Anda di halaman 1dari 14

MANUSKRIP

MANUSKRIP

Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Ispa


Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Pengasinan Kota Bekasi

Penulis 1 : Sri Asiah

Penulis 2 : Meria Woro L, M.Kep, Ns, Sp.Kep.Kom

Penulis 3 : Ns. Indah Puspitasari, M. Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
TAHUN 2019/2020
Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pengasinan Kota Bekasi

Sri Asiah 1*, Meria Woro L, M.Kep, Ns, Sp.Kep.Kom 2, Ns. Indah Puspitasari, M. Kep 3
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh, Jawa Barat, Indonesia
2
Departemen Keperawatan Keperawatan Komunitas Jurusan Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Bani Saleh Bekasi, Jawa Barat, Indonesia

*Correspondensi Author
Meria Woro L, M.Kep, Ns, Sp.Kep.Kom
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh, Jalan RA. Kartini No. 66 Kel. Margahayu, Kec.
Bekasi Timur, Kota Bekasi
Telp :
Email :

ABSTRAK

Perkembangan pembangunan dan teknologi yang semakin meningkat, berdampak pada


sebagian masyarakat mengalami gangguan pada pernapasan yaitu diantaranya penyakit
infeksi saluran pernepasan akut (ISPA). Kejadian ISPA erat terkait dengan pengetahuan
orangtua tentang ISPA, karena orangtua sebagai penanggung jawab utama dalam
pemeliharaan kesejahteraan anak. Pada masa bayi masih sangat tergantung pada orangtua.
Karena itu diperlukan adanya penyebaran informasi kepada orangtua mengenai ISPA agar
orangtua dapat menyikapi lebih dini segala hal-hal yang berkaitan dengan ISPA. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif. Sampel yang diambil
pada penelitian ini menggunakan metode Consecutive Sampling dengan jumlah sampel 86
orang tua yang mempunyai balita. Hasil analisa pengetahuan di dapatkan Distribusi
pengetahuan responden di dominasi oleh responden yang memiliki pengetahuan tinggi
tentang ISPA. Adapun total 86 responden yang di teliti, responden yang memiliki
pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 66 orang (76,7%) sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan rendah tentang ISPA sebanyak 20 orang (23,3%). Diharapkan bagi peneliti
selanjutnya dapat meneliti lebih dalam mengenai gambaran pengetahuan tentang ISPA,
kaitannya dengan variable lain seperti kondisi rumah dan lain lain.

Kata Kunci : Pengetahuan orang tua tentang ISPA pada balita

ABSTRACT

Development and development of technology that is increasing, impacting on some people


experiencing respiratory disorders, including acute respiratory tract infections (ARI). The
incidence of ARI is closely related to the knowledge of parents about ARI, because parents
are the primary responsibility for maintaining child welfare. In infancy it is still very
dependent on parents. Therefore it is necessary to disseminate information to parents about
ARI so that parents can respond earlier to all matters relating to ARI. The research design
used in this study is descriptive design. The sample taken in this study uses the Consecutive

1
Sampling method with a sample of 86 parents who have toddlers. The results of the
knowledge analysis are obtained The distribution of respondents' knowledge is dominated by
respondents who have high knowledge about ARI. The total of 86 respondents studied,
respondents who had high knowledge were 66 people (76.7%) while respondents who had
low knowledge about ARI were 20 people (23.3%). It is expected that further researchers can
examine more deeply the description of knowledge about ARI, its relation to other variables
such as housing conditions and others.

Keywords: Parental knowledge about ARI in infants

PENDAHULUAN pada saluran pernafasan bagian atas

Perkembangan pembangunan dan maupun saluran pernafasan bagian bawah

teknologi yang semakin meningkat, (Ermayanti 2011).

berdampak pada sebagian masyarakat Penyakit ISPA ini bisa terjadi pada semua
mengalami gangguan pada pernapasan usia dari bayi hingga orang tua tetapi
yaitu diantaranya penyakit infeksi saluran paling banyak di temukan pada anak-anak
pernepasan akut (ISPA). Kondisi dan paling sering menjadi satu-satunya
lingkungan yang pertama adalah polutan
udara, adanya zat lain di udara dapat
berdampak buruk bagi kesehatan manusia, alasan untuk datang ke rumah sakit atau
terutama pada saluran pernapasan. yang puskesmas untuk menjalani perawatan
kedua adalah kelembaban, dimana inap maupun rawat jalan. Anak di bawah
kelembaban dapat mempengaruhi lima tahun adalah kelompok yang
kelangsungan hidup mikroorganisme memiliki sistem kekebalan tubuh yang
termasuk pathogen penyebab ISPA. Faktor masih rentan terhadap berbagai penyakit
penjamu penyebab ISPA adalah usia, ( Danusantoso, 2012). Penyebab angka
kebiasaan merokok, status gizi dan kesakitan dan kematian anak terbanyak
karakteristik pathogen seperti cara saat ini masih diakibatkan oleh pneumonia
penularan dan daya tular (WHO 2007). (ISPA). Gejala yang sering dijumpai

Hasil pengamatan epidemiologi dapat adalah batuk, pilek, dan kesukaran

diketahui bahwa angka kesakitan di kota bernafas (Maryunani, 2010).

cenderung lebih besar daripada di desa. Angka mortalitas ISPA yang berat hingga
Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat saat ini masih tinggi. Kematian seringkali
kepadatan tempat tinggal dan pencemaran disebabkan karena penderita datang untuk
lingkungan di kota yang lebih tinggi berobat dalam keadaan berat dan sering
daripada di desa. Infeksi dapat terjadi baik disertai penyulit penyulit dan kurang gizi.

2
Angka kesakitan (morbiditas) ISPA upaya promotif dan preventif untuk
merupakan penyakit yang seringkali menekan jumlah penyakit yang terus
dilaporkan sebagi 10 penyakit utama di meningkat setiap tahunnya (Kementrian
negara berkembang (Maryunani, 2010). Kesehatan RI, 2014).
Kematian akibat penyakit ISPA pada balita
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas
mencapai 12,4 juta pada balita golongan
pelayanan kesehatan tingkat pertama
umur 0-1 tahun dan sebanyak 80,3%
memiliki peranan penting dalam
kematian ini terjadi dinegara berkembang
pencapaian program Indonesia Sehat.
(Kemenkes, 2010). Menurut Depkes RI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
pada Profil Kesehatan Indonesia (2010)
Indonesia nomor 75 tahun 2014
kasus ISPA mencapai 23% dengan
menyatakan bahwa pusat kesehatan
499,259 kasus yang ditemukan pada tahun
masyarakat adalah fasilitas pelayanan
2010. Pada tahun 2018 Angka kejadian
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di
perorangan tingkat pertama dengan lebih
Jawa Barat menduduki peringkat pertama
mengutamakan upaya promotif dan
dengan jumlah kasus 186.809 kasus di
preventif untuk mencapai derajat
semua usia, sedangkan pada usia Balita
kesehatan masyarakat yang setinggi-
angka kejadian ISPA di jawa barat sebesar
tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas
17. 228 kasus dan juga menduduki
bertanggung jawab hanya untuk sebagian
peringkat pertama kejadian ISPA pada
upaya pembangunan kesehatan yang
balita di Indonesia pada tahun 2018
dibebankan oleh Dinas Kesehatan
(RISKESDAS 2018).
Kabupaten/Kota sesuai dengan
Saat ini banyak usaha yang dilakukan kemampuannya.
untuk mengatasi masalah ISPA,
Berdasarkan data kunjungan masyarakat
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
ke pelayanan kesehatan, tercatat ada lebih
telah menyusun kebijakan dan strategi
dari 30 ribu orang di semua usia yang
nasional terkait pencegahan dan
menderita ISPA di Kota Bekasi dan salah
penanggulangan penyakit ISPA yang
satunya di Wilayah Kerja Puskesmas
meliputi 3 komponen utama yaitu
Pengasinan Kota Bekasi (Profil Kesehatan
surveilans, promosi kesehatan dan
Kota Kota Bekasi 2013). Sementara itu
pencegahan penyakit ISPA. Selain itu
berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
setiap Puskesmas dituntut untuk
dilakukan peneliti pada bulan September
memperbaiki sistem manajemen melalui
dan November 2019 kejadian ISPA pada

3
anak di Wilayah Kerja Puskesmas yang disebabkan oleh (bakteri, virus atau
Pengasinan di temukan Kasus Infeksi substansi lain (Wahyuti 2012).
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebanyak Berdasarkan penelitian yang dilakukan
231 orang. Rumah penduduk di daerah oleh Wahyuti 2012 didapatkan hasil bahwa
kota bekasi yang tingkat kepadatannya ada hubungan antara pengetahuan orang
tinggi, hal ini dapat memicu timbulnya tua tentang ISPA dengan kejadian ISPA
penyakit ISPA. Selain itu juga didapatkan pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
data studi pendahuluan bahwa 3 dari 10 Gatak Sukoharjo. Sedangkan penelitian
orang tua menyebutkan ISPA adalah yang dilakukan oleh Ermayanti 2011
penyakit pilek dan 7 dari 10 orang tua didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu
tidak mengetahui pengertian dan penyebab tentang ISPA pada balita sebagian besar
ISPA. adalah cukup sebanyak 62 orang (77,5%).
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi
disimpulkan bahwa pengetahuan orang tua
kejadian penyakit ISPA pada balita adalah
tentang ISPA berpengaruh besar terhadap
kondisi fisik rumah, kebersihan rumah,
peran orang tua dalam pencegahan dan
kepadatan penghuni dan pencemaran udara
perawatan ISPA pada anak.
dalam rumah. Selain itu juga faktor
kepadatan penghuni, ventilasi, suhu dan Peran aktif orang tua dalam pencegahan
pencahayaan (Oktaviani 2009). Kejadian ISPA sangat diperlukan karena yang biasa
ISPA erat terkait dengan pengetahuan terkena dampak ISPA adalah usia balita
orangtua tentang ISPA, karena orangtua dan anak-anak yang kekebalan tubuhnya
sebagai penanggung jawab utama dalam masih rentan terkena infeksi (Andarmoyo,
pemeliharaan kesejahteraan anak. Pada 2012). Sehingga diperlukan peran orang
masa bayi masih sangat tergantung pada tua dalam menangani hal ini. Orang tua
orangtua. Karena itu diperlukan adanya harus mengerti tentang dampak negatif
penyebaran informasi kepada orangtua dari penyakit ISPA seperti ISPA ringan
mengenai ISPA agar orangtua dapat bisa menjadi Pneumonia yang
menyikapi lebih dini segala hal-hal yang kronologisnya dapat mengakibatkan
berkaitan dengan ISPA (Wahyuti 2012). kematian, jika tidak segera ditangani.
Pencegahan kejadian ISPA ini tidak
Pengetahuan orang tua tentang ISPA
terlepas dari peran orang tua yang harus
adalah orang tua mengetahui bahwa ISPA
mengetahui cara-cara pencegahan ISPA.
adalah proses inflamasi atau radang akut
ISPA dapat dicegah dengan mengetahui
saluran pernapasan atas maupun bawah

4
penyakit ISPA, mengatur pola makan berjumlah 191 orang. Sampel yang diambil
balita menciptakan lingkungan yang pada penelitian ini menggunakan metode
nyaman, dan menghindar faktor pencetus Consecutive Sampling yaituberdasarkan
(Andarmoyo, 2012). kedatangan subjek penelitian di Puskesmas
Pengasinan, Kota Bekasi. Peneliti
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis
memperoleh rata – rata sampel yang
tertarik untuk menyusun suatu penelitian
diteliti berjumlah 67 responden di tambah
tentang Gambaran Pengetahuan Orang Tua
10 % (19) responden droup out sehingga
Tentang Ispa Pada Balita Di Wilayah
menjadi 86 responden.
Kerja UPTD Puskesmas Pengasinan Kota
Bekasi. Kriteria Inklusi :

METODE PENELITIAN 1. Orang Tua dari anak berusia 1


tahun hingga 5 tahun yang
Dalam penelitian ini, analisa yang
menderita ISPA dan datang ke
dilakukan dengan menggunakan analisis
puskesmas Pengasinan Kota
univariate dengan tujuan untuk
Bekasi.
mendeskripsikan karakteristik variabel
2. Orang Tua tinggal serumah dengan
penelitian (Notoatmodjo2012). Analisis
anak.
univariat dilakukan untuk melihat
3. Bisa membaca dan menulis
distribusi frekuensi dari setiap variabel
yang bertujuan untuk menggambarkan
distribusi dari proporsi berbagai variabel 4. Bersedia menjadi responden
yang diteliti. dengan menandatangani
persetujuan informed consent.
Populasi dari penelitian ini adalah orang
tua yang mempunyai balita dan riwayat Kriteria Eksklusi :
penyakit ISPA di wilayah kerja UPTD
1. Keluarga yang mengalami
Pukesmas Pengasinan Kota Bekasi.
gangguan mental
Populasi dalam penelitian ini adalah

Insturmen dalam penelitian ini penelitian menggunakan kuesioner yang


menggunakan kuesioner yang berisi diambil dari penelitian Yumeina Gagrani
pertanyaan yang dibuat peneliti 2015. Kuesioner ini telah Uji validitas dan
berdasarkadn pengembangan dari teori reabilitas dengan menggunakan metode
yang ada yang disusun berdasarkan pada

5
expert validity. Kuesioner dikonsultasikan statistik. Setelah itu di olah menggunakan
kepada tiga ahli yang berkompeten. sistem komputerisasi tahap-tahap tersebut
yaitu editing, coding, processing, dan
Pengolah data yang diperoleh dari
cleaning.
penelitian ini dan diolah menggunakan uji

HASIL PENELITIAN

1. Tabel 1.1
Tabel Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden

No. Variabel Jumlah Prosentase %


1. Usia
19 - 29 25 29,1
30 – 42 61 70,9
2. Jenis Kelamin
Laki – Laki 9 10,5
Perempuan 77 89,5
3. Pendidikan
Rendah
(Tidak Sekolah - SMP) 25 29,1

Mengengah
(SMA & SMK) 31 36,0

Dari total 86 responden yang di teliti, distribusi usia responden di


dominasi oleh responden yang berusia 30 sampai 42 tahun yaitu sebanyak
61 orang (70,9%). Jenis kelamin responden di dominasi oleh responden
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 77 orang (89,5%). Pendidikan
responden di dominasi oleh responden yang berpendidikan menengah dan
berpendidikan tinggi, responden yang berpendidikan menengah
(SMA,SMK) yaitu sebanyak 31 orang (36,0%), sedangkan responden
yang berpendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) sebanyak 30 orang
(34,9%). Pekerjaan responden di dominasi oleh responden yang memiliki
pekerjaan Ibu rumah tangga yaitu sebanyak 60 orang (69,8%). Responden
yang memiliki anak dengan riwayat ISPA di dominasi oleh anak yang
tidak memiliki riwayat penyakit ISPA responden yang anak nya tidak
memiliki riwayat penyakit ISPA yaitu sebanyak 59 orang (68,6%).

6
Riwayat Pelatihan dan Penyuluhan Tentang ISPA Responden merata
sama sama dengan jumlah 43 orang (50,0%).

2. Tabel 1.2
Tabel Distribusi Berdasarkan Pengetahuan Responden

No. Pengetahuan Jumlah Prosentase %

1. Tinggi 66 76,7

2. Rendah 20 23,3
Total 86 100

Hasil analisa pengetahuan di dapatkan Distribusi pengetahuan responden


di dominasi oleh responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang
ISPA. Adapun total 86 responden yang di teliti, responden yang memiliki
pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 66 orang (76,7%) sedangkan
responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang ISPA sebanyak 20
orang (23,3%).

PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan


bahwa usia anyak adalah usia 30 –
Karakteristik responden untuk
40 tahun mencapai 61 orang
penelitian Pengetahuan Orang Tua
(70,9%), hasil ini sejalan dengan
tentang ISPA pada Balita di Wilayah
penelitian Wahyuti (2012)
Kerja UPTD Puskesmas Pengasinan
berdasarkan distribusi usia
Kota Bekasi terdiri dari enam bagian
responden yang paling banyak usia
yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan,
30-42 tahun.
pekerjaan, riwayat penyakit ISPA,
Menurut Juliana et al dalam
riwayat pelatihan dan penyuluhan
Hutapea (2012) semakin muda usia
tentang ISPA.
individu maka kemampuan
mengingat akan semakin tinggi
termasuk kemampuan untuk
1. Usia Responden
mengingat informasi yang diterima.
Individu yang telah mengalami

7
penuaan akan mengalami berpendidikan menengah
penurunan fisiologis tubuh yang (SMA,SMK) yang paling dominan
akan mempengaruhi kemampuan yaitu sebanyak 31 orang (36,0%)
untuk mengingat informasi. hasil ini sejalan dengan penelitian
Wahyuti (2012) berdasarkan
2. Jenis Kelamin Responden distribusi pendidikan responden
tentang Pengetahuan ISPA
Hasil penelitian menunjukan menunjukkan banyak yang
bahwa responden yang berjenis berpendidikan lulus SMA yaitu
kelamin perempuan lebih banyak 53,5%. Semakin tinggi pendidikan
mencapai 77 orang (89,5%) hasil seseorang semakin mudah pula
ini tidak sejalan dengan penelitian mereka menerima informasi, dan
Samad I.F (2017) berdasarkan pada akhirnya makin banyak pula
distribusi jenis kelamin responden pengetahuan yang dimilikinya.
tentang pengetahuan ISPA Informasi yang diperoleh baik dari
didapatkan frekuensi yang pendidikan formal maupun non
seimbang antara jenis kelamin laki formal dapat memberikan pengaruh
laki dan perempuan yaitu dari 90 jangka pendek (immediate impact)
responden masing masing 45 orang sehingga menghasilkan perubahan
laki laki dan perempuan. atau peningkatan pengetahuan.
Jenis kelamin tidak memiliki Usia juga mempengaruhi terhadap
hubungan yang signifikan dengan daya tangkap dan pola pikir
pengetahuan, perbedaan jenis seseorang. Semakin bertambah usia
kelamin mungkin membentuk akan semakin berkembang pula
persepsi yang berbeda sehingga daya tangkap dan pola pikirnya,
mempengaruhi sikap dan sehingga pengetahuan yang
pengetahuan juga antara laki laki diperolehnya semakin membaik
dan perempuan (Carter 2011 dalam (Notoadmojo, 2010).
Suwarno & Yuwono 2017).
4. Pekerjaan Responden
3. Pendidikan Responden
Hasil penelitian menunjukan
Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang memiliki
bahwa pendidikan responden yang pekerjaan ibu rumah tangga adalah
8
pekerjaan yang paling dominan sejalan dengan penelitian Wahyuti
yaitu sebanyak 60 orang (69,8%) (2012) dimana hasil penelitian
hasil ini sejalan dengan penelitian didapatkan
Samad I.F (2017) didapatkan hasil memperlihatkanbanyakanakrespon
bahwa responden yang memiliki den yang mengalamikejadian ISPA
pekerjaan ibu rumah tangga yaitu 64,8%.
tertinggi dengan 31 orang dari total Faktor lain yang berpengaruh
90 responden yang diteliti. adalah kurangnya pengetahuan dan
Pendapatan merupakan faktor yang kemampuan keluarga
paling menentukan kualitas dan melaksanakan fungsi perawatan
kuantitas makanan dan ada kesehatan keluarga di rumah,
hubungan yang erat antara sehingga keluarga tidak mampu
pendapatan dengan gizi. mengenal permasalahan kesehatan
Pendapatan keluarga yang rendah secara dini, dan bagaimana
akan mempengaruhi pembelian melakukan perawatannya di rumah
pangan sehingga menentukan dengan tepat agar tidak terjadi
hidangan dalam keluarga tersebut tingkat keparahan bahkan kematian
baik dari segi kualitas makanan, (Wulaningsih dkk 2018).
jumlah makan danvariasi hidangan.
Dengan status gizi yang kurang 6. Riwayat Pelatihan dan Penyuluhan
akan menurunkan daya tahan tubuh Tentang ISPA Responden
bayi sehingga bayi lebih mudah
terkena penyakit infeksi seperti Berdasarkan distribusi Riwayat
ISPA, sehingga orang yang tidak Pelatihan dan Penyuluhan Tentang
bekerja tidak mendapatkan ISPA Responden merata. Dari total
penghasilan (Supariasa, 2012). 86 responden yang di teliti,
responden yang pernah mengikuti
5. Riwayat Penyakit ISPA pelatihan dan penyuluhan tentang
ISPA yaitu sebanyak 43 orang
Hasil penelitian menunjukan (50,0%), sedangkan responden
bahwa responden yang tidak yang tidak pernah mengikuti
memiliki riwayat penyakit ISPA pelatihan dan penyuluhan tentang
lebih banyak yaitu sebanyak 59 ISPA yaitu sebanyak 43 orang
orang (68,6%) hasil ini tidak (50,0%).
9
Peningkatan pengetahuan ibu balita mengorganisasikan
didapatkan dengan mengikuti pengalamannya.
penyuluhan-penyuluhan yang Notoatmodjo (2010)mengatakan
diselenggarakan oleh puskesmas bahwa terdapat beberapa hal yang
dalam memelihara dan menjaga mempengaruhi tingkat pengetahuan
kebersihan lingkungan balita dan seseorang diantaranya adalah
mencegah kejadian ISPA pada pendidikan dan usia. Pendidikan
balita. dapat mempengaruhi proses belajar
seseorang, makin tinggi tingkat
7. Pengetahuan Responden pendidikan seseorang maka
makin mudah juga seseoarang
Hasil analisa pengetahuan di untuk menerima atau mencerna
dapatkan Distribusi pengetahuan informasi. Semakin baik
responden di dominasi oleh pengetahuan, maka sikap dan
responden yang memiliki perilaku yang ditimbulkan juga
pengetahuan tinggi tentang ISPA. semakin baik, begitu pula
Dari total 86 responden yang di sebaliknya semakin kurang
teliti, responden yang memiliki pengetahuan yang dimiliki maka
pengetahuan tinggi yaitu sebanyak perilaku yang ditimbulkan juga
66 orang (76,7%) sedangkan semakin mengarah ke negatif.
responden yang memiliki Namun perlu ditekankan bahwa
pengetahuan rendah tentang ISPA seseorang yang berpendidikan
sebanyak 20 orang (23,3%). rendah tidak mutlak
Wawan & Dewi 2011 dalam berpengetahuan rendah pul.
Febriansyah 2017 mengatakan Pengetahuan seseorang tenteng
bahwa Pengetahuan merupakan suatu objek juga mengandung dua
hasil dari “Tahu” yang terjadi aspek yaitu aspek positif dan
setelah orang melakukan negatif. Kedua aspek inilah
penginderaan terhadap suatu objek akhirnya akan menentukan sikap
tertentu. Menurut fungsinya dan perilaku seseorang terhadap
pengetahuan merupakan dorongan obyek tertentu (Budiman, 2013).
dasar untuk ingin tahu, untuk Sejalan dengan hasil penelitian
mencari penalaran, dan untuk Wahyuti (2012) menunjukkan
sebagian besarrespon den telah
10
memiliki pengetahuan tentang konsep teori, proses
ISPA dengan baik dan cukup yaitu dan praktik
keperawatan.
masing – masing 33,8%.
Yogyakarta; Graha
Ilmu.
KESIMPULAN
Budiman & Riyanto A. 2013.
Berdasarkan hasil penelitian yang Kapita Selekta
dilakukan telah sesuai dengan tujuan Kuisioner Pengetahuan
Dan Sikap Dalam
khusus, yaitu mengetahui Gambaran
Penelitian Kesehatan.
Pengetahuan Orang Tua Tentang ISPA Jakarta : Salemba
pada Balita di Puskesmas Pengasinan Kota Medika.
Bekasi, maka penulis mengambil Corwin, Elizabeth J. (2009).
kesimpulan pengetahuan responden Buku Saku
tentang ISPA pada balita yang diteliti di Patofisiologi. Jakarta:
EGC.
wilayah UPTD Puskesmas Pengasinan
Kota Bekasi mayoritas responden Danusantoso, H. (2012). Ilmu
Pnyakit Paru Edisi 2.
berpengetahuan tinggi tentang ISPA pada Jakarta: EGC
Balita distribusi pengetahuan responden
Departemen Kesehatan RI.
didapatkan sebanyak 66 orang (76,7%) (2010). Manajemen
yang berpengetahuan tinggi sedangkan terpadu Balita Sakit
responden yang memiliki pengetahuan (MTBS). Jakarta:
Depkes RI.
rendah tentang ISPA sebanyak 20 orang
(23,3%). Departemen Kesehatan RI.
(2010). Pedoman
Tatalaksana
Pneumonia Balita.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Depkes RI
Adlan. (2016). Efektivitas Ermayanti .(2011). Gambaran
Pneumonia Pada Balita Tingkat Pengetahuan
di Puskesmas Padang Ibu Tentang Ispa Pada
Kota Semarang Tahun Balita Di Puskesmas
2016, 1–4. Skripsi Ngaglik I Sleman
Kesehatan Masyarakat Yogyakarta Tahun
Universitas 2011. Sekolah Tinggi
Diponegoro. Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani
Andarmoyo, sulistyo. (2012).
Program Studi Diploma
keperawatan keluarga.

11
Iii Kebidanan Notoatmodjo S. (2010). Ilmu
Yogyakarta Perilaku Kesehatan.
Jakarta: PT Rineka
Kemenkes RI. (2010). Cipta. Notoatmodjo, S.
Pedoman Pengendalian (2012). Metodologi
Infeksi Saluran Penelitian Kesehatan.
Pernapasan Akut. Jakarta : Rineka Cipta.
Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI 2010 Noviyanti, V. (2012). Faktor-
Faktor yang
Leli Fatimah. (2017). Faktor Mempengaruhi
faktor yang Kejadian Penyakit ISPA
berhubungan dengan pada Balita di Sekitar
kejadian Infeksi Wilayah Tempat
Saluran Pernapasan Pembuangan Akhir
Akut (ISPA) pada bayi Sampah (TPAS)
di wilayah kerja Tamangapa Kota
Puskesmas Kampung Makassar Tahun 2012
Baru Kecamatan (Doctoral dissertation,
Medan Maimun Tahun Universitas Islam
2017. Jurnal Universitas Negeri Alauddin
Sumatera Utara Makassar).
Repositori Institusi
USU. Oktaviani, V. A. (2009).
Hubungan antara
Maria, A. (2015). Perbedaan sanitasi fisik rumah
Upaya Pencegahan dengan kejadian infeksi
ISPA oleh Ibu Balita saluran pernafasan
Sebelum dan Sesudah atas (ispa) pada balita
dilakukan Manajemen di Desa Cepogo
Terpadu Balita Sakit Kecamatan Cepogo
(MTBS) di Puskesmas Kabupaten Boyolali
Purwodadi I. Jurnal (Doctoral dissertation,
Publikasi Kesehatan Universitas
Masyarakat Indonesia. Muhammadiyah
Maryunani, A. (2010). Ilmu Surakarta).
Kesehatan Anak Dalam Pangesti . (2012). Pengetahuan
Kebidanan. Jakarta: dan Faktor faktor yang
Trans Info Media. mempengaruhi. Jurnal
Nasution, K. dkk. (2009). Kedokteran Universitas
Infeksi Saluran Napas Indonesia.
Akut pada balita di Profil Kesehatan Kota Bekasi.
daerah urban. Jakarta: (2013). Prevalensi
Sari Pediatri, 11(4).
12
kejadian ISPA. Faktor-Faktor Yang
Kementrian Kesehatan Mempengaruhi Tingkat
RI Pengetahuan
Masyarakat Dalam
Rahmawati, R. (2018). Mitigasi Bencana Alam
Implementasi Fungsi Tanah Longsor .Jurnal
Manajemen Program Universitas
Promotif dan Preventif Muhammadiyah
Penatalaksanaan ISPA Magelang , 305-314.
Pada Balita di
Puskesmas Kassi Kassi Syair, Abdul. 2009. Faktor
Kota Makassar Tahun Risiko Kejadian Infeksi
2018 (Doctoral Saluran Pernapasan
dissertation, Universitas Akut (ISPA) pada
Islam Negeri Alauddin Balita.
Makassar).
Wahyuti, W. (2012).
Reza Widiamto Sudjud, R. H. Hubungan Antara
S. Geeta Maharani, Pengetahuan Orangtua
(2017).“Artikel Tentang Ispa Dengan
Penelitian,” Jurnal, vol. Kejadian Ispa Pada
21, no. 1, pp. 1–9,. Bayi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Gatak
Riset Kesehatan Dasar. (2018). Sukoharjo (Doctoral
Hasil Utama Riskesdas dissertation, Universitas
2018 : Prevalensi Muhammadiyah
Kejadian ISPA pada Surakrta).
Balita. Kementrian
Kesehatan RI WHO. (2007). Pencegahan
dan Pengendalian
Saenal, J. (2017). Faktor Risiko Infeksi Saluran
yang Mempengaruhi Pernapasan Akut
Kejadian Pneumonia (ISPA) Yang
Pada Balita di Cenderung Menjadi
Puskesmas Medan Krio Epidemi dan Pandemi
Kabupaten Deli di Fasilitas Pelayanan
Serdang Tahun 2017, Kesehatan. Pedoman
1(2). Jurnal Publikasi Interim WHO. Alih
Kesehatan Masyarakat Bahasa: Trust
Indonesia Indonesia. Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode
Penelitian Kuantitatif
Dan R & D. Bandung:
Alfabeta Surwanto, P.,
& Yuwono, P. (2017).
13

Anda mungkin juga menyukai