Anda di halaman 1dari 71

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SUMATERA UTARA


TRIWULAN IV 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

VISI DAN MISI

Visi Bank Indonesia:


“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan
nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang
stabil”

Misi Bank Indonesia:


1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan
moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi
terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan
memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung
tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola
(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai-nilai Strategis:
Trust and Integrity- Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and
Teamwork

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara:


“Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan
kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional”

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara:


Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas
sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran
untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang
inklusif dan berkesinambungan.

VISI DAN MISI


i
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

KATA PENGANTAR

Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin
triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Edisi
periode ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan IV 2015 yang tercermin dari perkembangan
makroekonomi regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, stabilitas sistem keuangan, keuangan
daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, prospek ekonomi Sumatera Utara ke depan, serta rekomendasi
kepada instansi terkait. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data
statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data realisasi investasi dari Badan Penanaman
Modal dan Promosi Sumatera Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah
Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera Utara, dan data dari instansi/lembaga
terkait lainnya serta informasi dari para pelaku ekonomi utama di Sumatera Utara.

Perekonomian Sumatera Utara triwulan IV 2015 membaik dari 5,1% (yoy) pada triwulan lalu menjadi
5,3% (yoy) yang ditopang oleh membaiknya konsumsi non profit dan ekspor. Peningkatan perekonomian
Sumatera Utara didukung oleh membaiknya kinerja konsumsi lembaga non profit dan ekspor dari sisi
penggunaan, serta akselerasi kinerja kategori Industri Pengolahan danpertanian dari sisi penawaran. Secara
keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara melambat dari 5,2% (yoy) menjadi 5,1% (yoy). Perbaikan
perekonomian ini disertai dengan capaian inflasi yang terjangkar pada sasarannya, yaitu 3,2% (yoy).

Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I 2016 diperkirakan akan membaik terutama ditopang
oleh kuatnya permintaan domestik sementara sisi eksternal masih mengalami penyesuaian akibat
berlanjutnya penyesuaian harga serta permintaan yang masih cenderung stagnan. Dari sisi penawaran,
perbaikan perekonomian diharapkan ditopang oleh meningkatnya kinerja kategori pertanian, konstruksi dan
PBE, sementara kategori Industri Pengolahan diperkirakan stabil. Seiring dengan membaiknya permintaan,
tekanan inflasi diperkirakan meningkat. Peningkatan tekanan inflasi diperkirakan terjadi pada kelompok
Volatile Foods dan inflasi inti sementara tekanan Administered Prices justru diperkirakan menurun.

Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh
pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari
bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus
disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak
yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan
berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Februari 2016


KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SUMATERA UTARA

Difi A. Johansyah
Direktur Eksekutif

KATA PENGANTAR
ii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR ISI

VISI DAN MISI ............................................................................................................................... I


KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... II
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. III
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................................... V
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... VII
TABEL INDIKATOR ..................................................................................................................... VIII
RINGKASAN UMUM .................................................................................................................... IX
BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL .......................................................................................... 1
1.1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM ......................................................... 2
1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN ............................................................................... 3
1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA/KATEGORI .......................................................... 9
BAB 2 INFLASI ......................................................................................................................... 15
2.1 KONDISI UMUM .................................................................................................................... 16
2.2 DISAGREGASI INFLASI ............................................................................................................. 17
2.3 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA......................................................................... 18
2.3.1 KELOMPOK BAHAN MAKANAN............................................................................................................ 18
2.3.2 KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU ......................................................... 19
2.3.3 KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR .......................................................... 19
2.3.4 KELOMPOK SANDANG .................................................................................................................... 20
2.3.5 KELOMPOK KESEHATAN .................................................................................................................. 20
2.3.6 KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA .......................................................................... 20
2.3.7 KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN ........................................................... 20
2.4 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI ................................................................................................. 20
BAB 3 PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ..................... 25
3.1 RINGKASAN UMUM ............................................................................................................... 26
3.2 ANALISIS PERBANKAN DAERAH ................................................................................................. 26
3.3 KETAHANAN SEKTOR KORPORASI DAN UMKM............................................................................. 28
3.4 KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA ....................................................................................... 29
3.5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ...................................................................................... 30
3.5.1 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI ...................................................................................................... 30
3.5.2 KINERJA SISTEM PEMBAYARAN TUNAI .................................................................................................. 31
BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH .............................................................................................. 33
4.1 GAMBARAN UMUM ............................................................................................................... 34
4.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN REALISASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2015 ... 34
4.3 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA TAHUN
2015 35
4.4 REKENING PEMERINTAH DAERAH DI BANK ................................................................................... 37
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN .................................................................... 41
5.1 KETENAGAKERJAAN ................................................................................................................ 42
5.2 KESEJAHTERAAN .................................................................................................................... 42

DAFTAR ISI
iii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

5.2.1 TINGKAT PENGHASILAN MASYARAKAT.................................................................................................. 42


BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI............................................................. 45
6.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI........................................................................................... 46
6.2 PROSPEK INFLASI ................................................................................................................... 48
6.3 REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH.............................................................................. 49
LAMPIRAN ................................................................................................................................. 51
DAFTAR ISTILAH ......................................................................................................................... 54

DAFTAR ISI
iv
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan ............................................................................................. 3
Grafik 1.2 Survei Konsumen ................................................................................................................................... 3
Grafik 1.3 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja ..................................................................... 3
Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi ............................................................................................................ 4
Grafik 1.5 Konsumsi Listrik ..................................................................................................................................... 4
Grafik 1.6 Indeks Penjualan Eceran ........................................................................................................................ 4
Grafik 1.7 Perkembangan Nilai Tukar ..................................................................................................................... 4
Grafik 1.8 Impor Barang Konsumsi ......................................................................................................................... 4
Grafik 1.9 Persentase Realisasi APBN di Sumatera Utara 2015 .............................................................................. 5
Grafik 1.10 Kredit Investasi ..................................................................................................................................... 5
Grafik 1.11 Penjualan Semen.................................................................................................................................. 6
Grafik 1.12 Penjualan Barang Konstruksi................................................................................................................ 6
Grafik 1.13 Impor Barang Modal ............................................................................................................................ 6
Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara ........................................................................... 7
Grafik 1.15 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama .................................................................................................. 7
Grafik 1.16 PMI Negara Mitra Dagang Utama ........................................................................................................ 7
Grafik 1.17 Perkembangan Harga CPO dan Karet .................................................................................................. 7
Grafik 1.18 Ekspor CPO ........................................................................................................................................... 8
Grafik 1.19 Ekspor Karet ......................................................................................................................................... 8
Grafik 1.20 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut .................................................................................... 9
Grafik 1.21 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut ......................................................................................... 9
Grafik 1.22 Penyaluran Kredit Perkebunan .......................................................................................................... 10
Grafik 1.23 Penyaluran Pupuk Bersubsidi ............................................................................................................. 10
Grafik 1.24 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara ................................................................................ 10
Grafik 1.25 Penyaluran Kredit Pertanian .............................................................................................................. 11
Grafik 1.26 Realisasi NTP Sumatera Utara ............................................................................................................ 11
Grafik 1.27 Perkembangan Ekspor Manufaktur ................................................................................................... 11
Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan ............................................................................... 12
Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi .............................................................................................. 12
Grafik 1.30 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate .................................................. 12
Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Kategori PBE ......................................................................................................... 13
Grafik 1.32 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera Utara .............................................................................. 13
Grafik 1.33 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan ....................................................................... 13
Grafik 1.34 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara ..................................................................................... 13
Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan .............................................................. 14
Grafik 2.1 Inflasi Sumut dan Nasional ................................................................................................................... 16
Grafik 2.2 Inflasi Kota di Sumut ............................................................................................................................ 16
Grafik 2.3 Inflasi Bulanan di Sumut....................................................................................................................... 16
Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Sumut ..................................................................................................................... 17
Grafik 2.5 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika ........................................................................................ 17
Grafik 2.6 Survei Harga Properti Residensial ........................................................................................................ 18
Grafik 2.7 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen di Sumatera Utara .......... 18
Grafik 2.8 Pergerakan Harga Beras (Berbagai Kualitas) ........................................................................................ 18
Grafik 2.9 Margin per Kota/Kabupaten ................................................................................................................ 23
Grafik 2.10 Permasalahan Pemasaran .................................................................................................................. 24
Grafik 2.11 Permasalahan Logistik........................................................................................................................ 24

DAFTAR GRAFIK
v
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Grafik 2.12 Perbandingan Indeks Konektivitas dibandingkan dengan Rata-rata Volatilitas Inflasi Bahan Makanan
.............................................................................................................................................................................. 24
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ........................................................................................................... 26
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) ............................................................................................. 26
Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK ........................................................................................................... 26
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK .......................................................................................................... 27
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit .......................................................................................................................... 27
Grafik 3.6 Perkembangan Perbankan Sumut-Nasional ........................................................................................ 27
Grafik 3.7 Perkembangan Kredit .......................................................................................................................... 27
Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga Kredit ....................................................................................................... 28
Grafik 3.9 Perkembangan Intermediasi Perbankan .............................................................................................. 28
Grafik 3.10 Perkembangan Risiko Kredit (NPL & NPF) .......................................................................................... 28
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Korporasi di Sumut ......................................................................................... 28
Grafik 3.12 Perkembangan NPL Kredit Korporasi ................................................................................................. 28
Grafik 3.13 Perkembangan Kredit UMKM di Sumut ............................................................................................. 29
Grafik 3.14 Perkembangan NPL Kredit UMKM ..................................................................................................... 29
Grafik 3.15 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut ........................................................................................ 29
Grafik 3.16 Perkembangan Kredit Rumah Tangga ................................................................................................ 30
Grafik 3.17 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga ......................................................................................... 30
Grafik 3.18 Perkembangan Transaksi Kliring ........................................................................................................ 30
Grafik 3.19 Perkembangan Uang Kartal di Sumut ................................................................................................ 31
Grafik 3.20 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Sumut ................................................................................... 31
Grafik 3.21 Dukungan Masyarakat terhadap Elektronifikasi ................................................................................ 32
Grafik 4.1 Anggaran Pendapatan Pemprov Sumut ............................................................................................... 34
Grafik 4.2 Anggaran Belanja Pemprov Sumut ...................................................................................................... 35
Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemda Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ......................................... 36
Grafik 4.4 Posisi Rekening Pemda di Sumatera Utara .......................................................................................... 37
Grafik 4.5 Pangsa Anggaran Belanja APBN Sumatera Utara 2016 Menurut Jenis Belanja .................................. 40
Grafik 4.6 Pangsa Anggaran Belanja APBN Sumatera Utara 2016 Menurut Fungsi ............................................ 40
Grafik 5.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ................................................................................................... 42
Grafik 5.2 Indikator Jumlah Karyawan Total ......................................................................................................... 42
Grafik 5.3 Penduduk Miskin di Sumatera Utara ................................................................................................... 43
Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi se-Sumatera dan DKI Jakarta .................................................. 43
Grafik 5.5 Indeks Kedalaman & Keparahan Kemiskinan di Sumatera Utara ........................................................ 43
Grafik 5.6 Penduduk Miskin di Desa dan Kota di Sumut ...................................................................................... 43
Grafik 5.7 Nilai Tukar Petani ................................................................................................................................. 44
Grafik 5.8 Indeks Penghasilan Konsumen ............................................................................................................. 44
Grafik 6.1 Survei Konsumen ................................................................................................................................. 46
Grafik 6.2 Indeks Perkiraan Penjualan .................................................................................................................. 47
Grafik 6.3 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap Perubahan Harga ..................................................... 49

DAFTAR GRAFIK
vi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Permintaan ..................................................................................... 2


Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara ............................................................................................. 6
Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama ........................................................................................................... 7
Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran ..................................................................................... 9
Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Tahun 2015 di Sumatera Utara ............................ 16
Tabel 2.2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan IV 2015 di Sumatera Utara ...... 17
Tabel 2.3 Perubahan Harga BBM Bersubsidi pada .............................................................................................. 17
Tabel 2.4 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa ......................................................................................... 18
Tabel 2.5 Inflasi Kelompok Bahan Makanan ........................................................................................................ 18
Tabel 2.6 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau ..................................................... 19
Tabel 2.7 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ......................................................... 19
Tabel 2.8 Inflasi Kelompok Sandang .................................................................................................................... 20
Tabel 2.9 Inflasi Kelompok Kesehatan ................................................................................................................. 20
Tabel 2.10 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga ...................................................................... 20
Tabel 2.11 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ........................................................ 20
Tabel 2.12 Margin per Kategori Pedagang ........................................................................................................... 22
Tabel 2.13 Perbandingan Biaya Transportasi Antar Kota ..................................................................................... 23
Tabel 2.14 Kondisi Jalan di Provinsi Sumatera Utara ............................................................................................ 24
Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah 17 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ................. 36
Tabel 4.2 Realisasi Belanja Pemerintah Daerah 17 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ........................ 37
Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara .............................................................................................. 38
Tabel 4.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemprovsu Tahun 2016 ................................................................ 39
Tabel 6.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan .................................................................................................. 46

DAFTAR TABEL
vii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

TABEL INDIKATOR

2014 2015 2016


Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
I II III IV Total I II III IV Total IP Totalp
PDRB (%,yoy) 5,3 5,5 5,4 4,7 5,2 4,8 5,1 5,1 5,3 5,1 5,2-5,6 5,1-5,5
Sisi Permintaan
Konsumsi 5,3 4,8 4,9 5,0 5,0 4,8 4,1 4,4 4,1 4,3 4,1-4,5 4,4-4,8
Konsumsi Swasta 5,3 5,2 5,3 5,3 5,3 4,8 4,5 4,6 4,5 4,6 4,4-4,8 4,6-5,0
Konsumsi Pemerintah 5,3 1,5 1,9 3,3 2,9 4,3 1,5 3,0 1,4 2,4 2,1-2,5 3,1-3,5
Pembentukan Modal Tetap Bruto* 3,0 3,3 3,0 3,0 3,1 3,3 3,1 4,9 4,5 4,0 3,9-4,3 4,3-4,7
Ekspor 10,4 4,9 15,5 1,5 7,9 -4,3 -1,8 -2,5 2,4 -1,6 8,6-9,0 6,3-6,7
Impor -18,3 -6,8 64,0 -0,2 0,8 5,8 6,1 12,3 9,6 13,5 4,0-4,4 4,4-4,8
Sisi Produksi
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,4 5,0 4,1 5,2 4,4 6,1 5,6 3,8 7,0 5,6 7,0-7,4 5,6-6,0
Pertambangan dan Penggalian 6,0 5,2 5,3 4,1 5,1 12,4 6,1 3,7 3,8 6,4 5,7-6,1 6,1-6,5
Industri Pengolahan 3,5 4,1 4,1 0,3 3,0 0,3 3,1 5,0 5,5 3,5 4,9-5,3 3,7-4,1
Pengadaan Listrik, Gas 9,0 -0,4 1,3 2,9 3,2 -8,5 -5,6 4,7 4,5 -1,3 1,5-1,9 2,0-2,4
Pengadaan Air 4,4 6,8 6,1 6,8 6,0 9,7 8,6 4,3 3,4 6,4 5,3-5,7 6,7-7,1
Konstruksi 5,9 4,9 7,7 8,5 6,8 8,3 6,6 5,6 2,0 5,5 2,5-2,9 5,4-5,8
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi
7,7 6,3 8,3 5,5 6,9 4,5 5,4 4,2 3,3 4,4 3,4-3,8 4,3-4,7
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 5,1 6,1 5,3 6,3 5,7 5,1 5,1 6,0 5,7 5,5 5,4-5,8 5,4-5,8
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,5 8,1 5,9 6,5 6,5 9,2 6,9 6,2 5,7 7,0 5,7-6,1 6,7-7,1
Informasi dan Komunikasi 10,0 8,8 5,7 4,7 7,2 5,8 7,1 8,1 7,4 7,1 6,5-6,9 7,1-7,5
Jasa Keuangan 4,7 0,9 0,3 4,8 2,6 4,2 4,7 8,5 11,1 7,2 7,1-7,5 6,2-6,6
Real Estate 6,5 7,9 4,2 7,9 6,6 4,9 5,6 6,1 6,3 5,8 6,1-6,5 5,8-6,2
Jasa Perusahaan 6,9 6,3 6,3 7,5 6,8 7,2 6,8 5,0 4,5 5,9 5,0-5,4 6,0-6,4
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
7,5 8,7 6,5 5,2 6,9 5,3 6,3 7,0 4,7 5,8 4,5-4,9 6,1-6,5
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 9,3 11,0 5,8 0,0 6,4 2,5 -0,2 8,1 9,8 5,0 8,2-8,6 5,6-6,0
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,8 7,6 4,1 8,6 7,0 6,4 7,9 8,8 4,7 6,9 4,4-4,8 7,8-8,2
Jasa lainnya 7,6 7,6 6,9 6,1 7,0 6,2 6,9 5,6 8,1 6,7 8,3-8,7 5,8-6,2
Inflasi IHK (%,yoy) 7,7 6,2 4,4 8,2 8,2 6,1 7,8 6,6 3,3 3,3 5.0±1.0 4.0±1.0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
p : angka proyeksi

TABEL INDIKATOR
viii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

RINGKASAN UMUM

ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2015 menunjukan perkembangan yang


menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi yang membaik dari 5,1% (yoy) pada triwulan lalu menjadi
5,3% (yoy) mengkonfirmasi tren perbaikan yang telah berlangsung sejak awal tahun 2015. Kinerja
ekspor mulai menunjukkan perbaikan sejalan dengan adanya panen raya CPO pada triwulan laporan.
Perbaikan ekonomi tersebut juga ditopang oleh membaiknya konsumsi lembaga non profit terkait
dengan pelaksanaan pilkada serentak. Namun demikian, perbaikan ekonomi tersebut dirasakan belum
kuat karena konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih terbatas. Dari sisi penggunaan, produksi
tanaman perkebunan masih cukup baik ditengah tren penurunan harga komoditas. Kondisi tersebut
menyebabkan perbaikan yang signifikan kategori Pertanian. Kategori utama ekonomi Sumatera Utara,
yaitu Industri Pengolahan juga menjadi pendorong kenaikan pertumbuhan ekonomi tersebut. Dengan
perkembangan tersebut, secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara hanya sedikit
melambat, yaitu dari 5,2% (yoy) menjadi 5,1% (yoy).

ASESMEN INFLASI

Inflasi Sumatera Utara tahun 2015 dapat dikendalikan pada level yang rendah dan berada pada kisaran
sasaran inflasi 4±1%. Keberhasilan tersebut terkait dengan kebijakan Pemerintah dalam mengelola
harga komoditas strategis (administered prices) khususnya harga BBM. Pasokan bahan pangan juga
dapat dijaga dengan baik. Ditengah gejolak yang sempat muncul, komitmen Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID) Sumatera Utara untuk mengelola pasokan melalui berbagai program jangka pendek dan
menengah, tingkat inflasi volatile foods berada dibawah historisnya. Kondisi tersebut mendorong
terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat. Sementara permintaan yang diindikasikan meningkat
menyebabkan kenaikan inflasi inti. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Sumatera Utara tercatat
sebesar 3,24%, jauh lebih rendah dibanding tahun 2014 yang mencapai 8,17%.

ASSESMEN PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Dukungan perbankan terhadap perbaikan ekonomi Sumatera Utara pada Triwulan IV 2015 terlihat pada
peningkatan kredit. Kinerja kredit ke sektor korporasi masih meningkat, sementara kredit UMKM dan
kredit rumah tangga melambat. Namun demikian, pertumbuhan kredit tersebut tidak diikuti oleh
kenaikan pertumbuhan asset dan DPK terkait dengan kondisi ekonomi yang belum pulih. Risiko masih
terjaga dibawah level indikatif. Kondisi tersebut juga tercermin pada aktivitas transaksi masyarakat, baik
secara tunai maupun non tunai.

ASESMEN KEUANGAN DAERAH

Memasuki triwulan IV 2015 realisasi belanja Pemerintah Daerah meningkat cukup tajam sehingga
secara keseluruhan tahun tercatat cukup baik. Di sisi lain, kondisi tersebut menunjukkan bahwa realisasi
belanja Pemerintah masih terkonsentrasi di akhir tahun. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara di tahun 2015 mencapai 94,1% dari yang dianggarkan. Sementara untuk APBD 17 (dari 33)
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terealisasi 95,7%. Namun, realisasi belanja langsung Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara yang didalamnya termasuk belanja modal hanya sebesar 86,9% dari pagunya.
Hal ini sejalan dengan sumbangan konsumsi Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan
laporan yang masih terbatas.

ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Indikasi perbaikan ekonomi Sumatera Utara belum tercermin pada kondisi ketenagakerjaaan dan
kesejahteraan masyarakat. Ekspektasi ketersediaan lapangan kerja pada triwulan laporan masih
menurun. Namun demikian, perbaikan ekonomi tersebut terlihat pada ekspektasi ketersediaan
lapangan kerja yang membaik pada periode mendatang. Sementara itu, tingkat kesejahteraan

RINGKASAN UMUM
ix
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

masyarakat juga belum mengindikasikan perbaikan. Nilai Tukar Petani (NTP) masih tertekan sehingga
menahan perbaikan daya beli masyarakat. Kemiskinan meningkat terutama di masyarakat pedesaan.
Kondisi tersebut tercermin pada Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan yang memburuk.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Indikasi perbaikan perekonomian Sumatera Utara semakin terlihat di triwulan I 2016. Pertumbuhan
ekonomi diperkirakan meningkat dibanding triwulan IV 2015 dengan tingkat inflasi yang masih terjaga.
Perbaikan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan ditopang oleh permintaan domestik. Konsumsi
rumah tangga dan investasi diperkirakan membaik sejalan dengan terjaganya daya beli dan realisasi
proyek infrastruktur Pemerintah. Sementara itu, perbaikan ekspor diperkirakan masih terbatas seiring
dengan penyesuaian harga serta permintaan global yang masih cenderung stagnan. Di sisi sektoral,
perbaikan ekonomi terlihat di kategori Pertanian, kategori perdagangan, dan kategori konstruksi,
sementara kategori industri pengolahan relatif stabil terkait kondisi ekonomi global tersebut. Sementara
itu, tekanan inflasi masih relatif terjaga, dengan kenaikan inflasi pada kelompok volatile foods. Secara
keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara diperkirakan lebih tinggi dibandingkan
tahun sebelumnya. Sejalan dengan kondisi tersebut, tingkat inflasi juga meningkat.

RINGKASAN UMUM
x
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

RINGKASAN UMUM
xi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2015 menunjukan perkembangan yang


menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi yang membaik dari 5,1% (yoy) pada triwulan lalu
menjadi 5,3% (yoy) mengkonfirmasi tren perbaikan yang telah berlangsung sejak awal tahun 2015.
Kinerja ekspor mulai menunjukkan perbaikan sejalan dengan adanya panen raya CPO pada triwulan
laporan. Perbaikan ekonomi tersebut juga ditopang oleh membaiknya konsumsi lembaga non profit
terkait dengan pelaksanaan pilkada serentak. Namun demikian, perbaikan ekonomi tersebut
dirasakan belum kuat karena konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih terbatas. Dari sisi
penggunaan, produksi tanaman perkebunan masih cukup baik ditengah tren penurunan harga
komoditas. Kondisi tersebut menyebabkan perbaikan yang signifikan kategori Pertanian. Kategori
utama ekonomi Sumatera Utara, yaitu Industri Pengolahan juga menjadi pendorong kenaikan
pertumbuhan ekonomi tersebut. Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan tahun,
perekonomian Sumatera Utara hanya sedikit melambat, yaitu dari 5,2% (yoy) menjadi 5,1% (yoy).

EKONOMI MAKRO REGIONAL


1
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Permintaan


2014 2015
Pertumbuhan Ekonomi (Permintaan)
I II III IV Total I II III IV Total
PDRB (%,yoy) 5,3 5,5 5,4 4,7 5,2 4,8 5,1 5,1 5,3 5,1
Konsumsi 5,3 4,8 4,9 5,0 5,0 4,8 4,1 4,4 4,1 4,3
Konsumsi Swasta 5,3 5,2 5,3 5,3 5,3 4,8 4,5 4,6 4,5 4,6
Konsumsi Pemerintah 5,3 1,5 1,9 3,3 2,9 4,3 1,5 3,0 1,4 2,4
Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,0 3,3 3,0 3,0 3,1 3,3 3,1 4,9 4,5 4,0
Ekspor 10,4 4,9 15,5 1,5 7,9 -4,3 -1,8 -2,5 2,4 -1,6
Impor -18,3 -6,8 64,0 -0,2 0,8 5,8 6,1 12,3 9,6 13,5
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Perekonomian Sumut pada triwulan IV 2015 pada periode laporan tidak didukung oleh kinerja
membaik, dari 5,1% (yoy) menjadi 5,3% (yoy). kategori konstruksi serta kategori perdagangan besar
Secara agregat, output riil PDRB Provinsi Sumatera dan eceran yang tumbuh melambat.
Utara periode laporan tercatat Rp112,1 triliun 1.
Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera
Perbaikan ini selaras dengan arah pertumbuhan
Utara sedikit melambat, yaitu dari 5,2% (yoy) pada
ekonomi nasional yang membaik dari 4,7% (yoy)
tahun 2014 menjadi 5,1% (yoy). Perlambatan ini
menjadi 5,0% (yoy).
disebabkan penurunan baik pada sisi domestik
Membaiknya perekonomian tidak terlepas dari maupun eksternal. Penurunan daya beli
menguatnya konsumsi lembaga non profit serta menyebabkan tertekannya konsumsi masyarakat.
membaiknya ekspor. Perbaikan ekspor terjadi setelah Selain itu, adanya gejolak politik yang terjadi pada
3 triwulan berturut-turut mencatatkan angka pertengahan tahun 2015 menjadi penyebab utama
pertumbuhan negatif. Perbaikan konsumsi lembaga menurunnya konsumsi pemerintah. Ekspor juga turut
non profit terkait dampak pelaksanaan Pilkada mengalami tekanan seiring dengan melemahnya
serentak pada Desember lalu. Sementara itu, permintaan dunia dan anjloknya harga komoditas.
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah serta
Dari sisi penawaran, penurunan kinerja
investasi belum menunjukkan perbaikan bahkan
perekonomian di tahun 2015 lebih disebabkan oleh
melambat.
penurunan kinerja kategori tersier dan konstruksi.
Dari sisi lapangan usaha, perbaikan perekonomian Tahun 2015 yang merupakan tahun wajib pajak serta
ditopang oleh kategori Pertanian dan kategori kondisi politik yang belum stabil di wilayah Sumatera
Industri Pengolahan. Panen raya sawit yang disertai Utara menyebabkan sikap pelaku swasta yang
dengan baiknya produksi tanaman pangan cenderung wait and see dalam melakukan investasi
menyebabkan pertumbuhan kinerja pertanian yang bangunannya. Hal ini juga terkonfirmasi dari liaison
jauh lebih baik dibandingkan dengan periode yang yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
sama tahun sebelumnya. Indonesia Provinsi Sumatera Utara kepada pelaku
usaha di bidang properti, real estate dan perbankan
Memadainya pasokan bahan baku juga meningkatkan
yang menyatakan terjadi penurunan permintaan
kinerja industri pengolahan. Meningkatnya kinerja
bangunan baik di level rumah tangga maupun bisnis.
industri pengolahan ini terjadi di tengah belum
Sementara itu, kategori tersier menurun seiring
pulihnya harga komoditas serta permintaan yang
dengan menurunnya aktivitas konsumsi masyarakat.
masih stagnan. Namun perbaikan perekonomian

Atas Dasar Harga Konstan, tahun dasar 2010

EKONOMI MAKRO REGIONAL


2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

Dari sisi penggunaan, perekonomian Sumatera Utara


ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik,
terutama konsumsi lembaga non profit serta mulai
membaiknya kinerja ekspor. Pada triwulan IV 2015,
konsumsi swasta memberikan andil sebesar 2,8%
(yoy) disusul oleh PMTB dengan andil sebesar 1,6%
(yoy) (Grafik 1.1).

Grafik 1.2 Survei Konsumen

Penurunan persepsi penghasilan ini disebabkan oleh


kembali rendahnya harga komoditas global yang
menekan daya beli masyarakat. Harga CPO pada
triwulan laporan turun menjadi 504 USD/metric ton
dari 509 USD/metric ton2. Harga karet dan kopi juga
turut mengalami tekanan.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah


Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan

Secara agregat, aktivitas konsumsi masih melambat


dari 4,4% menjadi 4,1%. Hal ini terjadi akibat adanya
perlambatan konsumsi rumah tangga dan
pemerintah, sementara konsumsi lembaga non profit
justru terakselerasi. Grafik 1.3 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan
Lapangan Kerja
Adanya faktor musiman seperti perayaan Natal dan
libur sekolah belum mampu mendorong akselerasi Berbagai kebijakan yang ditujukan untuk mendorong
realisasi konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah konsumsi seperti kebijakan pelonggaran ketentuan
tangga justru melambat dari 4,6% (yoy) menjadi 4,5% Loan to Value (LTV) dari 30% menjadi 20% per 18 Juni
(yoy). Perlambatan ini terjadi setelah selesainya 2015 baik untuk kendaraan bermotor maupun
puncak aktivitas konsumsi yang memang terjadi pada properti dan pembebasan visa 45 negara untuk
triwulan III. menarik wisatawan mancanegera, belum
menunjukkan dampak yang signifikan terhadap
Daya beli masyarakat yang didukung oleh rendahnya
kenaikan kegiatan konsumsi. Demikian pula dengan
tekanan inflasi belum cukup kuat untuk
pencairan sertifikasi guru serta pelaksanaan event
meningkatkan realisasi konsumsi masyarakat. Kondisi
Festival Danau Toba.
ekonomi yang masih lemah menyebabkan ekspektasi
masyarakat terhadap penghasilan masih dalam tren
menurun. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei
Konsumen yang dilakukan Kantor Perwakilan (KPw)
Bank Indonesia Sumatera Utara. Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK) masih menunjukkan penurunan.
Komponen IKK yang menurun secara signifikan
adalah persepsi penghasilan saat ini dibandingkan
dengan 6 bulan yang lalu serta persepsi ketersediaan
lapangan pekerjaan.
Bloomberg

EKONOMI MAKRO REGIONAL


3
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Begitu juga dengan impor barang konsumsi yang


membaik dan bahkan mulai mencetak angka positif
setelah 3 triwulan terakhir terkontraksi, meski terjadi
peningkatan bea masuk3 atas barang konsumsi impor
rata-rata 5%. Impor barang konsumsi membaik dari -
33,6% (yoy) menjadi 0,7% (yoy). Perbaikan ini
diperkirakan terjadi akibat mulai meredanya tekanan
nilai tukar.

Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi

Indikator kredit juga mengkonfirmasi adanya


perlambatan konsumsi. Kredit konsumsi melambat
dari 6,7% (yoy) menjadi 4,5% (yoy). Begitu juga
dengan konsumsi listrik golongan rumah tangga yang
stagnan.

Sumber: Bank For International Settlements, diolah


Grafik 1.7 Perkembangan Nilai Tukar

Sumber: PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, diolah


Grafik 1.5 Konsumsi Listrik

Namun demikian, beberapa indikator menunjukkan


Grafik 1.8 Impor Barang Konsumsi
penurunan aktivitas konsumsi yang masih kuat. Hal
ini tercermin dari perkembangan beberapa indikator Secara keseluruhan tahun, konsumsi rumah tangga
yang menunjukkan perbaikan. Indeks penjualan turun dari 5,3% (yoy) menjadi 4,6% (yoy). Adanya
eceran meskipun masih negatif, membaik dari -8,9% penurunan daya beli akibat penurunan harga
(yoy) menjadi -6,1% (yoy). komoditas diduga menjadi penyebab utama
penurunan kinerja kategori ini.

Pelaksanaan Pilkada serentak pada Desember 2015


lalu mendorong kinerja kategori konsumsi lembaga
non profit secara signifikan. Adanya Pilkada yang
diikuti oleh 23 kota/kabupaten di Provinsi Sumatera
Utara mendorong kinerja konsumsi lembaga non
profit dari 4,9% (yoy) menjadi 5,3% (yoy). Pilkada ini
diharapkan menjadi momentum stabilisasi iklim
politik di Sumatera Utara, sehingga kinerja konsumsi
Grafik 1.6 Indeks Penjualan Eceran

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor


132/PMK.010/2015 tentang Penetapan Sistem
Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk
Atas Barang Impor

EKONOMI MAKRO REGIONAL


4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

pemerintah yang tertekan dalam 3 triwulan terakhir, Gejolak politik juga turut menekan kinerja investasi4
dapat meningkat kembali. Sumbangan dari konsumsi yang melambat dari 4,9% (yoy) menjadi 4,6% (yoy).
lembaga non profit yang hanya muncul signifikan Gejolak politik ditengarai menghambat realisasi
pada saat pelaksanaan pesta demokrasi investasi infrastruktur pemerintah daerah. Dari sisi
menyebabkan secara keseluruhan tahun melambat swasta, investasi bangunan juga relatif tertahan
dari dari 4,7% (yoy) menjadi -0,4% (yoy). seiring dengan permasalahan kepatuhan pajak.
Tertahannya investasi terkonfirmasi dari kontak
Berbeda dengan polanya, realisasi konsumsi
liaison yang menyatakan terjadi penurunan
pemerintah justru melambat dari 3,1% (yoy) menjadi
pengajuan KPR baru serta penurunan penjualan
1,4% (yoy) pada triwulan laporan. Gejolak politik
properti yang berlanjut sejak tahun 2014 lalu. Hal ini
yang terjadi memasuki semester II 2015
juga terkait dengan perekonomian yang relatif belum
menyebabkan alotnya proses pengesahan P-APBD
stabil sehingga pelaku usaha juga cenderung wait
2015 yang baru dilakukan pada akhir tahun. Hal ini
and see. Menurunnya pasokan bahan baku juga
juga berdampak pada realisasikan anggaran yang
menyebabkan penundaan rencana investasi yang
lebih lambat. Kondisi tersebut tercermin dari jumlah
dilakukan5.
rekening pemda di perbankan yang meningkat (lihat
lihat Bab 4 Keuangan Daerah). Begitu juga dengan
realisasi anggaran pemerintah (lihat Bab 4 Keuangan
Daerah). Secara keseluruhan tahun konsumsi
pemerintah turun dari 2,9% (yoy) menjadi 2,5% (yoy).

Dari sisi belanja APBN, prosentase realisasi APBN di


Sumatera Utara mengalami sedikit peningkatan.
Realisasi APBN hingga bulan Desember 2015 sudah
mencapai 90,7% dari pagu, lebih baik dibandingkan
dengan serapan periode sebelumnya yang hanya
mencapai 84,2% (2013) dan 89,5% (2014). Grafik 1.10 Kredit Investasi

Sementara itu, indikator lainnya seperti kredit


investasi, penjualan semen, dan penjualan barang
konstruksi menunjukkan bahwa tertahannya
perlambatan investasi bangunan. Kredit investasi
meningkat dari 2,8% (yoy) menjadi 10,2% (yoy).
Penjualan semen tumbuh meningkat dari 3,3% (yoy)
menjadi 20% (yoy), sementara penjualan barang
konstruksi meningkat dari 13,7% (yoy) menjadi 14,2%
(yoy). Perbaikan ketiga indikator ini diduga terkait
dengan konstruksi beberapa mega proyek yang
dimulai pada akhir tahun yang masih memanfaatkan
pembiayaan dari perbankan.

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara,


diolah
Grafik 1.9 Persentase Realisasi APBN di Sumatera Utara
2015

Pembentukan Modal Tetap Bruto


5 Liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sumatera Utara

EKONOMI MAKRO REGIONAL


5
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Iklim investasi yang terus dibenahi dalam beberapa


periode ke belakang terutama perizinan telah
berhasil meningkatkan realisasi PMA dan PMDN 6
secara signifikan. Peningkatan PMA sangat signifikan
terjadi pada klasifikasi pertambangan, industri
mineral non logam, serta perdagangan dan reparasi.
Sementara itu, peningkatan PMDN segara signifikan
terjadi pada klasifikasi industri kimia dasar, barang
kimia, dan farmasi serta industri makanan.
Grafik 1.11 Penjualan Semen Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara
Periode PMA PMDN
Proyek I (juta Proyek I (Rp
USD) miliar)
2014 I 65 122,40 15 559,50
II 117 156,34 49 2985,77
III 74 200,30 20 428,51
IV 180 71,76 73 250,09
Total 436 550,80 157 4223,86
2015 I 123 308,10 53 905,10
II 107 323,60 59 2110,10
Grafik 1.12 Penjualan Barang Konstruksi III 101 308,20 24 82,80

Investasi non bangunan juga mampu menahan IV 107 306,13 33 1.189,49

perlambatan kinerja investasi secara agregat. Hal ini P: jumlah proyek


tercermin dari impor barang modal yang membaik Sumber: BKPM, diolah
dari -18,3% (yoy) menjadi -5,4% (yoy). Optimisme
akan perbaikan perekonomian, yang secara polanya
Secara keseluruhan tahun, investasi meningkat dari
meningkat pada semester II mendorong kenaikan
3,1% (yoy) menjadi 4,0% (yoy). Perbaikan kinerja ini
impor barang modal. Ekspektasi positif (optimis)
dapat dikatakan wajar mengingat tahun 2014
terhadap perekonomian mendatang, memberikan
merupakan tahun politik sehingga pelaku usaha lebih
dampak positif bagi perkembangan investasi non
resisten dalam melakukan realisasi investasinya.
bangunan. Hal tersebut juga tercermin dari hasil
liaison yang menyatakan adanya peningkatan Di sisi eksternal, setelah 3 triwulan berturut-turut
investasi dan kapasitas utilisasi pada periode laporan. mencatat pertumbuhan negatif, kinerja ekspor mulai
membaik, dari -2,5% (yoy) menjadi 2,4% (yoy).
Perbaikan kinerja ekspor ini terjadi baik untuk ekspor
luar negeri maupun antar daerah. Ditengah masih
tertekannya harga komoditas, ekspor luar negeri 7
membaik dari -16,1% (yoy) menjadi -13,4% (yoy).
Peningkatan produksi CPO mendorong ekspor luar
negeri. Selain itu, adanya pemberlakuan efektif
pelarangan trans fat dalam produk makanan oleh

Grafik 1.13 Impor Barang Modal Data BKPM triwulan III 2015
Data Bank Indonesia, terdapat perbedaan pencatatan
ekspor luar negeri Bank Indonesia dan BPS, data BI berasal
dari bea cukai sementara data BPS diperoleh dari PEB. Data
ekspor luar negeri BPS juga membaik dari 0,5% (yoy)
menjadi 1,1% (yoy).

EKONOMI MAKRO REGIONAL


6
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama
mengakibatkan meningkatnya permintaan produk Komoditas Pangsa
olahan kelapa sawit dan CPO. Begitu juga dengan Kelapa Sawit 35,0%
ekspor antar daerah yang meningkat dari -5,2% (yoy) Karet 9,7%
menjadi 3,7% akibat peningkatan aktivitas konsumsi Kopi 5,0%
Lainnya 50,3%
akibat pola musiman di daerah lain.

Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera


Utara Sumber: ieconomics.com dan tradingeconomics.com,
diolah
Meskipun sudah membaik, realisasi ekspor ini belum Grafik 1.16 PMI Negara Mitra Dagang Utama
optimal, jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan
realisasi pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan
oleh pemulihan permintaan mitra dagang utama
seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India dan Euro
Area yang belum merata.

Sumber: Bloomberg, diolah


Grafik 1.17 Perkembangan Harga CPO dan Karet

Produk CPO yang belum dapat diterima baik oleh


Eropa, terkait dengan intensi perlindungan industri
minyak nabati lokal, turut menyebabkan
tersendatnya normalisasi ekspor CPO. Ekspor luar
negeri CPO sedikit membaik meski masih di level
Grafik 1.15 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama negatif dari -18,4% (yoy) menjadi -17,1% (yoy).
Adanya kebijakan pemerintah Prancis untuk
Perbaikan ekspor komoditas utama berjalan lambat,
meningkatkan pajak progresif CPO mulai 2017
mengikuti perkembangan harga komoditas yang
mendatang mendatangkan risiko tersendiri. 8
masih relatif rendah. Kemerosotan harga CPO dan
karet terus berlanjut baik di pasar lokal maupun
global. Adanya panen raya CPO di beberapa negara
produsen utama di tengah permintaan yang masih
relatif stagnan menyebabkan lambatnya perbaikan 8
Rencana penetapan pajak progresif tersebut terdapat
harga. Hal tersebut diperparah dengan adanya
dalam rancangan amandemen Undang-undang No.367
bencana kabut asap yang menghambat aktivitas tentang Keanekaragaman Hayati yang diputuskan oleh
ekspor. Senat Prancis pada 21 Januari 2016.

EKONOMI MAKRO REGIONAL


7
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Pajak progresif CPO di Prancis akan mencapai 300


euro/ton pada 2017, 500 euro/ton pada 2018, 700
euro/ton pada 2019, dan 900 euro/ton pada 2020.
Jauh lebih tinggi dari pajak impor CPO di Prancis saat
ini yang hanya mencapai 103 euro/ton. Bahkan
khusus untuk minyak kelapa sawit yang digunakan
untuk produk makanan akan dikenakan tambahan
bea masuk sebesar 3,8%.

Fenomena perlindungan industri lokal juga terjadi di


beberapa negara lain seperti Tiongkok yang Grafik 1.19 Ekspor Karet
melindungi industri lokal minyak kedelai dan
Permasalahan rendahnya harga yang berpengaruh
rapeseed yang merupakan produk substitusi CPO.
terhadap kinerja ekspor juga terjadi pada komoditas
Penurunan permintaan ini menyebabkan penurunan
kopi. Harga kopi di pasar internasional menurun dari
harga CPO yang mencapai -22,7% (yoy).
5,5% (yoy) menjadi 2,2% (yoy). Penurunan harga kopi
di pasar domestik lebih dalam, yaitu dari -1,0% (yoy)
menjadi -13,5% (yoy). Adanya kebijakan pemerintah
Kolumbia untuk mengizinkan ekspor dalam kualitas
rendah menyebabkan melimpahnya pasokan kopi di
pasaran sehingga menekan harga. Dengan demikian,
ekspor kopi melambat dari -1,9% (yoy) menjadi -
13,7% (yoy). Melambatnya kinerja ekspor Sumatera
Utara juga tercermin dari kontraksi aktivitas muat
barang di Pelabuhan Belawan yang semakin dalam
dari -50,8% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi -
Grafik 1.18 Ekspor CPO
68,88% (yoy).
Tidak jauh berbeda dengan CPO, kinerja ekspor karet
Secara keseluruhan tahun, ekspor Sumatera Utara
juga belum membaik sepenuhnya akibat pengaruh
terkontraksi dari 7,9% (yoy) pada 2014 menjadi -
harga yang masih relatif rendah. Ekspor karet sedikit
1,6% (yoy). Penurunan kinerja ekspor terjadi baik
membaik dari -17,8% (yoy) pada triwulan lalu
pada ekspor luar negeri maupun ekspor antar
menjadi -17,2% (yoy). Pemberlakuan kebijakan
daerah.
compound Rubber di Tiongkok dengan campuran
maksimal 88% per 1 Juli 2015 dan tidak sesuainya Serupa dengan kinerja ekspor, impor Sumatera Utara
spesifikasi permesinan yang dimiliki oleh industri di pada triwulan IV 2015 juga turut membaik dari -5,7%
Tiongkok menyebabkan menurunnya permintaan (yoy) menjadi 1,4% (yoy). Perbaikan impor lebih
karet. Hal ini mendorong Tiongkok menurunkan porsi disebabkan oleh peningkatan impor antar daerah
impor karet alamnya. Selain itu, masih berlimpahnya sementara impor luar negeri hanya sedikit membaik.
ketersediaan karet dunia turut menekan harga karet Berdasarkan klasifikasi barangnya, peningkatan
dari -18,2% (yoy) pada triwulan lalu menjadi -19,2% impor tertinggi terjadi pada kelompok barang
(yoy). konsumsi yang tumbuh dari -33,6% (yoy) menjadi
0,7% (yoy). Sementara itu, impor kelompok bahan
baku tumbuh dari -10,7% (yoy) menjadi 5,4% (yoy).
Begitu juga dengan kelompok barang modal yang
membaik dari -18,3% (yoy) menjadi 5,4% (yoy).

EKONOMI MAKRO REGIONAL


8
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Perbaikan impor yang terjadi pada triwulan IV belum


mampu mengkompensasi kontraksi yang terjadi pada
3 triwulan sebelumnya.

Grafik 1.20 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut

Peningkatan impor barang konsumsi terjadi seiring


dengan perkiraan peningkatan aktivitas konsumsi
sesuai dengan polanya. Begitu juga dengan impor Grafik 1.21 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut
barang modal yang meningkat seiring dengan
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan
akselerasi belanja modal, khususnya belanja modal
pemerintah. Pemberlakuan bea impor barang Usaha/Kategori
konsumsi juga diperkirakan belum memberikan Akselerasi perekonomian triwulan laporan ditopang
dampak yang signifikan pada kinerja impor Sumatera oleh membaiknya kategori Pertanian dan kategori
Utara. Industri pengolahan, sementara tiga kategori utama
Secara keseluruhan tahun, impor menurun dari 8,3% lainnya melambat. Kelima kategori tersebut
(yoy) pada tahun 2014 menjadi -4,1% (yoy). menyumbang lebih dari 75% PDRB Sumatera Utara.

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran


2014 2015
Pertumbuhan Ekonomi (Penawaran)
I II III IV Total I II III IV Total
PDRB (%,yoy) 5,3 5,5 5,4 4,7 5,2 4,8 5,1 5,1 5,3 5,1
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,4 5,0 4,1 5,2 4,4 6,1 5,6 3,8 7,0 5,6
Pertambangan dan Penggalian 6,0 5,2 5,3 4,1 5,1 12,4 6,1 3,7 3,8 6,4
Industri Pengolahan 3,5 4,1 4,1 0,3 3,0 0,3 3,1 5,0 5,5 3,5
Pengadaan Listrik, Gas 9,0 -0,4 1,3 2,9 3,2 -8,5 -5,6 4,7 4,5 -1,3
Pengadaan Air 4,4 6,8 6,1 6,8 6,0 9,7 8,6 4,3 3,4 6,4
Konstruksi 5,9 4,9 7,7 8,5 6,8 8,3 6,6 5,6 2,0 5,5
Perdagangan Besar dan Eceran, dan
7,7 6,3 8,3 5,5 6,9 4,5 5,4 4,2 3,3 4,4
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 5,1 6,1 5,3 6,3 5,7 5,1 5,1 6,0 5,7 5,5
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 5,5 8,1 5,9 6,5 6,5 9,2 6,9 6,2 5,7 7,0
Informasi dan Komunikasi 10,0 8,8 5,7 4,7 7,2 5,8 7,1 8,1 7,4 7,1
Jasa Keuangan 4,7 0,9 0,3 4,8 2,6 4,2 4,7 8,5 11,1 7,2
Real Estate 6,5 7,9 4,2 7,9 6,6 4,9 5,6 6,1 6,3 5,8
Jasa Perusahaan 6,9 6,3 6,3 7,5 6,8 7,2 6,8 5,0 4,5 5,9
Administrasi Pemerintahan,
7,5 8,7 6,5 5,2 6,9 5,3 6,3 7,0 4,7 5,8
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 9,3 11,0 5,8 0,0 6,4 2,5 -0,2 8,1 9,8 5,0
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,8 7,6 4,1 8,6 7,0 6,4 7,9 8,8 4,7 6,9
Jasa lainnya 7,6 7,6 6,9 6,1 7,0 6,2 6,9 5,6 8,1 6,7
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

EKONOMI MAKRO REGIONAL


9
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Masuknya masa panen CPO yang disertai dengan pendukung pertanian dalam mendukung program
baiknya produksi tanaman pangan pada triwulan ketahanan pangan dan swasembada beras.
laporan mendorong kinerja Kategori Pertanian lebih
baik dari historisnya. Kategori ini tumbuh signifikan,
dari 3,8% (yoy) ke 7,0% (yoy), meski tekanan harga
komoditas berlanjut serta pemulihan permintaan
global berjalan lambat.

Pertumbuhan kinerja pertanian dari subkategori


perkebunan diperkirakan ditopang oleh perbaikan
kinerja CPO, sementara kinerja komoditas karet dan
kopi diperkirakan masih relatif rendah. Hal tersebut
tercermin dari nilai ekspor luar negeri komoditas CPO
yang sudah mulai membaik sementara komoditas Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, diolah
unggulan lain masih stabil atau justru menurun (lihat Grafik 1.23 Penyaluran Pupuk Bersubsidi
bagian ekspor). Indikator kredit perkebunan kelapa
Penyaluran pupuk subsidi yang lebih tinggi
sawit juga sudah menunjukkan adanya perbaikan
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
meski belum cukup signifikan (Grafik 1.22), namun
sebelumnya (Grafik 1.23) mendorong peningkatan
relatif lebih baik dibandingkan dengan tren
kinerja tanaman pangan dan hortikultura. Penyaluran
perkebunan karet yang menurun.
pupuk bersubsidi tumbuh signifikan dari -16,5% (yoy)
Diperolehnya Sertifikat Indikasi Geografis (IG) pada triwulan lalu menjadi 5,6% (yoy). Begitu juga
Simalungun untuk komoditas kopi belum mampu dengan impor pupuk yang menunjukkan perbaikan
mendongkrak adanya perbaikan kinerja ekspor luar signifikan dari -18,6% (yoy) menjadi 23,37% (yoy).
negeri untuk komoditas ini. Ekspor luar negeri kopi
justru menunjukkan perlambatan yang cukup
signifikan dari -1,9% (yoy) pada periode lalu menjadi -
13,7% (yoy). Begitu juga dengan komoditas karet
yang masih relatif lemah yang diperparah dengan
banyaknya petani yang mulai alih profesi.

Grafik 1.24 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera


Utara

Perbaikan kategori pertanian diharapkan berlanjut


pada periode mendatang. Indikasi perbaikan pada
periode mendatang tercermin dari meningkatnya
penyaluran kredit pertanian dari 11,5% (yoy) menjadi
14,5% (yoy).
Grafik 1.22 Penyaluran Kredit Perkebunan

Tanaman pangan ditengarai menjadi salah satu faktor


membaiknya kinerja kategori Pertanian pada triwulan
IV 2015. Beberapa program pemerintah baik level
pusat maupun daerah menyebabkan sangat
kondusifnya aktivitas pertanian tanaman pangan
pada triwulan laporan, di antaranya adalah
penanaman dengan teknologi tinggi, renovasi sarana
pendukung pertanian serta pemberian bantuan alat

EKONOMI MAKRO REGIONAL


10
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

terutama tanaman pangan dan hortikultura.


Perbaikan Hal ini tercermin dari realisasi penyerapan
pupuk subsidi pada akhir tahun 2015 mencapai
94,4% dari kebutuhannya, lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2014 yang mencapai 90,4%.

Sementara itu, kinerja dari subkategori perkebunan


diperkirakan masih mengalami penyesuaian seiring
dengan tekanan harga serta permintaan yang belum
pulih sepenuhnya. Produksi yang melimpah secara
Grafik 1.25 Penyaluran Kredit Pertanian global terutama untuk komoditas CPO dan Karet
menyebabkan terjadinya tekanan harga. Begitu juga
Meskipun demikian, perbaikan kinerja kategori
dengan produksi CPO Sumatera Utara yang
pertanian tidak tercermin nilai tukar petani (NTP)
diperkirakan meningkat, yang tercermin dari angka
yang stabil. Nilai Tukar Petani (NTP) tumbuh dari
ramalan9 rata-rata produksi per hektar yang
97,7 menjadi 98,1, di bawah level optimis 100.
meningkat dari 4.123kg/ha pada 2014 menjadi 4.145
Perbaikan NTP justru dirasakan oleh petani tanaman
kg/ha. Begitu juga dengan produksi per hektar karet
pangan dan hortikultura, sementara masyarakat
yang meningkat dari 0,93 ton/hektare pada 2014
perkebunan belum merasakan nilai tambah yang
menjadi 0,94 ton/hektare. Rendahnya dampak El
cukup signifikan, yang tercermin dari NTP yang masih
Nino menyebabkan produksi perkebunan relatif tidak
stabil (Grafik 1.26). Harga komoditas yang terus
terganggu, tidak seperti wilayah lain.
mengalami penurunan menyebabkan cukup tingginya
alih profesi buruh perkebunan. Seiring dengan melimpahnya bahan baku akibat
aktivitas panen CPO, kategori Industri Pengolahan
membaik dari 5,0% (yoy) menjadi 5,5% (yoy). Masih
terkoreksinya harga komoditas internasional serta
permintaan yang belum merata, dapat dikompensasi
oleh permintaan domestik yang cukup kuat. Hal ini
tercermin dari ekspor manufaktur yang masih
membaik meski masih pada level negatif.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah


Grafik 1.26 Realisasi NTP Sumatera Utara

Meskipun demikian, pertumbuhan subkategori


tersebut dapat dikatakan belum optimal.
Perkembangan harga komoditas masih belum
menunjukkan perbaikan yang cukup berarti. Seluruh
harga komoditas unggulan masih menunjukkan Grafik 1.27 Perkembangan Ekspor Manufaktur
penurunan harga baik di pasar domestik maupun
Peningkatan kinerja kategori ini tidak lepas dari
pasar internasional seperti yang telah dijelaskan
meningkatnya ketersediaan fasilitas pendukung,
sebelumnya.
seperti listrik yang tercermin dari meningkatnya
Secara keseluruhan tahun, kategori Pertanian jumlah Industri yang tersambung pada akses listrik
tumbuh secara signifikan dibandingkan tahun 2014, dari 3.695 pelanggan pada periode lalu menjadi 3.715
yaitu dari 4,4% (yoy) menjadi 5,6% (yoy). Mulai pelanggan. Begitu juga dengan adanya kebijakan
meredanya dampak erupsi Gunung Sinabung yang
memukul kinerja pertanian pada tahun 2014 lalu
turut mendorong perbaikan kinerja pertanian, Statistik Perkebunan Kelapa Sawit, BPS

EKONOMI MAKRO REGIONAL


11
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

pemerintah untuk menurunkan BBM juga mampu


menekan biaya energi sesuai dengan hasil liaison
yang telah dilakukan. Perbaikan kategori ini
diharapkan dapat berlanjut mengingat cukup
memadainya penyaluran kredit pada kategori ini.

Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi

Adanya event musiman seperti perayaan Natal dan


libur sekolah belum mampu meningkatkan kinerja
kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE) yang
justru melambat dari 4,2% (yoy) menjadi 3,3% (yoy).
Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Kategori Industri Penurunan kinerja kategori ini terjadi seiring dengan
Pengolahan penurunan realisasi konsumsi rumah tangga.

Secara keseluruhan tahun, kinerja industri


pengolahan membaik secara signifikan dari dari 3,0%
(yoy) pada tahun 2014 menjadi 3,5% (yoy).
Peningkatan yang cukup signifikan ini terjadi sebagai
bentuk normalisasi distribusi bahan baku pasca
adanya bencana erupsi Gunung Sinabung pada tahun
2014 lalu. Selain itu, El Nino yang terjadi pada negara
mitra dagang menyebabkan produksi dalam negeri
yang kurang memadai.

Di luar perkiraan, kategori konstruksi kembali Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

melambat. Perlambatan ini telah terjadi secara Grafik 1.30 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
dan Occupancy Rate
konsisten sejak awal tahun 2015. Hal ini diduga
terjadi baik pada sektor swasta maupun pemerintah. Jumlah wisatawan mancanegara yang melambat
Dari sisi pemerintah, adanya perlambatan realisasi secara signifikan turut berkontribusi pada penurunan
investasi bangunan terkait dengan gejolak politik kinerja kategori ini (Grafik 1.30). Penurunan jumlah
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (lihat wisatawan ini terjadi di tengah faktor musiman
konsumsi pemerintah dan PMTB). Sementara itu, seperti Natal, libur sekolah serta penyelenggaraan
adanya permasalahan penyelesaian pajak menahan beberapa event nasional seperti Festival Danau Toba
realisasi investasi bangunan. Pesimisme akan kondisi yang dilaksanakan pada akhir triwulan IV 2015 lalu.
perekonomian serta pelaksanaan pilkada serentak Rendahnya daya beli masyarakat berpengaruh besar
juga turut menyebabkan perilaku pelaku usaha yang terhadap penurunan kinerja kategori ini.
cenderung wait and see. Hal ini juga tercermin dari Perlambatan kategori PBE juga tercermin dari
penyaluran kredit konstruksi yang masih penyaluran kredit PBE dari 19,8% (yoy) menjadi
menunjukkan tren perlambatan. Secara keseluruhan 14,4% (yoy).
tahun, kinerja kategori konstruksi melambat secara
signifikan dari 6,8% (yoy) menjadi 5,5% (yoy).

EKONOMI MAKRO REGIONAL


12
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank


Indonesia kepada pelaku usaha di bidang
pergudangan, penurunan jumlah permintaan ini juga
turut dipengaruhi oleh ketakutan pemeriksaan pajak,
seperti yang terjadi pada kategori konstruksi.
Ekstrimnya, tidak ada lahan baru di kawasan
pergudangan yang berhasil dijual pada tahun 2015
ini, lebih parah dibandingkan dengan penjualan
tahun 2014 di mana target penjualan masih
terpenuhi hingga 20%.
Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Kategori PBE

Meredanya tekanan nilai tukar menahan


perlambatan yang lebih dalam. Hal tersebut mampu
mendorong peningkatan penjualan suku cadang dari
-5,8% menjadi 0,4% (yoy). Selain itu, kebijakan
pelonggaran LTV untuk kepemilikan kendaraan
bermotor mulai berdampak pada permintaan, meski
masih dibayangi oleh rendahnya daya beli.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah


Grafik 1.33 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan
Belawan

Jumlah penumpang laut yang menurun turut


menekan subkategori transportasi. Meskipun
demikian, jumlah penumpang angkutan udara yang
meningkat secara signifikan di tengah bencana kabut
asap dapat menahan perlambatan lebih dalam.
Peningkatan jumlah angkutan udara ditengarai lebih
Grafik 1.32 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera disebabkan oleh peningkatan wisatawan domestik
Utara dikarenakan jumlah wisatawan asing justru sedang
Secara keseluruhan tahun, kategori PBE melambat menurun seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
dari 6,9% (yoy) menjadi 4,4% (yoy). Perlambatan ini
terjadi meski sudah terjadi normalisasi dampak
erupsi Gunung Sinabung, pembebasan visa beberapa
negara serta penurunan harga BBM. Pelemahan nilai
tukar yang memang terjadi secara signifikan pada
tahun 2015 akibat gejolak perekonomian global turut
menekan kinerja kategori ini.

Penurunan perdagangan juga turut menekan


kategori Transportasi dan Pergudangan. Hal ini
terkonfirmasi dari arus bongkar muat di Pelabuhan Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Belawan yang menurun. Penurunan arus bongkar Grafik 1.34 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara
muat lebih dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi
Penyaluran kredit kategori transportasi dan
dibandingkan dengan kapasitas pelabuhan yang
pergudangan yang meningkat diharapkan dapat
terbatas. Penerapan tarif progresif untuk
mendorong perbaikan kinerja kategori ini pada
meningkatkan arus barang, terutama impor belum
triwulan mendatang. Meski masih tumbuh negatif,
berdampak pada peningkatan subsektor
kredit kategori transportasi dan pergudangan
pergudangan sebagaimana mestinya. Berdasarkan

EKONOMI MAKRO REGIONAL


13
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

membaik dari -22,5% (yoy) menjadi -11,4% (yoy).


Selain itu, berlanjutnya beberapa program
peningkatan kapasitas infrastruktur perhubungan
yang telah dimulai pada akhir tahun 2015 lalu
diharapkan dapat mendukung kinerja kategori ini di
masa mendatang.

Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan


Pergudangan

Secara keseluruhan tahun, kategori transportasi dan


pergudangan melambat dari 5,7% (yoy) menjadi 5,5%
(yoy). Hal ini ditengarai tidak lepas dari penurunan
aktivitas perekonomian, sebagai dampak dari
melambatnya perekonomian Sumatera Utara.

EKONOMI MAKRO REGIONAL


14
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

BAB 2 INFLASI

Inflasi Sumatera Utara tahun 2015 dapat dikendalikan pada level yang rendah dan berada pada
kisaran sasaran inflasi 4±1%. Keberhasilan tersebut terkait dengan kebijakan Pemerintah dalam
mengelola harga komoditas strategis (administered prices) khususnya harga BBM. Pasokan bahan pangan
juga dapat dijaga dengan baik. Ditengah gejolak yang sempat muncul, komitmen Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID) Sumatera Utara untuk mengelola pasokan melalui berbagai program jangka pendek dan
menengah, tingkat inflasi volatile foods berada dibawah historisnya. Kondisi tersebut mendorong terjaganya
ekspektasi inflasi masyarakat. Sementara permintaan yang diindikasikan meningkat menyebabkan kenaikan
inflasi inti. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Sumatera Utara tercatat sebesar 3,24%, jauh lebih rendah
dibanding tahun 2014 yang mencapai 8,17%.

INFLASI
15
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

2.1 Kondisi Umum Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi


Sepanjang Tahun 2015 di Sumatera Utara
Andil Andil
Rank Komoditas Komoditas
(%, qtq) (%, qtq)
1 Beras 0,46 Bensin -0,79
2 Rokok Kretek Filter 0,29 Cabai Merah -0,46
3 Kontrak Rumah 0,25 Angkutan Dalam Kota -0,26
4 Angkutan Udara 0,23 Tongkol/Ambu-ambu -0,04
5 Bawang Merah 0,20 Kangkung -0,04
6 Bahan Bakar RT 0,17 Minyak Goreng -0,03
7 Sekolah Dasar 0,16 Cabe Hijau -0,03
8 Tarip Listrik 0,13 Cabai Rawit -0,03
9 Daging Ayam Ras 0,12 Angkutan Antar Kota -0,02
Sumber: BPS, diolah
10 Rokok Kretek 0,12 Sabun Detergen Bubuk/Cair
-0,01
Grafik 2.1 Inflasi Sumut dan Nasional
Sumber: BPS, diolah

Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada penghujung Komoditas utama yang menyumbang inflasi dan
2015 menurun jauh dibanding tahun sebelumnya. deflasi di sepanjang tahun 2015 tersaji dalam Tabel
Inflasi 2015 adalah sebesar 3,24%, jauh lebih rendah 2.1. Berbagai komoditas tersebut muncul sebagai
dibanding tahun 2014 yang mencapai 8,17% (Grafik inflatoir maupun deflatoir karena berbagai kondisi
2.1). Angka tersebut juga sedikit dibawah angka diantaranya siklus pasokan yang tergantung masa
nasional yang mencapai 3,35% (yoy). tanam/panen komoditas dan faktor cuaca, serta
Jika kita cermati, inflasi tahunan (yoy) Sumatera kebijakan penetapan harga BBM dan listrik oleh
Utara cenderung menurun sejak triwulan II 2015. pemerintah. Di sisi permintaan, faktor musiman
Secara triwulanan, inflasi tercatat menurun dari terkait perayaan hari besar dan tahun ajaran baru
7,82% pada triwulan II, 6,62% pada triwulan III, juga mendorong kenaikan harga barang tertentu.
menjadi 3,24% di akhir tahun. (Grafik 2.1). Penurunan Selain itu, berbagai langkah non-konvensional untuk
inflasi pada akhir tahun 2015 terjadi di semua kota mengurangi pasokan seperti pengafkiran bibit ayam
penghitungan IHK di Sumatera Utara (Grafik 2.2). serta faktor eksternal terkait nilai tukar juga
mempengaruhi naik/turunnya harga barang dan jasa
di sepanjang tahun 2015.

Sumber: BPS, diolah


Grafik 2.2 Inflasi Kota di Sumut

Rendahnya realisasi inflasi 2015 tersebut


Sumber: BPS, diolah
menegaskan bahwa Sumatera Utara mampu Grafik 2.3 Inflasi Bulanan di Sumut
mencapai realisasi inflasi yang sesuai dengan target
Inflasi bulanan (mtm) di sepanjang triwulan IV 2015
yang ditetapkan Pemerintah pada 2015, yakni 4±1%.
cenderung meningkat. Inflasi bulanan (mtm)
Faktor utama yang mempengaruhi rendahnya
Oktober, November dan Desember 2015 berturut-
realisasi inflasi 2015 dibanding 2014 adalah
turut sebesar -0,23%, 0,51%, dan 1,43% (Grafik 2.3).
kebijakan penetapan harga BBM oleh pemerintah
Deflasi pada Oktober, inflasi moderat pada
serta semakin tingginya komitmen TPID Sumut untuk
November dan inflasi tinggi pada Desember tersebut
menjaga pasokan pangan melalui berbagai program
terutama digerakkan oleh komoditas cabai merah
jangka pendek dan menengah. Ekspektasi inflasi
(Tabel 2.2). Hal tersebut sejalan dengan adanya
masyarakat menjadi lebih terjaga dengan stabilnya
panen cabai merah pada Juli-September yang
inflasi administered prices dan volatile foods
menekan harga kebawah, normalisasi harga pada
tersebut.

INFLASI
16
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

November, serta lonjakan harga pada Desember di akhir tahun sebelumnya. Selain itu, di sepanjang
seiring telah selesainya masa panen. 2015, Pemerintah hanya melakukan 4 kali
penyesuaian harga BBM bersubsidi dengan netting
Tabel 2.2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan
lebih kepada penurunan harga (Tabel 2.3).
sepanjang Triwulan IV 2015 di Sumatera Utara
Andil Andil Tabel 2.3 Perubahan Harga BBM Bersubsidi pada
Komoditas Komoditas
(%, mtm) (%, mtm) Tahun 2015 di Sumatera Utara
Oktober Bensin Minyak
Tomat Buah 0,13 Cabai Merah -0,16 Tanggal Minyak Solar
Premium Tanah
Kontrak Rumah 0,04 Daging Ayam Ras -0,12 1 Januari 7.800 (-11,8%) 7.250 (-3,4%) 2.500
Sewa Rumah 0,03 Dencis -0,07 19 Januari 6.700 (-14,1%) 6.400 (-11,7%) 2.500
November 1 Maret 6.800 (1,5%) 6.400 (-5,8%) 2.500
28 Maret 7.300 (7,4%) 6.900 (7,8%) 2.500
Beras 0,12 Dencis -0,02
Rokok Kretek Filter 0,09 Daging Sapi -0,02 Sejalan dengan itu, inflasi volatile foods tahun 2015
Cabai Merah 0,08 Emas Perhiasan -0,02 juga menurun dibanding tahun lalu. Penurunan
Desember
tersebut dipengaruhi membaiknya pasokan
Cabai Merah 0,47 Bensin -0,02
Bawang Merah 0,22 Seng -0,02 subkelompok bumbu-bumbuan terutama cabai
Daging Ayam Ras 0,11 Tomat Buah -0,02 merah. Hal tersebut tak lepas dari peran TPID Sumut
Sumber: BPS, diolah untuk menjaga kestabilan pasokan cabai merah pasca
Selain itu, pasca program pengafkiran bibit ayam musim panen berakhir. Berbagai program terkait
(parent stock) pada tengah September 2015, harga untuk menyukseskan hal tersebut diantaranya: (a)
daging ayam ras terus naik sejak November 2015 optimalisasi penggunaan cold storage, (b) program
karena berkurangnya pasokan. Kenaikan tersebut tanam cabai di lahan pertanian dan pekarangan, (c)
mencapai puncaknya pada Desember 2015. Program pengolahan cabe dalam kemasan bermerk “Cabe
tersebut dijalankan berdasarkan pertemuan antara Kita” sekaligus (d) sosialisasi penggunaan cabe
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan 13 kemasan untuk menjaga keseimbangan antara
perusahaan pembibitan ayam pada 18 September pasokan dan permintaan.
2015 yang memutuskan dilakukannya pemusnahan/
pengafkiran 6 juta bibit ayam karena harga daging
ayam ras yang tidak menutupi biaya produksinya.

2.2 Disagregasi Inflasi

Grafik 2.5 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika

Di sisi lain, inflasi inti (core inflation) justru


mengalami kenaikan dibanding tahun 2014. Kenaikan
tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh kenaikan
Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok) permintaan masyarakat. Disamping itu, pelemahan
Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Sumut nilai tukar Rupiah (Grafik 2.5), yang berdampak
terhadap kenaikan harga barang yang diimpor meski
Penurunan inflasi tahun 2015 terutama dipengaruhi
dampaknya secara keseluruhan tidak signifikan.
menurunnya tekanan inflasi administered prices.
Kenaikan inflasi inti juga dipengaruhi harga properti
Inflasi volatile foods juga menurun dan dapat dijaga
yang terus menjulang seiring permintaan masyarakat
pada level yang rendah. Sementara itu, inflasi inti
yang terus meningkat akan hunian (Grafik 2.6).
sedikit naik. (Grafik 2.4)
Adanya kenaikan biaya sekolah dasar dan menengah
Penurunan inflasi tahunan (yoy) terdalam terjadi juga turut menyumbang tekanan inflasi inti pada
pada inflasi administered prices, yaitu dari 14% tahun 2015.
menjadi 1%. Hal tersebut sejalan dengan efek basis
(base effect) hilangnya dampak kenaikan harga BBM

INFLASI
17
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

pekarangan, pengolahan produk cabe kemasan serta


sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak hanya
mengkonsumsi cabai merah segar, tapi juga cabai
merah dalam kemasan. Peran Bulog dalam menyerap
hasil panen petani cabai merah di Batubara juga turut
berperan dalam menjaga kestabilan harga.
Sementara itu, penurunan harga komoditas minyak
goreng diduga karena masih melemahnya harga
Grafik 2.6 Survei Harga Properti Residensial kelapa sawit sebagai bahan baku sehingga biaya
bahan baku cenderung menurun.
2.3 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa
Tabel 2.5 Inflasi Kelompok Bahan Makanan
Inflasi (yoy) Andil
KELOMPOK Arah
2014 2015 (yoy) 2015
BAHAN MAKANAN 7,48 4,41 ↓ 0,98
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 3,76 10,32 ↑ 0,48
Daging dan Hasil-hasilnya 4,20 10,16 ↑ 0,22
Ikan Segar 14,36 1,83 ↓ 0,06
Ikan Diawetkan 3,47 4,10 ↑ 0,04
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 8,61 7,06 ↓ 0,16
Sayur-sayuran 7,04 1,44 ↓ 0,04
Kacang - kacangan 2,01 3,61 ↑ 0,02
Buah - buahan 3,80 5,83 ↑ 0,17
Bumbu - bumbuan 11,42 -4,26 ↓ -0,18
Lemak dan Minyak 8,28 -2,41 ↓ -0,04
Bahan Makanan Lainnya 7,76 4,08 ↓ 0,00
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.7 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan
Di sisi lain, moderasi inflasi kelompok bahan makanan
Indeks Harga Konsumen di Sumatera Utara
didorong oleh kenaikan inflasi subkelompok padi-
Penurunan inflasi tahun 2015 terjadi di hampir padian, umbi-umbian dan hasilnya (terutama
semua kelompok komoditas. Dua kelompok yang komoditas beras) serta daging dan hasil-hasilnya
justru mengalami peningkatan adalah kelompok
(khususnya komoditas daging ayam ras dan daging
sandang dan kelompok kesehatan (Tabel 2.4).
sapi). Harga beras untuk semua kualitas terus
Tabel 2.4 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa meningkat sejak awal tahun 2015, dengan rata-rata
Inflasi (yoy) Andil (yoy)
KELOMPOK KOMODITAS
2014 2015
Arah
2015 kenaikan 0,85% per bulan. Angka tersebut
Bahan Makanan 7,48 4,41 ↓ 0,98 sebenarnya tidak terlalu tinggi, namun karena
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 6,54 6,23 ↓ 0,99
sumbangan komoditas beras yang cukup besar (24%
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 6,02 4,03 ↓ 0,94
Sandang 2,60 4,02 ↑ 0,25 terhadap kelompok bahan makanan) sehingga cukup
Kesehatan 4,65 6,05 ↑ 0,23 signifikan mendorong tekanan inflasi.
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 6,58 5,94 ↓ 0,43
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 15,52 -2,76 ↓ -0,56
INFLASI TOTAL 8,17 3,25 ↓ 3,25
Sumber: BPS, diolah

2.3.1 Kelompok Bahan Makanan

Kelompok Bahan Makanan mengalami penurunan


inflasi (yoy), dari 7,48% menjadi 4,41%.
Subkelompok utama yang menyumbang penurunan
tersebut adalah bumbu-bumbuan (khususnya
komoditas cabai merah) serta lemak dan minyak
(komoditas minyak goreng).
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KPw BI Sumut
Penurunan cabai merah, sebagaimana telah
Grafik 2.8 Pergerakan Harga Beras (Berbagai Kualitas)
dijelaskan, tak lepas dari peran TPID Sumut untuk
menjaga ketersediaan pasokan. Beberapa program Di sisi lain, kenaikan harga komoditas daging sapi
yang berhasil diantaranya optimalisasi penggunaan disebabkan oleh pengurangan impor sapi terutama
cold storage, penanaman cabai merah di kebun dan pasca Lebaran. Hal tersebut sempat membuat

INFLASI
18
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

keriuhan di kalangan pedagang daging sapi. Mereka mengantisipasi rencana kenaikan cukai rokok10 rata-
cenderung enggan menjual karena jika harga tidak rata sebesar 11,19% yang akan diberlakukan efektif
dinaikkan, mereka rugi, namun jika dinaikkan, per 1 Januari 2016 oleh Pemerintah. Penyesuaian
konsumen tidak sanggup membeli. Keriuhan itu harga rokok tersebut dilakukan secara bertahap.
akhirnya menimbulkan adanya aksi mogok nasional
2.3.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
pedagang sapi pada tanggal 9-12 Agustus lalu.
Bahan Bakar
Seiring melonjaknya harga daging, konsumen
Kelompok Bahan Makanan mencatatkan inflasi
cenderung beralih mengkonsumsi daging ayam ras
(yoy) moderat sebesar 4,03%, lebih rendah
yang membuat harganya ikut terkerek naik. Selain
dibanding tahun 2014 yang mencapai 6,02%.
itu, kenaikan harga daging ayam ras juga didorong
Subkelompok yang mengalami penurunan inflasi
meningkatnya harga pakan. Meski demikian,
adalah bahan bakar, penerangan, dan air serta
kenaikan harga pakan yang lebih tinggi dari kenaikan
perlengkapan rumah tangga. Meski demikian,
harga daging ayam ras membuat Komisi Pengawasan
moderasi inflasi kelompok ini didorong oleh tekanan
Persaingan Usaha (KPPU) bersama 13 perusahaan
inflasi di hampir semua komoditas dalam kelompok
pembibitan ayam memutuskan untuk melakukan
ini. Komoditas yang menjadi penyumbang inflasi
pengafkiran 6 juta bibit ayam secara bertahap mulai
utama secara berurutan adalah kontrak rumah,
Oktober 2015. Hal tersebut yang membuat harga
bahan bakar rumah tangga serta tarif listrik.
daging ayam ras di penghujung 2015 mengalami
peningkatan yang signifikan. Tabel 2.7 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas
dan Bahan Bakar
2.3.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok KELOMPOK
Inflasi (yoy)
Arah
Andil
2014 2015 (yoy) 2015
dan Tembakau PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 6,02 4,03 ↓ 0,94
Biaya Tempat Tinggal 3,06 3,86 ↑ 0,43
Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Bahan Bakar, Penerangan dan Air 16,10 5,11 ↓ 0,30
dan Tembakau pada 2015 yang meski sedikit Perlengkapan Rumahtangga 4,31 3,56 ↓ 0,05
Penyelenggaraan Rumahtangga 2,87 3,64 ↑ 0,16
menurun dibanding tahun lalu, namun masih tinggi. Sumber: BPS, diolah
Inflasi (yoy) kelompok ini turun dari 6,54% menjadi
6,23%. Penurunan tersebut terjadi pada Meningkatnya harga komoditas kontrak rumah
subkelompok makanan jadi serta tembakau dan beriringan dengan makin mahalnya biaya properti di
minuman beralkohol. Namun, jika ditelaah lebih jauh, tengah masih tingginya permintaan masyarakat akan
seluruh komoditas dalam kelompok ini mengalami hunian. Selain itu, kenaikan bahan bangunan dengan
inflasi. Hal itulah yang menyebabkan inflasi dalam impor content (antara lain keramik, granit dan
kelompok ini masih tinggi. gypsum) seiring dengan pelemahan nilai tukar,
kenaikan upah buruh bangunan terkait kenaikan
Tabel 2.6 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman,
UMP, serta kenaikan harga lahan terkait semakin
Rokok, dan Tembakau
Inflasi (yoy) Andil terbatasnya lahan pemukiman di area perkotaan
KELOMPOK Arah
2014 2015 (yoy) 2015 diperkirakan menjadi faktor peningkatan biaya
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
6,54 6,23 ↓ 0,99
Makanan Jadi 5,79 3,41 ↓ 0,26
properti.
Minuman yang Tidak Beralkohol 2,03 8,91 ↑ 0,22
Tembakau dan Minuman Beralkohol 12,01 10,88 ↓ 0,50 Terkait inflasi komoditas bahan bakar rumah tangga,
Sumber: BPS, diolah Pemerintah sempat menaikkan secara signifikan
harga LPG 12 kg pada awal April 2015. Meski sempat
Komoditas dengan sumbangan inflasi (yoy) tertinggi
diturunkan kembali pada tengah September, namun
adalah berbagai varian rokok. Secara berurut dari
secara netting harga LPG 12 kg telah mengalami
andil inflasi tertinggi adalah rokok kretek filter, rokok
kenaikan 12,5% dibanding harga pada akhir tahun
kretek, dan rokok putih. Kenaikan tersebut diduga
2014.
sebagai upaya yang dilakukan pelaku usaha untuk

INFLASI
19
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Di sisi lain, sesuai Peraturan Menteri (Permen) Energi pendidikan. Komoditas penyumbang inflasi utama
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 31/2014 secara berurut dari yang tertinggi adalah sekolah
sebagaimana telah diubah dengan Permen ESDM No dasar, sekolah menengah atas, dan sekolah
09/2015 maka penyesuaian tarif listrik diberlakukan menengah pertama. Kenaikan tersebut seiring
setiap bulan dengan mempertimbangkan perubahan dengan naiknya uang pangkal sekolah untuk siswa
nilai tukar mata uang Dollar Amerika terhadap mata baru pada musim tahun ajaran baru 2015/2016.
uang Rupiah, harga minyak dan inflasi bulanan.
Tabel 2.10 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan
Sehingga, sepanjang tahun 2015, tarif listrik rata-rata Olah Raga
naik 0,33% tiap bulan. KELOMPOK
Inflasi (yoy)
Arah
Andil
2014 2015 (yoy) 2015
2.3.4 Kelompok Sandang PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 6,58 5,94 ↓ 0,43
Pendidikan 8,47 9,30 ↑ 0,36
Kursus-kursus / Pelatihan 0,31 0,70 ↑ 0,00
Inflasi kelompok Sandang meningkat dibanding
Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0,98 3,71 ↑ 0,03
tahun lalu, dari 2,60% menjadi 4,02%. Sebagian Rekreasi 8,16 2,48 ↓ 0,03
besar harga komoditas dalam kelompok ini Olahraga 2,61 4,07 ↑ 0,00
Sumber: BPS, diolah
cenderung stabil. Komoditas penyumbang inflasi
utama dalam kelompok ini diantaranya celana 2.3.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa
panjang jeans dan baju muslim wanita. Jika dilihat Keuangan
inflasi bulanannya (mtm), komoditas tersebut naik
Pada akhir tahun 2015, Kelompok Transportasi,
signifikan hanya pada Juli terkait Lebaran serta
Komunikasi, dan Jasa Keuangan mengalami deflasi
Desember terkait perayaan Natal dan tahun baru.
sebesar -2,76%. Deflasi yang cukup dalam terjadi
Tabel 2.8 Inflasi Kelompok Sandang pada subkelompok transpor, yang disumbang oleh
Inflasi (yoy) Andil deflasi komoditas bensin dan angkutan dalam kota.
KELOMPOK Arah
2014 2015 (yoy) 2015
SANDANG 2,60 4,02 ↑ 0,25
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Tabel 2.3,
Sandang Laki-laki 3,37 3,71 ↑ 0,07 Pemerintah menurunkan harga bensin sebanyak dua
Sandang Wanita 3,72 6,91 ↑ 0,10
kali pada Januari, dan menaikkan harga bensin
Sandang Anak-anak 3,61 3,36 ↓ 0,05
Barang Pribadi dan Sandang Lain 0,66 2,05 ↑ 0,03 sebanyak dua kali pada Maret 2015. Harga terakhir
Sumber: BPS, diolah bensin pada 2014 adalah Rp8.500, sementara harga
terakhir hingga penghujung 2015 adalah Rp7.300
2.3.5 Kelompok Kesehatan
atau turun 14,1%. Deflasi bensin ini secara langsung
Kelompok kesehatan mengalami peningkatan inflasi juga diikuti dengan deflasi tarif angkutan dalam kota,
(yoy) dari 4,65% menjadi 6,05%. Subkelompok yang meski tidak sedalam deflasi bensin.
meningkat signifikan adalah perawatan jasmani dan
kosmetika, khususnya komoditas pasta gigi. Tabel 2.11 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan
Jasa Keuangan
Komoditas tersebut naik tinggi pada Juni 2015, yang Inflasi (yoy) Andil
KELOMPOK Arah
diduga terkait tingginya permintaan masyarakat 2014 2015 (yoy) 2015
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEU. 15,52 -2,76 ↓ -0,56
menjelang bulan puasa Ramadhan. Transpor 13,62 -4,47 ↓ -0,68
Komunikasi Dan Pengiriman 0,04 0,14 ↑ 0,00
Tabel 2.9 Inflasi Kelompok Kesehatan Sarana dan Penunjang Transpor 7,23 7,86 ↑ 0,11
Inflasi (yoy) Andil Jasa Keuangan 3,56 0,00 ↓ 0,00
KELOMPOK Arah
2014 2015 (yoy) 2015 Sumber: BPS, diolah
KESEHATAN 4,65 6,05 ↑ 0,23
Jasa Kesehatan 1,57 1,65 ↑ 0,02 2.4 Upaya Pengendalian Inflasi
Obat-obatan 2,50 1,44 ↓ 0,01
Jasa Perawatan Jasmani 9,04 8,51 ↓ 0,03 Pencapaian inflasi yang rendah dan terkendali hingga
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 6,97 10,35 ↑ 0,17
Sumber: BPS, diolah akhir 2015 tak lepas dari peran Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) se-Sumatera Utara. Berbagai
2.3.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
program jangka menengah TPID Sumut diantaranya:
Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah
1. Mengoptimalkan dukungan alokasi APBD dan
Raga meski sedikit menurun, namun masih cukup
APBN untuk kegiatan pengendalian inflasi.
tinggi. Inflasi tahunan (yoy) kelompok ini sedikit
Langkah awal melalui penyusunan Standard
menurun dari 6,58% menjadi 5,94%. Tingginya inflasi
kelompok ini terutama disumbang oleh subkelompok

INFLASI
20
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Operating Procedure (SOP) pencairan dana untuk 2. Melaksanakan program-program yang telah
operasi pasar pemerintah daerah. disepakati dalam Roadmap Pengendalian Inflasi
2. Mendukung percepatan pembangunan Sumatera Utara periode 2015-2018 dengan cara
infrastruktur melalui kemudahan perizinan, menyusun action plan tahunan sesuai dengan
pengadaan lahan (pencetakan sawah baru) dan tupoksi dan kewenangan masing-masing.
penguatan komunikasi dengan masyarakat, 3. Melakukan penguatan kerjasama perdagangan
percepatan pembangunan infrastruktur antar daerah untuk mengatasi permasalahan
(perbaikan maupun penambahan) baik irigasi, ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga
jalan, jembatan, lumbung pangan, maupun pabrik melalui implementasi program Toko Tani
es untuk hasil tangkap ikan laut dsb. Indonesia.
3. Membenahi tata niaga melalui optimalisasi pasar 4. Memberikan sosialisasi tentang maksud, tujuan
induk Tuntungan guna meminimalkan upaya- dan manfaat kegiatan Toko Tani Indonesia
upaya spekulasi di daerah sekaligus membuka kepada petani dan pedagang.
ruang kerjasama antar daerah. 5. Memfasilitasi pedagang dan petani khususnya
4. Meningkatkan pengawasan secara intensif untuk komoditas utama penyumbang inflasi agar
terhadap distribusi sarana produksi pertanian, dapat berpartisipasi dalam program Toko Tani
seperti pupuk, alat mesin pertanian, dan sarana Indonesia.
pertanian lainnya guna mendukung peningkatan 6. Meminta komitmen petani untuk memasok hasil
kapasitas produksi pangan daerah. produk pertaniannya kepada BULOG/Mitra
5. Meningkatkan produksi maupun produktivitas BULOG, serta komitmen pedagang untuk
tanaman pangan melalui program penanaman menjual sesuai dengan harga eceran tertinggi.
cabai dan bawang merah perkotaan serta 7. Menyusun rencana kegiatan Toko Tani Indonesia
program perluasan areal persawahan yang terkait penyediaan sarana pendukung kegiatan
melibatkan lintas instansi, yaitu Bulog, Toko Tani Indonesia di berbagai kabupaten/kota.
Kementerian Pertanian dan TNI AD. 8. Meningkatkan kemampuan manajerial pedagang
6. Meningkatkan aksesabilitas perbankan melalui Toko Tani Indonesia dan kemampuan teknis
program pemberdayaan petani. sesuai kebutuhan tentang peningkatan
7. Melanjutkan kerjasama TPID dengan KPPU untuk produktivitas pertanian.
mengantisipasi terjadinya praktek monopoli. 9. Melakukan pengembangan jejaring kemitraan
usaha dagang Toko Tani Indonesia dalam rangka
Selain itu, untuk mengantisipasi berbagai tantangan stabilitas harga pangan.
dalam pengendalian inflasi daerah pada tahun 2016, 10. Memperkuat dan mengembangkan kelembagaan
Rakorprov TPID pada November 2015 menghasilkan baik kelompok tani, koperasi pertanian maupun
beberapa kesepakatan sebagai berikut: asosiasi pedagang di daerah masing-masing
1. Menjadikan Roadmap Pengendalian Inflasi sebagai prasyarat melakukan kerjasama dalam
Sumatera Utara periode 2015-2018 sebagai Toko Tani Indonesia.
acuan TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dalam
melakukan pengendalian inflasi sesuai dengan
tupoksi dan kewenangan masing-masing.

INFLASI
21
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Perdagangan Komoditas Pangan Strategis Suplemen 1


Provinsi Sumatera Utara
Harga pada dasarnya dibentuk atas mekanisme penawaran dan permintaan di pasaran. Permintaan
akan dipengaruhi oleh preferensi masyarakat, pertumbuhan populasi, dan pertumbuhan pendapatan riil.
Kenaikan permintaan tanpa disertai oleh respon penawaran barang dapat menyebabkan terjadinya persistensi
kenaikan harga (inflasi). Beberapa faktor lain yang dapat berpengaruh
terhadap persistensi harga komoditas pangan, di antaranya adalah
faktor produksi, faktor kelembagaan, dan faktor pemasaran. Faktor
pemasaran atau distribusi sangat terkait dengan konektivitas dan sistem
logistik yang sangat berpengaruh terhadap biaya transportasi sehingga
pada akhirnya harga jual komoditas pangan dapat meningkat.

Dari sisi produksi, pada dasarnya Sumatera Utara merupakan


salah satu sentra produksi tanaman pangan terutama untuk beras dan
cabai merah. Rata-rata produksi beras di Sumatera Utara adalah 3,5 juta
ton/tahun, dengan lokasi produksi yang cukup tersebar. Sementara,
jumlah konsumsi beras hanya mencapai 1,7 juta ton/tahun. Demikian
juga dengan komoditas cabai merah yang memiliki jumlah produksi yang
Gambar 2.1 Peta Surplus Defisit Beras
cukup memadai dan sebaran lokasi produksi di beberapa kabupaten.
Provinsi Sumatera Utara
Meski produksi untuk beberapa komoditas pangan relatif memadai, inflasi Sumut masih diwarnai oleh
fluktuasi inflasi komoditas pangan. Seperti yang dilihat pada bab 2 Inflasi, inflasi komoditas pangan yang
bergejolak (volatile foods) memiliki fluktuasi yang cukup tinggi, terutama untuk komoditas cabai merah dan
bawang merah. Untuk mengantisipasi fluktuasi yang cukup tinggi, umumnya pedagang mengambil mardin
yang cukup besar untuk komoditas tersebut. Margin penjualan pedagang besar relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan pedagang grosir. Dalam meredam fluktuasi ini perlu dilakukan kerja sama antar daerah
sehingga distribusi pasokan dan permintaan dapat lebih merata.

Tabel 2.12 Margin per Kategori Pedagang

Kategori Margin Beras Bawang Merah Cabe Merah Daging Sapi


Pedagang Rata-rata Stdev Rata-rata Stdev Rata-rata Stdev Rata-rata Stdev
Umum Mark Up Rate 11,51 7,22 16,68 7,99 18,65 15,61 9,60 5,63
Profit Rate 8,84 7,52 14,05 7,17 15,81 15,36 7,70 5,49
Trade Cost 2,30 4,03 2,63 2,28 2,84 2,27 1,73 2,52
Pedagang Mark Up Rate 14,58 9,78 17,17 6,98 21,53 13,66 7,80 3,35
Besar Profit Rate 12,27 10,27 14,42 6,45 18,52 13,53 5,75 2,15
Trade Cost 1,58 6,33 2,75 2,35 3,02 2,72 2,05 2,20
Pedagang Mark Up Rate 10,06 5,16 15,57 10,04 16,40 16,85 9,92 5,90
Grosir Profit Rate 7,17 5,10 13,21 8,75 13,70 16,56 8,03 5,83
Trade Cost 2,65 2,22 2,36 2,16 2,70 1,88 1,68 2,59

Jika dilihat dari pola perdagangannya, pada dasarnya perdagangan komoditas pangan strategis di
Sumatera Utara masih didominasi oleh perdagangan intra wilayah. Hanya sebagian kecil daerah yang menjadi
mitra dagang perdagangan antar wilayah untuk komoditas pangan strategis, seperti Provinsi Aceh, Provinsi
Riau, Provinsi Kepulauan Riau, dan Provinsi Jawa Tengah. Kota Medan masih menjadi kota distributor utama
untuk komoditas pangan meski bukan merupakan daerah sentra produksi. Meski distribusi komoditas pangan
masih relatif terkonsentrasi di kota Medan, pola penentuan harga di Sumatera Utara masih relatif terdispersi

INFLASI
22
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

yang tercermin dari Moorans Index11 yang relatif rendah. Dengan demikian, penentuan harga komoditas suatu
kota tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga daerah tetangganya. Preferensi pedagang dalam menentukan
supplier maupun pembeli yang lebih didasarkan pada faktor kepercayaan dibandingkan dengan faktor harga
menjadi salah satu penyebab terjadinya fenomena ini.

Secara spasial, pedagang di Kota Medan memiliki margin perdagangan yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan kota/kabupaten lain meski bukan merupakan sentra produksi komoditas pangan.
Tingginya kapasitas permodalan yang dimiliki oleh pedagang di kota ini dapat menyokong pedagang untuk
memperoleh harga yang lebih rendah dibandingkan dengan kota lainnya. Selain itu, aksesibilitas yang lebih
baik seperti kualitas jalan serta fasilitas pelabuhan yang memang berada di Kota Medan mampu menurunkan
biaya operasional pedagang sehingga margin keuntungan yang dihasilkan lebih tinggi.

Grafik 2.9 Margin per Kota/Kabupaten

Dari sisi biaya perdagangan, pada dasarnya trade cost komoditas pangan strategis relatif rendah. Hasil
survei perdagangan antar wilayah Sumatera Utara menunjukkan bahwa biaya perdagangan Sumatera Utara
hanya 2,9% dari harga penjualan. Biaya tersebut bahkan lebih rendah dari rata-rata biaya perdagangan pada
level nasional. Relatif rendahnya biaya perdagangan tersebut disebabkan cukup terjangkaunya daerah
penjualan mengingat relatif tersebarnya sentra produksi pertanian. Namun, hal yang perlu mendapatkan
perhatian adalah besarnya biaya lainnya dalam komponen biaya perdagangan. Jika dilihat dari komponennya,
biaya perdagangan terdiri atas biaya transportasi sebesar 66,5%, biaya bongkar muat sebesar 15,4%, biaya
administrasi sebesar 4,0%, dan biaya lainnya sebesar 14,1%. Tingginya biaya lainnya tidak lepas dari adanya
pungutan liar di jalan, terutama untuk komoditas daging sapi di Kota Pematangsiantar.

Tabel 2.13 Perbandingan Biaya Transportasi Antar Kota


Kota Biaya (% dari harga jual)
Transportasi Bongkar Muat Administrasi Lainnya
Sibolga 1,45 0,41 0,13 0,12
Pematangsiantar 2,51 0,24 0,05 0,28
Medan 1,35 0,33 0,15 0,15
Padangsidimpuan 1,96 0,54 0,12 0,16
Umum 1,72 0,37 0,12 0,17

INFLASI
23
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Perdagangan komoditas strategis di Sumatera Utara tidak terlepas dari beberapa kendala, baik dari
sisi pemasaran maupun distribusi. Dalam hal pemasaran, sebagian besar pedagang merasakan adanya
keterbatasan informasi dalam penentuan harga. Meskipun dipublikasikan dalam harga di level konsumen
akhir, namun data harga komoditas yang berada di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS,
www.hargasumut.org) seharusnya bisa dijadikan pendekatan bagi pedagang dalam menentukan harga. Dari
sisi logistik, pemasalahan distribusi barang terutama disebabkan oleh gangguan cuaca serta gangguan
keamanan di jalan. Oleh karena itu, TPID se-Sumatera Utara terus mengupayakan penguatan koordinasi untuk
mengurangi dampak dari gangguan cuaca dan keamanan baik dalam proses produksi maupun distribusi.
Kualitas dan kuantitas infrastruktur perhubungan juga terus ditingkatkan untuk meningkatkan konektivitas
antar kota/kabupaten di Sumatera Utara, mengingat semakin tinggi konektivitas, maka rata-rata volatilitas
inflasi bahan makanan juga akan semakin tinggi (Grafik 2.21). Tingginya intensi pemerintah untuk
meningkatkan kualitas infrastruktur perhubungan tercermin dari target persentase kemantapan jalan yang
meningkat baik untuk jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota.

Infrastruktur Moda Banyaknya


Transportasi yangTransportasi pungutan tidak
tidak terbatas resmi
memadai/rusak 1% 9%
5% Gangguan
cuaca
11%

Gangguan
kemacetan keamanan di jalan
66% 8%

Grafik 2.10 Permasalahan Pemasaran Grafik 2.11 Permasalahan Logistik

Indeks Konektivitas

Sumber: Departemen Regional I Sumatera


Grafik 2.12 Perbandingan Indeks Konektivitas dibandingkan dengan Rata-rata Volatilitas Inflasi Bahan Makanan

Tabel 2.14 Kondisi Jalan di Provinsi Sumatera Utara


Panjang % Kemantapan
No. Status Mantap (km, %) Tidak Mantap (km, %)
(km) 2015 2016
1. Jalan Nasional 2.249,60 1.806,3 (80,29%) 443,2 (19,7%) 84,2 93,65
2. Jalan Provinsi 3.048,50 2.268,7 (74,4%) 779,7 (25,6%) 76,5 82,0
3. Jalan Kab/Kota 33.452,90 19.336,8 (57,8%) 14.116,07 (42,2%) 62,5 67,0
Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara

INFLASI
24
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

BAB 3 PERBANKAN, STABILITAS SISTEM


KEUANGAN DAN SISTEM
PEMBAYARAN

Dukungan perbankan terhadap perbaikan ekonomi Sumatera Utara pada Triwulan IV 2015
terlihat pada peningkatan kredit. Kinerja kredit ke sektor korporasi masih meningkat, sementara kredit
UMKM dan kredit rumah tangga melambat. Namun demikian, pertumbuhan kredit tersebut tidak diikuti oleh
kenaikan pertumbuhan asset dan DPK terkait dengan kondisi ekonomi yang belum pulih. Risiko masih
terjaga dibawah level indikatif. Kondisi tersebut juga tercermin pada aktivitas transaksi masyarakat, baik
secara tunai maupun non tunai.

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN


25
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

3.1 Ringkasan Umum Sumatera Utara masih melanjutkan tren perlambatan


sejak akhir 2011. Pertumbuhan (yoy) aset pada akhir
Dibanding tahun 2014, kinerja perbankan Sumatera
2011-2013 secara berturut-turut adalah 19,7%,
Utara di penghujung 2015 membaik, khususnya
16,0%, dan 15,7%.
kredit. Pertumbuhan kredit mengalami peningkatan
ditengah aset dan DPK yang cenderung melambat. Di sisi lain, setelah mengalami perlambatan aset yang
Dengan kondisi tersebut, Loan to Deposit Ratio (LDR) cukup dramatis selama 4 tahun terakhir, aset
meningkat dengan Non Performing Loan (NPL) masih perbankan syariah pada akhir 2015 justru
dibawah level indikatif 5 persen meski cenderung mencatatkan pertumbuhan yang meningkat
meningkat sejak awal 2015. dibanding tahun lalu. Membaiknya pertumbuhan aset
perbankan syariah Sumatera Utara tersebut didorong
Kinerja kredit ke sektor korporasi dan UMKM
oleh adanya penambahan modal yang siginifikan oleh
meningkat, sementara kredit rumah tangga
2 pemain utama perbankan syariah seiring rencana
melambat. Pertumbuhan kredit yang cukup baik
konsolidasi kedua bank tersebut.
terjadi di ketiga sektor utama. Sementara itu,
akselerasi kredit UMKM ditopang performa kredit ke
kategori perdagangan yang meningkat, di tengah
tertekannya kredit ke kategori pertanian. Di sisi lain,
tekanan kinerja terjadi di semua jenis kredit Rumah
Tangga, baik KPR, KKB maupun kredit multiguna. Hal
tersebut sejalan dengan Konsumsi masyarakat yang
melambat dibanding tahun sebelumnya.

Terbatasnya kinerja perbankan juga tercermin pada Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)
pertumbuhan transaksi tunai maupun non tunai. Hal
tersebut terutama tercermin dari meningkatnya Sejalan dengan perlambatan aset, Dana Pihak Ketiga
transaksi kliring secara nominal namun menurun (DPK) juga tumbuh melambat. Hingga akhir tahun
secara volume dan penurunan perputaran uang 2015, posisi DPK di Perbankan Sumatera Utara
(inflow-outflow) di masyarakat ditengah mulai tercatat sebesar Rp185,6 triliun, tumbuh 3,4% (Grafik
membaiknya kinerja perekonomian Sumut. 3.2). Perlambatan pertumbuhan DPK terjadi baik di
perbankan konvensional maupun syariah.
3.2 Analisis Perbankan Daerah

Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK


Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan
Perlambatan DPK terutama dipengaruhi oleh
Di tengah melambatnya ekonomi 2015 dibanding melambatnya giro dan deposito. Di tengah ekpektasi
tahun lalu, kinerja aset perbankan juga cenderung masyarakat yang tidak terlalu optimis seiring dengan
melambat. Aset total perbankan Sumatera Utara menurunnya daya beli, preferensi masyarakat
tercatat melambat dari 8,43% pada 2014 menjadi cenderung memilih produk simpanan tak berjangka
5,68% pada akhir 2015 (Grafik 3.1). Ekspektasi pelaku yang bisa diambil sewaktu-waktu. Hal ini terbukti
ekonomi akan melambatnya perekonomian di dengan terakselerasinya produk Tabungan seiring
sepanjang 2015 turut mempengaruhi keputusan melambatnya pertumbuhan deposito. Selain itu,
menajemen perbankan untuk tidak terlalu ekspansif. menurunnya suku bunga deposito juga menekan
Kondisi tersebut membuat aset perbankan di minat masyarakat untuk berinvestasi dalam bentuk

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN


26
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

deposito. Sementara itu, perlambatan yang cukup


dalam untuk giro dipengaruhi penempatan oleh
Lembaga Keuangan Non Bank yang tidak lagi tertarik
menempatkan dananya dalam bentuk giro karena
suku bunga yang terus menurun.

Grafik 3.6 Perkembangan Perbankan Sumut-Nasional

Akselerasi pertumbuhan kredit terjadi pada kredit


investasi dan modal kerja, sementara kredit konsumsi
justru melambat. Dengan porsi hingga 50% dari total
kredit, kredit modal kerja pada akhir 2015 tumbuh
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK mencapai 9,46% (yoy). Senada dengan hal itu, kredit
investasi juga tumbuh meningkat seiring
terakselerasinya Investasi dalam PDRB Sumatera
Utara. Meski demikian, perlambatan yang cukup
dalam pada Konsumsi dalam PDRB Sumatera Utara
turut mempengaruhi perlambatan penyaluran kredit
Konsumsi pada posisi akhir 2015.

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit

Posisi kredit12 di akhir tahun 2015 justru


menunjukkan sedikit peningkatan dibanding tahun
sebelumnya. Kredit perbankan tumbuh 7,44%, sedikit
lebih tinggi dibanding tahun 2014 yang tumbuh 6,97%.
Hal tersebut dikarenakan secara umum perbankan
dalam menyalurkan kredit cenderung prosiklikal Grafik 3.7 Perkembangan Kredit
mengikuti siklus ekonomi. Ekspektasi perlambatan
Peningkatan pertumbuhan kredit didukung dengan
ekonomi biasanya diikuti dengan perlambatan
turunnya suku bunga kredit, meski masih terbatas.
penyaluran kredit, dan sebaliknya. Stabilnya
Seiring menurunnya cost of funds berupa penurunan
penyaluran kredit juga terjadi pada level nasional
suku bunga deposito, suku bunga kredit juga
(Grafik 3.6).
mengalami penurunan. Namun penurunan suku
bunga kredit masih terbatas dan hanya terjadi di
kredit modal kerja, sementara suku bunga kredit
investasi relatif stabil dengan kecenderungan
meningkat. Sebaliknya, suku bunga kredit konsumsi
justru melonjak tajam, yang berdampak pada
perlambatan kredit konsumsi di akhir tahun 2015
12
(Grafik 3.8).
Konsep penyaluran KREDIT dibagi menjadi dua: (1) lokasi bank
dan (2) lokasi proyek. Poin (1) mengacu pada data penyaluran
kredit oleh Bank yang ada di Sumut sementara poin (2) mengacu
pada kredit yang tersalur dari Bank daerah manapun untuk
proyek/usaha yang berlokasi di Sumut. Dalam buku ini, poin (1)
digunakan untuk mengases kinerja perbankan, sementara poin (2)
untuk mengases PDRB serta ketahanan korporasi, UMKM dan
rumah tangga. Angka nominal kredit antara dua konsep tersebut
jumlahnya sangat mungkin berbeda.

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN


27
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

3.3 Ketahanan Sektor Korporasi dan UMKM

Kredit perbankan yang tersalur untuk sektor


korporasi13 di Sumatera Utara pada akhir 2015
sebesar Rp173,6 triliun. Kredit korporasi di Sumut
tumbuh akseleratif dari 9,89% (yoy) pada akhir 2014
menjadi 12,95% (yoy) (Grafik 3.11). Hal tersebut
sejalan dengan masih stabilnya pertumbuhan kredit
Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga Kredit secara nasional.
Akselerasi kredit di tengah tekanan DPK
menyebabkan meningkatnya level intermediasi
perbankan di tahun 2015. Hal tersebut tercermin dari
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sumatera
Utara yang meningkat dari 93,01% menjadi 96,61%
terutama terjadi pada Perbankan konvensional
(Grafik 3.9). Namun, pertumbuhan DPK yang lebih
tinggi dibanding pembiayaan di perbankan syariah
menyebabkan Financing to Deposit Ratio (FDR) turun
dari 104,99% menjadi 97,85%. Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Korporasi di Sumut

Pertumbuhan kredit yang cukup tinggi terjadi di


ketiga sektor utama di Sumatera Utara. Kredit
korporasi di Sumut sebagian besar (84%) tersalur ke
tiga kategori utama, yaitu Perdagangan Besar dan
Eceran (PBE, 34%), industri pengolahan (30%), dan
pertanian (20%). Akselerasi kredit perbankan kepada
industri pengolahan sejalan dengan peningkatan
pertumbuhan PDRB sektor tersebut. Sementara itu,
Grafik 3.9 Perkembangan Intermediasi Perbankan di tengah melambatnya pertumbuhan sektor
perdagangan, kredit kepada sektor tersebut justru
tumbuh meningkat. Hal tersebut diperkirakan akan
meningkatkan kinerja sektor tersebut pada triwulan
mendatang. Hal sebaliknya justru terjadi pada kredit
ke sektor pertanian yang relatif tertekan di saat
pertumbuhannya terakselerasi cukup signifikan.

Grafik 3.10 Perkembangan Risiko Kredit (NPL & NPF)

Peningkatan intermedasi perbankan senantiasa


perlu diiringi dengan peningkatan kewaspadaan
terhadap risiko kredit. Hal ini mengingat Non
Performing Loans (NPL) yang meski masih dibawah
batas aman 5%, namun cenderung meningkat.
Sementara itu, Non Performing Financing (NPF)
perbankan syariah juga masih tinggi diatas 8%, meski Grafik 3.12 Perkembangan NPL Kredit Korporasi

mulai ada indikasi perbaikan (Grafik 3.10).

13 Merupakan kredit modal kerja atau investasi untuk pelaku usaha

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN


28
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Meski demikian, perlu diwaspadai adanya tren


kenaikan NPL sejak awal 2015, meski cenderung
menurun di akhir 2015. Kenaikan NPL14 dibanding
akhir 2014 terjadi di ketiga sektor utama Sumut
(Grafik 3.12). Meski demikian, angka NPL masih
dibawah batas aman 5%.

Sementara itu, kredit pada usaha berskala UMKM


relatif melambat. Kredit UMKM tumbuh 9,56% (yoy),
melambat dibanding tahun sebelumnya yang
mencapai 15,62% (yoy). Deselerasi tersebut terjadi Grafik 3.14 Perkembangan NPL Kredit UMKM

pada semua level, baik mikro, kecil maupun 3.4 Ketahanan Sektor Rumah Tangga
menengah (Grafik 3.13).
Pada triwulan IV 2-15, rumah tangga di Sumut
cenderung meningkatkan porsi konsumsi.
Sementara itu, alokasi penghasilan untuk pinjaman
dan tabungan menurun. Hal ini tercermin dari hasil
Survei Konsumen15 di akhir periode triwulan III dan IV
2015 (Grafik 3.15). Meningkatnya konsumsi sesuai
dengan polanya berkenaan dengan hari Natal dan
Tahun Baru.

Grafik 3.13 Perkembangan Kredit UMKM di Sumut

Deselerasi kredit perdagangan, yang menguasai 53%


dari total kredit kepada UMKM, mempengaruhi
perlambatan kredit UMKM. Kredit perdagangan
tumbuh 11,04% (yoy), melambat dibanding tahun lalu
yang mencapai 13,01% (yoy). Perlambatan tersebut
terjadi terutama untuk level usaha kecil dan
menengah. Sejalan dengan itu, sektor pertanian yang
Grafik 3.15 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut
menguasai 19% dari total kredit UMKM, juga
melambat, dari 27,57% menjadi 10,34%. Perlambatan
kredit kepada pelaku UMKM perlu dicermati, agar Posisi kredit perbankan kepada sektor rumah tangga
tidak berlanjut dan menggerus pangsa kredit kepada di Sumut hingga akhir tahun 2015 tercatat sebesar
UMKM. Rp42,8 triliun. Kredit tersebut didominasi oleh kredit
multiguna, kredit pemilikan rumah (KPR), serta kredit
Kualitas kredit UMKM masih perlu diperbaiki. Hal ini
kendaraan bermotor (KKB) dengan porsi masing-
tercermin dari NPL yang masih diatas 5%, dengan
masing sebesar 45%, 33%, dan 12%. Kredit sektor
kecenderungan meningkat dibanding tahun 2014.
rumah tangga tumbuh 4,46% (yoy), melambat
Kenaikan NPL kredit UMKM tersebut terjadi di ketiga
dibanding tahun lalu yang mencapai 8,72% (yoy)
sektor utama serta di semua jenis UMKM, kecuali
(Grafik 3.17). Perlambatan tersebut terjadi sejalan
kredit mikro yang relatif membaik (Grafik 3.14).
dengan perlambatan pertumbuhan konsumsi baik
nasional maupun Sumatera Utara.

15 Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilakukan oleh


14 NPL dalam laporan ini adalah NPL gross, yang menunjukkan KPw BI Sumut untuk melihat keyakinan & ekspektasi konsumen
persentase kredit kolektibilitas 3 (kurang lancar), 4 (diragukan) dan terhadap perekonomian.
5 (macet) terhadap total outstanding kredit

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN


29
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Perlambatan kredit konsumsi diiringi dengan


kenaikan risiko kredit. Hal ini tercermin dari NPL,
yang meski masih dibawah batas aman 5%, namun
cenderung meningkat. Peningkatan tersebut terjadi
baik di KKB maupun KPR, sementara NPL kredit
multiguna relatif stabil. Hal ini diduga terkait dengan
masih berlanjutnya penurunan harga komoditas yang
berdampak pada penurunan daya beli masyarakat.
Grafik 3.16 Perkembangan Kredit Rumah Tangga
3.5 Perkembangan Sistem Pembayaran
Semua jenis kredit konsumsi mengalami tekanan 3.5.1 Sistem Pembayaran Non Tunai
pertumbuhan. Kredit multiguna melambat cukup
dalam. Sementara itu kredit perumahan rakyat (KPR) Di sisi lain, transaksi kliring melalui SKNBI 16
melambat terbatas. Di sisi lain, kredit kendaraan nominalnya tercatat sebesar Rp46,65 triliun atau
bermotor (KKB) posisi akhir tahun 2015 justru meningkat 13,83% (yoy), lebih tinggi dari triwulan
terkontraksi. sebelumnya. Namun secara volume, transaksi kliring
hanya mencapai 1,1 juta lembar atau melambat
Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan LTV untuk -37,02% (yoy), terkontraksi dibandingkan triwulan
mengelola pertumbuhan kredit konsumsi yang lebih sebelumnya yang tercatat tumbuh 12,06% (yoy)
sehat. Di tahun 2015, Bank Indonesia mengeluarkan (Grafik 3.20). Secara kuartalan, nominal maupun
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.17/10/PBI/2015 volume kliring meningkat, masing-masing 14,04%
tentang Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to (qtq) dan 2,04% (qtq). Kondisi tersebut sejalan
Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015 yang
Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan mulai membaik, namun secara keseluruhan tahun
Bermotor. Aturan baru tersebut meliputi kenaikan melambat dibandingkan tahun 2014.
10% rasio LTV untuk kredit properti semua tipe
rumah serta penurunan 5% uang muka kredit
kendaraan bermotor.

Relaksasi kebijakan LTV tersebut belum memberikan


dampak yang signifikan, khususnya dampak
penurunan 5% uang muka kredit kendaraan
bermotor terhadap pertumbuhan KKB hingga
penghujung 2015. Hal ini diduga seiring dengan
dampak depresiasi nilai tukar terhadap harga Grafik 3.18 Perkembangan Transaksi Kliring
kendaraan bermotor yang mengakibatkan
menurunnya penjualan ritel kendaraan bermotor
domestik.

Grafik 3.17 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga 16SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia), berbeda dengan
BI RTGS, setelmennya periodik (netting) serta untuk transaksi
bernilai kecil (maksimal Rp.500 juta)

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN


30
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

3.5.2 Kinerja Sistem Pembayaran Tunai

Perkembangan aliran uang kartal di


Sumatera Utara pada triwulan IV 2015 mengalami
net outflow17 sebesar Rp2,5 triliun (Grafik 3.21),
berbeda dibanding triwulan sebelumnya dengan
posisi net inflow Rp1,5 triliun. Posisi net outflow
tersebut terjadi di wilayah kerja KPw BI Pematang
Siantar dan KPw BI Sibolga, masing-masing sebesar
Rp1,8 triliun dan Rp1,4 triliun. Di sisi lain, net inflow
Grafik 3.20 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Sumut
justru terjadi di wilayah kerja KPw BI Sumut yang
berkedudukan di Medan sebesar Rp793 miliar. Di tengah total uang beredar18 yang menurun dari
Rp17,9 triliun menjadi Rp14,7 triliun, temuan uang
rupiah tidak asli juga menurun, dari 1.002 lembar
pada triwulan sebelumnya menjadi 999 lembar
(Grafik 3.22). Bank Indonesia terus meningkatkan
koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk
Kepolisian, dan senantiasa melakukan sosialisasi Ciri-
ciri Keaslian Uang Rupiah (CiKUR) guna
mengantisipasi penggunaan dan peredaran uang
Grafik 3.19 Perkembangan Uang Kartal di Sumut
Rupiah palsu.
Fenomena tingginya aliran masuk dari wilayah sekitar
menuju Medan tersebut diduga karena meningkatnya
aktivitas penukaran uang menjelang hari Natal dan
Tahun Baru.

17 Net outflow mencerminkan jumlah uang masuk (inflow) lebih


banyak dibanding uang keluar (outflow) ke kantor BI. Perhitungan
inflow/outflow uang kartal dilakukan berdasarkan pelaporan bank
di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang berada di
Sumatera Utara yaitu KPw BI Provinsi Sumatera Utara, KPw BI
Sibolga, dan KPw BI Pematangsiantar. Penjumlahan inflow dan outflow

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN


31
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015 Suplemen 2

Elektronifikasi Demi Transaksi Keuangan yang Lebih Efisien

Dalam era digital, elektronifikasi menjadi pilihan yang harus diambil untuk meningkatkan efisiensi
transaksi keuangan. Elektronifikasi adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk mengubah transaksi keuangan
dari bentuk tunai ke bentuk non tunai. Beberapa contoh kegiatan
elektronifikasi antara lain penggunaan e-money dalam transaksi pembelian
tiket kereta api Medan – Kualanamu atau pembayaran biaya tol. Termasuk di
dalamnya adalah kegiatan Lembaga Keuangan Digital (LKD) yang sedang
digalakan untuk dikembangkan di daerah-daerah yang belum terjangkau oleh
layanan perbankan. Dengan layanan LKD tersebut masyarakat dapat
melakukan transaksi perbankan di agen LKD yang biasanya merupakan
tempat usaha penjualan kelontong.

Berdasarkan hasil survei19 secara terbatas mengenai Akseptabilitas


Grafik 3.21 Dukungan Masyarakat
Elektronifikasi di Provinsi Sumatera Utara, elektronifikasi mendapatkan
terhadap Elektronifikasi
dukungan yang sangat besar dari elemen masyarakat. Survei dilakukan
secara terbatas terhadap 150 responden dan dilakukan Kota Medan yang merupakan pusat pemerintahan
Provinsi Sumatera Utara dan menjadi magnet perkembangan di Sumut. Survei tersebut menunjukkan bahwa
sebagaian besar (95%) masyarakat di Kota Medan mendukung adanya elektronifikasi. Hal ini disebabkan
responden menyakini lebih efisiennya transaksi keuangan bila dibandingkan dengan transaksi menggunakan
uang tunai. Dukungan ini justru terutama diperoleh dari masyarakat di lingkungan pemerintahan. Di sisi lain,
fasilitas yang terbatas menyebabkan 5% masyarakat responden resisten dalam menggunakan transaksi
elektronik.

Pada dasarnya masyarakat menyambut baik adanya elektronifikasi ini. Terdapat 3 variabel yang
digunakan untuk mengukur akseptabilitas masayarkat terhadap elektronifikasi, diantaranya adalah efisiensi,
keamanan, dan infrastruktur. Dari ketiga variabel ini, variabel yang paling berpengaruh terhadap keinginan
responden untuk menggunakan uang elektronik adalah faktor efisiensi, disusul dengan keamanan dan
infrastruktur. Menurut hasil survei, penyebab dari terkendalanya realisasi elektronifikasi adalah rendahnya
tingkat sosialisasi elektronifikasi ke masyarakat umum, infrastruktur yang belum siap, serta belum jelasnya
regulasi.

Langkah awal penjajakan elektronifikasi di Sumatera Utara dilakukan di lingkungan Universitas pada
tahun 2014. Langkah tersebut dilanjutkan kepada Pemerintah Daerah di tahun 2015. Urgensi untuk
meningkatkan elektronifikasi pada level pemerintah semakin penting dikarenakan berdasarkan hasil Focus
Group Discussion (FGD) KPw BI Sumut dengan pemerintah menunjukkan bahwa hanya 9 dari 34 satuan kerja
pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara yang telah menggunakan media elektronifikasi dalam proses
penggajiannya. Menanggapi hal tersebut, Bank Indonesia telah menginisiasi beberapa kerja sama dengan
pemerintah maupun universitas yaitu Nota Kesepahaman dengan USU pada tahun 2014 mengenai
elektronifikasi di lingkungan kampus serta Nota Kesepahaman dengan Polda Sumut, Pemprovsu dan Ditjen
Perbendaharaan Sumatera Utara mengenai peningkatan implementasi transaksi elektronik di lingkungan
pemerintah terutama dalam penggajian.

Ke depan, elektronifikasi perlu diperluas ke berbagai bentuk transaksi keuangan. Hal ini didasarkan
pada pemahaman pentingnya elektronifikasi dalam mendukung efisiensi ekonomi yang diperlukan agar
ekonomi Sumatera Utara dapat tumbuh lebih cepat lagi.

Riset Akseptabilitas Elektronifikasi di Provinsi Sumatera Utara, penelitian bersama STIM Sukma

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN


32
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH

Memasuki triwulan IV 2015 realisasi belanja Pemerintah Daerah meningkat cukup tajam
sehingga secara keseluruhan tahun tercatat cukup baik. Di sisi lain, kondisi tersebut menunjukkan
bahwa realisasi belanja Pemerintah masih terkonsentrasi di akhir tahun. Realisasi belanja Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara di tahun 2015 mencapai 94,1% dari yang dianggarkan. Sementara untuk APBD 17
(dari 33) Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terealisasi 95,7%. Namun, realisasi belanja langsung
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang didalamnya termasuk belanja modal hanya sebesar 86,9% dari
pagunya. Hal ini sejalan dengan sumbangan konsumsi Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di
triwulan laporan yang masih terbatas.

KEUANGAN PEMERINTAH
33
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

4.1 Gambaran Umum rendah 2,6% dari rencana semula yang sebesar
Rp8,67 triliun. Anggaran pendapatan P-APBD 2015
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2013, Anggaran
juga lebih rendah -0,4% (yoy) dari APBD 2014 yang
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
mencapai Rp8,48 triliun. Penurunan PAD bersumber
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah
dari koreksi pendapatan pajak daerah sebesar -7,8%
dan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dan retribusi daerah -63%. Dengan perubahan
(DPRD). Dalam penyusunannya, keterkaitan antara
tersebut, pangsa pendapatan Pemprov Sumatera
kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh
Utara berubah dari semula Pendapatan Asli Daerah
Pemerintah Daerah, serta sinkronisasi dengan
(PAD) 60,6% dan Pendapatan Transfer 39%, menjadi
berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam
masing-masing 54,7% dan 44,9%. Sementara
perencanaan dan penganggaran negara tentunya
komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
perlu diperhatikan.
masih tetap pangsanya 0,4% dari total pendapatan.
Pada triwulan IV-2015, terdapat perubahan anggaran
pendapatan dan belanja Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Sumatera Utara, dengan koreksi menurun
baik pada anggaran pendapatan maupun anggaran
belanja. Dengan adanya perubahan APBD tersebut,
anggaran belanja Provinsi Sumatera Utara terealisasi
Rp7,9 triliun atau 94,1%, lebih baik dari pencapaian
tahun 2014 yang sebesar 91,2%. Anggaran belanja
APBD 17 dari 33 Kabupaten/Kota20 di Sumatera Utara
terealisasi 95,7% dari pagunya, dengan Kabupaten
Langkat sebagai Kabupaten dengan realisasi belanja Sumber: Biro Keuangan Provsu
tertinggi sebesar 117,7% dan Kabupaten Nias Barat Grafik 4.1 Anggaran Pendapatan Pemprov Sumut
terendah sebesar 65,5%. Sementara itu, sejalan
Sejalan dengan penurunan pendapatan dimaksud, P-
dengan akselerasi pertumbuhan konsumsi
APBD anggaran belanja Pemprov Sumatera Utara
Pemerintah Pusat, terdapat juga lonjakan realisasi
juga menurun sebesar Rp237 miliar menjadi Rp8,44
anggaran belanja APBN, yang mencapai 90,7%
triliun atau lebih rendah 1% dari anggaran semula
sampai dengan triwulan ini.
yang sebesar Rp8,67 triliun, bahkan juga lebih rendah
Walaupun menunjukkan perbaikan, pencapaian -1% (yoy) dari APBD 2014 yang sebesar Rp8,52 triliun.
realisasi belanja baik Pemprov, Pemerintah Koreksi penurunan anggaran belanja terbesar
Kabupaten/Kota (Pemkab/Pemko), maupun terdapat pada anggaran belanja modal yang
Pemerintah Pusat (anggaran APBN) di Sumatera terkoreksi -27,6% dan belanja barang dan jasa
Utara masih belum optimal akibat kendala-kendala terkoreksi -8,7%. Sementara anggaran belanja yang
realisasi anggaran di awal 2015 (perubahan meningkat adalah belanja pegawai dan belanja
nomenklatur kementerian) maupun di akhir tahun bansos dan hibah, masing-masing naik 5% dan 52%
(perubahan APBD). dari anggaran semula. Dengan koreksi ke bawah
tersebut, pangsa komponen belanja pegawai menjadi
4.2 Anggaran Pendapatan dan Realisasi 15,7%, belanja hibah dan bansos 25,2%, belanja
Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara barang dan jasa 13,8%, dan belanja modal 12,1% dari
Tahun 2015 total anggaran belanja.

Pada triwulan IV 2015, terdapat perubahan APBD Dari P-APBD tersebut, sampai dengan akhir tahun
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. P-APBD 2015, realisasi belanja Pemprov Sumatera Utara
pendapatan Pemprov Sumatera Utara turun Rp222,5 mencapai 94,1% atau Rp7,9 triliun. Realisasi
miliar menjadi sebesar Rp8,45 triliun atau lebih tersebut lebih tinggi dibanding realisasi tahun 2014
yang mencapai Rp7,7 triliun atau 91,2% dari
anggaran.

34
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

4.3 Realisasi Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara Tahun 2015

Realisasi pendapatan pemerintah daerah (Pemda) 17


dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara hingga
triwulan IV 2015 mencapai Rp16,6 triliun atau 96,1%
dari anggaran pendapatan 2015. Realisasi tersebut
secara nominal lebih tinggi dari capaian 2014 yang
tercatat sebesar Rp16,2 triliun. Namun secara
Sumber: Biro Keuangan Provsu
Grafik 4.2 Anggaran Belanja Pemprov Sumut prosentase, realisasi pendapatan ke 17
kabupaten/kota tersebut masih lebih rendah dari
Realisasi belanja pada tahun 2015 meliputi belanja capaian 2014 yang mencapai 108% dari target
tidak langsung sebesar Rp5,88 triliun atau 69,7% dari anggaran pendapatan (Tabel 4.1).
anggaran, sementara belanja langsung sebesar
Rp2,05 triliun atau 24,4% dari anggaran. Realisasi Peningkatan pendapatan secara nominal terjadi pada
belanja langsung yang di dalamnya terdapat belanja komponen PAD dan Transfer, sementara komponen
modal, hanya 86,9% dari pagunya yang sebesar Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah menurun. Hal
Rp2,36 triliun. Tidak optimalnya realisasi belanja ini menunjukkan perbaikan rasio kemandirian fiskal
modal diperkirakan dipengaruhi oleh lambatnya Pemda 17 Kabupaten/Kota tersebut, dari 3,3% tahun
persetujuan P-APBD yang baru terlaksana pada akhir 2014 menjadi 3,9%, meskipun masih rendah. Rasio
tahun. Penurunan anggaran belanja modal dan kemandirian fiskal merupakan rasio antara
realisasi yang di bawah pagunya, berdampak pada Pendapatan Asli Daerah dibandingkan dengan Total
melambatnya kinerja konsumsi pemerintah pada Pendapatan. Rendahnya rasio kemandirian fiskal ini
triwulan laporan sehingga berbeda dengan polanya, mencerminkan masih besarnya ketergantungan
bahkan dengan angka pertumbuhan yang jauh di Pemda Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terhadap
bawah rata-rata historisnya. Ke depan, realisasi dana transfer dari Pemerintah Pusat maupun
belanja modal perlu dicermati agar lebih optimal, Pemerintah Provinsi. Rasio kemandirian fiskal
karena belanja modal yang efektif dapat memberikan tertinggi dicatat oleh Kabupaten Deli Serdang sebesar
multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi 28,5%, sedangkan terendah adalah Kabupaten
Sumatera Utara yang lebih tinggi. Labuhan Batu Utara sebesar 3,6%. Tingginya rasio
kemandirian Kabupaten Deli Serdang disebabkan
oleh tingginya pendapatan Kabupaten Deli Serdang
yang bersumber dari pajak industri pengolahan yang
banyak terdapat di wilayah tersebut, salah satunya
adalah Kawasan Industri KIM Star di Tanjung
Morawa.

35
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah 17 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

APBD 2015 (Rp miliar) Realisasi 2015 (Rp miliar) % Realisasi


No. Kabupaten/Kota Pajak Pajak Penerimaan
Pendapatan PAD Pendapatan PAD Pendapatan PAD
Daerah daerah pajak
1 Kab. Asahan 1.341 71 31 1.244 33 5,69 92,8% 46% 18%
2 Kab. Batu Bara 864 43 22 858 37 27,98 99,3% 86% 129%
3 Kab. Deli Serdang 2.209 631 463 3.255 523 368,96 147,3% 83% 80%
4 Kab. Humbang Hasundutan 747 28 4 745 26 2,52 99,8% 95% 64%
5 Kab. Labuhanbatu Utara 855 30 15 795 35 15,62 93,0% 114% 105%
6 Kab. Langkat 2.020 111 42 1.578 122 42,29 78,1% 110% 100%
7 Kab. Mandailing Natal 1.200 66 19 1.118 48 12,79 93,2% 73% 66%
8 Kab. Nias 511 63 4 561 49 1,39 109,8% 77% 33%
9 Kab. Nias Barat 247 20 8 441 4 1,00 178,3% 22% 13%
10 Kab. Tapanuli Selatan 1.074 98 24 1.023 112 48,24 95,3% 114% 198%
11 Kab. Tapanuli Utara 1.074 71 8 1.093 98 9,39 101,8% 137% 115%
12 Kab. Toba Samosir 854 34 12 789 25 6,70 92,3% 73% 57%
13 Kota Binjai 844 89 28 904 78 30,88 107,1% 88% 111%
14 Kota Padang Sidempuan 773 56 12 758 68 11,47 98,1% 121% 99%
15 Kota Pematang Siantar 887 121 34 940 91 26,10 106,0% 76% 77%
16 Kota Tanjung Balai 503 51 9 580 53 9,26 115,4% 104% 108%
17 Kota Tebing Tinggi 629 67 16 622 60 20,64 98,9% 90% 126%
Total 16.631 1.651 750,71 17.303 1.464 640,93 104,0% 89% 85%

Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Komposisi realisasi pendapatan tahun 2015 masih berupa dana perimbangan; 8,8% didapat dari
tidak berubah banyak dari periode yang sama tahun Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta sisanya (10,2%)
lalu, yaitu 81% ditopang oleh Transfer terutama berupa Lain-lain Pendapatan yang Sah (Grafik 4.4).
Pencapaian realisasi PAD tersebut tidak lepas dari
realisasi penerimaan pajak. Secara nominal,
realisasi pajak 17 dari 33 Pemda Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara cenderung naik. Hingga triwulan IV
2015, penerimaan pajak terealisasi Rp640 miliar,
lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang
sebesar Rp537 miliar. Penerimaan pajak tersebut
hanya mencapai 85% dari yang ditargetkan pada
tahun 2015, namun lebih tinggi dari capaian 2014
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah
yang hanya tercapai 80% dari target penerimaan
Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemda
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara pajak.

Realisasi PAD 17 dari 33 Pemkab/Pemko di Realisasi penerimaan pajak tertinggi secara nominal
Sumatera Utara pada tahun 2015 mencapai Rp1,4 diraih oleh Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp368
triliun atau hanya 89% dari targetnya. Realisasi PAD miliar (80% dari target sebesar Rp463 miliar). Namun
tertinggi dicapai oleh Pemda Kabupaten Tapanuli secara prosentase, penerimaan pajak tertinggi
Utara sebesar 137% dari target (Rp98 miliar dari dicatat oleh Pemda Kabupaten Tapanuli Selatan
target Rp71 miliar), sementara terendah dicapai dengan pencapaian 198% dari target (Rp48,2 miliar
Pemda Kabupaten Asahan sebesar 46% dari dari Rp24,3 miliar yang ditargetkan). Sementara
targetnya (Rp33 miliar dari target Rp71 miliar). penerimaan terendah baik secara nominal maupun
Beberapa kabupaten yang mencatatkan pencapaian dari targetnya dicapai oleh Kabupaten Nias Barat
di atas 100% dari target PAD-nya adalah Kabupaten yang hanya memperoleh Rp 1 miliar (13% dari target
Labuhan Batu Utara (114%), Kabupaten Langkat sebesar Rp7,59 miliar).
(110%), Tapanuli Selatan (114%), Tapanuli Utara
(137%), Padang Sidempuan (121%) dan Tanjung Balai
(104%).

36
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Tabel 4.2 Realisasi Belanja Pemerintah Daerah 17 dari 33 Rp2,66 triliun (81,8% dari pagu). Sementara itu,
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan adanya dukungan penerimaan pajak yang
No. Kabupaten/Kota APBD 2015 Realisasi 2015 Miliar Rp
% Realisasi melampaui target, realisasi belanja terbesar secara
1 Kab. Asahan 1.242 1.336 107,6% pagu dicatat oleh Kabupaten Langkat dengan nilai
2 Kab. Batu Bara 881 897 101,8%
3 Kab. Deli Serdang 3.260 2.668 81,8% sebesar Rp1,9 triliun (117,7% dari pagu). Realisasi
4 Kab. Humbang Hasundutan 754 714 94,7% anggaran yang konsisten tinggi baik dari pendapatan
5 Kab. Labuhanbatu Utara 804 863 107,3%
6 Kab. Langkat 1.615 1.901 117,7% pajak maupun belanja menunjukkan kedisiplinan
7 Kab. Mandailing Natal 1.145 1.224 106,9%
Pemkab Langkat dalam menjalankan fungsi dan
8 Kab. Nias 602 494 82,0%
9 Kab. Nias Barat 485 318 65,5% tugasnya.
10 Kab. Tapanuli Selatan 1.094 1.117 102,1%
11 Kab. Tapanuli Utara 1.224 1.096 89,5%
4.4 Rekening Pemerintah Daerah di Bank
12 Kab. Toba Samosir 806 835 103,6%
13 Kota Binjai 942 885 94,0%
14 Kota Padang Sidempuan 782 773 98,8%
15 Kota Pematang Siantar 1.006 855 85,0%
16 Kota Tanjung Balai 609 554 91,0%
17 Kota Tebing Tinggi 651 612,96 94,1%
Total Pemkab 17.903 17.142 95,7%
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Dari sisi belanja daerah, 17 dari 33 Kabupaten/Kota di


Sumatera Utara telah membelanjakan Rp17,1 triliun
atau 95,7% dari anggaran belanja 2015. Sebagaimana
pendapatannya, realisasi belanja tersebut secara
nominal juga lebih tinggi dari tahun 2014 yang
tercatat sebesar Rp15,2 triliun. Namun secara Grafik 4.4 Posisi Rekening Pemda di Sumatera Utara
prosentase masih di bawah realisasi 2014 yang
mencapai 97,1% dari plafon. Rendahnya prosentase Sebagaimana polanya, posisi simpanan Pemda
realisasi belanja 2015 tidak terlepas dari kondisi (gabungan Pemprov dan 33 Pemkab/Pemko) di
politik terkait pelaksanaan Pilkada serentak dan Sumatera Utara yang ditempatkan pada perbankan
terlambatnya persetujuan P-APBD 2015. Komponen pada akhir triwulan IV 2015 menurun tajam -65.9%
belanja yang terbesar adalah belanja pegawai yang (qtq). Simpanan dimaksud menurun dari Rp12,4
mencapai Rp9 triliun (52,7% dari anggaran), belanja triliun menjadi Rp4,2 triliun. Posisi simpanan tersebut
modal sebesar Rp3,6 triliun (21,5% dari anggaran), masih lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama
dan belanja barang dan jasa sebesar Rp2,8 triliun tahun lalu, yakni tumbuh sebesar 32,8% (yoy). (Grafik
(16,8% dari anggaran). 4.4). Kenaikan tersebut mencerminkan realisasi
pendapatan yang masih baik ditengah lambatnya
Sejalan dengan penerimaan pajaknya, secara nominal realisasi belanja, dan sejalan dengan realisasi
Kabupaten Deli Serdang memiliki realisasi anggaran konsumsi pemerintah yang melambat dibandingkan
belanja tertinggi hingga akhir tahun 2015 sebesar triwulan sebelumnya.

37
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

4.5. Realisasi Belanja APBN di Sumatera Utara tahun 2015

Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara


Miliar Rp
Tahun Anggaran 2014 Tahun Anggaran 2015
No Uraian
Anggaran Realisasi % Realisasi Anggaran Realisasi % Realisasi
I Berdasarkan Jenis Belanja
1. Belanja Pegawai 5.957 5.678 34,9% 7.102 7.090 33,1%
2. Belanja Barang 4.977 4.428 27,2% 5.888 5.088 23,8%
3. Belanja Modal 3.848 3.050 18,8% 7.637 6.382 29,8%
4. Belanja Bantuan Sosial 1.481 1.406 8,6% 774 732 3,4%

II Berdasarkan Fungsi
1. Pelayanan Umum 4.438 4.086 28,1% 3.650 3.428 16,4%
2. Pertahanan 1.412 1.384 8,5% 2.023 1.934 9,2%
3. Ketertiban dan Keamanan 1.048 1.019 6,3% 1.460 1.433 6,8%
4. Ekonomi 3.415 2.689 16,5% 7.760 6.720 32,1%
5. Lingkungan Hidup 319 262 1,6% 373 320 1,5%
6. Perumahan dan Fasilitas Umum 970 941 5,8% 496 473 2,3%
7. Kesehatan 242 192 1,2% 850 696 3,3%
8. Pariwisata dan Budaya 9 9 0,1% 50 40 0,2%
9. Agama 227 218 1,3% 260 211 1,0%
10. Pendidikan 4.145 3.726 22,9% 3.943 3.668 17,5%
11. Perlindungan Sosial 39 38 0,2% 73 70 0,3%
Sumber: Ditjen Pembendaharaan Provinsi Sumatera Utara
Anggaran belanja APBN di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014 yang tercatat hanya mencapai 89,5%
tahun 2015 mencapai Rp21,4 triliun, meningkat atau Rp14,5 triliun. Kondisi ini seiring dengan
31,6% (yoy) dibandingkan tahun 2014 yang sebesar akselerasi pertumbuhan Konsumsi Pemerintah pada
Rp16,26 triliun. Dari Rp21,4 triliun tersebut, Produk Domestik Bruto Indonesia. Belum
terealisasi 90,7% atau Rp18,99 triliun sampai dengan maksimalnya realisasi anggaran belanja
akhir tahun 2015. Capaian tersebut lebih tinggi dari
APBN tahun 2015 tidak lepas dari berbagai kendala, Pola realisasi belanja APBN dari triwulan ke triwulan
terutama adanya perubahan nomenklatur di relatif sama dengan tahun 2014, rendah di awal
beberapa kementerian dan proses pengadaan/ tahun dan meningkat sampai ke akhir tahun. Hal ini
pelelangan yang memerlukan waktu. karena realisasi belanja (khususnya belanja modal)
APBN mayoritas memerlukan proses pengadaan
Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja APBN
dengan termin penyelesaian secara bertahap dan
tertinggi pada tahun 2015 adalah realisasi belanja
selesai di akhir tahun. Realisasi belanja modal
pegawai sebesar 33,1% atau Rp7,09 triliun, diikuti
meningkat signifikan dari tahun 2014 sebesar 3,05
oleh realisasi belanja modal 29,8% (Rp6,38 triliun),
triliun menjadi Rp6,38 triliun. Hal ini mencerminkan
belanja barang 23,8% (Rp5,08 triliun), dan bantuan
komitmen Pemerintah Pusat untuk memperbaiki
sosial 3,45 (Rp 732 miliar). Belanja pegawai
infrastruktur terutama untuk transportasi.
digunakan untuk membiayai gaji pegawai
Kementerian atau instansi Pemerintah Pusat yang Berdasarkan fungsinya, realisasi belanja APBN
berada di Sumatera Utara, sedangkan belanja modal tertinggi pada tahun 2015 dicapai oleh fungsi
digunakan untuk membiayai proyek-proyek pertahanan dan keamanan yang mencapai 98,2% dari
infrastruktur strategis yang dicanangkan oleh pagunya, dengan yang terendah adalah fungsi
Pemerintah Pusat. pariwisata dan budaya yang hanya mencapai 79,1%
dari pagunya. Namun secara nominal, realisasi
terbesar pada fungsi ekonomi dan pendidikan

38
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

masing-masing sebesar Rp6,7 triliun (32,1% dari total Tabel 4.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemprovsu
anggaran) dan Rp3,6 triliun (17,5% dari total Tahun 2016
anggaran). Komitmen Pemerintah Pusat untuk
%
Uraian 2015 2016
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumatera Perubahan

Utara melalui peningkatan mutu pendidikan dan 1 Pendapatan 8.452 9.974 18,0%
1.1 PAD 4.624 4.630 0,1%
pelayanan umum dibuktikan dengan besarnya alokasi 1.1.1 Pajak daerah 4.181 4.169 -0,3%
1.1.2 Retribusi daerah 31 32 2,7%
anggaran untuk kedua sektor tersebut.
1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan 256 262 2,3%
4.6. APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 156 168 7,8%
1.2 Transfer 3.794 5.309 40,0%
tahun 2016 1.2.1 DAPER 1.713 2.273 32,7%
1.2.1.1 DBH 487 516 6,0%
Pada APBD 2016, target pendapatan Pemerintah 1.2.1.2 DAU 1.139 1.605 40,8%
1.2.1.3 DAK 87 152 75,5%
Provinsi Sumatera Utara meningkat sebesar 18% 1.2.2 Otsus dan Penyesuaian 2.081 3.037 45,9%
dibandingkan P-APBD 2015. Pendapatan Asli Daerah 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 35 34 -2,5%
1.3.1 Transfer antar Pemda/Pusat -
(PAD) naik tipis 0,1%, sementara Lain-lain 1.3.2 Dana Darurat
Pendapatan yang Sah justru turun -0,4%. Namun 1.3.3 Hibah 35 34 -2,5%

terjadi peningkatan yang signifikan pada pendapatan 2 Belanja 8.443 9.951 17,9%
Transfer, yang meningkat 116% dibandingkan tahun 2.1 Belanja Pegawai 1.324 1.547 16,8%
2.2 Belanja Barang & Jasa 1.168 1.473 26,1%
2015. 2.3 Belanja Modal 1.023 1.243 21,5%
2.4 Belanja Bansos dan Hibah 2.589 5.680 119,4%
2.5 Transfer 2.331 -100,0%
Selain penerimaan pajak yang menurun -0,3%,
seluruh komponen PAD lainnya meningkat, masing- Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah
masing Retribusi Daerah naik 2,7%, Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan naik 2,3%, dan Anggaran belanja TA 2016 Pemprov Sumatera Utara
Lain-lain PAD yang Sah naik 7,8%. Sementara itu, tercatat sebesar Rp9,95 triliun, naik 17,9% (yoy)
kenaikan Transfer terutama disumbang oleh dibanding P-APBD TA 2015 yang sebesar Rp8,44
kenaikan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus triliun. Angka kenaikan tersebut jauh lebih tinggi
yang meningkat 97,1% menjadi Rp3,03 triliun dari dibanding kenaikan pada APBD 2015 terhadap APBD
sebelumnya sebesar Rp1,54 triliun pada tahun 2015. 2014 yang hanya sebesar 1,8% (yoy). Komponen yang
mengalami kenaikan adalah belanja pegawai (naik
Berdasarkan pangsanya, pada tahun 2016 PAD 16,8%), belanja modal (naik 21,5%), belanja barang
masih merupakan sumber pendapatan utama dan jasa (naik 26,1%), dan hibah (naik 41,8%).
Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara,
meskipun kecenderungannya menurun. Pangsa PAD Peningkatan anggaran belanja barang dan jasa telah
terhadap total pendapatan hanya mencapai 46,4%, memperhitungkan penganggaran upah tenaga kerja
menurun dibandingkan tahun 2015 yang sebesar dan tenaga lainnya yang terkait dengan jasa
54,7%. Sementara pangsa pendapatan Transfer pemeliharaan atau jasa konsultansi baik yang
terhadap total pendapatan meningkat menjadi dilakukan secara swakelola maupun dengan pihak
sebesar 53,2%, dari sebelumnya sebesar 44,9% pada ketiga. Dalam menetapkan jumlah anggaran untuk
tahun 2015. Peningkatan pendapatan Transfer belanja barang habis pakai, Pemda di Sumatera Utara
terutama terjadi pada dana penyesuaian dan juga telah menyesuaikan kebutuhan riil setelah
otonomi khusus berupa bantuan operasional sekolah mengurangi sisa persediaan barang TA 2015 lalu.
(dana BOS) negeri, swasta maupun madrasah aliyah Peningkatan belanja modal juga sejalan dengan
di Sumatera Utara. Hal ini mencerminkan komitmen program pemerintahan yang memfokuskan pada
Pemerintah Pusat untuk meningkatkan pemerataan pembangunan infrastruktur yang berpotensi
kesempatan pendidikan dan kualitas SDM di meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera
Sumatera Utara. Utara di masa yang akan datang.

39
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

4.7. APBN di Sumatera Utara tahun 2016

Target belanja APBN di Sumatera Utara pada tahun


2016 menurun dibandingkan tahun 2015 (Grafik
Berdasarkan fungsi, anggaran terbesar masih
4.5). Target belanja tahun 2016 sebesar Rp19,04
dialokasikan pada fungsi ekonomi (36%), diikuti oleh
triliun atau menurun -11% (yoy).
fungsi pendidikan (19%), serta ketertiban dan
Penurunan belanja APBN di Sumatera Utara pada keamanan (14%). Sedangkan alokasi anggaran
tahun 2016 terjadi pada pangsa belanja modal yang belanja terendah ada pada fungsi pariwisata dan
menurun dari 35,7% menjadi 31,8% dan belanja budaya (0,02%). Alokasi anggaran terbesar pada
bantuan sosial dari 3,6% menjadi 0,3% dari total fungsi ekonomi sejalan dengan program Pemerintah
anggaran. Sementara itu untuk komponen dengan yang fokus pada pengembangan infrastruktur,
peningkatan pangsa tertinggi terjadi pada belanja penguatan sumber daya manusia, dan ketahanan
pegawai (naik menjadi 37,1%), diikuti oleh belanja pangan.
barang (naik menjadi 30,7%).

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Sumatera Utara Sumber: Dirjen Perbendaharaan Sumatera Utara
Grafik 4.5 Pangsa Anggaran Belanja APBN Sumatera Grafik 4.6 Pangsa Anggaran Belanja APBN Sumatera
Utara 2016 Menurut Jenis Belanja Utara 2016 Menurut Fungsi

40
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN


KESEJAHTERAAN

Indikasi perbaikan ekonomi Sumatera Utara belum tercermin pada kondisi ketenagakerjaaan
dan kesejahteraan masyarakat. Ekspektasi ketersediaan lapangan kerja pada triwulan laporan masih
menurun. Namun demikian, perbaikan ekonomi tersebut terlihat pada ekspektasi ketersediaan lapangan
kerja yang membaik pada periode mendatang. Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat juga
belum mengindikasikan perbaikan. Nilai Tukar Petani (NTP) masih tertekan sehingga menahan perbaikan
daya beli masyarakat. Kemiskinan meningkat terutama di masyarakat pedesaan. Kondisi tersebut
tercermin pada Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan yang memburuk.

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN


41
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

5.1 Ketenagakerjaan rendahnya harga komoditas internasional serta


permintaan yang relatif menurun. Kategori
Kondisi perekonomian yang mengindikasikan
dengan penurunan jumlah tenaga kerja terdalam
adanya perbaikan belum tercermin pada
adalah kategori pertanian dan industri
membaiknya ketersediaan lapangan kerja. Survei
pengolahan.
Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi
Sumut memperlihatkan pesimisme ketersediaan
lapangan usaha. Kondisi tersebut tercermin dari
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini yang
kembali menurun (Grafik 5.1).

Namun demikian, ekspektasi ketersediaan


lapangan kerja menunjukkan perbaikan yang
siginifikan meski masih pada level pesimis. Hal ini
diperkirakan sejalan dengan indikasi perbaikan
ekonomi yang masih berlangsung. Ekspektasi Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, KPw BI Sumut
Grafik 5.2 Indikator Jumlah Karyawan Total
tersebut diperkirakan akan terus membaik seiring
dengan semakin kuatnya perbaikan ekonomi Belum kuatnya sinyal perbaikan harga komoditas
Sumatera Utara. Kondisi tersebut diharapkan serta permintaan tidak menyurutkan perbaikan
tercermin pada Keadaan Ketenagakerjaan yang persepsi konsumen terhadap ketersediaan
akan dipublikasikan oleh BPS pada Februari 2016. lapangan kerja di periode mendatang, meski
Dapat ditambahkan bahwa jumlah penduduk yang masih berada dalam level pesimis. Hal serupa juga
bekerja pada Agustus 2015 mengalami terjadi dari sudut pandang pelaku usaha yang
peningkatan dibanding periode yang sama tahun turut berkeyakinan bahwa akan terdapat kenaikan
sebelumnya. jumlah karyawan pada periode mendatang.

Berlanjutnya realisasi mega proyek infrastruktur


pemerintah serta indikasi penguatan
perekonomian domestik menjadi pemicu
meningkatnya keyakinan konsumen maupun
pelaku usaha akan kondisi ketenagakerjaan.

5.2 Kesejahteraan

5.2.1 Tingkat Penghasilan Masyarakat

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Sumut Seiring dengan kondisi nasional, jumlah penduduk
Grafik 5.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja miskin di Sumatera Utara mengalami kenaikan jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah
penduduk miskin di Sumatera Utara mencapai 1,5
Sementara itu, Indikator Jumlah Karyawan Total
juta jiwa atau 10,8% dari total penduduk. Jumlah
berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
ini meningkat secara signifikan bila dibandingkan
(SKDU) yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi
dengan tahun 2014 yang hanya mencapai 1,4 juta
Sumut pada triwulan IV 2015 menunjukkan
jiwa atau 9,9% dari total penduduk.
sedikit penurunan dan diekspektasikan semakin
membaik pada periode selanjutnya. Penurunan Dalam waktu 6 bulan, jumlah penduduk miskin di
jumlah karyawan total dari sisi pelaku usaha Sumatera Utara mengalami peningkatan 44.000
terjadi sebagai salah satu bentuk efisiensi biaya jiwa penduduk miskin. Peningkatan jumlah
operasional akibat kondisi ekonomi yang belum penduduk miskin ini terjadi terkait menurunnya
pulih sepenuhnya. Sebagai provinsi yang banyak tingkat pendapatan meski daya beli relatif terjaga.
mengandalkan ekspor komoditas, kondisi
ekonomi yang belum pulih terkait dengan masih

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN


42
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

penduduk miskin di Sumatera Utara semakin


miskin.

Sumber: BPS
Grafik 5.3 Penduduk Miskin di Sumatera Utara

Secara spasial, Sumut masuk ke dalam 5 besar Sumber: BPS


provinsi dengan penambahan persentase Grafik 5.5 Indeks Kedalaman & Keparahan Kemiskinan
penduduk miskin terbesar di Indonesia, bersama di Sumatera Utara
dengan Provinsi Riau, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Secara nasional,
Sumatera Utara masih menduduki peringkat 17
nasional berasarkan urutan jumlah persentase
penduduk miskin terbesar. Tingkat kemiskinan
yang semakin melebar ini tidak lepas dari
karakteristik Sumatera Utara yang memang sangat
menggantungkan aktivitas ekonominya pada
Sumber: BPS
perkebunan. Tahun 2015 memang memberikan Grafik 5.6 Penduduk Miskin di Desa dan Kota di Sumut
pukulan yang cukup berat akibat perkembangan
Selama periode September 2014 s.d. September
harga dan permintaan yang kurang
2015, persentase kemiskinan meningkat tajam di
menggembirakan seperti yang telah dijelaskan
pedesaan. Penduduk miskin di daerah perdesaan
pada bab 1.
di Sumatera Utara bertambah 87.280 orang
menjadi 11,06% dari total penduduk desa.
Sementara itu, penduduk miskin di daerah
perkotaan bertambah 60.290 orang menjadi
10,51% dari total penduduk kota (Grafik 5.8).
Secara historis, persentase penduduk miskin di
desa memang selalu lebih tinggi dibandingkan di
kota. Meskipun telah mengalami penurunan yang
signifikan sejak beberapa tahun terakhir, namun
tingkat kemiskinan di desa kembali meningkat
signifikan pada September 2015.
Sumber: BPS Meningkatnya kemiskinan di pedesaan diduga
Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi se-
karena daya beli masyarakat desa yang masih
Sumatera dan DKI Jakarta
terbatas. Hal tersebut tercermin dari Nilai Tukar
Peningkatan persentase dan jumlah penduduk Petani yang masih berada di bawah 10021, jauh
miskin diiringi oleh peningkatan Indeks lebih rendah bila dibandingkan tahun 2014 (Grafik
Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2). Hal ini
mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran
penduduk miskin cenderung semakin menjauhi
garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran
antar penduduk miskin juga semakin tinggi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN


43
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

5.9). Hal ini terjadi baik untuk tanaman pangan, Upah Minimum Provinsi (UMP) Provinsi Sumatera
perkebunan, maupun hortikultura. Hal tersebut Utara yang meningkat 11,5% dibandingkan tahun
terutama dipengaruhi normalisasi harga 2015 atau menjadi Rp1.811.875 berdasarkan
komoditas yang berjalan lambat. berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor
188.44/544/KPTS/2015 per 9 November 2015
turut mendorong peningkatan ekspektasi
pendapatan ini.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah


Grafik 5.7 Nilai Tukar Petani

Meningkatnya tingkat kemiskinan ini juga


Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Sumut
tercermin dari penurunan ekspektasi Grafik 5.8 Indeks Penghasilan Konsumen
penghasilan masyarakat hingga akhir 2015. Hal
ini tercermin dari Indeks Penghasilan Konsumen
yang menurun dari 117,0 menjadi 97,3. Ekspektasi
ke depan diperkirakan meningkat tercermin dari
naiknya indeks tersebut di angka 135,6 (grafik
5.8). Kenaikan ekspektasi penghasilan tersebut
diduga dipengaruhi akan membaiknya daya beli
masyarakat akibat terjaganya ekspektasi terkait
tidak adanya kenaikan harga BBM bersubsidi.
Selain itu, ekspektasi akan mulai membaiknya
perekonomian turut meningkatnya persepsi
masyarakat akan pendapatan triwulan
mendatang.

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN


44
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN


REKOMENDASI

Indikasi perbaikan perekonomian Sumatera Utara semakin terlihat di triwulan I 2016.


Pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat dibanding triwulan IV 2015 dengan tingkat inflasi yang
masih terjaga. Perbaikan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan ditopang oleh permintaan domestik.
Konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan membaik sejalan dengan terjaganya daya beli dan
realisasi proyek infrastruktur Pemerintah. Sementara itu, perbaikan ekspor diperkirakan masih terbatas
seiring dengan penyesuaian harga serta permintaan global yang masih cenderung stagnan. Di sisi sektoral,
perbaikan ekonomi terlihat di kategori Pertanian, kategori perdagangan, dan kategori konstruksi,
sementara kategori industri pengolahan relatif stabil terkait kondisi ekonomi global tersebut. Sementara
itu, tekanan inflasi masih relatif terjaga, dengan kenaikan inflasi pada kelompok volatile foods. Secara
keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya. Sejalan dengan kondisi tersebut, tingkat inflasi juga meningkat.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI


45
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan adanya pola musiman terkait pelaksanaan tahun
baru, imlek serta beberapa HBKN.
Triwulan I 2016 perekonomian Sumatera Utara
ditengarai membaik, berada di kisaran 5,2%-5,6%
(yoy) yang ditopang oleh membaiknya permintaan
domestik, sementara perbaikan di sisi eksternal
diperkirakan masih terbatas. Kegiatan ekonomi yang
lebih baik juga terkait dengan minimalnya dampak
bencana erupsi Gunung Sinabung yang sempat
terjadi di 2014 dan 2015.

Dari sisi domestik, kegiatan investasi diperkirakan


membaik sejalan dengan komitmen Pemerintah
Grafik 6.1 Survei Konsumen
untuk membangun infrastruktur meski belum
dibarengi oleh investasi swasta yang signifikan. Di sisi eksternal, kinerja ekspor khususnya ekspor luar
Sementara kegiatan konsumsi diperkirakan membaik negeri diperkirakan masih terbatas terkait dengan
terbatas seiring dengan membaiknya daya beli kondisi ekonomi global yang masih mengalami
masyrakat. penyesuaian. Berlanjutnya penyesuaian
perekonomian dari sisi eksternal tidak lepas dari
Dari sisi belanja pemerintah, kegiatan investasi
masih berlangsungnya kemerosotan harga komoditas
diperkirakan akan didorong berlanjutnya realisasi
dan permintaan dunia yang cenderung stagnan, yang
beberapa proyek infrastruktur besar seperti
tercermin dari aktivitas manufaktur negara mitra
revitalisasi Pelabuhan Belawan, pengembangan
dagang yang kembali stagnan. Selain itu, harga
Pelabuhan Kuala Tanjung serta pembangunan jalan
produk substitusi yang mayoritas berbahan baku
tol termasuk jalan lintas Sumatera. Namun, realisasi
minyak dunia juga kembali rendah sehingga
belanja pemerintah daerah diperkirakan belum
menurunkan daya saing produk unggulan, termasuk
optimal, tidak jauh berbeda dengan pola-pola awal
kelapa sawit.
tahun sebelumnya. Hal tersebut terkait dengan
kondisi politik yang belum stabil, yang juga Tabel 6.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan
mendorong pelaku usaha cenderung wait and see Harga Triwulan
Harga Triwulan IV
Komoditas 2015 I 2016
untuk melakukan kegiatan investasi. (%, yoy)
(%, yoy)
Indikasi investasi yang masih terbatas terlihat dari Kelapa Sawit -21
-12
kapasitas utilisasi yang mengalami penurunan -3
Karet 2
merespon melemahnya permintaan dan menurunnya
Kopi -29 -29
pasokan bahan baku22. Program kepatuhan pajak
yang belum mendapatkan respons yang cukup positif Sumber: IMF

dari swasta pada 2015 lalu diperkirakan masih Stagnasi permintaan diperkirakan masih berlanjut
menahan investasi bangunan pada triwulan seiring dengan terbatasnya geliat industri manufaktur
mendatang. negara mitra dagang utama yang tercermin dari
Sementara dari sisi konsumsi, optimisnya konsumen Purchasing Manager Index (PMI) yang masih
dalam merealisasikan aktivitas konsumsinya menunjukkan penurunan hingga akhir triwulan IV
tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (Grafik 2015. Permasalahan banjirnya persediaan juga masih
6.1) yang menunjukan perbaikan. Kondisi tersebut berlanjut sehingga kembali menekan harga
juga terlihat dari membaiknya ekspektasi penjualan 6 komoditas. Adanya kebijakan pemerintah Columbia
bulan ke depan. Membaiknya konsumsi masyarakat untuk mengizinkan ekspor kopi kualitas rendah
tersebut diperkirakan terkait dengan kelas menengah berdampak pada pasokan kopi murah yang
membanjiri pasar internasional. Baniirnya pasokan
kopi di pasar global juga didorong oleh masih
tingginya produksi. Kondisi serupa juga terjadi pada
Liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
komoditas kelapa sawit dan karet.
Sumatera Utara

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI


46
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja karet yang merupakan produk utama ekspor
perekonomian terutama disokong oleh membaiknya Sumatera Utara. Sehingga, pergerakan harga
kinerja kategori Pertanian kategori Perdagangan komoditas tersebut banyak memengaruhi kinerja
Besar dan Eceran, serta kategori Konstruksi. industri pengolahan.
Sementara itu, kinerja kategori industri pengolahan
Adanya perbaikan harga komoditas seperti yang
diperkirakan menahan optimalnya perbaikan
sudah diperkirakan oleh beberapa institusi global
perekonomian pada periode mendatang.
memang terjadi pada pada awal tahun. Namun,
Mulai masuknya masa panen tanaman bahan masih tingginya faktor risiko sehingga perkiraan
makanan yang biasanya terjadi pada triwulan I perbaikan harga masih belum cukup kuat.
diperkirakan menjadi faktor utama membaiknya
Berlanjutnya pembangunan beberapa mega proyek
kinerja kategori Pertanian pada periode mendatang.
infrastruktur pemerintah maupun swasta seperti
Cukup kondusifnya periode tanam yang ditandai
pembangunan Jalan Tol Mebidangro, revitalisasi
dengan cuaca yang memadai, sarana pendukung
Pelabuhan Belawan, pembangunan Terminal
pertanian yang memadai, serta penyaluran pupuk
Multipurpose Pelabuhan Kuala Tanjung serta
yang meningkat diharapkan mampu mendorong
beberapa investasi lain diperkirakan menjadi
peningkatan produksi pangan yang lebih baik dari
pendorong meningkatkan kinerja konstruksi. Namun
tahun lalu. Sementara itu, kinerja subsektor tanaman
demikian, kegiatan investasi swasta diperkirakan
perkebunan diperkirakan belum memberikan
masih tertahan terkait dengan kondisi politik yang
kontribusi yang signifikan akibat tingginya risiko
belum pulih dan kondisi perpajakan yang belum
berlanjutnya perlemahan harga komoditas.
direspon secara baik oleh pelaku usaha. Diharapkan,
Peningkatan aktivitas konsumsi swasta pada periode amnesti pajak mampu mendorong realisasi investasi
mendatang turut mendorong kinerja kategori swasta yang lebih baik dibandingkan dengan tahun
perdagangan besar dan eceran (PBE). Hal ini juga 2015.
tercermin dari persepsi pedagang akan adanya
Di kategori Industri Pengolahan, masih melimpahnya
peningkatan penjualan23 pada triwulan mendatang
pasokan di pasaran, kembali turunnya harga minyak
(Grafik 6.2). Adanya beberapa pola musiman seperti
mentah sebagai produk subtitusi, menurunnya
perayaan tahun baru serta beberapa HBKN.
pasokan bahan baku, serta aktivitas manufaktur
negara mitra dagang utama seperti Tiongkok,
Amerika, Jepang, dan India yang justru mengalami
penurunan ditengarai menjadi penahan yang cukup
signifikan. Masih berlangsungnya isu Black Campign
CPO yang menyeruak di dataran Eropa selaku salah
satu daerah tujuan utama ekspor juga menahan
kinerja dari sisi permintaan. Langkah anti CPO juga
semakin kuat dengan dikeluarkannya rancangan
amandemen Undang-Undang NO. 367 tentang
Keanekargaaman Hayati Prancis yang mengatur pajak
Grafik 6.2 Indeks Perkiraan Penjualan
progresif kelapa sawit yang mulai berlaku 2017.
Seiring dengan belum cukup kuatnya sinyal perbaikan
Meskipun demikian, adanya sistem kontrak penjualan
harga komoditas, kinerja industri pengolahan juga
mampu menahan koreksi kinerja Industri Pengolahan
diperkirakan turut tertekan. Dapat ditambahkan
yang lebih dalam. Pemerintah juga telah mengambil
bahwa industri pengolahan di Sumatera Utara
langkah kuratif dengan adanya pengurangan tarif gas
sebagian besar terkait dengan pengolahan CPO dan
industri yang pada awalnya diusung sebagai tarif gas
termahal di dunia. Hal ini diharapkan menjadi insentif
bagi industri dalam efisiensi biaya produksi.

Survey Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera
Indonesia Provinsi Sumatera Utara Utara pada tahun 2016 diperkirakan membaik pada

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI


47
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

kisaran 5,1%-5,5% yang disebabkan oleh perbaikan Mulai langkanya kondisi pasokan daging ayam ras
permintaan domestik yang semakin semakin solid akibat adanya pengafkiran parent stok pada
serta kinerja net ekspor yang semakin membaik September lalu berakibat pada menurunnya ayam
khususnya memasuki semester II 2016. Konsumsi siap potong pada awal periode laporan.
rumah tangga yang kuat masih menjadi penyumbang Melambungnya harga pakan ayam turut turut
utama akselerasi perekonomian pada periode berkontribusi dalam peningkatan harga daging ayam
mendatang. ras. Hal ini telah disikapi dengan langkah preventif
melalui monitoring ketersediaan yang ketat oleh TPID
Tingginya intensi pemerintah pada kualitas
setempat.
infrastruktur yang memadai juga memberikan sinyal
kokohnya permintaan domestik dari sisi investasi.
Reformasi birokrasi yang terus diupayakan oleh
pemerintah juga mampu meningkatkan iklim
investasi yang lebih kondusif oleh pihak swasta.
Pembiayaan yang memadai juga menunjang realisasi
investasi pada periode mendatang.

Optimisme akan adanya perbaikan kinerja net ekspor


tidak lepas dari perkiraan akan mulai membaiknya
harga komoditas internasional terutama memasuki
semester kedua tahun 2016.

6.2 Prospek Inflasi Sumber: BMKG Provinsi Sumatera Utara


Gambar 6.1 Perkiraan Sifat Curah Hujan Januari 2016
Seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara, daya beli masyarakat yang membaik
diperkirakan akan mendorong kenaikan permintaan
akan barang dan jasa. Sementara itu, pasokan barang
khususnya bahan pangan diperkirakan masih
memadai. Tekanan inflasi dari penyesuaian harga
komoditas yang diatur Pemerintah juga relatif
terkendali. Dengan kondisi tersebut, inflasi pada
triwulan mendatang diperkirakan masih berada
dalam kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan, yaitu
4±1%.

Sesuai pola musimannya, pasokan tanaman pangan


diperkirakan melimpah khususnya pada triwulan I Sumber: BMKG Provinsi Sumatera Utara
2016. Produksi padi diperkirakan cukup baik dan Gambar 6.2 Perkiraan Sifat Curah Hujan Februari 2016
meningkat dibanding tahun sebelumnya. Target
produksi padi Sumatera Utara tahun 2016 mencapai
4,6 juta ton. Prognosa panen padi pada triwulan
mendatang diperkirakan mencapai 228.710 hektare
dengan produksi 1.183.519 juta ton24.

Beberapa komoditas masih memberikan risiko


tekanan inflasi. Risiko tekanan inflasi kelompok
volatile foods pada triwulan I 2016 diperkirakan
terkait dengan kenaikan harga daging ayam ras.

Sumber: BMKG Provinsi Sumatera Utara


Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI


48
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Gambar 6.3 Perkiraan Sifat Curah Hujan Maret 2016 6.3 Rekomendasi kepada Pemerintah Daerah
Sementara itu, inflasi inti diperkirakan kembali Pertumbuhan Ekonomi
tertekan meski risiko eksternal terkait nilai tukar
mulai mereda. Peningkatan tekanan inflasi ini terjadi Perekonomian yang terus menunjukkan pemulihan
akibat peningkatan ekspektasi inflasi baik di level masih dibayangi oleh beberapa faktor risiko terutama
konsumen maupun pedagang. Dengan demikian, dari sisi eksternal yang belum menunjukkan
langkah aktif terus dilakukan untuk mengelola perbaikan secara fundamental. Dengan demikian,
ekspektasi agar inflasi berada pada level yang stabil diperlukan penguatan perekonomian dari sisi
dan rendah. domestik yang dapat didorong oleh Pemerintah
Daerah. Beberapa langkah dan rekomendasi di
antaranya adalah:

a. Mendorong realisasi APBD tepat waktu.


b. Melakukan percepatan finalisasi RTRW
berkoordinasi dengan stakeholders terkait.
c. Mendorong berbagai kegiatan MICE dalam rangka
penguatan permintaan domestik melalui aktivitas
konsumsi seperti event pariwisata melalui media
pemasaran yang massive dan terpusat serta
Grafik 6.3 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap penciptaan budaya masyarakat pariwisata.
Perubahan Harga d. Menciptakan persepsi positif terhadap iklim
investasi di Sumatera Utara kepada investor dan
Tekanan inflasi kelompok Administered Prices masyarakat luas melalui publikasi perkembangan
diperkirakan kembali menurun seiring dengan adanya
kemajuan pembangunan infrastruktur melalui
kebijakan pemerintah untuk menurunkan beberapa media komunikasi yang lebih luas dan terpusat
harga komoditas dalam kelompok ini seperti BBM dengan kredibilitas informasi yang lebih tinggi
dan LPG 12 kg. (Regional Investor Relation Unit/RIRU).
Secara keseluruhan tahun, inflasi tahun 2016 Pengendalian Inflasi
diperkirakan meningkat dibandingkan dengan tahun Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk
2015 namun masih berada pada kisaran 4±1%. pengendalian inflasi terkendali, diantaranya:
Meningkatnya tekanan inflasi ini terutama a. Meningkatkan koordinasi TPID dalam
disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi mengendalikan fluktuasi harga komoditas pangan
kelompok Administred Prices yang lebih disebabkan yang bergejolak.
oleh faktor baseline akibat perubahan skema subsidi b. Melanjutkan program peningkatan produksi
BBM pada tahun 2014. Masih rendahnya risiko pangan maupun diversifikasi konsumsi
kenaikan harga BBM menyusul masih cukup masyarakat melalui komunikasi yang lebih
rendahnya harga minyak mentah di pasar global intensif.
meningkatkan keyakinan akan kembali tercapainya c. Melakukan percepatan pembangunan
inflasi pada sasaran yang telah ditetapkan. Produksi infrastruktur perhubungan untuk mendukung
minyak yang terus digenjot meski pasokan sudah kelancaran distribusi barang. Hal tersebut dapat
cukup melimpah menyebabkan risiko kenaikan harga dilakukan melalui kemudahan perizinan,
yang relatif minim. pengadaan lahan maupun penguatan komunikasi
Koordinasi pengendalian inflasi antara Bank dengan masyarakat. Hal ini juga penting untuk
Indonesia dengan Pemerintah melalui forum meningkatkan perdagangan antar wilayah.
TPI/TPID yang telah berjalan dengan baik dan terus d. Mendukung peningkatan kapabilitas UMKM yang
ditingkatkan diperkirakan akan dapat menjaga bergerak dalam industri pangan untuk meredam
stabilitas inflasi. fluktuasi harga akibat panen.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI


49
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

e. Sosialisasi yang lebih intensif mengenai program


sertifikasi lahan pertanian dan skema pembiayaan
petani untuk meningkatkan akses pembiayaan.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI


50
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

LAMPIRAN
STRUKTUR APBD PEMERINTAH DAERAH DI SUMATERA UTARA

Uraian 2015 2016

1 Pendapatan 8.452 9.974


1.1 PAD 4.624 4.630
1.1.1 Pajak daerah 4.181 4.169
1.1.2 Retribusi daerah 31 32
1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan 256 262
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 156 168
1.2 Transfer 3.794 5.309
1.2.1 DAPER 1.713 2.273
1.2.1.1 DBH 487 516
1.2.1.2 DAU 1.139 1.605
1.2.1.3 DAK 87 152
1.2.2 Otsus dan Penyesuaian 2.081 3.037

1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 35 34


1.3.1 Transfer antar Pemda/Pusat -
1.3.2 Dana Darurat
1.3.3 Hibah 35 34

2 Belanja 8.443 9.951


2.1 Belanja Pegawai 1.324 1.547
2.2 Belanja Barang & Jasa 1.168 1.473
2.3 Belanja Modal 1.023 1.243
2.4 Belanja Bansos dan Hibah 2.589 5.680
2.5 Transfer 2.331
2.6 Belanja Lainnya 8 8
Surplus/ Defisit 9 23
(9.370.374.916) (23.144.326.639)
3 Pembiayaan Netto (9.370.374.916) (23.144.326.639)
3.1 Penerimaan 14.897.905.723 1.123.954.000
3.1.1 SiLPA TA sebelumnya 14.897.905.723 1.123.954.000
3.2 Pengeluaran 24.268.280.639 24.268.280.639

3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 24.268.280.639 24.268.280.639


SILPA (9.370.374.907) (4.034.748)
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara-diolah

Keterangan:
Pemerintah Daerah di Sumatera Utara adalah Gabungan 17 Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

LAMPIRAN
51
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA


(dalam Triliun Rupiah)

LAMPIRAN
52
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA


(dalam Triliun Rupiah)

LAMPIRAN
53
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR ISTILAH
Administered Price
Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya bahan bakar, penerangan, dan air serta transportasi
ataupun harga barang/jasa yang dipengaruhi oleh ketentuan pemerintah misalnya tembakau dan minuman
beralkohol.

Base Effect
Efek kenaikan/penurunannilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang
dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi.

BEC
Pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama
barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut.

Barang Modal (Capital Goods)


Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi, biasanya bernilai guna lebih dari 1 tahun.

Bahan Baku (Raw Material)


Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri.

BI Rate
Suku bunga referensi yang mencerminkan sikap atau arah kebijakan moneter yang ditetapkan dalam Rapat
Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulannya dan diumumkan kepada publik.

BI-RTGS
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, merupakan proses penyelesaian akhir transaksi (settlement)
pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time
(electronically processed), di mana rekening peserta dapat didebit/ dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai
dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Ceteris paribus
Semua variabel di luar sistem/model dianggap konstan.

CPO (Crude Palm Oil)


Minyak nabati yang dihasilkan oleh buah-buahan dari kelapa sawit.

Dana Pihak Ketiga (DPK)


Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka (deposito).

Disposable income
Sejumlah uang yang dapat dapat dibelanjakan dan ditabung setelah dikurangi dengan pajak penghasilan.

Ekspor dan Impor


Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar daerah.

Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR)


Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah maupun
valas. Terminologi FDR untuk bank syariah sementara LDR untuk bank konvensional.

Harga Minyak WTI


Harga minyak mentah dunia yang mengacu pada sebuah ukuran kualitas bernama West Texas Intermediate
atau Texas light sweet.

DAFTAR ISTILAH
54
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Indeks Penjualan Barang Konstruksi


Indeks yang merepresentasikan nilai penjualan dari barang-barang konstruksi.

Indeks Keyakinan Konsumen


Indeks yang dihasilkan oleh Survei Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan tingkat keyakinan
konsumen terhadap kondisi perekonomian, baik saat ini maupun masa mendatang.

Indeks Kondisi Ekonomi


Salah satu indeks pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan persepsi
konsumen akan kondisi perekonomian pada saat ini.

Inflasi IHK
Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen
(IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Inflasi Inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices.

Inflow
Aliran masuk uang kartal ke Kantor Bank Indonesia.

Kredit
Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.

Kredit Investasi
Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang modal seperti pembangunan pabrik dan
pembelian mesin.

Kredit Modal Kerja


Kredit jangka pendek atau menengah yang diberikan untuk pembiayaan/pembelian bahan baku produksi.

Kredit Konsumsi
Kredit bagi perorangan untuk pembiayaan barang-barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit Pemilikan
Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), dan lain-lain seperti Kredit tanpa agunan.

Kredit Usaha Rakyat (KUR)


Kredit yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM memiliki prospek bisnis yang baik (feasible) tapi belum
memiliki kemampuan mengembalikan (bankable). Dana KUR berasal dari bank pelaksana, namun dijamin
sebagian besarnya oleh Pemerintah.

Leading Indicators
Indikator yang digunakan untuk memprediksi pergerakan atau titik balik dari suatu siklus bisnis.

Liaison
Suatu kegiatan pengumpulan data statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui
wawancara langsung kepada pelaku usaha mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha.

Loan to Value (LTV)


Sebuah dasar atau metode yang digunakan untuk menentukan seberapa besar pinjaman yang dapat diberikan
kepada debitur berdasarkan aset yang dijadikan jaminan.

Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF)


Persentase kredit/pembiayaan yang masuk dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap
total kredit. Terminologi NPL untuk bank konvensional sementara NPF untuk bank syariah

DAFTAR ISTILAH
55
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

NTP (Nilai Tukar Petani)


Rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan
dalam persentase.

Outflow
Aliran keluar uang kartal dari Kantor Bank Indonesia.

Passthrough effect
Efek dari perubahan kondisi ekonomi terhadap ongkos produksi yang pada akhirnya akan berdampak pada
harga retail suatu produk.

Perjanjian Kerja Bersama (PKB)


Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja (yang
tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan pengusaha, atau beberapa
pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah
pihak.

Quarter on Quarter (qtq)


Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi triwulan tertentu terhadap posisi triwulan sebelumnya.

PDRB Riil
Produk Domestik Bruto Regional yang nilainya menggunakan harga konstan. Hal ini untuk menghilangkan
pengaruh inflasi dalam mengukur pertumbuhan antar waktu.

Seasonal event
Kejadian yang terjadi secara musiman yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan cenderung terjadi
berulang antar tahun.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)


SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian
setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005, SKNBI
berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi
pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu
transaksi di bawah Rp100 juta.

SurveI Konsumen
Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dilakukan secara bulanan untuk mengetahui persepsi atau
tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian.

Survei Penjualan Eceran


Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk merefleksikan pergerakan dari penjualan eceran dan
dilakukan secara bulanan.

Uang Kartal
Alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan dan dijamin oleh Bank Indonesia, baik berupa kertas maupun
logam.

Volatile Foods
Komoditas yang termasuk kelompok bahan makanan, kecuali subkelompok ikan diawetkan dan bahan
makanan lainnya, yang pergerakan naik turunnya harga cukup besar (volatile).

Year on year (yoy)


Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi satu titik waktu (misal bulan atau triwulan) terhadap posisi
satu titik waktu yang sama tahun sebelumnya. Pembandingan ini dilakukan untuk menghilangkan efek
seasonal yang biasanya terjadi di titik waktu tertentu (misal bulan Ramadhan, tahun ajaran baru, dsb).

DAFTAR ISTILAH
56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

Editor

Departemen Regional 1

Divisi Asesmen dan Advisory: Budi Trisnanto

Kontributor

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara


Tim Asesmen dan Advisory: Demina R. Sitepu

Bambang Irwanto

Nur Fikriyah Dzakiyah

Ragil Misas Fuadi

Tim Data dan SEKDA: Fransiska Sihaloho

Elian Ciptono

Fadli Putra

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Tim Asesmen dan Advisory

Telp. 061-4150500

Fax. 061-4534760

DAFTAR ISTILAH
57
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR ISTILAH
58

Anda mungkin juga menyukai