net/publication/338213475
CITATIONS READS
0 598
1 author:
Febri Noor'Aini
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Analisis Terhadap Konvensi ASEAN Menentang Perdagangan Orang Khususnya Perempuan dan Anak View project
All content following this page was uploaded by Febri Noor'Aini on 28 December 2019.
Nama Anggota:
regional, dan universal. Menurut kaedah hukum perjanjian dapat dibedakan menjadi dua
yaitu treaty contract dan law making treaty. Treaty contract biasa kita temukan dalam
tertutup, tidak memberi kesempatan kepada pihak yang tidak ikut perundingan untuk
menjadi peserta perjanjian. Adapun yang dimaksud dengan law making treaty adalah
perjanjian yang menciptakan kaedah atau prinsip-prinsip hukum yang tidak hanya
mengikat pada peserta perjanjian saja tapi juga dapat mengikat pada pihak ketiga.
apa yang terkandung dalam masyarakat untuk mencapai apa yang dicita-citakan, dan
usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan
Selain itu didalam jurnal yang ditulis oleh Yordan Gunawan dan Resta Wilianti
menyebutkan bahwa :
“In terms of human rights protection, since year 2000 Indonesia has enacted Law No.
26 of 2000 on Human Rights Court. However, it has not sufficiently upheld human
rights enforcement. The National Action Plan for Human Rights of Indonesia in 2004-
2009 stated that the government expects to ratify the Rome Statute in 2008. Truthfully,
the target has not been realized, thus in 2009-2014 the government pursues to ratify the
Jadi dijelaskan bahwasannya indonesia sendiri sejak tahun 2000 sudah memiliki hukum
mengenai Hak Asasi Manusia tetapi belum cukup untuk menegakan HAM maka dari itu
Indonesia saat itu ingin meratifikasi Statuta Roma . Lalu menurut kelompok kami
meratifikasi statuta roma belum lah cukup untuk menjadi salah satu penegak Hak Asasi
Manusia tetapi harus ada tindakan nyata dari negara-negara regional maka indonesia
1
Sudarto. Politik Hukum Pidana, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,1996), hlm.5-6.
2
Y Gunawan, R Wilanti, 2015, The Urgency of Rome Statute of the International Criminal Court
Ratification for Republic of Indonesia, US-China L. Rev. 22 (2015). Diakses juga pada laman
https://heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/uschinalrw12&div=4&id=&page= pada
tanggal 25 Desember 2019 pukul 15.30 WIB
Dalam konvensi ASEAN Menentang Perdagangan Orang, Khususnya
Perempuan dan Anak-anak menurut kelompok kami dalam perjanjian ini menggunakan
tersebut negara yang menjadi peserta adalah negara yang tergabung dalam ASEAN
Singapura, Thailand, dan Vietnam) dan ini kategorikan perjanjian regional hanya
tindak pidana hal ini dikarenakan suatu tindakan yang menimbulkan korban,
yang cukup serius bagi masyarakat, bangsa dan negara. Masalah kejahatan perdagangan
Dengan demikian perdagangan orang termasuk juga pelanggaran terhadap hak asasi
manusia. Manusia yang harkat dan martabatnya sama di hadapan Tuhan Yang Maha
Esa, maka sesama manusia siapapun dia tidak diperkenankan memperlakukan sesama
manusia seperti benda atau barang dengan memperjualbelikannya untuk tujuan apapun 3
3
Rahel Octora. Penerapan Asas Nasionalitas Pasif dan Pemidanaan Pembantu Tindak Pidana
Perdagangan Orang Dalam RKUHP, (Jurnal Kertha Patrika, Vol. 40, No. 3, Desember 2018), Hlm.159.
ANALISIS
BAB I
BAB I umumnya berisi tentang ketentuan-ketentuan umum yang terdiri dari 4 (empat)
internasional yang mengatur human trafficking antara lain adalah United Nations
harus menjalankan segala pasal yang sudah tertulis pada konvensi ini baik dari
istilah Perdagangan orang, Anak, Korban, dan kelompok pelaku tindak pidana
terorganisasi, Tindak pidana serius, Tindak pidana transnasional, Pejabat publik,
kekayaan, Hasil tindak pidana, pembekuan, perampasan, dan Tindak pidana asal.
Penggunaan istilah ini berfungsi untuk acuan setiap negara agar setiap negara
Pencegahan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana. Selain itu juga dalam
dan/atau korporasi.4
nonintervensi.
warga negara, kekuasaan tertinggi ini menjadi sumber hukum, tidak diikat oleh atau
dibatasi oleh hukum yang lain. 5 Prinsip non intervensi dalam Black’s Law
Dictionary, intervensi diartikan sebagai urut campurnya sebuah negara dalam urusan
dalam negeri negara lain atau dalam urursan dengan negara lain secara diktator
4
Eko Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia : Perspektif Internasional, Regional, dan Nasional, (Depok:
Rajawali Pers, 2018), hlm. 70.
5
Ibid, hlm.29.
dengan menggunakan ancaman kekuatan. Kewajiban untuk tidak melakukan
intervensi atau ikut campur urusan negara lain merupakan salah satu kewajiban
Perempuan dan Anak-anak tidak boleh menganggu kedaulatan dan ikut campur
BAB II
KRIMINALISASI
a. Pasal 5, dalam pasal ini Negara yang ikut terlibat dalam konvensi ASEAN
6
Ibid., hlm.52.
7
Deypend Tommy Sibuea, Pemberantasan Perdagangan Orang Melalui Instrumen Hukum Nasional dan
Internasional di Indonesia, (Jurnal Cendekia Hukum : Vol.3 No.2 Maret 2018), Hlm.239.
b. Pasal 6, berisi tentang orang yang termasuk dalam kriminalisasi tindak pidana
terorganisasi.
Baik kejahatan itu masih dalam tahap percobaan atau sudah dilakukan, tetaplah
yang dianggap sebagai pelaku tindak kejahatan terorganisasi yaitu mereka yang
eksploitasi. Dalam setiap fase yang terjadi sudah biasa adanya penculikan,
pada korban.8
Ada definisi umum yang dapat mendefinisikan tentang upaya pengubahan atau
penyembunuiaan uang hasil dari kejahatan, pada zaman sekarang ini upaya itu
disebut dengan tindak pencucian uang. Pengertian itu memiliki arti pengubahan
hasil kejahatan. 9 Sebagai suatu bentuk kejahatan, ternyata ada pihak tertentu
yang turut menikmati keuntungan dari tindak pidana pencucian uang tersebut
8
Mangai Natarajan, Kejahatan dan Pengadilan Internasional, (Bandung: Nusa Media, 2015), hlm. 121.
9
Ibid, hlm. 172-173.
10
Ramelan, Annotated Money Laundering: Case Reports, (Jakarta: Pustaka Juanda Tigalima & ELSDA
Institue, 2008), hlm. 23.
Kejahatan tindak pidana pencucian uang biasanya menggunakan proses, yaitu:
Tindak pidana korupsi memilik pengertian yaitu sebuah perilaku yang tidak
e. Pasal 9, berisi tentang gangguan dalam proses peradilan yang dianggap sebagai
tindak kriminalisasi.
Yang termasuk dalam tindakan kriminalisasi di dalam pasal ini yaitu tindakan
yang berhubungan dalam tindak pidana dalam pelaksaan tugas peradilan atau
f. Pasal 10, berisi tentang hak untuk menetapkan yurisdiksi atas tindak pidana
yang berkaitan dengan perdagagan orang bagi negara yang sudah meratifikasi
konvensi ini.
11
Hermoyo, Membasmi Korupsi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 31.
Tindakan-tindakan yang dimaksud adalah termasuk dalam tindak pidana
terorganisasi, tindak pidana pencucian uang, tindak pidana korupsi, dan tindak
wilayah negara yang bersangkutan, kapal bendera negara, atau pesawat terbang
yang terdaftar saat tindak pidana tersebut dilakukan. Negara yang bersangkutan
dapat diberlakukan kepada warga negara nya sendiri, atau untuk jika pelaku
ekstradisi, perlu penetapan ekstradisi atas tindak pidana pelaku yang dilakukan
BAB III
PENCEGAHAN
a. Pasal 11, berisi tentang kewajiban negara yang meratifikasi konvensi ini
dan anak.
12
Ibid, hlm. 123.
perdagangan orang. . Setiap negara juga diberi kewajiban untuk melakukan
b. Pasal 12, berisi tentang pentingnya kerja sama yang terjalin antar setiap
memicu tindakan eksploitasi orang. Kerja sama ini bisa dalam bentuk kerja
sama bilateral, multilateral, atau regional. Serta semua kasus tindak pidana
melaksanakan kerja sama lintas batas dengan tujuan untuk mencegah dan
negara lain. Kerja sama ini haruslah disertai dengan melakukan pengawasan
penyalahgunaan dokumen.
13
Ruth Rosenberg, Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia, (Jakarta: ICMC, 2003), hlm. 19.
BAB IV
PERLINDUNGAN
Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain
orang kecuali jika korban yang meminta, negara diberi kewajiban untuk
untuk menjaga fisik korban, dan dalam situasi tertentu negara wajib
14
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dan Perempuan,( Bandung: Refika
Aditama, 2012), hlm. 82.
negara terhadap korban tersebut, negara harus memperhatikan umur,
b. Pasal 15, Berbicara mengenai suatu kejahatan maka tidak terlepas dari
15
Nelsa Fadila, Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korba Tindak Pidana Perdagangan
Orang, (Jurnal Hukum dan Peradilan Volume 5 No. 2 Juli 2016), Hlm.193.
16
Sri Rahayu, Efektivitas Gugus Tugas Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Perdagangan Orang Terutama
Perempuan dan Anak Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat.(Jurnal Hukum, Vol.1 No.2 januari
2017) diakses pada 22 desemer 2019 jam 11.42 WIB, hlm. 1
BAB V
PENEGAKAN HUKUM
a. Pasal 16, Dalam bagian ini diatur bahwa negara berkewajiban untuk
b. Pasal 17, Dalam bagian ini diatur bahwa jika hukum dalam negeri
BAB VI
Konvensi ini.
Pada era globalisasi ini, tak dapat dipungkiri dengan majunya sistem
17
Indroharto, Kapita Selekta Hukum Mengenang Almarhum Prof. H. Oemar Seno Adji, S.H, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1995, hlm. 181
kejahatan yang dilakukan juga beragam seperti pembunuhan,
c. Pasal 20, Negara Pihak harus bekerja sama satu sama lain sesuai
18
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1979 Tentang Ekstradisi
5. Bertukar informasi dan berkoordinasi secara administratif dan
tambahan19
tersebut harus:
19
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Citra Aditya,
Bandung, 2001, hlm 56-57
2. mengajukan surat kehilangan yang dikeluarkan oleh
yang berkompeten.
e. Pasal 22, Hasil dari tindak pidana atau kekayaan yang disita oleh
domestiknya.
BAB VII
Ketentuan Penutup
ini.
e. Pasal 27, Pada pasal ini dikatakan bahwa jika terjadi beberapa
g. Pasal 29, Dalam konvensi ini wajib berlaku 30 hari setelah tanggal
h. Pasal 30, Negara-negara pihak ini dapat menarik diri dari konvensi
negara pihak tersebut.m penarikan diri dapat berlaku 180 hari setelah
20
Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, PT. Grafindo apaersada, Depok, 2018, hlm 115
EFEK
yang sudah melakukan ratifikasi terhadap konvensi ini) diwajibkan untuk memiliki
ini diharapkan bisa lebih berkompeten menangani dalam kasus perdaganga orang.
mampu untuk melindungi setiap orang terutama perempuan dan anak-anak dari tindakan
perdagangan orang. Efek lainnya dari adanya konvensi ini mampu meningkatkan
kerjasama yang baik antar Negara-negara pihak yang meratifikasi konvensi ini dan antar
negara ASEAN dalam menanggulangani. Efek lainnya juga dapat untuk bisa
berhak memiliki Hak Asasi Manusia artiya disamping keabsahannya terjaga dalam
TINDAK LANJUT
21
Muhtaj, EL Majda, Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia dari UUD1945 Sampai Dengan
Perubahan UUD 1945 TAHUN 2002, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2007.
Indonesia dari kejahatan perdagangan orang dan sebagai upaya dari Pemerintah
DAFTAR PUSTAKA
Riyadi, Eko. 2018. Hukum Hak Asasi Manusia : Perspektif Internasional, Regional, dan
Sefriani.. 2018. Hukum Internasional: Suatu Pengantar. Depok: PT. Grafindo Persada,
Muhtaj, EL Majda. 2007. Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia dari
UUD1945 Sampai Dengan Perubahan UUD 1945 TAHUN 2002. Jakarta: Kencana
Media
Ramelan. 2008. Annotated Money Laundering: Case Reports. Jakarta: Pustaka Juanda
Tigalima&ELSDA Institute
ICMC
Gultom, Maidin. 2012. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan.
JURNAL
Hukum Nasional dan Internasional di Indonesia, (Jurnal Cendekia Hukum : Vol.3 No.2
Maret 2018)
Fadila, Nelsa. Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak
Pidana Perdagangan orang (Junal Hukum dan Peradilan Volume 5 No.2 Juli 2016)
Octora, Rahel. Penerapan Asas Nasionalitas Pasif dan Pemidanaan Pembantu Tindak
Pidana Perdagangan Orang Dalam RKUHP, (Jurnal Kertha Patrika, Vol. 40, No. 3,
Desember 2018)