Anda di halaman 1dari 18

RHEUMATOID ARTRITIS

OLEH KELOMPOK 3 :

1. NI PUTU SASI RATNA DEWI 8. RISKY NR HAQQI


2. NADYA PUSPAS WARDANI 9. ILHAM KHOIRUL ANDIANTO
3. INAYATUL KAMALI 10. BERYL AJI KHAFIDYAN
4. LULU ULYATI 11. ANDI ZOLA BRILIAAN
5. MARIHA ZAIDA PUTRI 12. FIRMAN HIDAYAT
6. AHMAD RUZAEQI 13. TEGUH WAHYUDI ILHAMI
7. RYAN AKBAR HIDAYAT 14. YOGI SAPUTRA APRIANDI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
DIII KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rheumatoid
Arthritis” ini dengan sebaik baiknya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas. Makalah ini
terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih

Mataram, 17 oktober 2020

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan,
pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi. Rheumatoid
arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki
cenderung paling sering terlibat. Pada rheumatoid arthritis kekakuan terburuk paling
sering di pagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang
hari. Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa
seseorang mungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena sedikit penyakit arthritis
lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya, osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan
kekakuan pagi yang berkepanjangan (American College of Rheumatology, 2012).
Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit hipertensi,
diabetes atau AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang cukup
mengganggu dan terjadi dimana-mana. Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling umum
dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang Amerika. Dari
jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan. Bahkan, 1-3% wanita mungkin
mengalami rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Penyakit ini paling sering dimulai
antara dekade keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, rheumatoid arthritis dapat
mulai pada usia berapa pun (American College of Rheumatology, 2012).
Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar
kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien.
Kebanyakan penyakit rheumatoid arthritis berlangsung kronis yaitu sembuh dan kambuh
kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap.
Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa pasien atau hanya menimbulkan gangguan
kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya
berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari
tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ.
Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah
lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Dengan demikian hal yang paling buruk
pada penderitan rheumatoid arthritis adalah pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidup.
Bahkan kasus rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah pun dapat mengurangi bahkan
menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan melakukan kegiatan
fungsional sepenuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari seutuhnya (Gordon et al., 2002).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud denganrheumatoid arthritis?
2. Bagaimanakah konsep teori rheumatoid arthritis?
3. Bagaimanakah konsep proses keperawatan pada rheumatoid arthritis?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada rheumatoid arthritis 2.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami apa itu rheumatoid arthritis  
b. Mahasiswa mengetahui penyebab rheumatoid arthritis
c. Mahasiswa mengetahui patofisiologi rheumatoid arthritis
d. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala rheumatoid arthritis
e. Mahasiswa mengetahui komplikasi rheumatoid arthritis
f. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan dan penatalaksanaan rheumatoid arthritis
g. Mahasiswa mampu memahami proses keperawatan pada rheumatoid arthritis
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan penyakit
rheumatoid arthritis sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah Sistem
Muskuloskeletal.
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktek di rumah sakit.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan

persendian.

1. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari
embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang.
Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang
akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
a. Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan)
d. Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).
e. Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :

a. Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis. Batang
dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone
(Cacellous atau trabecular ).
b. Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan
suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang cancellous.
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal
patella (kap lutut)
2. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri
dari :
a. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan
menghasilkan  panas.  
b. Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan
kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
c. Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
3. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago
sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago
dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di
perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen
didapatkan pada kartilago.
4. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan
ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.
5. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus
setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi
tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini
dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan
pergerakan tendon.
6. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal,
jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan
pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.
7. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat,
dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan
tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang
antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus
dan kulit.
8. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak
ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang
berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah
dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah
pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama
persendian yaitu:
a. Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)  
b. Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
c. Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya) Perubahan fisiologis
pada  proses menjadi tua ada jangka periode waktu tertentu dimana individu
paling mudah mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi
pada masa kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan
yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system
muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi diantara individu selama
proses menjadi tua. Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua
merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia
pertengahan. Jumlah total dari sel-sel  bertumbuh berkurang akibat perubahan
jaringan prnyambung, penurunan pada  jumlah dan elasitas dari jaringan
subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan. Perubahan fisiologis
yang umum adalah:
d. Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada
maturasi usia tua.
e. Lebar bahu menurun.
f. Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

B. Definisi Rheumatoid Arthritis


Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Kapita
Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536).
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak
diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi membran
sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.
(Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165)
Rheumatoid arthritis (RA) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman, 2000)
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001)
Rheumatoid arthritis adalah penyalit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarakteristikkan dengan reaksi inflamasi dalam membrane
synovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan
Martin, 2003)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2005 )
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan
seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006) Reumatik adalah gangguan berupa
kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan
sekitarnya (Adellia, 2011)
C. Klasifikasi
Klasifikasi Berdasarkan Gejalanya :
1. Kelas I : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas olahraga.
2. Kelas II : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari tapi mulai terbatas dan
kesulitan melakukan olahraga.
3. Kelas III : Aktivitas sehari-hari sudah mulai terganggu.
4. Kelas IV : Aktivitas sehari-hari sudah sangat terbatas, apalagi aktivitas fisik lainnya.
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Reumatoid Arthritis Klasik
Pada tipe ini terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid Arthritis Defisit
Pada tipe ini terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
D. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Mekanisme imun ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IG g dan faktor
Rematoid (RF)  
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain, seperti pekerjaan
E. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial seperti edema, kongesti
vascular, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan
menyebabkan synovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari
sendi. Pada pesendian ini granulasi membentuk pannus atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria, jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikular, kartilago menjadi
nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luasmaka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan
osteoporosis setempat. Secara singkat dapat dikatakan reaksi autoimun dalam jaringan
sinovial yang melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim-enzim dalam sendi
untuk memcah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran synovial dan
akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi. Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium
yaitu :
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,
bengkak dan kekakuan.
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.

F. PATWAY
Reaksi factor rheumatoid (RF) dengan antibody, factor metabolism, genetic, pekerjaan

Reaksi peradangan

Synovial menebal

Panus nodul deformitas sendi Gangguan citra tubuh

Nyeri Infiltrasi ke dalam os. Subcondria

Hambatan nutrisi pada kartilago


artikularis

Kartilago nekrosis

Erosi kartilago
Kerusakan kartilago & tulang

Tendon & ligament melemah

Mudah luksasi & sublukasi

Hilangnya kekuatan otot


Kekakuan sendi

Resiko cedera
Ganggaun mobilitas fisik

G. Tanda dan Gejala


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Deformitas sendi
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

1. Gerakan menjadi terbatas.


2. Adanya nyeri tekan.
3. Deformitas bertambah pembengkakan.
4. Kelemahan.
5. Depresi.
H. Komplikasi
1. Osteoporosis
Pada penyakit RA menyebabkan erosi atau pengikisan kartilago sehingga dapat
menyebabakan osteoporosis.
2. Osteoarthritis
Akan mengakibatkan autoimun dimana imun tubuh menyerang sel-sel yang sehat
menyebabkan peradangan serta kerusakan tendon dan tulang yang mengakibatkakan
terjadinya osteoarthritis.
3. Serangan jantung
Akibat peradangan tubuh menimbulkan adanya tumpukkan cairan di sekitar jantung
(pericardia effusion), hal ini dapat merusak otot jantung, katub jantung, dan
permbuluh-pembuluh darah jantung yang akhirnya menyebabkan serangan jantung.
4. Fibrosis paru
Fibrosis paru adalah munculnya jaringan parut pada paru-paru yang menyebabkan
kerusakan dan terganggunya fungsi paru-paru.
Karena RA adalah inflamasi kronis maka dapat mempengaruhi seluruh tubuh
termasuk paru-par. Peradangan yang terjadi menimbulkan jaringan parut atau bekas
luka, maka terjadi fibrosis paru.
5. Anemia
Respon autoimun menyebabkan peradangan pada sendi dan jaringan lain.
Peradangan menyebabkan pelepasan protein (IL-6) berlebihan akibatnya menghalangi
pelepasan zat besi. Peradangan juga mempengaruhi produksi erythropoietin, hormone
yang mengontrol produksi sel darah merah.
Obat Non-steroid seperti acetaminophen, naproxen, dan ibuprofen yang
dikomsumsi penderita RA juga dapat menyebabkan pendarahan ulkus di perut atau
saluran pencernaan, akibat akan terjadi kehilangan darah yang menyebabkan anemia.
6. Ginjal dan saluran pencernaan juga dapat menjadi korban akibat obat-obatan anti
inflamasi yang dikomsumsi penderita.
7. Rheumatoid nodule
Terbentuk nodul-nodul kecil di bawah kulit pada sekitar sendi, warnanya gelap
yang terbentuk akibat peredaran di bawah kulit yang pembuluh darahnya rusak akibat
RA.
8. Syndrome felty (radang limpe)
Radang limpe dapat menyebabkan penurunan sel darah putih sehingga
meningkatkan resiko terkena infeksi.
9. Syndrome Sjogren
Syndrome ini merupakan kelainan autoimun dimana sel imun akan menyerang
dan menghancurkan kelenjar eksokrim yang bertugas untuk memproduksi air mata
dan air liur, akibatnya mata dan mulut menjadi kering. Gejala tersebut bisa
menimbulkan pengakit mata skleritis.
10. Nekrosis
Peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis) dapat membatasi suplai darah
kejaringan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan kematian jaringan yang di sebut
nekrosis.
I. Pemeriksaan diagnostic
1. Pencitraan
a. Rontgen dengan sinar X Membantu sebagai tes awal dan berguna dalam
tahap selanjutnya untuk memantau bagaimana penyakit berkembang.
b. USG (ultrasonography)
c. MRI (magnetic resonance imaging)
2. Pemeriksaan imunologi
Tes ini memeriksa anti body tertentu termasuk anti-cyclic anti body citrullinated
peptide (ACPA), factor rheumatoid (RF), dan anti body antinuclear (ANA) yang ada
sebagian besar penderita RA. RF yang tinggi dapat menunjukkan batuk yang lebih
agresif dari penyakit.
3. Pemeriksaan darah kecepatan sedimentasi
a. ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) tingkat kesedimentasi eritrosit mengukur
seberapa cepat sel-sel darah merah jatuh ke dasar tabung reaksi. Biasanya
semakin tinggi sedimentasi, semakin banyak peradangan yang terjadi didalam
tubuh.
b. CRP (C-Reaktif Protein) CRP adalah suatu protein yang dihasilkan oleh hati
terutama saat terjadi infeksi atau inflamasi di dalam tubuh. Jika CRP tinggi
menunjukkan tingkat peradangan tinggi juga.
4. Arthrocentesis (Aspirasi Cairan Cinovial)
Sebuah prosedur aspirasi sendi yang dilakukan untuk mendapatkan cairan sendi untuk
di uji di laboratorium yang kemudia di analisis unutk mendeteksi penyebab
pembengkakan sendi. Mengambil cairan sendi juga dapat membantu meringankan
sendi.
J. Penalaksanaan Medis
Penatalaksaaan Medis pada pasien RA diantaranya :
1. Istirahat : karena pada RA ini di sertai rasa Lelah yang hebat.
2. Latihan fisik : pada saat pasien tidak merasa Lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien. Seperti berjalan, senam,
berenang, bersepeda, dilakukan 3-4 kali seminggu, lamanya 20-40 menit disesuaikan
dengan kemampuan fisik dan keadaan penyakitnya.
3. Olahraga : yoga, pilates, aerobic, tai chi.
4. Termoterapi
Termoterapi adalah penggunaan panas untuk meringankan penyakit, yang
mencakup pemanasan dengan cahaya (sinar inframerah) atau alat pemanas konduktif
seperti : bantalan pemanas, botol air panas, krim atau lotion pemanas, terapi mandi,
mandi parafin dan sauna.
5. Pemberian obat-obatan :
a. Anti inflamasi non steroid ( NSAID) contoh : aspirin yang diberikan pada
dosisyang telah di tentukan.
b. Obat-obat untuk rheumatoid artritis:
- Acetyl salicylic acid, salicylate (analgetik, antipyretic, anty inflammatory).
- Indomethacid/indocid (analgerik, anti inflamatori)
- Ibu profen / motrin (analgetik, anti inflamatori)
- Tolmetin sodium/tolectin (analgetik, anti inflamatori)
- Naproxsen/clinoril (analgesic, anti inflamatori)
- Sulindac/slinoril (analgesic, anti inflamatori)
- Piroxicam/feldene (analgesic, anti inflamatori)
6. Perbedaan jadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah dan
memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi
anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan
tendon, sinovektomi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Rheumatoid artritis (RA) adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi yang terutama mengenai-mengenai membrane synovial dari
persendia dan umumnya ditandai dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan
mobilitas, dan keletihan.
Hingga kini penyebab rheumatoid artritis (RA) tidak di ketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukkan bahwa RA di pengaruhi oleh beberapa factor-faktor : mekanisme
imun (antigen, antibody) seperti interaksi antara IGC dan factor rheumatoid, gangguan
metabolisme, genetic, factor lain : nutrisi dan factor lingkungan (pekerjaan dan
psikososial).
B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesempurnaan. Penulis juga membuka kesempatan bagi kritik dan saran yang
membangun dan mengembangan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai