- Pak Anand: (Menggendong Andi lalu berbincang kecil dengannya)

- Bu Mita menyalim tangan Pak Anand lalu berjalan memasuki mobil Daniel.
- Andi: (Melambai ke Daniel lalu mengangguk)

- Jendela tertutup, lalu mobil Daniel melintas meninggalkan Perumahan.


- Bu Mita berjalan ke arah pasien lain lalu memeriksanya.
- Setelah memeriksa semua pasien di ruangan itu, Bu Mita segera keluar menuju
ruang ganti.
- Setelah dari ruang isolasi, Bu Mita terduduk di ruang ganti.
- Tini: "Dulu, sebelum pandemi virus ini, Saya bebas mau pulang kapan saja.
Pulang ke desa buat saya bahagia, membawa bahagia juga buat keluarga Saya di
desa." (Berhenti sebentar)

- Setelah berjuang keras di rumah sakit, sekarang Bu Mita sudah berada di salah
satu kamar hotel yang dekat sekali dengan rumah sakit tempatnya bekerja.

Kata Kerja yang Menunjukkan Peristiwa yang Terjadi:

- Berita tentang virus Covid-19 sudah merajai seluruh negara, begitupun


Indonesia.
- Perang melawan virus dari Negeri China ini membuat mereka benar-benar
dijauhkan dengan orang-orang terkasih.

- Bu Mita sedang membereskan pakaian-pakaiannya, kegiatannya itu menarik


perhatian putra sulungnya.
- Pak Anand memasuki kamar lalu melihat ke arah istrinya.
- Bu Mita mengambil koper yang sudah terisi penuh dengan barangnya.

- Bu Mita dan Tini pun berjalan keluar dari ruang ganti.


- Di lobi Rumah Sakit, Bu Mita berjumpa dengan beberapa petugas kesehatan
yang memakai jas hujan.
- Dll.
Kata Kerja yang Menyatakan Sesuatu yang dipikirkan atau
dirasakan Oleh Tokoh:
- Bu Mita merasa bahwa pandemi ini bisa menjauhkan yang dekat dan
mendekatkan yang jauh.

- Bu Mita dan Pak Anand merasa kaget karena anak kecil mereka sudah pandai
protes dengan kalimat seperti itu.
Kata sifat yang menggambarkan Tokoh, Tempat, atau Suasana:
- Di ruang isolasi yang baru dimasuki Bu Mita, dia menemukan banyak anak
muda yang tergolong PDP.

Anda mungkin juga menyukai