Disusun oleh :
Syamsul Ma’arif (11170210000069)
Dosen Mata Kuliah :
Muhammad Nida’ Fadlan, M.Hum
Bahan-bahan naskah berbagai macam jenisnya seperti lontar, nipah, dluwang, dan
kulit kayu pohon halim. Berikut ini diantaranya bahan naskah tradisional yang masih
digunakan hingga kini adalah lontar. Kata lontar bentuk metatesis dari kata jawa ron tal yang
berarti daun tal. Yaitu daun siwalan. Siwalan termasuk jenis pohon palem (Latin = palmyra),
digunakan sebagai bahan naskah harus yang masih muda, ditandai bahwa daunnya berwarna
hijau dan ujungnya mulai coklat. Proses pembuatannya sebagai bahan naskah membutuhkan
waktu sedikitnya 3 bulan dan yang terbaik adalah 1 tahun. Jika jika pembuatannya tidak
sesuai waktu yang ditentukan, maka daun akan mudah patah dan sulit ditulis. Tempet
pembuatannya hingga kini masih aktif berproduksi di Karangasem. Bali. Beberapa daerah
yang mempunya naskah berbahan lonta adalah Cirebon, Lombok, Kerinci, dan Sulawesi. Di
Kerinci, naskah dari daun lontar disebut kelopak betung. Selain lontar yang bentuknya mirip
adalah nipah. Bedanya nipah menggunakan pena dan tinta sebagai alat tulisnya. Nipah,
seperti janur (daun kelapa). Setelah lontar dan nipah, ada yang namanya dluwang atau
dlancang dari Bahasa jawa yang artinya ‘kertas’ (javanns papier). Selanjutnya ada kulit kayu
yang digunakan kulitnya yang muda.
Diantara beberapa aksara dalam naskah berbagai macam, seperti tulisan (non latin)
dari india ( tulisan pallava) dan arab terdapat di Nusantara, yaitu; tulisan ha na ca ra ka dan
variannya dikenal daerah jawa – bali, ka ga nga dikenal daerah Bugis – Makassar – Batak –
Rejang - Sunda Lama. Aksara dari arab terdapat dinusantara diantaranya; jawi (tulisan Arab
Bahasa Melayu), pegon (Arab Bahasa Jawa, Sunda dan Madura), serang (Arab bahasa Bugis-
Makassar), buri wolio bahasa (buton) dan Arab Jowo (Arab bahasa Aceh).