Anda di halaman 1dari 14

MAKNA PUISI DALAM RANAH SENI DAN BUDAYA

(Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Musikalisasi Puisi)

Dosen Pengampu:
Dr. H. Fadlil Yani Ainusyamsi. M.A.

Disusun Oleh:

1. Dewi Kumala Tumanggor (1175020037)


2. Rosalita (1175020137)

BSA 7-A
Kelompok 1

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN AJARAN 2020-2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Salawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya,
sahabatnya, dan para tabiin tabiatnya dan kepada umat-umatnya.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah musikalisasi puisi,
yang berjudul ‘Makna Puisi dalam Ranah Seni dan Budaya. Adapun tujuan lainnya agar
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Fadlil Yani Ainusyamsi. M.A.,
selaku dosen pengampu mata kuliah Semantik yang telah memberikan bimbingan serta
kepada rekan-rekan yang telah memberikan bimbingan dan memberikan motivsasi yang
sangat berharga dalam menyelesaikan makalah ini.
Upaya maksimal penulis telah lakukan dalam menyelesaikan penulisan makalah ini,
namun penulis menyadari makalah ini masih perlu adanya perbaikan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, untuk penulisan
selanjutnya.

Bandung, 14 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Pendahuluan .................................................................................................................... 1
B. Rumusan Penulisan ......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Pengertian Puisi .............................................................................................................. 3
B. Makna Puisi dalam Ranah Seni ...................................................................................... 3
C. Makna Puisi dalam Ranah Budaya ................................................................................. 4
D. Contoh Analisis Makna Seni dan Budaya dalam Puisi ................................................... 5
BAB III SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 10
A. Simpulan ....................................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Banyak cara yang dapat dilakukan manusia dalam mencurahkan batin serta
pikirannya. Salah satunya adalah melalui karya sastra. Karya sastra itu sendiri merupakan
suatu ciptaan atau kreasi seseorang yang dapat mengungkapkan pemikiran, gagasan,
pengalaman, bahkan keyakinannya, dengan menggunakan bahasa sebagai medium
utamanya.
Bebicara tentang sastra maka tidak akan lepas dengan karya sastra, karena pada
hakikatnya sastra adalah hasil karya yang diciptakan baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan. Istilah ”sastra” paling tepat diterapkan pada seni sastra yaitu sastra sebagai karya
imajinatif. Istilah lain sastra yaitu “fiksi” (fiction) dan “puisi” (poetry), sedangkan sastra
imajinatif (imaginative literature) dan belles letters (tulisan yang indah dan sopan) berasal
dari bahasa Perancis yang menyerupai pengertian etimologis.
Puisi, menurut Abrams sebenarnya bukan merupakan karya yang sederhana,
melainkan organisme yang sangat kompleks. Puisi diciptakan dengan berbagai unsur
bahasa dan estetika yang saling melengkapi, sehingga puisi terbentuk dari berbagai
makna yang saling bertautan. Dengan demikian, pada hakekatnya puisi merupakan
gagasan yang dibentuk dengan susunan, penegasan dan gambaran semua materi dan
bagian-bagian yang menjadi komponennya dan merupakan kesatuan yang indah.
Selanjutnya, dalam pembentukan sebuah karya sastra puisi, banyak sekali unsur-unsur
yang mempengaruhinya, yaitu seperti unsur ekstrinsik dan intrinsik, dengan unsur inilah,
penyair bisa mengembangkan kata-kata yang indah dan bermakna dan kemudian disusun
menjadi puisi.
Puisi yang bagus tentunya mengandung nilai estetika seni yang tinggi yang
didapatkan dari bagaimana cara penulis memasukkan idenya ke dalam puisi tersebut,
kemudian juga nilai budaya akan memengaruhi pula bagaiamana hasil dari puisi sehingga
kebanyakan puisi yang ditulis oleh beberapa penyair memiliki nilai makna seni dan
budaya yang berbeda.

1
Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis akan menguraikan tentang makna puisi
dalam ranah seni dan budaya dengan menggunakan objek puisi yang berjudul “Do’a”
karya Khairil Anwar.
B. Rumusan Penulisan
Adapun rumusan penulisan pada makalah kali ini, yaitu:
1. Bagaimana makna puisi dalam ranah seni dan budaya?
2. Bagaimana penerapan analisis makna puisi dalam ranah seni dan budaya?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pada makalah kali ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui makna puisi dalam ranah seni dan budaya?
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan analisis makna puisi dalam ranah seni dan
budaya?

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan makalah kali ini, yaitu:
1. Manfaat teoretis berkaitan dengan pengembangan kajian ilmu pengetahuan yang
relevan dengan topik penelitian ini yaitu tentang makna puisi.
2. Manfaat praktis pada penelitian ini berhubungan dengan kontribusi hasil penelitian
terhadap kemaslahatan masyarakat dan atau institusi yang diteliti, yaitu memberikan
kontribusi dalam memberikan salah satu contoh penerapan makna puisi dalam ranah
seni dan budaya.

2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Puisi
Puisi merupakan suatu bentuk karya sastra hasil ungkapan dan perasaan penyair
untuk menyampaikan pesan melalui diksi dan melalui pola tulis. . Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan bahwa pengertian Puisi adalah Ragam sastra yang
bahasa terikat oleh irama, mantra, ritma serta penyusunan larik dan bait.
Adapun pengertian puisi secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani
poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’ dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau
poetry. Diartikan ‘membuat’ atau ‘pembuatan’ karena lewat puisi pada dasarnya
seseorang telah membuat dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran
suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah (Aminuddin, 2004) ( Maman
suryana 2013 : 16).
Puisi merupakan kesatuan yang utuh dan bulat. Untuk mengetahui keterjalinan
antarunsur puisi serta mendapatkan makna yang menyeluruh, maka dialakukan analisis
struktural semiotik. Menurut Pradopo (2008) analisis strukturalisme ini penting dalam
upaya mendapatkan makna secara keseluruhan mengingat bahwa unsur-unsur dalam puisi
saling berhubungan secara erat, saling menentukan artinya.
Menurut Teeuw (1988) strukturalisme murni mempunyai beberapa kelemahan. Di
antara kelemahannya yaitu, melepaskan karya sastra dari rangka sejarah sastra,
mengasingkan karya sastra dari rangka sosial budaya, dan mengabaikan peranan pembaca
sebagai pemberi makna dalam interpretasi karya sastra. Mengingat hal itu, penelitian
strukturalisme ini dikuti dengan teori lain, yaitu semiotik (tanda). ( Enny Hadajati 2018 :
187).

B. Makna Puisi dalam Ranah Seni


Puisi adalah karya seni. Ia adalah karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti,
bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna (Pradopo, 1995: 3). Sesuatu yang
mempunyai makna, tentu mempunyai fungsi pula. Horace mengatakan bahwa puisi itu
indah dan berguna (dulce et utile). Indah dalam arti ia puitis, bisa membuat pembaca
terharu, sedih, semangat, atau bahagia. Berguna dalam arti ia memberikan pencerahan.

3
Puisi adalah karya sastra seseorang dalam menyampaikan pesan melalui diksi dan
pola tertulis. Puisi termasuk ke dalam bentuk seni karya sastra. Beragam ekspresi dapat
diungkapkan melalui puisi. Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan awal
bahwasannya puisi dapat bernilai estetika bila memiliki makna yang disampaikan melalui
diksi yang indah dimana didalamnya terdapat penggunaan majas-majas.
Berikut merupakan struktur pembentuk puisi yang membuat puisi memiliki makna
estetika/seni.
1. Diksi adalah pemilihan kata oleh seorang penyair untuk mendapatkan efek yang
sesuai dengan keinginannnya. Pemilihan diksi pada puisi sangat berpengaruh dengan
makna yang ingin disampaikan penyair.
2. Tipografi Adalah bentuk format suatu puisi, seperti pengaturan baris, batas tepi
kertas kanan, kiri, atas, bawah, jenis huruf yang digunakan. Unsur ini berpengaruh
pada pemaknaan dari isi puisi itu sendiri.
3. Majas adalah pemakaian bahasa dengan cara melukiskan sesuatu dengan konotasi
khusus sehingga arti sebuah kata bisa mempunyai banyak makna.
4. Kata Konkret adalah susunan kata yang memungkinkan terjadinya imaji. Kata
konkret seperti permata senja menggambarkan pantai, atau tempat yang sesuai dengan
datangnya senja.
5. Imaji atau Citraan adalah pemberi gambaran kepada para pendengar/pembaca agar
seolah-olah dapat melihat, mendengar, merasakan atau mengalami hal-hal yang
terkandung dalam puisi. Citraan mempunyai 6 macam, diantaranya citraan
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, perabaan dan pergerakan.
6. Rima atau Irama Adalah persamaan bunyi dalam penyampaian puisi dari awal
hingga akhir puisi.
Sesungguhnya puisi yang dibuat oleh penulis biasa maupun penyair sudah pasti
disebut karya seni sastra karena disana puisi dibuat dengan penyampaian hasrat dan
ekspresi pembaca yang dituangkan dalam kata-kata dengan pemilihan diksi yang indah.

C. Makna Puisi dalam Ranah Budaya


Bila dikaitkan, pada dasar unsur ekstrinsik puisi adalah sebagai bagian dari
pembentuk nilai makna budaya pada puisi, karena sebagai pembangun puisi, latar
belakang dari penulis, kesejarahan ketika penulis menulis puisi, juga kondisi
kemasyarakatan pun ikut andil dalam proses pembentukan puisi. Adapun tiga hal tersebut
dirangkum sebagai berikut:

4
1. Biografi
Unsur biografi berkaitan dengan latar belakang atau riwayat hidup dari seorang
penyair. Antar penyair pasti memiliki biografi atau latar belakang yang berbeda
sehingga akan mempengaruhi karya puisi yang diciptakan.
2. Kesejarahan
Unsur ekstrinsik lainnya yaitu unsur kesejarahan atau historis berkaitan dengan
cerita balik masa lalu.
3. Kemasyarakatan
Unsur kemasyarakatan artinya kondisi sosial (kemasyarakatan) dimana penyair
dalam menciptakan puisi. Unsur kemasyarakatan dapat berupa keadaan lingkungan
sekitar hingga situasi politik di suatu negara.
Untuk mencari nilai budaya yang terkandung dalam puisi, penulis juga
menggunakan teori kebudayaan menurut Koentjaraningrat. Adapun unsur kebudayaan
menurut Koenjaraningrat meliputi 7 unsur. Unsur-unsur tersebut meliputi sistem
religi, sitem pengetahuan, sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia, sistem
mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, sistem organisasi
kemasyarakatan, bahasa, dan terakhir yang menjadi unsur kebudayaan menurut
Koentjaraningrat yaitu kesenian. Tujuh unsur ini merupakan 7 unsur budaya yang
universal yang telah membingkai seluruh unsur kebudayaan yang ada

D. Contoh Analisis Makna Seni dan Budaya dalam Puisi


Puisi “Doa” karya Chairil Anwar
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku

5
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Analisis puisi
1. Diksi
Pada puisi Doa karya Chairil Anwar diceritakan bahwa penyair tengah
mengalami krisis iman, sehingga diksi yang digunakan oleh penyair adalah diksi
yang menggambarkan perasaan yang ragu, bimbang, dan lemah. Pada puisi
tersebut terdapat beberapa diksi seperti “Penuh seluruh” memang dua kata
tersebut mempunyai makna yang sama namun penulis menuliskannya sedemikian
rupa untuk menyatakan bahwa Tuhan ada dan berada dimana-mana.
Kemudian ada pula kata “Lilin”. Dari kondisi penulis yang krisis iman
penulis memunculkan kata lilin. Lalu menyandingkannya dengan kalimat “Kerlip
lilin di kelam sunyi”. Pada kutipan tersebut kata lilin berarti penerangan dan
dalam kehidupan kita bisa diartikan sebagai petunjuk.
Lalu pada larik ke-9 terdapat kata “Hilang bentuk”. Kata hilang bentuk
menggambarkan bahwa penulis tengah mengalami keadaan yang luar bisa, tidak
seperti kondisi pada umumnya. Penulis telah hancur atau sudah terjerumus terlalu
dalam pada kesesatan yang akhirnya mengakibatkan dirinya hancur.
2. Kata Konkret
Di dalam puisi tersebut terdapat beberapa kata konkret meliputi, “Tinggal
kerlip lilin di kelam sunyi.” Kata lilin yang disandingkan dengan kata tinggal
kerlip menggambarkan petunjuk dalam kehidupan yang hanya tinggal secercah
dalam kesesatan. Kesesatan disini digambarkan dengan kalimat kelam sunyi.
Lalu pada kutipan puisi “Di pintu-Mu aku mengetuk”. Kata pintu disini
menggambarkan jalan. Lalu diiringi dengan kata aku mengetuk menggambarkan
keadaan yang ingin kembali. Jadi pada kutipan tersebut dimaksudkan bahwa
penulis sadar dengan krisis iman yang tengah ia alami dan ia ingin kembali ke
jalan-Nya (jalan yang benar).
3. Imaji
Penyair mengajak pembaca untuk membayangkan dirinya sendiri yang
mengalami luntur iman, kemudian meyakini bahwa tidak ada jalan lain baginya

6
kecuali kembali ke jalan Tuhan. Terdapat imaji cita rasa yang membuat pembaca
seakan ikut mengelus dada, dan menyadari dosa-dosanya. Kemudian pembaca
merasa yakin bahwa hanya dengan mengikuti jalan Tuhanlah akan selamat.
Imaji penglihatan terdapat pada kata “tinggal kerdip lilin di kelam sunyi”
dengan pengkajian tersebut penyair mengajak pembaca melihat seberkas cahaya
kecil walau hanya sebuah perumpamaan. Pembaca diajak seolah-plah mendengar
ucapan tokoh aku dalam menyebut nama Tuhan “aku masih menyebut
namaMu”. Penyair menyampaikan kepada pembaca nikmatnya sinar suci Tuhan
sehingga pembaca seolah merasakannya “cahaya-mu panas suci.”
Dalam puisi “Doa” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan
imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Pada bait 1 penyair
memanfaatkan citraan visual dengan memanfaatkan bahasa kias berupa majas
metafora untuk melukiskan kedekatan antara penyair dengan Tuhan, sehingga
timbul keakraban, kekhusukan ketika merenung menyebut nama Tuhannya.
Penyair juga menggunakan citraan visual untuk melukiskan sesuatu secara
berlebihan. Hiperbola dimanfaatkan untuk menyangatkan arti guna menciptakan
efek makna khusus. Yaitu melukiskan kedekatan antara penyair dengan
Tuhannya. Yang dilukiskan pada baris ketiga, disini penyair melebih-lebihkan
kedekatannya, ketulusan, dan kepasrahannya kepada Tuhan “Tinggal kerlip lilin
di kelam sunyi”. Disini kedekatan antara penyair dan Tuhan, didalam sebuah
kesunyian ketika merenung berdoa, hanya cahaya lilin yang redup dalam
kesunyian malam.
“Mengingat Kau penuh seluruh / Caya-Mu panas suci / Tinggal kerlip lilin
di kelam sunyi” menggunakan citraan visual memanfaatkan majas hiperbola pada
baris kedua “Aku hilang bentuk remuk” yaitu melukiskan sesuatu yang berlebihan
sehingga menimbulkan efek makna khusus. Disini dalam keheningan malam,
berdoa menyebut nama Tuhannya dengan sepenuh hati hingga badannya bagaikan
hilang dan remuk, rela badanya remuk tak tersisa demi Tuhannya.
“Tuhanku / Aku hilang bentuk / Remuk” pada kutipan ini menggunakan
pencitraan visual yang melukiskan kedekatan antara penyair dengan Tuhannya.
“Tuhanku / Di Pintu-Mu aku mengetuk / Aku tidak bisa berpaling”.
Pemanfaatan pencitraan dalam puisi tersebut mampu menghidupkan imaji
pembaca dalam merasakan apa yang diasakan oleh penyair, dengan menghayati
pengalaman religi penyair.

7
3. Tipografi
Penulis menggunakan huruf kapital di setiap awal larik. Penulisan huruf
kapital di setiap awal larik menggambarkan sesuatu yang tegas. Maksudnya,
penulis mengungkapkan dengan tegas dan terang-terangan bahwa ia mengalami
krisis iman.
Ada bait yang menjorok ada yang tidak. Menggambarkan keadaan penulis
yang kacau dan tidak teratur saat dirinya mengalami krisis iman.
Pada puisi Doa tidak digunakan tanda baca titik (.). Hal ini menggambarkan
bahwa masalah krisis iman yang dialami tokoh terus berlanjut dan berhubungan
antara satu dan lainnya sehingga tidak diberikan tanda baca titik untuk
memperjelas bahwa masalah yang tengah dialami tokoh bersifat kronologis dan
sebab akibat yang tidak dapat dipisahkan.
4. Susunan Rima
Pada bait I susunan rima ( u-u-u-u-u-i-i). Merupakan rima acak. Didominasi
oleh vokal u yang merupakan vokal berat. Hal itu menggambarkan bahwa masalah
krisis iman yang dialami penulis merupakan masalah yang berat.
Pada bait II susunan rima (u-u-u-u-i-u-i). Merupakan rima acak. Didominasi
oleh vokal u yang merupakan vokal berat. Hal itu menggambarkan bahwa masalah
krisis iman yang dialami penulis merupakan masalah yang berat.
5. Majas
“Aku mengembara di negeri asing” merupakan majas metafora,
membandingkan sesuatu tanpa menggunakan perbandingan. Membandingkan
keseriusannya dan kekhusukannya dalam berdoa, dengan pengembaraannya ke
negeri asing. Majas hiperbola juga dimanfaatkanuntuk melukiskan sesuatu secara
berlebihan. Dalam hal ini hiperbola menyatakan kedekatannya antara penyair
dengan Tuhan, rela mengembara ke sebuah negeri asing yang sangat jauh demi
mendekatkan diri pada Tuhannya yang dilukiskan dengan “Aku mengembara di
negeri asing”. Disini keseriusan dalam berdoa diibaratkan mengembara ke negeri
asing. Dimanapun berada tetap ingat dan patuh dengan menyebut nama Tuhannya,
karena kita hidup hanyalah sebagai sebuah pengembaraan.
7. Sistem religius
Dalam puisi Doa karya Chairil Anwar memiliki pesan religius yang cukup
kental dan liriknya juga sangat jelas menjelaskan hal tersebut, dimana makna
didalamnya memberikan pesan siritual kepada mahluk Tuhan. Yaitu seperti yang

8
terdapat pada kalimat “ Tuhanku, Aku hilang bentuk/ remuk”. Kemudian dalam
kalimat “Tuhanku dipintumu dalam mengetuk / Aku tidak bisa berpaling”.
Adapun maksud yang ingin disampaikan oleh penyair adalah bahwasanya penyair
ingin mengutarakan tidak ada solusi lain didalam kehidupan ini selain
mengembalikan segala macam permasalahan kehidupan kepada sang pemilik
kehidupan itu sendiri.
Selain itu penyair juga ingin menyampaikan bahwa manusia kerap kali
lemah dalam menjalani permasalahan dalam kehidupan, sehingga menyebabkann
manusia itu seringkali gagal menjalani hidup dalam keadaan bahagia.
Pada kalimat “ Tuhanku, Aku hilang bentuk/ remuk”dan dalam kalimat
“Tuhanku dipintumu dalam mengetuk / Aku tidak bisa berpaling” sangat jelas dan
mudah dipahami tanpa harus membutuhkan analisa yang rumit atau menggunakan
majas majas tertentu.

9
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Makna seni dalam puisi yaitu ketika puisi itu digunakan sebagai makna
pengungkapan ekspresi atau perasaan bagi pengarangnya dengan menggunakan diksi,
tipografi, pemilihan majas, imaji, rima atau irama, yang membuat orang lain
merasakan perasaan terharu, sedih, semangat, atau bahagia.
Makna kebudayaan dalam puisi yaitu bisa dikaitkan dengan unsur ekstrinsik, dimana
puisi tersebut ditulis oleh pengarang sesuai dengan latar belakang biografi maupun
kebudayaannya, sehingga memiliki ciri khasnya tersendiri.
2. Dari hasil analisis yang dilakukan penulis terhadap puisi Doa karya Chairil Anwar,
penulis menemukan dalam puisi terdapat hubungan antara puisi dengan seni dan puisi
dengan kebudayaan.

B. Saran
Makalah ini disusun dengan kekurangan referensi karena setelah dicari di berbagai
platform sangat sulit menemukan buku, jurnal, ataupun link internet yang memuat tentang
makna puisi di ranah seni dan budaya, sehingga membuat penulis menyambungkan
bagaimana unsur intrinsik maupun ekstrinsik sebagai salah satu unsur pendukung yang
membuat makna seni dan kebudayaan. Oleh karena itu, pembaca sangat disarankan untuk
mengkritisi apabila ada kekeliruan dalam isi makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinarbaru Algesindo Offset.

Anonim. 2020. Puisi adalah (Pengertian, Unsur, Jenis, dan Contohnya, Lengkap). Diakses
dalam (https://saintif.com/puisi-adalah/) pada tanggal 14 Oktober 2020.

Enny Hidajati. 2018. Mengungkapkan Makna Kecintaan Tanah Air dan Budaya Lewat Puisi
Terkenang Topeng Cirebon Karya Ajid Rosidi. Universitas Bina Darma.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2018.

Pradopo, Rochmat Djoko. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: UGM Press

Teeu, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:Pustaka Jaya

11

Anda mungkin juga menyukai