Anda di halaman 1dari 49

Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN – UPN “VETERAN” YOGYAKARTA


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

BAB II
DASAR-DASAR PERSAMAAN SIMULASI RESERVOAR

2.1. Konsep Dasar Model Matematik Reservoar Minyak dan Gas

2.1.1. Hukum Darcy

Kemampuan untuk memperkirakan kelakuan dari reservoar tergantung kepada


kemampuan seorang engineer untuk memperkirakan karakteristik aliran fluida di
dalam reservoar. Untuk mendefinisikan kemampuan batuan melewatkan fluida,
diperkenalkan sebuah konsep. Konsep ini adalah konsep dari permeabilitas
batuan yang merupakan konstanta petrofisik yang dikenal dengan hukum Darcy
yang berbunyi sebagai berikut: “laju aliran fluida homogen melalui media berpori
berbanding lurus dengan tekanan atau gradient hidrolik dan penampang area
normal sesuai dengan arah aliran dan berbanding terbalik dengan viskositas”.
Dengan persamaan sebagai berikut:
k P z
Vs .............................................................................. (2-1)
s s
Dimana: Vs = kecepatan makroskopik
μ = viskositas absolut
z = elevasi
= spesific volume
ρ = densitas
g = percepatan gravitasi
Persamaan di atas adalah persamaan definitive untuk permeabilitas media
berpori. Nilai dalam kurung merupakan potensial dari fluidanya sehingga
Persamaan (2-1) dapat ditulis:
k Φ
Vs .......................................................................................... (2-2)
μυ s
dimana: = potensial fluida total

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-1


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Hukum Darcy merupakan persamaan empiris, seperti tertulis pada persamaan


sebelumnya yang merupakan persamaan differensial yang menunjukkan suatu
titik tertentu. Ada kemungkinan bahwa variabel k, , , bervariasi untuk setiap
lokasi, dan variasi ini harus diperhitungkan.
Dalam percobaan Darcy ada beberapa keterbatasan dan asumsi yang
dipergunakan sebagai berikut:
Fluida homogen dan satu fasa
Tidak ada reaksi kimia antara media dan fluida
Permeabilitas tidak tergantung terhadap fluida, temperature, tekanan, dan
lokasi
Aliran laminar bukan turbulen
Tidak ada efek Klinkenberg
Tidak ada efek elektromagnetik

Rumus Darcy sebenarnya dipakai untuk sistem linier, walaupun demikian telah
diperluas penggunaannya untuk sistem multidimensional. Persamaan (2-2)
dapat diketahui satuannya dengan analisa dimensi dalam sistem MLT yaitu:
L M P M M L
Vs , ρ , , μ , g ................................ (2-3)
T L3 s L T2
2
LT T2
Dengan membuat substitusi dalam Persamaan (2-1) akan menghasilkan
sebagai berikut:
L k M M L
2 2
T M LT L T L3 T 2
kLT M M
2 2 2 2
........................................................................ (2-4)
M LT LT
k
LT
Jika k/LT sama dengan L/T, maka k = L2, jadi satuan permeabilitas adalah L 2.

II-2 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

2.1.2. Potensial Aliran

Prinsip dasar mekanika fluida dari media berpori adalah bahwa vektor kecepatan
makroskopik fluida selalu normal terhadap permukaan equipotensial dan
besarnya vektor ini berbanding lurus dengan gradient potensial. Karena distribusi
potensial didalam fluida menentukan kecepatan makroskopis fluida dan juga
keseluruhan aliran. Hubert menyatakan potensial sebagai energi mekanik per
unit massa fluida pada tiap lokasi. Untuk mendapatkan fluida pada lokasi ini,
beberapa usaha harus dilakukan terhadap fluida. Total kerja yang dilakukan
terhadap fluida tercermin dari energi mekanik di dalam fluida. Pertimbangkan
bahwa sebuah partikel fluida pada datum tertentu dengan potensial nol ( = 0),
kemudian potensial dari fluida ini bergerak ke lokasi baru 1 (lihat Gambar 2.1),
1 dapat dihitung dengan persamaan berikut:
v1 2
1
1 P' V1 P dV z 1 P1 V1 ............................................. (2-5)
v1 '
2g

dapat disederhanakan menjadi:


P1 2

1 VdP z1 1
..................................................................... (2-6)
P'
2g

karena kecepatan diabaikan dalam media berpori, maka:


P1

1 VdP z1 .............................................................................. (2-7)


P'

untuk fluida incompressible maka V bukan fungsi tekanan sehingga dapat ditulis:
P1

1 V dP z1 ............................................................................... (2-8)
P'

atau:

1 V P1 P' z1 ......................................................................... (2-9)

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-3


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

P1V1 …Location 1

VP´ ...Location “Prime” or Some Datum

Gambar 2.1.
Lokasi Partikel

Contoh:
Perhatikan Gambar 2.1. dimana arah akhir dan koordinat z berkurang dalam
arah yang sama, selanjutnya dengan menggunakan Persamaan (2-9):

1 V P1 P' z

P1 P'
z
g
k
bila arah akhir sama dengan arah koordinat z maka d s = dz jadi V Z .
V z
Jika arah aliran s berlawanan arah dengan arah koordinat z maka ds = - dz dan
k
V Z .
V z
k
Dalam contoh di atas V Z …… potensial aliran
V z
q
……….... aliran pipa
A
bila diintegralkan menjadi:
L L
q k qL k
dz d sehingga ( L o )
A0 V0 A V
dari Persamaan (2-9)

L V(P ' P' ) L L

O V(P ' P' ) O O

sehingga:
kA kA
q flow rate adalah q g
V

II-4 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Sehingga permeabilitas, k dapat ditulis sebagai berikut:


q V
k
A

2.1.3. Konsep Steady dan Unsteady

Mari kita perhatikan aliran partikel yang berbelok-belok mengikuti ruang pori
batuan seperti pada gambar berikut:
Konsep steady dan unsteady flow dibatasi pada pengaruh tekanan

butiran pasir
Partikel fluida

Ruang pori

Gambar 2.2.
Aliran Partikel Melalui Media Porous
Anggap velocity partikel adalah Vs, akselerasi partikel dapat diperoleh dengan
menentukan laju perubahan velocity.
V = f(s,t)
V V
dV dt ds ............................................................. (2-10)
t s s t

persamaan untuk akselerasi total dapat ditentukan sebagai berikut:


dV V V ds
.............................................................. (2-11)
dt t s s t dt

dV V V
V .............................................................. (2-12)
dt t s s t

dimana:
ds
= velocity
dt

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-5


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

v
= akselerasi pada suatu titik lokal
t s

v
V = akselerasi konveksi (akibat adanya gerakan fluida)
s t
atau dapat ditulis sebagai berikut:
akselerasi total = akselerasi lokal + akselerasi konveksi
apabila:
v p
=0 regim aliran steady =0
t s t s

v p
0 regim aliran unsteady 0
t s t s

Anggap suatu reservoar yang diwakili dengan sumur, simetri radial dan jari-jari
sumur terbatas, jari-jari terluar terbatas seperti pada gambar berikut:

inner boundary

Rw

Re

outer boundary

Gambar 2.3.
Sistem Reservoar Radial
Kondisi batas
Pada kondisi batas dalam
o Constant wellbore pressure (Pwf = konstan)
P(rw, t) = konstan
o Constant flow rate
p(rw , t)
r = konstan ................................................................... (2-13)
r
o variable wellbore pressure
P(rw, t) = f1 (t) .............................................................................. (2-14)

II-6 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

o variable flow rate


p(rw , t)
r = g1 (t) ........................................................................ (2-15)
t
o shut in well
p(rw , t)
r = 0 .............................................................................. (2-16)
t
Pada kondisi batas luar
o Constant pressure
P(re, t) = konstan ........................................................................ (2-17)
o Constant influx across the boundary
p( re , t)
= konstan ...................................................................... (2-18)
r
o Variable influx rate
p( re , t)
= f2 (t) ........................................................................... (2-19)
r
o Closed outer boundary
p( re , t)
=0 ................................................................................ (2-20)
t
o Infinite reservoar sistem
lim P(r, t) = Pi ......................................................................... (2-21)
r

untuk mencapai regim aliran steady state maka sistem harus didukung dalam
term influx atau tekanan konstan aquifer

2.1.4. Tipe-tipe Fluida

Fluida reservoar dapat diklasifikasikan kedalam tiga tipe tergantung pada


kompresibilitasnya. Klasifikasi fluida tersebut yaitu:

Incompresible
Mempunyai densitas konstan
Slightly compressible
Mempunyai perubahan densitas terukur terhadap tekanan
Compressible
Mempunyai perubahan densitas terhadap tekanan sangat besar

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-7


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Compressible

Slightly compresible
o
Incompressible

Gambar 2.4.
Tipe-tipe Fluida

Persamaan keadaan digunakan dalam pengembangan persamaan tipe difusi


yang melibatkan hubungan densitas-tekanan.

o ec ( P Po )
................................................................................ (2-22)

dimana: c = compressibility

Po = tekanan @ datum

P = tekanan @ sembarang

Untuk fluida incompressible

c=0

o , untuk semua harga P

Untuk fluida slightly compressible

c 0

o ec ( P Po )

dimana:

x2 x3
ex 1 x ... ................................................................ (2-23)
2! 3!

II-8 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas
2
c ( P Po ) c(P Po)
e 1 c(P Po) ... ......................................... (2-24)
2!
karena c 0, maka term order yang lebih tinggi diabaikan sehingga menjadi:

ec( P Po )
1 c(P Po )

o 1 c(P Po )

o o c( P )

Catatan: kebanyakan reservoar minyak dan air dianggap dikelompokkan pada


fluida slightly compressible. Sedangkan untuk fluida compressible yaitu
gas, maka kesalahan dari seri ekspansi dan eksponensialnya adalah
tidak valid sehingga harus digunakan persamaan yang lengkap.

2.1.5. Aliran Dalam Media Berpori

Aliran Multi fasa

dalam media berpori yang disaturasifluida kemungkinan bisa hadir 3 fasa


fluida yaitu minyak, air, dan gas

persamaan aliran muti fasa adalah persamaan differensial parsial yang non-
linier yang mana tidak dapat diintegrasikan secara analitis.

Permeabilitas Relatif

Pada batuan yang disaturasi oleh lebih dari satu fluida, kemampuan dari
masing-masing fluida untuk mengalir di bawah gradien tekanan tertentu
merupakan fungsi dari permeabilitas relatif dari fasa tersebut.

Permeabilitas relatif didefinisikan sebagai rasio dari permeabilitas batuan


yang disaturasi oleh fluida tertentu terhadap permeabilitas bila satuan
disaturasi oleh 100% fluida tersebut.

ko
k ro .................................................................................... (2-25)
k abs

Permeabilitas relatif merupakan fungsi saturasi fluida dan kurva permeabilitas


relatif mempunyai bentuk karakteristik

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-9


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

1,0 1,0

kro krw

0 0
0 Swirr Sw Soc 1

Gambar 2.5.
Kurva Permeabilitas Relatif

Permeabilitas Relatif Dua Fasa


1. Pendekatan Corey
Permeabilitas relatif fasa yang didesak:
Ko = (1 - S)4 ................................................................................ (2-26)
Permeabilitas relatif fasa pendesak:
KD = S3 (2 - S)
dimana
SD
S ................................................................................... (2-27)
1 Swc

Pendekatan ini baik untuk proses drainage yaitu gas drive dimana saturasi
fasa wetting berkurang.
2. Pendekatan Naar-Henderson
3
2
(1 2S)
ko 1 ........................................................................ (2-28)
2
2 (1 2S)

II-10 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

kD = S4
dimana:
SD Swc
S ................................................................................ (2-29)
1 Swc

Pendekatan ini baik untuk proses imbibisi yaitu water drive dimana saturasi dari
fase wetting bertambah.
Persamaan umum:
ko = (1 - S)n
Proses drainage
koD = Sk (2 - S)
dan

(1 2S) m
k P
2 (1 2S)
Proses imbibisi

koD = Sq

dimana:
n, k, m, p, dan q adalah eksponen yang dapat ditentukan dengan proses trial
dan error. Proses ini akan dicari lebih jauh dalam history matching bila kurva
permeabilitas relatif yang dicari di match dengan performance reservoar.

Permeabilitas Relatif Tiga Fasa


Stone mengembangkan model 3 fasa dengan mengkombinasikan teori aliran
channel pada media porous dengan konsep probabilitas.
Data yang diperlukan berasal dari satu set data permeabilitas relatif minyak-air
dan data minyak-gas.
Harga krw dari Gambar 2.6. dan krg dari Gambar 2.7. dan digunakan secara
langsung dalam model tiga fasa.

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-11


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

krg = f(Sg)
krw = f(Sw)
kr kr
krow
krg
krw
krog
Sg
Sw

Gambar 2.6. Gambar 2.7.


Kurva Permeabilitas Minyak-Air Kurva Permeabilitas Minyak-Gas

Gas

kro = 0,1
Gas

0,4

0,7

water 100 0 Oil

Gambar 2.8.
Kurva Komposisi Tiga Fasa

Permeabilitas relatif minyak diperoleh dengan persamaan berikut:


kro = (krow + krw) (krog + krg) - (krw + krg) ......................................... (2-30)
sehingga kro o
dimana:
kro = permeabilitas relatif terhadap minyak
krg = permeabilitas relatif terhadap gas
krw = permeabilitas relatif terhadap air
krow = permeabilitas relatif minyak dalam sistem minyak-air
krog = permeabilitas relatif minyak dalam sistem gas-minyak

II-12 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

dengan menggunakan konsep probabilitas, yaitu:


w = krow + krw
harga w = 1 pada Sw = 1 - Swc
term w(Sw) adalah fraksi dari permeabilitas relatif total pada Sw yang diberikan
demikian pula berlaku:
g = krog + krg
Karena air mendesak minyak dan gas mendesak minyak terjadi pada tempat
yang berbeda dan waktu yang sama, maka dua proses ini dianggap merupakan
peluang yang bebas. Sehingga probabilitas total dari peluang terjadinya
merupakan hasil kali dari masing-masing probabilitasnya.
kro + krw + krg = w g

= (krow + krw) (krog + krg) ............................................................... (2-31)


dan
kro = (krow + krw) (krog + krg) - (krw + krg) ................................................... (2-32)

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-13


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

2.2. Penurunan Persamaan-Persamaan Aliran Dalam Simulasi


Reservoar

Aliran fluida pada media berpori merupakan suatu fenomena yang sangat
kompleks, yang tidak dapat dideskripsikan secara eksplisit, sebagaimana halnya
aliran fluida pada pipa ataupun media dengan bidang batas yang jelas lainnya.
Mempelajari aliran fluida dalam media berpori dibutuhkan pemahaman mengenai
beberapa sistem persamaan matematik yang berpengaruh terhadap kelakuan
fluida.

Rangkaian persamaan tersebut merupakan persamaan diferensial yang


merupakan fungsi dari perubahan tekanan dan saturasi pada suatu waktu
tertentu. Akibat kompleksnya sistem persamaan tersebut untuk mendapatkan
solusinya secara analitis diperlukan kondisi batas yang khusus dan harus
diselesaikan secara numerik dari persamaan diferensial menggunakan
persamaan finite difference.

Penurunan Persamaan
Menurut H.B. Crichlow (1977), prinsip dasar yang digunakan dalam penurunan
persamaan pada simulasi terdiri dari:
Kesetimbangan Massa
Besarnya massa fluida yang terakumulasi pada suatu sistem harus sebanding
dengan selisih antara massa fluida yang memasuki dan massa fluida yang
keluar dari sistem tersebut.
Kesetimbangan Energi
Besarnya peningkatan energi pada suatu sistem harus sama dengan selisih
antara besarnya energi yang memasuki dan energi yang keluar dari sistem
tersebut.
Hukum Darcy
Persamaan yang menggambarkan pergerakan fluida memasuki ataupun
keluar dari elemen reservoar.

II-14 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Persamaan Keadaan
Persamaan yang menunjukkan karakteristik tekanan, volume dan temperatur
(PVT) dari fraksi aliran fluida pada elemen reservoar.

2.2.1. Persamaan Aliran Satu Fasa

Persamaan pada sistem satu fasa terdiri dari prinsip kesetimbangan massa,
persamaan aliran dan persamaan keadaan.

x
y
z

Min M out
M accum
z
y
x

Gambar 2.9.
Differential Volumetric Balance Satu Fasa

Berdasarkan pada Gambar 2.9. di atas, besarnya laju massa yang memasuki
sistem merupakan fungsi dari kecepatan fluida (v), densitas fluida ( ), serta
luasan penampang dari sistem, yaitu sebagai berikut:

Min vx . x . y z ................................................................................ (2-33)


Sedangkan besarnya laju massa yang meninggalkan sistem adalah:
Mout vx x . x x . y z ................................................................. (2-34)

Sehingga besarnya akumulasi massa dalam sistem merupakan fungsi dari


volume sistem, densitas fluida serta besarnya waktu yang diperlukan fluida untuk
melalui sistem, yang secara matematik adalah sebagai berikut:

t t
Maccum x y z .................................................................... (2-35)
t
Sesuai dengan prinsip kesetimbangan massa, maka akan diperoleh hubungan
antara Persamaan (2-33), (2-34) dan (2-35) sebagai berikut:

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-15


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

t t
vx . x . y z - vx x . x x . y z = x y z ...................... (2-36)
t

Pembagian Persamaan (2-36) dengan x. y. z , akan menghasilkan:


vx . x
vx x . x x t t t
- = .................................................... (2-37)
x x t
Persamaan di atas dapat diubah dalam bentuk limit simultan terhadap harga x
dan t, sebagai berikut:
vx x . x x vx . x t t t
lim = lim ............................... (2-38)
x 0 x x 0 t

Sehingga menghasilkan:
(v )
......................................................................................... (2-39)
x t
Persamaan (2-39) di atas merupakan prinsip kesetimbangan massa yang juga
disebut sebagai Persamaan Kontinyuitas (continuity equation). Dengan cara
yang sama, penurunan rumus seperti di atas juga diterapkan pada persamaan
kesetimbangan energi.
Dengan cara yang sama diperoleh:
(v )
....................................................................................... (2-40)
g t
(v )
....................................................................................... (2-41)
z t
selanjutnya untuk aliran tiga fasa:
(v ) (v ) (v )
.............................................................. (2-42)
x y z t

Persamaan Laju Aliran


k P
............................................................................................. (2-43)
x

substitusi Persamaan (2-43) ke dalam Persamaan (2-39) menghasilkan:

k P
x P
................................................................................... (2-44)
x t

II-16 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Persamaan Keadaan

Persamaan keadaan diperlukan untuk menyatakan densitas dalam term


tekanan. Pada umumnya di lapangan minyak dianggap tipe fluida slightly
compressible. Dalam hal ini persamaan keadaan ditulis sebagai berikut:

o e c(P Po )
........................................................................................... (2-45)

dimana:

ρ = densitas pada tekanan P

ρo = densitas pada tekanan Po

c = faktor kompresibilitas isothermal

1 dV
c ....................................................................................... (2-46)
V dP T

Persamaan (2-44) dapat ditulis sebagai berikut dengan mengabaikan ruas kiri:

2
k P k P
x2 x x t

sebagai catatan bahwa:

P
x P x

dan

P
t P t

jadi

2
k P k P P P
...................................................... (2-47)
x2 x x P P t

2 2
k P k P P
..................................................... (2-48)
x2 P x P t

2
P
dengan mengabaikan karena dianggap gradient tekanan kecil,
x
Persamaan (2-47) dengan mengalikan (-1) menjadi:

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-17


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas
2
k P P
.................................................................................. (2-49)
x2 P t

Persamaan (2-49) dibagi densitas menjadi:


2
k P 1 P
.................................................................................. (2-50)
x2 P t

definisi faktor kompresibilitas, c adalah:

1
c ................................................................................................ (2-51)
P

Persamaan (2-51) dapat ditunjukkan dengan grafik hubungan antara densitas


terhadap tekanan dengan Gambar 2.10.

ρ c

Gambar 2.10.
ρ versus P
2
k P P
c ........................................................................................ (2-52)
x2 t

k
selanjutnya dianggap tidak tergantung dengan dimensi spasional sehingga:

2
P c P
........................................................................................ (2-53)
x2 k t

k
Bila mempunyai fungsi dimensi spasional, selanjutnya:

II-18 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

k P
x P
c .................................................................................... (2-54)
x t

Persamaan (2-53) dikenal sebagai persamaan difusivitas. Persamaan difusivitas


dapat ditulis juga sebagai berikut:

Aliran radial
2
P 1 P c P
2
............................................................................. (2-55)
r r r k t

Dua dimensi
2 2
P P c P
.............................................................................. (2-56)
x2 y2 k t

Tiga dimensi
2 2 2
P P P c P
..................................................................... (2-57)
x2 y2 z2 k t

Gambar 2.11.
Sistem Radial, Areal, dan Tiga Dimensi

2.2.2. Persamaan Aliran Multi Fasa

Persamaan aliran untuk masing-masing fasa dikembangkan identik dengan fluida


satu fasa.

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-19


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Minyak : persamaan dasar untuk aliran minyak dihasilkan dengan


mengkondisikan persamaan kontinuitas, persamaan Darcy dan
persamaan keadaan. (lihat Gambar 2.12.)

mass rate accumulation

oil mass rate oil mass rate

in out

Gambar 2.12.
Kesetimbangan Massa Minyak dalam Elemen

Dengan menggunakan kesetimbangan massa pada sistem aliran linier:

laju massa masuk - laju massa keluar = laju massa akumulasi

jadi

n 1 n
So So
ko P ko P Bo Bo
A A V .............. (2-58)
o Bo x x o Bo x x x
t

dimana

A = ∆y∆z

V = ∆x ∆y ∆z

Persamaan (2-58) dalam batasan:

ko P So
.................................................................... (2-59)
x o Bo x t Bo

untuk sistem radial ekuivalen sistemnya adalah:

1 ko P So
r ................................................................. (2-60)
r r o Bo r t Bo

II-20 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Gas : keseimbangan massa pada fasa gas harus memasukkan semua


kemungkinan sumber gas (Gambar 2.13). Untuk sistem linier dapat kita
tuliskan:

laju massa masuk - laju massa keluar = laju massa akumulasi

Tiap sumber gas yang diindikasikan pada (Gambar 3.13) digabungkan dalam
term laju massa. Jadi:

kg R so k o R sw k w P kg R so k o R sw k w P
A A
g Bg o Bo w Bw x g Bg o Bo w Bw x
x x x

n 1 n
S g R so S o R sw S w S g R so S o R sw S w
Bg Bo Bw Bg Bo Bw
V .......................... (2-61)
t

mass rate free gas mass rate free gas

mass rate gas in mass rate gas in


oil oil

mass rate gas in


mass rate of mass rate gas in
water water
accumulation of free
gas, gas in oil, gas in
water

Gambar 2.13.
Keseimbangan Massa Gas pada Elemen
dalam batasan menjadi:

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-21


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

kg R so k o R sw k w P Sg R so R sw
.................. (2-62)
x g Bg o Bo w Bw x t Bg Bo Bw

untuk sistem radial persamaannya ditulis sebagai berikut:

1 kg R so k o R sw k w P Sg R so S o R sw K w
r ........... (2-63)
r r g Bg o Bo w Bw r t Bg Bo Bw

Air: fasa air pada dasarnya sama dengan fasa minyak. Untuk sistem linier:

kw P Sw
................................................................... (2-64)
x w Bw x t Bw

untuk sistem radial:

1 kw P Sw
r ................................................................ (2-65)
r r w Bw r t Bw

Ekspansi dalam bentuk radial

Penyamaan persamaan aliran multi fasa untuk aliran unsteady state pada
minyak, gas dan air pada media berpori dikembangkan dengan
mengkombinasikan tiga persaman aliran single fasa ke dalam persamaan dasar.
Untuk melakukannya, penelitian lain dilakukan. Pertama, untuk semua fasa
persamaannya:

So + Sg + Sw = 1 .................................................................................... (2-66)

jadi

So Sg Sw 0 .............................................................................. (2-67)
t

gradien tekanan diasumsikan kecil dan diabaikan:


2

0 ............................................................................................... (2-68)
t

Derivatif persamaan seperti dalam koordinat radial. Persamaan minyak


(Persamaan 2-60) dikalikan dengan Bo :

II-22 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

2
Bo k P P 1 Bo P 1 ko P
r o r
r o Bo r2 r Bo2 P r r o Bo r

1 So So Bo P
Bo ................................................................ (2-69)
Bo t Bo2 P t

jadi

2 2
ko P ko Bo P 1 ko P So S Bo P
........................ (2-70)
o r2 o Bo P r r o r t Bo P t

2
P
diabaikan, Persamaan (2-37) menjadi
r

2
ko P 1 ko P So So Bo P
................................................. (2-71)
o r2 r o r t Bo P t

dimana

1 P ko So So Bo P
.......................................................... (2-72)
r r r o t Bo P t

persamaan gas (Persamaan (2-30) dikalikan dengan Bg:

2
Bg Rso k o Rsw k w kg P P k o 1 Rso P Rso Bo P
r 2
r
r o Bo w Bw g Bg r r o Bo P r B22 P r

kw 1 Rsw P Rsw Bw P kg 1 Bg P
w Bw P r Bw2 P r g Bg2 P r

P Rso k o Rsw k w kg S o Rs P Rso S o


Bg
r o Bo w Bw g Bg Bo P t Bo t

Rso S o Bo P S w Rsw P Rsw Rsw S w Bw P


Bo2 P t Bw P t t Bw2 P t

1 Sg S g Bg P
........................................................................ (2-73)
Bg t Bg2 P t

pengumpulan term:

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-23


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

2 2 2
k o Rso Bg k w Rsw B g kg P k o B g Rso P k w Bg Rsw P
o Bo w Bw g r2 o Bo P r w Bw P r

2 2 2
k o Rso Bo P k w B g Bw P k g 1 Bg P
2 2
o Bo P r w Bw P r g Bg P r

k o Rso B g k w Rsw B g kg 1 P S o B g Rso Rso S o B g Bo


o Bo w Bw g r r Bo P Bo2 P

S w Bg Rsw Rsw S w Bg Bw S g Bg P
Bw P Bw2 P Bg P t

Bg Rso S o Rsw Bg S w Sg
......................................................... (2-74)
Bo t Bw t t

2
P
diabaikan:
r

2
k o Rso B g k w Rsw B g kg P 1 P S o B g Rs Rso S o B g Bo
2
o Bo w Bw g r r r Bo P Bo2 P
S w Bg Rsw Rsw S w Bg Bw S g Bg P
Bw P Bw2 P Bg P t
Rso Bg S o Rsw Bg S w Sg
......................................................... (2-75)
Bo t Bw t t

Persamaan air (Persamaan 2-75) dikalikan Bw:

2
kw P kw P 1 Sw S w Bw P
2
............................................... (2-76)
w r w r r t Bw P t

Persamaan minyak dan air dikombinasikan (Persamaan 2-75) dan (Persamaan


2-76), kita dapatkan:

2
ko kw P 1 P So Sw S o Bo P S w Bw P
2
(2-77)
o w r r r t t Bo P t Bw P t

Persamaan (2-76) dan (2-77) dikombinasikan, didapat:

2
P 1 P ko kw kg k o Rso B g k w Rsw B g
2
r r r o w g o Bo w Bw

II-24 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Sw So Sg S o Bo Rs B g S o B g Rs
1
t t t Bo P Bwo Bo P
S w Rw Rsw Bg S w Bg Rsw S g Bg P
1
Bw P Bw Bw P Bg P t

Rso Bg S o Rsw Bg S w
...................................................................... (2-78)
Bo t Bw t

Sisi kanan Persamaan (2-78) dikurangi:

S o Bo Rso Bg S o B g Rso S w Bw Rsw Bg


RHS 1 1
Bo P Bo Bo P Bw P Bw

S w Bg Rsw S g Bg P Rso Bg S o Rsw Bg S w


- ............................. (2-79)
Bw P Bg P t Bo t Bw t

Dengan mengalikan Persamaan (2-72) dan (2-76) kedalam Persamaan (2-79),


1 P
bagian kiri dipecah dalam bentuk dan saturasi tergantung waktu:
r r r

1 P ko kw kg Rso B g So S o Bo P
r
r r r o w g Bo t Bo P t
Rsw B g Sw S w Bw P S o Bo S o B g Rso
-
Bw t Bw P t Bo P Bo P
S w Bw S w Bg Rsw S g Bg P Rso Bg S o Bo P
Bw P Bw P Bg P t Bo Bo P t
S w Bw R sw Bg P Rso Bg S o Rsw Bg S w
......................................... (2-80)
Bw P Bw t Bo t Bw t

S o Bo S o Bg Rso S w Bw S w Bg Rsw S g Bg
ct ...................... (2-81)
Bo P Bo P Bw P Bw P Bg P

kemudian Persamaan (2-80) menjadi:

S w Bw R sw Bg P Rso Bg S o Rsw Bg S w
.......................................... (2-82)
Bw P Bw t Bo t Bw t

k ko kw kg
dimana mobilitas total.
t o w g

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-25


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Mengumpulkan seperti Persamaan (2-82) dan menyederhanakan persamaan


dengan mengabaikan term yang sama dengan tanda yang berlawanan:

1 P k P
r ct ........................................................................ (2-83)
r r r t
t

Akhirnya

1 P ct P
r .......................................................................... (2-84)
r r r k/ t t

Persamaan ini mengasumsikan bahwa mobilitas tidak berhubungan dengan


radius. Persamaan (2-83) adalah persamaan aliran tiga fasa unsteady state
untuk minyak, gas, dan air dalam sistem radial. Penyelesaian persamaan
memberikan harga tekanan dalam radius manapun setiap waktu. Bentuk
persamaan ini dijadikan dasar analisa tekanan dari aliran multi fasa.

Ekspansi dalam bentuk satu dimensi: memberikan persamaan untuk setiap fasa
fluida dalam sistem satu dimensi:

ko o So
Ax qo VR ...................................................... (2-85)
x o Bo x t Bo

kw o Sw
Ax qw VR .................................................... (2-86)
x w Bw x t Bw

kg g Rso k o o Rsw k w w
Ax qg
x g Bg x o Bo x w Bw x

Sg Rso S o Rsw S w
VR .............................................................. (2-87)
t Bg Bo Bw

Kita dapat mengkombinasikan persamaan ini untuk mendapatkan persamaan


untuk aliran dalam reservoar. Untuk melakukannya, kita memerlukan beberapa
kondisi:

Term potensial didefinisikan sebagai:

o Po po gh ........................................................................................ (2-88)

g Pg p g gh ....................................................................................... (2-89)

II-26 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

w Pw p w gh ...................................................................................... (2-90)

Tekanan kapiler:

Pcw Po Pw .......................................................................................... (2-91)

Pcg Pg Po ........................................................................................... (2-92)

Persamaan (2-85) sampai (2-92) dapat gunakan secara kombinasi, persamaan


saturasi (Persamaan 2-67) didapat:

Po Pcg Pcw p g gh
Ax λr Ax λr λ Ax λg
x x x x x x x

po gh p w gh Po
λo λw β1 β2 ............................................... (2-93)
x x t

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-27


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

2.2.3. Sistem Multi Komponen

Apabila transfer massa dari masing-masing komponen dipertimbangkan

Terdapat persamaan masing-masing komponen dalam seluruh fasa

Dianggap konsentrasi massa diaplikasikan ke satu komponen

Coj = transfer massa komponen j dalam fasa minyak

Cgj = transfer massa komponen j dalam fasa gas

Cwj = transfer massa komponen j dalam fasa air

Kesetimbangan massa untuk masing-masing komponen j:

Q well

Flow in Flow out

δx

Flow in = o Co u o g Cg u g w Cw u w .................................................... (2-94)

Flow out = flow in + ( o Co u o g Cg u g w C w u w )δx ........................ (2-95)


x

Rate of accumulation =
t

( So o Co u o Sg g Cg u g Sw w C w u w ) δx .............................................. (2-96)

Hukum Darcy:

k p
u ............................................................................................. (2-97)
x

sehingga kesetimbangan materi menjadi:

ko o po kg g pg kw w pw
C oj C gj Cwj
x o x g x w x

II-28 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

= [ (S o o C oj Sg g C gj Sw w C wj ) ] .................................................... (2-98)
t

Terdapat N persamaan seperti Persamaan (2-98) dimana variabel-variabelnya


adalah

Coj Cgj Cwc

So Sg Sw

Po Pg Pw

Dimana j = 1, ...N

Dimana berlaku hubungan seperti

So + Sw + Sg = 1
N
C oj 1
j 1

N
C gj 1
j 1

N
C wj 1
j 1

Kuantitas Coj, Cgj dan Cwj berhubungan dengan kesetimbangan fasa juga
tergantung pada tekanan dan temperatur.

C gj
K jgo (T, p o , p g , C, gj C oj )
C oj

C gj
K jgw (T, p w , p g , C, gj C wj )
C wj

dimana: Kjgo dan Kjgw adalah konstanta distribusi

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-29


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

2.2.4. Jenis-jenis Simulator

Berdasarkan jenis dan kegunaannya, simulator dibedakan menjadi tiga


jenis. Ketiga jenis simulator tersebut yaitu:

a. Black Oil Simulation


Simulasi reservoar jenis ini digunakan untuk kondisi isothermal, aliran
simultan dari minyak, gas dan air yang berhubungan dengan viskositas,
gaya gravitasi dan gaya kapiler. Black oil disini digunakan untuk
menunjukkan bahwa jenis cairan homogen, tidak ditinjau komposisi
kimianya.

b. Thermal Simulation
Simulasi ini banyak digunakan untuk studi aliran fluida, perpindahan
panas maupun reaksi kimia. Simulasi ini banyak digunakan untuk studi
injeksi uap panas dan pada proses perolehan minyak tahap lanjut (in situ
combustion).

c. Compositional Simulation
Simulasi ini digunakan jika komposisi cairan atau gas diperhitungkan
terhadap perubahan tekanan. Simulasi jenis ini banyak digunakan untuk
studi perilaku reservoar yang berisi volatile-oil dan gas condensate.

II-30 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

2.3. Model Finite Difference

2.3.1. Proses Diskritisasi

Pemecahan sistem persamaan aliran pada umumnya akan menghadapi


penentuan variable yang tergantung terhadap waktu dan ruang.

Spatial domain dipecahkan ke dalam sejumlah cells, grids, atau blocks serta
menentukan tipe grid yang digunakan. Grid ini pada umumnya berbentuk
rectangular tapi tidak harus selalu demikian. Time domain juga dipisahkan
menjadi timesteps. Ukuran selang waktu tersebut tergantung persoalan yang
akan dipecahkan, pada umumnya semakin kecil selang waktu maka solusi yang
diperoleh akan semakin akurat. Contoh dari time discretization adalah Gambar
2.14. berikut.

P(t)

Gambar 2.14.
Time Discretization

Finite Difference
Persamaan differensial parsial dapat digantikan dengan finite difference.
Persamaan finite diffence dapat diperoleh dengan membuat deret Taylor, seperti
berikut:

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-31


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

1 2 1 3
Px x P( x) xP( x) x P' ' ( X ) x P' ' ' ( x) .............................. (2-99)
2 6
1 2 1 3
Px x P( x) xP( x) x P' ' ( X ) x P' ' ' ( x) ........................... (2-100)
2 6
2
P P
dimana: P' P' '
x x2

Derivative Pertama
Persamaan (2-99) dan (2-100) dapat diselesaikan dengan derivative pertama
atau kedua sesuai kebutuhan, contoh:
Forward Difference:
P P( x x) P( x)
.................................................................. (2-101)
x x
Backward Difference:
P P( x) P( x x)
.................................................................. (2-102)
x x
Central Difference:
P P( x x) P( x x)
…………………………... ...................... (2-103)
x x

X- x x x+ x

Gambar 2.15.
Derivative Pertama

II-32 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Derivative Kedua
Untuk P' ' ( x) :
P( x x) 2( x) P( x x)
P' ' ( x) 0 x 2 ……………................... (2-104)
x2

X- x x x+ x

Gambar 2.16.
Derivative Kedua

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-33


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

2.3.2. Konsep Formulasi Explicit dan Implicit

Formulasi Eksplisit

Pada formulasi eksplisit, solusi ditentukan secara langsung untuk satu titik yang
tidak diketahui pada suatu waktu tertentu dengan menggunakan harga dari titik-
titik dari waktu sebelumnya Gambar 2.17.

Gambar 2.17.
Skema Penyelesaian dengan Metode Eksplisit

Penyelesaian persamaan dengan metode eksplisit adalah sebagai berikut :


2 2
P P P
x2 y2 t
diubah ke bentuk finite difference

Pi,nj 1 2Pi,nj Pi,nj 1 Pin 1, j 2Pi,nj Pin 1, j


Δx 2 Δy 2

Pi,nj 1 Pi,nj
= ........................................................................................... (2-105)
Δt
dimana:
i, j = lokasi sel dalam grid
n = tingkatan waktu lama
n+1 = tingkatan waktu baru

dengan mengeluarkan faktor tekanan, didapat persamaan:


Δt Δt
Pi,nj 1 Pi,nj 2
Pi,nj 1 2Pi,nj Pi,nj 1 + Pin 1, j 2Pi,nj Pin 1, j . (2-106)
Δx Δy 2

II-34 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Persamaan (2-106), menggambarkan metode eksplisit, dimana solusi dapat


diperoleh secara langsung (tekanan pada time level yang baru merupakan fungsi
dari tekanan sebelumnya). Setiap harga pada bagian sebelah kanan persamaan
di atas diketahui, sehingga persamaan di atas merupakan satu persamaan
dengan satu bilangan tak diketahui. Gambar 2.18., memperlihatkan kedudukan
sel pada kondisi 2-dimensi.

Gambar 2.18.
Pengaturan Sel pada 2 Dimensi untuk Metode Eksplisit

Metode eksplisit tidak lazim digunakan di dalam simulasi reservoar,


karena sangat tergantung sekali pada time step. Pemakaian motode ini meskipun
tergantung pada time step waktu yang digunakan hingga mendapatkan hasil
lebih singkat dibandingkan dengan metode implisit.

Formulasi Implisit
Metode implisit memerlukan penyelesaian secara simultan.

Gambar 2.19.
Skema Penyelesaian dengan Metode Implisit

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-35


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Penyelesaian persamaan dengan metode eksplisit adalah sebagai berikut :


2
P P
2
x t

diubah ke bentuk finite diffence:


Pi 1 2Pi Pi 1 Pin 1
Pin
................................................................... (2-107)
Δx 2 Δt
Persamaan untuk menentukan harga P pada n+1, adalah sebagai berikut:
Pin 11 2Pin 1
Pin 11 Pin 1
Pin
............ .................................................. (2-108)
Δx 2 Δt
Selanjutnya dengan menggabungkan bentuk yang sama didapat persamaan:

Δx 2 n 1 Δx 2 n
Pin 11 2 Pi Pin 11 P ............................................... (2-109)
Δt Δt i

Secara umum persamaan dapat ditulis menjadi


a i Pi 1 b i Pi c i Pi 1 di ........................................................................... (2-110)
Koefisien a, b, dan c pada Persamaan (2-110) tergantung dari geometri sistem
dan (di) adalah konstanta yang diketahui. Pengamatan terhadap n sel, maka
akan ada n persamaan dengan n harga yang tidak diketahui. Contoh perhitungan
adalah sebagai berikut:
Sel
1 ai P0 – bi P1 + ci P2 = d1
2 a2 P1 – b2 P2 + c2 P3 = d2
3 a3 P2 – b3 P3 + c3 P4 = d3
.. ………………... =…
n ab Pn-1 – bn Pn + cn Pn+1 = dn

Sel dengan nomor 0 dan n+1 biasanya adalah sel fiktif, sel tersebut tidak
termasuk dalam model dan dapat dihilangkan dengan menggunakan kondisi
batas.
Solusi dari persamaan di atas didapat dengan menggunakan notasi matrik,
sebagai berikut:
AP=d
dimana bentuk matriksnya:

II-36 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

a1 b1 c1 P1 d1 ........................................................... (2-111)

Sistem ini dapat diselesaikan untuk tekanan tekanan yang tak diketahui
menggunakan algoritma Thomas yang merupakan modifikasi eleminasi Gauss.
Contoh penggunaan persamaan diferensial parsial 2 dimensi sebagai berikut:
2 2
P P P
2 2
.................................................................................... (2-112)
x y t

maka persamaan finite difference fully implicit dalam grid dapat dituliskan:
Pi,nj 11 Pi,nj 1 Pi,nj 11 Pin 1,1j Pi,nj 1 Pin 1,1j Pi,nj 1 Pi,nj
................................. (2-113)
Δx 2 Δy 2 Δt
Mengingat semua tekanan pada saat time level baru dan merupakan variabel
yang tak diketahui, persamaan sekarang memiliki lima variabel yang tak
diketahui. Dan persamaan umum menjadi (diasumsikan x = y):
ei Pi,nj 11 a i Pin 1,1j bi Pi,nj 1 ci Pin1,1j f i Pi,nj 11 d i .......................................... (2-114)

Dimana koefisien e, a, b, c, f dan d didefinisikan seperti pada satu dimensi.


Persamaan di atas akan membentuk matriks dengan five tridiagonal sistem:
A P = d .................................................................................................. (2-115)
dan matriksnya:

c
b P d ..................................... (2-116)
a

Bentuk implisit memiliki kestabilan untuk semua nilai pada t/ x2.

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-37


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Pengertian Consistency
Pendekatan finite difference dikatakan konsisten bila truncation error
mendekati 0 (nol).
Hubungan antara persamaan differensial dengan formulasi diskrit disebut
consistency.
Pengertian Convergency
Kesalahan antara solusi eksak dari persamaan finite difference-nya
disebut discritization error.
Formulasi finite difference disebut convergent bila discritization mendekati
0 (nol)

2.3.3. Kriteria Stabilitas

Konsep stabilitas penting dalam permassalahan-permassalahan yang


bergantung pada waktu.
Definisi: Suatu algoritma numerik dianggap stabil bila kesalahan-kesalahan yang
dihasilkan pada beberapa tingkatan perhitungan tidak bertambah besar selama
tahapan perhitungan.
Dalam pengertian yang lebih umum, stabilitas berarti bahwa solusi
perhitungan dengan mesin bergantung secara kontinyu pada kondisi awal dan
kondisi batas. Untuk persamaan eliptik, pendekatan selalu akan stabil bila ia
konsisten (termasuk pendekatan dari kondisi batas) dan jika metode yang
digunakan untuk menyelesaikan persamaan matrik, ia sendiri tabil melawan
kesalahan pembatasan.

II-38 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

unstable

ΔPk

stable

0
1 k

ΔPk = change in pressure during time step “k”


= Pk+1 - Pk

Gambar 2.20.
Kriteria Stabilitas Simulasi
Metode Matrik
Pada umumnya, metode matrik melibatkan kesalahan karena penggunaan
aljabar matrik. Pada kenyataannya, proses dimulai dengan mendefinisikan
kesalahan yang berhubungan dengan solusi dari sistem persamaan linier yang
simultan dan menghubungkan dengan kesalahan tadi untuk melanjutkan
perkalian dari koefisien matrik A yang diberikan:
en+1 = Aen = A(A en-1) .......................................................................... (2-117)
Jadi
en+1 = An+1 e0 ....................................................................................... (2-118)

Kemudian matrik A harus memiliki property tertentu untuk kesalahan e n+1 untuk
mempertahankan batas. Perilaku dari matrik A dianalisa dalam harga dan
verktor. Hal ini dimungkinkan karena definisi dari harga untuk tiap verktor V:
AV = V ............................................................................................... (2-119)
Jadi kesalahan Persamaan (2-118) dapat ditulis:
en+1 = An+1 e0 = n+1
e0 ........................................................................ (2-120)
Jadi untuk kestabilan en+1 0 sebagai pertambahan n + 1:
≤ 1 ................................................................................................ (2-121)

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-39


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Jadi Persamaan (2-121) dapat ditulis:


max ≤1
Harga terbesar dinamakan radius spektrum dari matrik.
Pertimbangkan bahwa perlakuan stabilitas untuk kasus persamaan parabolic
dalam dua dimensi:
2 2
u u u
.................................................................................... (2-122)
x2 y2 t
Penulisan formula implicit secara keseluruhan untuk sistem ini dalam dua
dimensi digunakan untuk menentukan persamaan linier yang simultan.
Persamaan simultan didapat dari persamaan finite difference untuk setiap titik
dalam mes:
Au = b ................................................................................................... (2-123)
Dalam bentuk matrik

u b

Sistem matrik dinormalisasi dengan mengacu pada tiap elemen diagonal a ii.
Kemudian A dapat disederhanakan menjadi segitiga matrik yang lebih rendah
atau lebih tinggi sebagai berikut:
(I – H – K)u = b ..................................................................................... (2-124)

dimana
0 0
0 0
H . , K .
. .
0 0

dan I adalah identitas matrik:

II-40 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

1
1
I .
.
1
Persamaan (2-124) dapat ditulis:
Iu = u = (H + K)u + b

kemudian
u* = (H + K)u* + b ................................................................................. (2-125)
dimana * menandakan harga sebenarnya.
Seperti ditunjukan sebelumnya, skema LSOR (the line successive over
relaxation) dapat digunakan untuk menyelesaikan Persamaan (2-122). Untuk
skema LSOR skema umum finite-difference yang digunakan dalam model dapat
dinyatakan dalam bentuk berikut:
Aun+1 = Bun + Cun+1 + b ......................................................................... (2-126)
Dimana:

A , B
0

0
C dan b dikenal sebagai vector kolom

Kesalahan pada iterasi didefinisikan sebagai:


en = u* - un ........................................................................................... (2-127)
Dimana un adalah bilangan ke-n dari nilai sebenarnya.
Penyelesaian Persamaan (2-127) untuk un+1:
un + 1 = A-1 Bun + A-1 Cun-1 + A-1 b ......................................................... (2-128)
Pengurangan Persamaan (2-128) dari Persamaan (2-125), term pertambahan
kesalahan menjadi:
en + 1 = (H – A –1C) (u* - un + 1) + (K – A-1 B)(u* - un) ................................ (2-129)

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-41


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Karena vektor kolom b dianggap konstan.


Jadi:
en + 1 = (H – A –1C) en + 1 + (K – A-1 B)en ............................................... (2-130)
Penyelesaian untuk en+1
en +1 = [I – (H – A-1C)] [K – A-1B]en ...................................................... (2-131)

= {[I (H – A-1 C)][K – A –1 B]}neo ................................................... (2-132)


Matrik {[I – (H – A-1 C)] [K – A-1 B]}, harus mempunyai harga kurang dari
penggabungan untuk konvergensi sistem. Saat iterasi bertambah, term
kesalahan berkurang dan akhirnya mendekati nol.
En+1 0
N

II-42 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

2.4. Solusi Untuk Persamaan Simulator

2.4.1. Proses Pengerjaan

Setelah mendapatkan persamaan untuk aliran yang simultan untuk berbagai


fasa, maka diperlukan sistem untuk menyelesaikan parameter yang tidak
diketahui.
Nilai yang diketahui adalah:
Tekanan minyak
Tekanan gas
Tekanan air
Saturasi minyak
Saturasi gas
Saturasi air
Parameter yang dapat diperoleh dari variable di atas:
Laju alir minyak
Laju alir gas
Laju alir air
Proses penyelesaian persamaan tergantung seberapa besar sistem yang
dimodelkan. Untuk penyelesaian persamaan simulator, terdapat dua metode
persamaan yaitu:
Metode Implicit Pressure – Explicit Saturation (IMPES)
Metode Implicit Pressure – Implicit Saturation

2.4.2. Metode Implicit Pressure – Explicit Saturation (IMPES)


Metoda ini dengan cara mengkombinasikan tiga persamaan: minyak, air
dan gas menjadi satu persamaan dengan satu variable tekanan (misalnya
tekanan minyak). Metoda ini juga mengkombinasikan persamaan single phase ke
dalam single multiphase beradasarkan tekanan, kemudian menyelesaikan
persamaan tekanan dengan implisit pada pendistribusian tekanan yang terjadi,
sedangkan saturasi diperhitungkan secara ekplisit untuk setiap titik.
Perhatian terhadap potensial aliran dan tekanan kapiler untuk setiap fluida
berikut:

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-43


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Potensial aliran:

minyak : = Po + ogh

gas : = Pg + ggh

air : = Pw + wgh

Tekanan kapiler:

air/minyak: Pcw = Po - Pw

gas/minyak: Pcg = Pg – Po

Sehingga diperoleh suatu persamaan:

Po Pcg Pcw
Ax λT Ax λg λw
x x x x x

ρg h ρo h ρw h P0
Ax λg λo λw B1 B2 ...................... (2-133)
x x x x t

Dimana merupakan “mobility”, yang merupakan fungsi dari saturasi dan


tekanan:

ki
λ .............................................................................................. (2-134)
μiBi

Pada akhirnya menimbulkan pertanyaan bagaimana menghitung tekanan jika


penyelesaian persamaan itu sendiri memerlukan data mobilitas yang tergantung
pada tekanan? Untuk menjawabnya maka ada dua jalan, yaitu dengan
mengevaluasi mobilitas, Pog dan Pow pada kondisi tekanan sebelumnya, dengan
harapan tak ada perubahan saturasi dan tekanan terlalu besar. Pendekatan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

(mobilitas, data kapilaritas)n (tekanan)n+1 = ruas kanan n+1.k+1 ................ (2-135)

Sehingga pendekatan di atas adalah dengan cara iterasi, dengan


mengasumsikan data tekanan, saturasi dan kapilaritas dari perhitungan terbaru
komputer, yang tentunya merupakan nilai dari old time step / selang waktu yang
terdahulu. Pendekatannya sebagai berikut:

(mobilitas, data kapilaritas)n+1.k(tekanan)n+1.k+1 = ruas kanan n+1.k+1 (2-136)

II-44 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

Finite Difference Analog

Bentuk finite difference pada persamaan tekanan dapat dipecahkan dengan


menggunakan sistem alogaritma seperti, Gaussian Elemination, Line Succesive
Over Relaxation (LSOR), Conjugate Gradient – Like, Coordinate Sistem untuk
memperoleh distribusi tekanan, lalu potensial tekanan dapat diperhitungkan.

Potensial distribusi menghasilkan nilai saturasi yang baru dapat diperhitungkan


sebagai berikut:
n 1 n
So So Δt ko Φo
φ S on Flux term ................ (2-137)
Bo Bo φ x μoBo x

Gambar 2.21.
Skema Penyelesaian dengan Metode IMPES

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-45


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

2.4.3. Metode Implicit Pressure – Implicit Saturation

Metode ini juga disebut metode Fully Implicit, pada metode ini ketiga persamaan
aliran (gas, minyak dan air) diselesaikan secara simultan, tanpa terlebih dahulu
mengurangi jumlah persamaan. Setiap sel terdapat tiga variable yang harus
dihitung; Po, Pw, dan Pg, sehingga akan menghasilkan sistem persamaan yang
komplek, demikian pula dengan koefisien matriks dari persamaan tersebut.
Metode ini selain komplek juga memerlukan waktu komputer yang lama.

Pada metode ini persamaan diferensial parsial satu dimensi untuk setiap fasa
akan menggambarkan aliran fluida untuk masing masing fasa fluida yang
mengalir dalam reservoar, seperti berikut ini terdapat dua fasa imcompressible
1D:

k o Φo So
φ ......................................................................... (2-138)
x μo x t

kw Φw Sw
φ ........................................................................... (2-139)
x μw x t

dimana:

= P + gh = potensial aliran

h = ketinggian di atas horizontal plane yang dideferensikan

g = percepatan gravitasi

= densitas air atau minyak


P = fasa tekanan minyak atau air

kemudian:

= Po + ogh

= Pw + wgh

Selain itu perlu diingat bahwa dikarenakan ada dua fluida yaitu: minyak dan air
maka berlaku:

So + Sw = 1

II-46 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

So = 1- Sw

Kemudian tekanan kapiler pada setiap titik juga harus didefinisikan secara
matematik sebagai:

Pc = Po - Pw

Perubahan saturasi dinyatakan dalam bentuk tekanan kapiler dan kemudian


dalam bentuk potensial aliran dipergunakan hukum rantai sehingga pada
akhirnya didapatkan penurunan saturasi.

S Sn 1
Sn
................................................................................ (2-140)
Pc Φ on 1
Φ nw

Sehingga:

S Pc
S' ............................................................................ (2-141)
t t

Persamaan (2-138) dan (2-139) dapat ditulis:

ko o
φS ' o w
...................................... (2-142)
x o x t t

ko w
φS ' o w
...................................... (2-143)
x o x t t

Persamaan ini dapat dikembangkan untuk perhitungan derivatif S pada kondisi


waktu n + ½, dengan memperhitungkan persamaan diferensial parsial setiap fasa
pada setiap sel dengan mempergunakan formulasi fully implicit, maka diperoleh 2
n+1 n+1
parameter yang tak diketahui pada waktu yang baru, yaitu: o dan w .

n 1 n 1 n 1 n 1
1 ko ot 1 ot ko ot ot 1

x o i 1/ 2
x o i 1/ 2
x

S' n 1 n n 1 n
ot ot wt wt ....................................................... (2-144)
t

Untuk fasa air:

n 1 n 1 n 1 n 1
1 kw wt 1 wt kw wt wt 1

x w i 1/ 2
x w i 1/ 2
x

Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar II-47


Pemodelan dan Aplikasi Simulasi Reservoir, Joko Pamungkas

S' n 1 n n 1 n
= ot ot wt wt ........................................................ (2-145)
t

Pertimbangkan Persamaan (2-144) dan (2-145) ditulis dalam bentuk tipikal


dimana faktor yang belum diketahui ditulis pada ruas kiri dan faktor yang
diketahui ditulis diruas kanan. Untuk persamaan minyak (Persamaan (2-144))
ditulis dalam bentuk finite different:
n 1 n 1 n 1 n 1
e f g h Dot
ot 1 ot ot 1 wt ..................................................... (2-146)

untuk persamaan air:


n 1 n 1 n 1 n 1
e f g h Dot
ot 1 ot ot 1 wt ........................................................ (2-147)

Gambar 2.22.
Skema Penyelesaian dengan Metode Simultan

II-48 Bab II Dasar-Dasar Persamaan Simulasi Reservoar

Anda mungkin juga menyukai