Makalah
Makalah
Disusun oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai banyak konflik
diinternal para pencetusnya, hingga sekarangpun di era reformasi dan
globalisasiPancasila masih hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan
berpendidikan terutama kalangan Politik dan mahasiswa. Kebanyakan dari para pihak
yang memperbincangkan masalah Pancasila adalah mengenai awal dicetuskannya
Pancasila tentang sila pertama.
Makalah ini dibuat sebagai catatan perjalanan Pancasila dari jaman ke jaman,
agar kita senantiasa tidak melupakan sejarah pembentukan Pancasila sebagai
dasarNegara, dan juga dapat digunakan untuk menjadi penengah bagi pihak yang
sedangberbeda pendapat tentang dasar Negara supaya kedepan kita tetap seperti
semboyankita yaitu “Bhineka Tunggal Ika”. Terutama hal tersebut dalam penerapannya
dalam kehidupan kita. Termasuk dilingkungan kampus.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Setelah penulis mencoba memahami akan latar belakang serta rumusan masalah
diatas, maka tujuan kepenulisan ini adalah:
1. serta mengenali betul peran dan cara mengaktualisasikan pancasila sendiri dalam
kehidupan, terutama dalam lingkungan kampus.
D. Manfaat Penulisan
Setelah penulis mencoba memahami makna dari pancasila sebagai dasar Negara,
maka penulispun tersadar akan pentingnya nilai pancasila tersebut untuk diaktualisasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dalam lingkungan kampus yang memang
kebetulan terdiri dari berbagai macam suku, adat serta agama.
Karena dasar pemikiran tersebutlah, maka sangat layak dan pantas makna, peran
pancasila kembali ditulis guna untuk kembali dibaca sebagai salah satu bahan penyadaran
diri setiap individu agar kembali mengintropeksi dirinya untuk berprilaku sesuai dengan
makna pancasila.
PEMBAHASAN
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan
UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang
menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan
dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.
Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan
No.XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR
No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sumber dari tertib hukum di Indonesia.
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara
(philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat
Indonesia yang merdeka.
Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak untuk bersatu
(le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa
Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.
Maka pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman
dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan. Penetapan
Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan (indifferentism), tetapi
merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam
seloka “Bhinneka Tunggal Ika”.
Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: “Jika kita hendak
mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat
Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran Negara (Staatside)
integralistik … Negara tidak mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar dalam
masyarakat, juga tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan
mengatasi segala golongan dan segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan
rakyatnya …”
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara
Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk
kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai
hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: “Negara Pancasila adalah suatu negara yang
didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan
yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin,
memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat
dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat diantitesiskan satu sama lain.
Secara tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959, Prof. Notonagoro melukiskan sifat
hirarkis-piramidal Pancasila dengan menempatkan sila “Ketuhanan Yang Mahaesa” sebagai
basis bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai
oleh sila “Ketuhanan Yang Mahaesa”. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan: “Tiap-tiap
orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah sesuatu yang
perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya hanyalah akibat saja dari
sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.”
1. Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-
Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-
Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang
adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, yang ber-Ketuha nan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan
beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang
ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.
B. Aktualisasi Pancasila
Sebelum kita masuk pada pokok bahasan kita perlu tau lebih dulu apa makna
sebenarnya dari aktualisasi tersebut. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, aktualisasi
diambil dari kata actual yaitu “betul – betul ada (terlaksana)”. Jadi aktualisasi Pancasila
adalah mengaplikasikan atau mewujudkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia mengandung konsekuensi setiap
aspek dalam penyelenggaraan negara dan sikap dan tingkah laku bangsa Indonesia dalam
bermasyarakat dan bernegara harus berdasar pada nilai – nilai Pancasila. Hakikat Pancasila
adalah bersifat universal, tetap dan tidak berubah. Nilai – nilai tersebut perlu dijabarkan
dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan negara dan dalam wujud norma – norma baik
norma hukum, kenegaraan, maupun norma – norma moral yang harus dilaksanakan oleh
setiap warga negara Indonesia.
Permasalah pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah bagaimana wujud realisasinya
itu, yaitu bagaimanna nilai – nilai pancasila yang universal itu dijabarkan dalam bentuk –
bentuk norma yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah – laku semua warga negara dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam kaitannya dengan segala aspek
penyelenggaraan negara.
Berdasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia bahwa setiap manusia adalah sebagai
individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Kesepakatan kita sebagai suatu kesepakatan
yang luhur untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila
mengandung konsekuensi bahwa kita harus merealisasikan Pancasila itu dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara dan tingkah – laku dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Bagi bangsa Indonesia merealisasikan Pancasila adalah merupakan suatu keharusan moral
maupun yuridis.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi Pancasila
obyektif dan subyektif :
1. Pendidikan tinggi
2. Penelitian
Jadi, di Perguruan Tinggi atau yang biasa disebut dengan kampus, tidak hanya
mengajar akan tetapi mendidik. Dimana dengan didikan tersebut mahasiswa akan lebih
didampingi baik secara intelektual dan emosional. Contoh umumnya adalah bagaimana
cara mahasiswa bergaul dalam sehari-hari mereka dengan berpedoman pada pancasila.
C. Budaya Akademik
Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memiliki cirri khas
tersendiri disamping lapisan-lapisan masyarakat lainnya. Warga dari suatu perguruan tinggi
adalah insane-insan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah. Oleh karena itu
masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan
esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi. Terdapat sejumlah cirri masyarakat ilmiah
sebagai budaya akademik. Yaitu, 1. kritis 2. kreatif 3. objektif 4. analitis 5. konstruktif 6.
dinamis 7. dialogis 8. menerima kritik 9. menghargai prestasi ilmiah/akademik 10. bebas
dari prasangka 11. menghargai waktu 12. memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah 13.
berorientasi ke masadepan 14. kesejawatan/kemitraan (PPMB 1990 II-2). Masyarakat ilmiah
inilah yang harus dikembangkan dan merupakan budaya dari suatu masyarakat akademik.
Dalam penegakan hak asasi manusia tersebur, mahasiswa sebagai kekuatan moral
harus bersikap obyektif, dan benar-benar berdasarkan kepentingan moral demi harkat dan
martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan kekuasaan politik
dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan negara Indonesia. Perlu
kita sadari bahwa dalam penegakan hak asasi tersebut, pelanggaran hak asasi dapat
dilakukan oleh seseorang, kelompok orang termasuk aparat negara, penguasa negara baik
disengaja ataupun tidak disengaja (UU. No. 39 Tahun 1999).
Dasawarsa ini, kita melihat dalam menegakkan hak asasi seringkali kurang adi.
Misalnya kasus pelanggaran di Timur-timur, banyak kekuatan yang mendesak untuk
mengusut dan mernyeret bangsa sendiri ke Mahkamah Internasional. Namun, ratusan ribu
rakyat kita. Seperti korban kerusuhan Sambas, Sampit, Poso dan lainnya tidak ada kelompok
yang mau memperjuangkannya. Padahal hak asasi mereka sudah diinjak-injak, jelaslah
kejadian serta menderitanya mereka sama. Akan tetapi tetap tidak ada yang mau menolong.
Jadi, marilah kita sebagai mahasiswa pencetus terjadinya reformasi, mari kita tujukan
pada dunia bahwa kita mampu dalam merealisasikan semua cita-cita dan tujuan dasar dari
reformasi. Akan tetapi disamping itu, perlu kita sadari juga bahwasanya kita merupakan
mahasiswa sebagai tonggak dari penjunjung tinggi hak asasi manusi masihlah belum
maksimal kinerjanya untuk hal yang disebutkan diatas. Maka, dari detik ini. Kita sebagai
generasi bangsa haruslah benar-benar menanamkan nilai-nilai pancasila dalam setiap prilaku
kita. Dimanapun, dan pada siapapun.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila sebagai aktualisasi diri yang berarti betul-betul ada, terjadi atau
sesungguhnya. Sehingga terbentuklah aktualisasi objektif dan subjektif. Aktualisasi
Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk realisasi dalam setiap
aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif, yudikatif maupun
semua bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah
pelaksanaan dalam sikap pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap
penduduk, setiap penguasa, dan setiap orang Indonesia.
Sebelum kita terlampau melangkah jauh, menyisakan jejak yang tidak pantas bagi
seorang mahasiswa. Marilah kita kembali pahami arti dari keberadaan pancasila itu
sendiri. Serta kita harus sadar diri, bahwa kitalah yang akan memegang Negara kita ini.
Maka dari itu, mulai saat ini, biasakanlah berprilaku, bertindak bahkan menganbil
keputusan dengan jiwa pancasila kita. Karena dengan itulah, akan terwujud bangsa yang
makmur serta tujuan Negara akan mudah dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Wibisono Siswomihardjo Koento, 1985, Ilmu Filsafat dan Aktualisasinya dalam
pembangunan Nasional, Yogyakarta.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Untuk Kelas 2 SMU.
http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebagai-Sumber-Nilai-Dan-Paradigma-
Pembangunan
http://www.anakkendari.co.cc/2009/01/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan/
html http://master-exselen.blogspot.com/2012/12/aktualisasi-pancasila-dalamkehidupan