Kepedulian terhadap penerapan syariah Islam dalam segala aspek kehidupan termasuk
pelayanan rumah sakit makin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan telah disusunnya standar
akreditasi rumah sakit syariah oleh MUKISI (Majelis Upaya Kesehatan Islam Indonesia).
Standar akreditasi dan sertifikasi syariah ini selanjutnya telah di-pilot project-kan baik di RS
besar maupun kecil serta ditindaklanjuti oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) terkait
konsultasi dan sertifikasi.
Akreditasi RS syari’ah bukanlah tandingan dari akredtasi RS versi KARS maupun JCI.
Akreditasi syari’ah merupakan upaya pemenuhan kebutuhan umat Islam dan stakeholder
terhadap jaminan penyelenggaraan dan pelayanan yang berbasis syari’ah. Hal ini sesuai
dengan acuan umum shari’ah compliance hospital (Kamaruzzaman, 2013 cit. Zulkifly, 2015)
yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
Masyhudi (2016) menjelaskan bahwa rumah sakit syariah adalah rumah sakit yang seluruh
aktivitasnya berdasar pada Maqashid – al Syariah – al Islamiyah. Hal ini berarti bahwa RS
syari’ah harus menurut agama (khifdz ad-diin), memelihara jiwa (khifdz an-nafs), memelihara
keturunan (khifdz an-nasl), memelihara akal (khifdz al-aql), dan memelihara harta (khifdz al-
mal). Dalam penyusunan Standar Sertifikasi Rumah Sakit Syari’ah mengacu pada standar
akreditasi dari Komite Akreditasi Rumah Sakit yang kemudian ditambahan unsur – unsure
syariah di dalamnya. Standar dalam Sertifikasi Rumah Sakit Syariah terdiri dari 5 Bab
dengan 50 Standar dan 161 elemen penilaian yang dibagi sebagai berikut :
Dalam Sertifikasi Rumah Sakit Syariah edisi 1437 H, pada masing – masing bab dibagi
kedalam 2 (dua) kelompok yaitu kelompok Standar yang mengatur pada aspek manejemen
dan kelompok standar yang mengatur pada aspek pelayanan rumah sakit syari’ah Masyhudi
(2016). Standar Syariah dalam aspek manajemen meliputi penilaian tentang :
Isu pelayanan kesehatan yang Islami dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah terus
berkembang di masyarakat dan menjadi wacana di dunia maya . Hal ini dikarenakan semakin
banyaknya rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan yang didirikan dan berkembang luas
dimasyarakat dengan label Rumah Sakit Islam.
Rumah sakit merupakan institusi kesehatan yang memberikan layanan preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitatif yang bersifat padat modal, padat karya, dan padat masalah.
Meski di Indonesia sudah ada beberapa rumah sakit yang mengklaim menerapkan prinsip-
prinsip Syariah, namun sangat disayangkan hingga saat ini belum ada standar tentang
pelayanan kesehatan yang Islami dan sesuai dengan prinsip Syariah di beberapa rumah sakit
tersebut.
Akreditasi Rumah Sakit Syariah adalah pengakuan oleh lembaga yang memiliki otoritas
untuk melaksanakan suatu penilaian terhadap rumah sakit dalam menjalankan prinsip syariah
dan standar tertentu lainnya yang telah ditetapkan.
Adapun tujuan dari akreditasi Rumah Sakit Syariah diantaranya adalah; (a) Memberikan
jaminan bahwa institusi rumah sakit yang terakreditasi telah memenuhi prinsip syariah dan
standar mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah, sehingga mampu memberikan perlindungan
bagi masyarakat, (b) Mendorong rumah sakit untuk terus menerus melakukan perbaikan dan
penyempurnaan serta mempertahankan standar kualitas yang tinggi, (c) Hasil akreditasi
dapat dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan serta pengakuan dari khalayak baik internal
maupun eksternal
Melalui proses akreditasi rumah sakit syariah diharapkan dapat dijadikan sebagai Sarana
syiar dan dakwah ke Islaman yang rohmatal lil alamin, Meningkatkan kepercayaan dan
kepuasan masyarakat bahwa rumah sakit syariah menitik beratkan sasarannya pada
kesesuaian dengan prinsip syariah, keselamatan pasien dan mutu pelayanan yang berkualitas
serta Memberikan pengakuan kepada RS yang telah menerapkan standar akreditasi Syariah
yang ditetapkan.
Pertanyaan yang mengganjal hati sebagian orang adalah, siapa yang melaksanakan akreditasi
rumah sakit syariah? idealnya Penyelenggara Akreditasi Rumah sakit Syariah adalah sebuah
Lembaga Independen yang dibentuk berdasarkan amanat Undang-Undang dan dalam tataran
teknis melibatkan Majelis Ulama Indonesia, Asosiasi Rumah Sakit Islam, institusi pendidikan
kesehatan, praktisi dan akademisi serta asosiasi profesi lainnya agar memiliki payung
hukum serta kredibilitas yang kuat. Proses akreditasi dapat bersifat sukarela sesuai keinginan
rumah sakit dalam rangka merebut pangsa pasar konsumen muslim.
Adapun aspek akreditasi syariah yang dilakukan terhadap rumah sakit meliputi: Aspek
Administrasi dan manajemen rumah sakit (SDM, keuangan, pemasaran, stratejik, organisasi
dll), Aspek Logistik rumah sakit (bahan farmasi, makanan, bahan habis pakai dll), aspek
Pelayanan Kesehatan ( layanan medis dan layanan penunjang medis) dan Arsitektur dan
desain interior rumah sakit
Gagasan diatas bukanlah tanpa kendala, diperlukan proses yang panjang dan berliku untuk
mewujudkannya. Oleh karena itu elemen masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap
Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit berbasis syariah dapat mengambil peran dengan
menginisiasi pendirian Majelis Akreditasi Rumah Sakit Syariah.
Kesadaran pengelola Rumah Sakit Islam terhadap Akreditasi Rumah Sakit Syariah juga
menjadi kendala tersendiri. Boro-boro Akreditasi Rumah Sakit Syariah, hingga saat ini
masih banyak Rumah Sakit yang enggan dan belum menjalan peraturan Pemerintah tentang
Akreditasi Rumah Sakit dengan standar JCI padahal hal ini merupakan persyaratan wajib
bagi rumah sakit.
Namun kita tidak boleh berkecil hati, kembali lagi kepada umat Islam untuk
memperjuangkannya, kalau bukan kita siapa lagi? Dan kalau bukan sekarang kapan lagi?