Anda di halaman 1dari 3

Takdir membelakangi Harapan

Matahari menyinari dengan perlahan seakan-akan malu untuk muncul. Burung-burung bersiul
menyambut pagi yang indah. Kini hari baru telah dimulai. Dan hari ini adalah hari senin, hari
dimana waktunya sekolah telah dimulai lagi. Rena seorang siswi kelas 2 SMA sudah bersiap-
siap untuk berangkat sekolah. Mengantuk, malas, dan lelah. Itulah yang dia rasakan.

“RENAA, TUNGGU AKUU.” teriak seseorang yang sudah ia duga.


Shafa. Ya, namanya Shafa. Sahabat Rena sejak dari SD sekaligus teman sekelasnya, bahkan
rumah mereka bersebelahan.
“untuk apa kamu berteriak sedangkan jarak kita lebih dekat dari 1 meter?” kata rena.
“mungkin saja kamu tidak dengar, hehe.” Jawab shafa sambil tertawa jahil.
“kamu kira aku tuli, dasar.” Katanya sambil tertawa pelan.

Rumah mereka tidak begitu jauh dari sekolah, makanya mereka lebih memilih untuk berjalan
kaki. Apalagi pemandangan hijau dan sejuknya udara semakin membuat mereka semangat.
Dan tanpa terasa mereka sudah sampai di kelasnya.

Rena dan shafa duduk di tempatnya masing-masing. Dan seperti biasa, Rena menunggu
sesosok pria yang selama ini dia pendamkan rasa. Dan akhirnya seseorang yang ditunggu
telah menunjukkan batang hidungnya. Ah, rasa rindunya akhirnya menghilang. Senyum yang
muncul seketika saat melihat wajahnya serta jantung yang berdetak lebih kencang seakan-
akan menyambut kedatangannya. Nama seseorang itu adalah Arga.

“KRIING!!” bel istirahat telah berdering.

semuanya berbondong-bondong menuju keluar kelas setelah menikmati penat di kepala saat
jam pelajaran tadi. Namun Rena telah memutuskan untuk berdiam diri di kelas dan
membiarkan shafa si tukang makan pergi ke kantin sendiri. Diam-diam rena memperhatikan
Arga yang sedang membaca buku, ya.. Arga memang selalu sendirian ketika waktu istirahat
tiba. Rasanya Rena ingin menghampiri Arga dan memulai percakapan dengannya. Tapi dia
terlalu malu, mendengar suaranya saja tidak pernah. Cinta yang Rena rasakan adalah cinta
bertepuk sebelah tangan. Seperti harapan yang hanya mengambang yang tak bertemu tepi
untuk berlabuh, tapi Rena tak pernah lelah untuk mewujudkan harapannya. Karena arga
adalah cinta pertamanya, pada pandangan pertama sejak dari awal masuk ke sekolah ini.
‘seandainya saja aku punya keberanian untuk mengakui perasaan ini ke kamu, ga.’ Kata rena
berbicara di dalam hati.

Akhirnya Rena sudah sampai di rumah dari pulang sekolah. Tak terasa waktu begitu cepat.
Rena langsung membentangkan tubuhnya di kasur empuk.. Namun tiba-tiba hape Rena
bergetar tanda ada SMS masuk. Dan tentunya, pasti dari Shafa.
“Rena, kamu tahu tidak? Laki-laki itu mengajak aku ketemuan loh! Sore ini juga!” kata shafa.
“aduh Shafa, kenapa sih dari setahun yang lalu sampai sekarang kamu gak mau ngasih tahu
aku siapa laki-laki itu? laki-laki yang pedekatenya lama banget itu?” jawab Rena.

“kan sudah aku bilang, aku bakal kasih tahu kamu sampai dia jadian sama aku. Biar kejutan
gitu. Tapi dia lama banget pedekatenya, kagak nembak-nembak juga.” Jawab shafa lagi.
“yah semoga saja dia ngajak kamu ketemuan buat nembak kamu, biar aku bisa tahu siapa dia.
Memangnya kamu suka sama dia?” jawab Rena.
“banget dong! Gak boleh ada yang suka sama dia selain aku! Hahaha.” Kata Shafa.
Rena tersenyum kecil melihat tingkah sahabatnya itu. Tapi satu harapannya, jangan sampai
itu Arga. Jangan sampai.

Hari sudah berganti, Rena pun sudah siap pergi ke sekolah. Dia tak sabar untuk mengetahui
siapa lelaki yang dimaksud shafa itu. tapi hari ini Shafa tidak berangkat sekolah bersama
dengan Rena, entahlah kenapa. Dan akhirnya Rena sudah sampai ke kelasnya, dan langsung
bergegas duduk di bangkunya sambil menunggu Shafa. Tapi tiba-tiba Arga masuk kelas
dengan mulutnya berkomat kamit seperti sedang berbicara dengan seseorang, dan ternyata..
“S-Shafa, kamu.. dia..” kata Rena kaget.

“halo renaa, iya sekarang aku pacaran sama Arga, hehe. Kejutan!!”
Rena terkejut ketika melihat Arga masuk ke kelas dengan menggenggam tangan Shafa. Ini
memang kejutan, kejutan yang sangat menghancurkan hati Rena. Mata Rena berlinang air
mata. Bibirnya pucat seketika. Rasanya dia ingin terjatuh saking lemasnya.
“Rena, kamu kenapa? Rena!! Kok kamu nangis?” kata Shafa sambil langsung menggenggam
Rena.
“DIAM!! Tolong diam, aku mau waktu sendiri. Jangan dekati aku.” Kata Rena sambil berlari
keluar kelas dan menghempaskan genggaman shafa.

Dia berlari menuju kamar mandi dengan berpontang panting. Tubuhnya begitu lemas.
Kecewa, kesal, sedih, semua kepedihan dia rasakan saat ini. Kenapa? Kenapa harus Arga?
Kenapa harus sahabatnya? Kenapa.. kenapa harus cinta? Rasanya dia ingin mengulang waktu
dan memilih untuk tidak mengetahui kebenaran. Karena rasanya sakit sekali. Dia betanya-
tanya, cinta yang begitu besar yang dimilikinya apa hanya akan menjadi sia-sia? Apa benar
harapan ini akan selalu jadi harapan?.

Bel masuk sudah berdering tapi Rena tetap memutuskan untuk tetap di kamar mandi sebentar.
Sudah berkali-kali dia mengusap air matanya, namun air mata ini tetap saja belomba-lomba
membasahi pipinya.
“Arga.. apa sikapku ini masih belum bisa membuktikan kepadamu kalau aku mencintaimu?
Apa aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan saja?” kata Rena berharap Arga menjawab.

“Ren.. Rena, kamu dimana?” kata shafa sambil mencari Rena.


Orang itu, orang yang sedang mencarinya itu. adalah orang yang sangat dia irikan. Dia bisa
dicintai oleh seseorang yang selama ini Rena dambakan. Rena begitu cemburu dengan
sahabatnya sendiri. Bukankah itu lucu?

“Rena, rupanya kamu disitu. Kamu kok pergi gitu aja sih?” kata shafa sambil langsung
memeluknya.
Ketika shafa memeluk Rena, terasa ada yang basah di bahunya. Dan ternyata Shafa
menangis. Dia begitu khawatir dengan Rena. Rena sadar, dia tidak berhak menyalahkan
sahabatnya itu. lagipula ini salah Rena sendiri yang tidak mau mengakui perasaannya kepada
Arga.

“aku gapapa, shaf. Selamat ya atas hubungan yang baru kamu jalin sama Arga. Aku turut
bahagia.”
“Aku tau ada yang kamu sembunyiin, ren. Tapi apapun itu aku akan selalu bersama kamu.”
‘kamu beruntung, ga.. kamu bisa memiliki seorang malaikat yang baik hati yang sedang
memelukku saat ini.’ benak rena.

Hari ini hari minggu, Rena biasanya pergi ke taman bersama Shafa. Namun hari ini dia
sendirian. Hari ini cerah, namun hati Rena sedang bercuaca hujan. Hatinya masih sakit ketika
waktu itu. sakit sekali.

Ketika sedang berjalan-jalan di taman, Rena melihat Shafa sedang duduk berdua di kursi
taman dengan Arga. Dengan seketika air matanya terjatuh lagi untuk kesekian kalinya.
Namun kali ini tangisan itu dia iringi dengan senyuman.

‘kamu itu seperti bintang, ga. Yang enggak bakal pernah teraih olehku. Namun alasan yang
paling penting bagiku untuk melupakanmu adalah.. karena ada bintang dengan cahaya yang
indah berkelap kelip di sampingmu. Tepat disampingmu’

Anda mungkin juga menyukai