Anda di halaman 1dari 6

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)

Dengan Efektivitas Monitoring Intake: Studi Kasus Di Ruang Rawat Inap


Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta Barat

Anis Fitria
Mahasiswa Akademi Keperawatan Sumber Waras Jakarta Barat
Karyatin
Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Akademik Keperawatan Sumber Waras
Jakarta Barat, karyatin@akpersumberwaras.ac.id

Abstrak

Masalah keperawatan yang sering ditemukan pada kasus DBD yaitu kekurangan volume cairan
yang bisa menyebabkan syok hipovolemik bahkan kematian karena cairan merupakan
komponen tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh yaitu sebagai bahan dalam
metabolisme tubuh dan memelihara suhu tubuh. Tubuh kita terdiri dari 60 % air yang tersebar
di dalam sel maupun luar sel. Untuk mencegah kekurangan volume cairan pada kasus DBD di
butuhkan pemantauan terhadap intake dan output selama 24 jam. Penelitian ini menggunakan
rancangan studi kasus dengan penelitian deskriptif analitik, jumlah responden yang dilakukan
penelitian sebanyak 2 responden. Penelitian studi kasus dilakukan selama 3 hari. Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata dari responden yang dirawat di Rumah Sakit Sumber Waras.

Kata kunci : Demam Berdarah Dengue, pemantauan cairan, asuhan keperawatan.

Abstract

Nursing problems that are often found in DHF cases are lack of fluid volume which can cause
hypovolemic shock and even death because fluid is a component of the body that plays a role
in maintaining body function as an ingredient in the body's metabolism and maintaining body
temperature. Our body consists of 60% of the water that is spread inside the cell and outside
the cell. To prevent shortages of fluid volume in DHF cases, monitoring of intake and output
is needed for 24 hours. This study uses a case study design with descriptive analytic research,
the number of respondents who carried out the study were 2 respondents. Case study research
was conducted for 3 days. The results showed that the average number of respondents who
were treated at the Sumber Waras Hospital so that the client's fluid needs were met.

Keyword: Dengue Hemorrhagic Fever, fulfillment of fluid , nursing process

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus
dengue (Albovirus) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes yaitu Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja dan dewasa yang ditandai dengan
demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut sebagai Dengue
Haemoragic Fever. (3)

1
Masalah keperawatan yang sering di jumpai pada penderita DBD yaitu kekurangan volume
cairan dan elektrolit. Menurut Tarwoto & Wartonah (2015) menyatakan bahwa cairan dan
elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan
proses homeostatis. Tubuh kita terdiri dari 60 % air yang tersebar di dalam sel maupun luar
sel. Pada kasus DBD ini terjadi peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel sehingga terjadinya trombositopenia atau menurunnya
fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi yang merupakan faktor penyebab
perdarahan hebat yang dapat mengakibatkan kekurangan volume cairan dan elektrolit, oleh
karena itu sangatlah penting dalam memperhatikan kebutuhan cairan yang efektif karena tanpa
pemantauan yang efektif terhadap kebutuhan cairan pasien, maka akan terjadi syok sehingga
menyebabkan kematian.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015) menjelaskan bahwa jumlah


penderita DBD pada tahun 2015 sebanyak 129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak
1.071 orang serta angka kesakitan sebanyak 50,75 per 100.000 penduduk dan terjadi
peningkatan kasus pada tahun 2015. Sedangkan pada tahun 2014 dengan kasus DBD sebanyak
100.347 serta angka kesakitan sebanyak 39,80. Pada tahun 2015 terdapat 5 provinsi yang
melaporkan terjadinya DBD, salah satunya jumlah kematian tertinggi terjadi di Maluku
sebanyak 7,69 % kemudian diikuti oleh Gorontalo sebanyak 6,06%, Papua Barat sebanyak
4,55%, Sulawesi Utara sebanyak 2,33% dan Bengkulu sebanyak 1,99%. Sedangkan, menurut
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menjelaskan bahwa jumlah penderita DBD pada tahun
2016 ditemukan sebanyak 22.697 kasus sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 4.194 kasus.
Dengan demikian, dapat dihitung angka kesakitan DBD pada tahun 2016 meningkat yaitu
sebesar 220 dibandingkan dengan angka kesakitan pada tahun 2015 sebesar 8,17 per 100.000
penduduk.

Menurut penelitian studi kasus Fauziah, I. A. (2016) yang berjudul ”Upaya mempertahankan
balance cairan dengan memberikan cairan sesuai kebutuhan pada pasien DBD di RSUD
Pandan Arang Boyolali” Penanganan kasus pada pasien DBD dengan masalah utama gangguan
keseimbangan cairan, maka pasien memerlukan pemantauan penuh terhadap asupan dan
pengeluaran (input dan output). Salah satu tindakan mandiri yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan keseimbangan cairan yaitu pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan. Hal
ini dilakukan agar tidak terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan (hipovolemik) yang berlebihan
pada pasien serta mencegah terjadinya syok hipovolemik pada pasien dengan DBD.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus dengan penelitian deskriptif analitik dan
menggunakan metode studi perbandingan, dilakukan dengan cara mencari persamaan dan
mencari perbedaan pada dua pasien.Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui efektifitas
monitoring intake output didalam pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien DBD di Rumah
Sakit Sumber Waras. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta Barat dengan
jumlah responden sebanyak 2 orang. Penelitian studi kasus dilakukan selama 3 hari. Metode
pengumpulan data menggunakan wawancara dan pemeriksaan.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien dewasa, laki-laki ataupun perempuan, pasien
bersedia menjadi responden penelitian yang dibuktikan dengan pengisian informed consent.
pasien terdiagnosa DBD, kesadaran compos mentis, hasil laboratorium dengan trombosit <
150.000/ul, hematokrit : laki-laki > 40 % perempuan >37 %, uji tourniquet positif. Sedangkan,

2
kriteria eksklusinya adalah pasien tidak bersedia menjadi responden dan pasien tidak termasuk
kriteria inklusi.

HASIL

Dalam memberikan asuhan keperawatan Pasien I dan Pasien II, peneliti menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.

PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang mengumpulkan data melalui
wawancara, rekam medik dan pemeriksaan fisik pasien dengan menggunakan pola Gordon.
Pada pasien I dan pasien II mengalami penurunan trombosit, dimana trombosit pada pasien I
yaitu 22.000/ul dan pada pasien 2 yaitu 17.000/ul. Hal tersebut diakibatkan karena virus dengue
mengaktifasi sistem koagulasi sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan darah
(protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) dan mengakibatkan penurunan fungsi
sumsum tulang sehingga terjadinya trombositopenia, dimana pada pasien I hari rawat kedua
mengalami perdarahan yaitu melena sehingga terjadi penurunan trombosit yang signifikan.

Keseimbangan cairan pada pasien I yaitu intake 2.700 ml/24 jam, output 2.900 ml/24 jam,
balance cairan - 200 ml/24 jam. Sedangkan, keseimbangan cairan pada pasien II yaitu intake
3.000 ml/24 jam, output 3.115 ml/24 jam, balance cairan - 115 ml/24 jam. Ketidakseimbangan
cairan pada pasien DBD terjadi karena veremia yang mengaktivasi sistem complement C3 dan
C5 yang dilepas menjadi C3a dan C5a, kemudian melepaskan histamine, sehingga menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan terjadi perembesan plasma melalui
endotel pembuluh darah yang mengakibatkan volume plasma dalam pembuluh darah menurun
yang ditunjukan adanya peningkatan hematokrit.

Tidak semua pasien yang mengalami DBD terjadi peningkatan hematokrit, hal ini terbukti
ketidakseimbangan cairan yang terjadi pada pasien I dan pasien II, dikarenakan peningkatan
suhu tubuh dan pemasukan cairan yang tidak adekuat, sehingga tidak mengalami peningkatan
hematokrit.

2. Diagnosa

Pada pasien I dan pasien II terdapat persamaan diagnosa keperawatan dengan teori yaitu
hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia), resiko defisit volume
cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler, dan perbedaan
diagnosa pada pasien II adalah resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia,
dimana diagnosa pada hari kedua yaitu perdarahan berhubungan dengan trombositopenia dan
pasien tidak segera mendapatkan pertolongan. perbedaan yang lain yaitu perubahan pola nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Hal tersebut
diakibatkan karena virus dengue yang masuk kedalam aliran darah (viremia), sehingga terjadi
peningkatan asam lambung di tandai dengan pasien mual.

3
3. Intervensi Keperawatan

Intervensi pertama untuk memantau keadaan umum pasien khususnya memantau suhu, berikan
kompres air biasa untuk membantu menurunkan demam, anjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat untuk meningkatkan penguapan panas,
anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang akibat penguapan dari peningkatan suhu tubuh, beri therapy paracetamol 3 x 1 tablet
(kalau perlu) untuk menurunkan demam.

Intervensi kedua untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh, anjurkan pasien untuk
minum 1500 – 2000 ml/hari untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh per oral, observasi hasil
hematokrit setiap hari, beri terapi cairan Ringer Laktat untuk membantu meningkatkan jumlah
cairan tubuh dan untuk mencegah terjadinya hipovolemik syok.

Intervensi ketiga mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan akan terjadi
perdarahan lebih lanjut, anjurkan pasien untuk banyak istirahat (bedrest) karena aktivitas
pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan, anjurkan pasien untuk
menggunakan sikat gigi yang lunak atau hanya dengan berkumur-kumur untuk mencegah
terjadinya perdarahan lebih lanjut, berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga untuk
melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti muntah berwarna merah darah/hitam, BAB
berwarna merah darah/hitam, mimisan, perdarahan gusi membantu untuk penanganan dini bila
terjadi perdarahan.

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien sudah sesuai dengan perencanaan,
pada diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
(viremia), resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler dan resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Sedangkan,
perencanaan yang tidak dapat dilakukan pada diagnosa resiko defisit volume cairan
berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler yaitu pemeriksaan berat
jenis urine. Hal ini terjadi karena dokter tidak menganjurkan untuk pemeriksaan tersebut di
karenakan kekurangan volume cairan pada pasien DBD tidak diikuti dengan kekurangan
elektrolit.

5. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam dari ketiga masalah keperawatan
yang ditemukan pada pasien I dan pasien II sudah teratasi. Pada pasien I dengan masalah
keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia) teratasi
pada hari kedua didapatkan data pasien mengatakan badannnya sudah tidak demam, suhu
36oC. Masalah keperawatan kedua yaitu resiko defisit volume cairan berhubungan dengan
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler teratasi pada hari ketiga dengan data yang
ditemukan capillary refill 3 detik, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, warna urine kuning
jernih, intake 3.700 ml/24 jam, output 3.900 ml/24 jam, balance cairan -200 ml/24 jam dan
hematokrit 45%. Masalah keperawatan ketiga yaitu resiko perdarahan lebih lanjut
berhubungan dengan trombositopenia teratasi pada hari ketiga dengan data yang ditemukan
pasien tidak ditemukan adanya perdarahan dan trombosit meningkat 62.000/ul.

4
Pada pasien II dengan masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
virus dengue (viremia) teratasi pada hari kedua didapatkan data pasien mengatakan sudah tidak
demam dan suhu 36,3o C. Masalah keperawatan kedua yaitu resiko defisit volume cairan
berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler teratasi pada hari ketiga
dengan data yang ditemukan capillary refill 3 detik, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab,
warna urine kuning jernih, intake 3.565 ml/24 jam, output 3.665 ml/24 jam, balance cairan -
100 ml/24 jam dan hematokrit 45.8%. Masalah keperawatan ketiga yaitu perdarahan
berhubungan dengan trombositopenia teratasi pada hari ketiga dengan data yang ditemukan
pasien terlihat tidak ditemukan adanya perdarahan dan trombosit meningkat 52.000/ul

KESIMPULAN

Hasil pengkajian pada pasien I dan pasien II mengalami keluhan yang sama dengan teori yaitu
riwayat demam antara 2-7 hari, mual, muntah, perdarahan seperti uji tourniquet positif, dan
petekie (bintik merah pada kulit), adapun perbedaan pada pasien I dan pasien II, yaitu pada
pola eliminasi : pasien I saat menjalani perawatan mengalami melena dengan frekuensi BAB
1 x sehari, konsistensi lembek, warna hitam, bau khas melena, Hal tersebut disebabkan
olehkarena keterlambatan dalam penanganan, dimana pada saat 2 hari demam pasien tidak
berobat ke klinik, pasien masih tetap bekerja dan pasien masuk dalam DBD derajat II.
Sedangkan, pada pasien II tidak mengalami perdarahan spontan karena cepat dalam
penanganan dan masuk dalam DBD derajat I.

Pada pasien I dan pasien II terdapat persamaan diagnosa keperawatan dengan teori yaitu
hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia), resiko defisit volume cairan
berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Perbedaan penegakkan
diagnosa keperawatan pada pasien II adalah resiko perdarahan berhubungan dengan
trombositopenia, dimana diagnosa pada hari kedua yaitu perdarahan berhubungan dengan
trombositopenia. perbedaan yang lain yaitu perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien sudah sesuai dengan perencanaan,
pada masalah keperawatan hipertermi, resiko defisit volume cairan dan resiko perdarahan.
Sedangkan, perencanaan yang tidak dapat dilakukan pada masalah keperawatan resiko defisit
volume cairan yaitu pemeriksaan berat jenis urine. Hal ini terjadi dikarenakan kekurangan
volume cairan pada pasien DBD tidak diikuti dengan kekurangan elektrolit.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam dari ketiga masalah keperawatan
yang ditemukan pada pasien I dan pasien II sudah teratasi yaitu masalah keperawatan
hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia) teratasi pada hari kedua.
Masalah keperawatan resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler dan resiko perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia teratasi pada hari ketiga.

Dari kedua kasus dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan yang terkait dengan
keseimbangan cairan hanya baru resiko dimana kasus I mengalami DBD derajat II dengan
gejala klinis terjadinya melena, namun walaupun sudah terjadi perdarahan akibat
trombhositopeni pada pasien belum didapat adanya tanda-tanda ganguan keseimbangan cairan.
Sedangkan Kasus II dirawat dengan DBD derajat I, dimana akibat perubahan patologis akibat
DBD belum jelas terlihat adanya gangguan keseimbangan cairan. Hal ini juga didukung

5
dengan adanya intervensi keperawatan yaitu tindakan melakukan monitoring intake output
dari kedua pasien, resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan dapat teratasi sehingga
tidak masuk kedalam kondisi aktual.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ambarwati, F. R. (2014). Konsep kebutuhan dasar manusia. Cetakan 1.Yogyakarta: Satria


Offset.
2. Bidang Perencanaan dan Pembiayaan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2016).
Profil kesehatan provinsi DKI Jakarta.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVI . Di akses
pada tanggal 15 Februari 2018 pukul 13.00 WIB.
3. Desmawati. (2013). Sistem hematologi & imunologi. Jakarta: In Media.
4. Dermawan, D., & Jamil, M. A. (2013). Keterampilan dasar keperawatan (konsep dan
prosedur). Jatirejo: Gosyen Publishing.
5. Fauziah, I. A. (2016). Upaya mempertahankan balance cairan dengan
memberikan cairan sesuai kebutuhan pada klien dhf di rsud pandan arang boyolali.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact
=8&ved=0ahUKEwiOptqo2s3ZAhVMro8KHXaxDGQQFggsMAA&url=http%3A%2F%
2Feprints.ums.ac.id%2F44561%2F1%2FJUDUL%2520ISNA.pdf&usg=AOvVaw3pA8R
-UmcQRWTiqFHwMjv9. Di akses pada tanggal 15 Februari 2018 pukul 13.10 WIB.
6. Hidayat, A. A. (2012). Pengantar kebutuhan dasar manusia aplikasi konsep dan proses
keperawatan: Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
7. Info Datin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016).
Situasi DBD di Indonesia.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.depkes.go.id/do
wnload.php%3Ffile%3Ddownload/pusdatin/infodatin/infodatin%2520dbd%25202016.pdf
&ved=2ahUKEwjGlJL1_9LZAhWJUZQKHVEWAX8QFjAAegQlCRAB&usg=AOvVa
w3hHdRd5OyC7JOKMJ-9Dg4v. Di akses pada tanggal 15 Februari 2018 pukul 13.00
WIB.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Profil kesehatan
Indonesia. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf Di akses pada tanggal 15 Februari 2018
pukul 13.00 WIB.
9. Soedarto. (2012). Demam berdarah dengue. Jakarta : CV Sagung Seto.
10. Suciati, D. K. (2014). Ilmu keperawatan dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
11. Smeltzer & Bare’s. (2017). Text book of medical-surgical nursing. 4th Edition. Australian:
New Zealend edition.
12. Swarjana, I. K. (2015). Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: CVAndi Offset.
13. Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Edisi 5.
Jakarta: Salemba Medika.
14. Wijaya, A. S., & Yessie, M. P. (2013). Keperawatan medikal bedah: keperawatan dewasa.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai