Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan yang telah berjalan sejak dicadangkannya visi

Indonesia sejak pada tahun 1999 mengacu pada 50 indikator. Indikator

tersebut adalah indicator minimal yang diterapkan untuk tingkat nasional,

provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa. Dan sekarang kita telah memasuki

tahun 2017, tahun yang penuh tantangan bagi pembangunan kesehatan di

Indonesia. Khususnya pada program Indonesia sehat untuk mengatasi masalah-

masalah kesehatan yang ada di Indonesia.

Indeks pembangunan manusia Indonesia dari tahun ke tahun meningkat,

walaupun saat ini Indonesia masih berada pada ranking 108 dari 187 negara

di dunia. Adapun upaya yang dapat ditempuh harus dipusatkan pada seluruh

proses kehidupan manusia itu sendiri, mulai dari bayi dengan pemberian ASI

dan imunisasi hingga lanjut usia. Sehingga kebutuhan-kebutuhan pada setiap

tahap kehidupan harus terpenuhi agar dapat mencapai kehidupan yang lebih

bermartabat.

Tetapi di setiap Negara pasti memilih masalah khususnya masalah tentang

kesehatan, dimana masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang

merupakan dampak dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah

maupun buatan manusia. Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa

ditolak, meskipun kadang bisa dicegah atau dihindari (Notoatmodjo, 2010).

1
2

Pemerintah sering dihadapkan pada berbagai masalah dibidang kesehatan,

masalah yang cukup menjadi perhatian para ahli belakangan ini adalah

assessment factor risiko penyakit tidak menular salah satu penyebabnya

adalah karena penyakit tidak menular sekarang ini memperlihatkan lendesi

peningkatan. Peningkatan penyakit tidak menular ini banyak terjadi di Negara

berkembang karena ekonominya mulai menigkat. Karena itu maka terjadi

peralihan bentuk penyakit yang harus dihadapi, yaitu dari penyakit menular

dan infeksi menjadi penyakit tidak menular dan kronis. Proses tersebutlah

yang kerap dikenal sebagai transisi epidemiologi (Bustan, 2010).

Transisi penyakit diindonesia mulai ditandai dengan semakin

meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular yang dirawat inap di

beberapa rumah sakit, peningkatan ini menempatkan penyakit tidak menular

menjadi penyakit utama rawat inap di berbagai fasilitas kesehatan, karena itu

seharusnya transisi epidemiologi juga menyebabkan terjadinya transisi

kebijakan yang menyeluruh (Soegondo,2010)

Penyakit tidak menular sering disebut sebagai penyakit kronis. Penyakit

tidak menular memberikan kontribusi bagi 60% kematian secata global. Di

berbagai Negara yang termasuk Negara berkembang, peningkatan penyakit

ini terjadi secara cepat dan memberikan dampak yang sangat signifikan pada

sisi social,ekonomi, dan kesehatan. Word health organization (WHO) sendiri

memperkirakan bahwa pada tahun 2020, penyakit tidak menular akan

menyebabkan kematian 73% secara global dan memberikan konstribusi bagi

penyebab kematian secara global sebesar 60%. Permasalahannya adalah


3

sekitar 80% dari penyakit tidak menular ini jutru terjadi pada negara-negara

dengan pendapatan rendah atau yang sering disebut sebagai low and middle

income countries (Mirza, 2010).

Penyakit diabetes melitus yng dikenal sebagai non communicable disease

telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalensi penyakit

ini terus bertambah terutama di negara sedang berkembang dan negara yang

telah memasuki budaya industrialisasi (Arisman, 2013). Peningkatan

prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang dipengaruhi oleh

peningkatan kemakmuran, peningkatan pendapatan perkapita, dan perubahan

gaya hidup terutama di kota-kota besar (Soegondo, 2009).

Dalam Diabetes Atlas edisi ke enam tahun 2014 yang dikeluarkan oleh

International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita DM semakin

bertambah.

Menurut estimasi IDF (2014) 8,3% penduduk di seluruh dunia mengalami

diabetes melitus, prevalensi ini meningkat dari tahun 2011 yaitu 7,0% dan

diprediksikan pada tahun 2035 prevalensi Diabetes Melitus akan meningkat

menjadi 10,0%. Diperkirakan proporsi penderita Diabetes Melitus yang tidak

terdiagnosis adalah sebesar 46,3%. Satu dari dua penderita diabetes tidak

mengetahui bahwa mereka telah terkena penyakit tersebut.

Menurut WHO (2014) prevalensi diabetes melitus tertinggi terdapat di

wilayah Mediterania Timur (14%) dan terendah di Eropa dan wilayah Pasifik

Barat (8% - 9%). Secara umum negara dengan penghasilan rendah

menunjukkan angka prevalensi diabetes melitus terendah dan negara dengan


4

penghasilan menengah atas menunjukkan prevalensi diabetes melitus

tertinggi di dunia. Prevalensi diabetes melitus di negara dengan pendapat

menengah atas terbanyak di Negara Cooks Island (29,1%), disusul Negara

Niue (27,6%). Prevalensi diabetes melitus pada negara penghasilan menengah

bawah terbanyak pada Negara Samoa (25,2%), disusul Negara Micronesia

(22,5%). Prevalensi diabetes melitus pada negara dengan pendapatan tertinggi

terbanyak pada Negara Qatar (23%), disusul Negara Kuwait (20,1%) dan

prevalensi diabetes melitus pada negara dengan pendapatan rendah terbanyak

pada Negara Taj Ikistan (12,1%) disusul Negara Gambia dan Chad yaitu

masing-masing 9,9%.

Menurut American Diabetes Association (ADA) (2014) prevalensi

penderita diabetes melitus di Amerika adalah sebesar 9,3%, meningkat dari

tahun 2010 yaitu sebanyak 25,8 juta jiwa, dimana 8,1 juta orang penderita

tersebut tidak terdiagnosa. Insidens diabetes melitus pada tahun 2012 adalah

sebanyak 1,7 juta jiwa. Penyakit ini merupakan ke tujuh penyebab utama

kematian di Amerika pada tahun 2010.

Prevalensi diabetes melitus di Asia Tenggara pada tahun 2014 adalah

sebesar 8,3%, dengan kasus tidak terdiagnosa sebesar 52,8%. Kematian

akibat diabetes melitus pada penderita yang berusia dibawah 60 tahun adalah

53,8%. Diprediksikan pada tahun 2035 prevalensi diabetes melitus di Asia

Tenggara meningkat menjadi 10,1% (IDF, 2014).

Derajat kesehatan di Indonesia sebetulnya telah mengalami kemajuan yang

bermakna. Hal ini ditandai dengan meningkatnya rata-rata angka harapan


5

hidup (life expectancy) masyarakat Indonesia secara keseluruhan (laki-laki

dan perempuan) naik dari 67,8 % pada tahun periode 2000-2005 menjadi

73,6 % pada tahun periode 2020-2025. Dan khusus untuk provinsi Sulawesi

selatan meningkat dari 66,3 % tahun periode 2000-2005 menjadi 68,8%

tahun periode 2005-2010 dan meningkat menjadi 70,9 % tahun pada periode

2010-2015. (http://wwwdatastatistik-indonesia.com/content/view/922/938).

Namun dibalik pencapaian itu pemerintah sudah berupaya menekan

peningkatan jumlah penyakit tertentu, salah satunya adalah Diabetes Mellitus

yang semakin meningkat tiap tahunya.

Menurut survey yang dilakukan WHO (World Health Organitation),

Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes

mellitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk, sedangkan urutan

diatasnya India, China Dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000 terdapat 8,4

juta pengidap diabetes mellitus dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat

menjadi 1.214 juta penderita . Temuan tersebut semakin membuktikan bahwa

penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

sangat serius. (http=www.depkes.go.id/indeks).

Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 2005 menunjukkan peningkatan prevalensi diabetes melitus dari tahun

2001 sebesar 7,5% menjadi 10,4% pada tahun 2004. Sementara itu hasil

survei Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2003 menyatakan prevalensi diabetes

melitus di perkotaan mencapai 14,7% dan di pedesaan mencapai 7,2%

(Hotma, 2014). jumlah penduduk dewasa di Indonesia (umur 20-79 tahun)


6

adalah sebanyak 1 56,7 juta jiwa Menurut IDF (2014). Prevalensi penderita

diabetes melitus di Indonesia pada usia 20-79 tahun adalah sebesar 5,8%

dengan jumlah kematian sebanyak 176 ribu orang. Peningkatan angka kasus

diabetes melitus ini menyebabkan pengeluaran biaya kesehatan meningkat.

Biaya perawatan yang dikeluarkan penderita diabetes melitus per orangnya

adalah sebesar 174,7 dolar Amerika.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan

2013, kasus diabetes melitus yang diderita oleh penduduk Indonesia, dengan

usia diatas 15 tahun dengan diabetes melitus adalah 6,9%. Prevalensi

penderita diabetes melitus berdasarkan wawancara (pernah didiagnosa dan

ada gejala) mengalami peningkatan dari 1,1% (tahun 2007) menjadi 2,1%

(tahun 2013). Prevalensi diabetes melitus yang terdiagnosis dokter dan atau

gejala, tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tengah yang meningkat dari

1,7% menjadi 3,8%, provinsi Sulawesi Utara meningkat dari 1,7% menjadi

3,6%, dan provinsi Sulawesi Selatan dari 0,8% menjadi 3,4%. namun

peningkatan paling besar terjadi di provinsi Sulawesi seletan yaitu sebesar

2,6%. Yang cukup menarik , ketiga provinsi yang memegang predikat

tertinggi kasus diabetes melitus, semua terjadi di kepulauan selawesi. Apakah

ada pengaruh budaya ketiga masyarakat Sulawesi yang masih serumpun ini.

Dan diperlukan penelitian lebih mendalam untuk mengungkapkan kejadian

ini. Yang tersebar di 25 kabupaten/kota. Kasus diabetes melitus paling

banyak ditemukan di kabupaten/kota toraja 6,1%, Makassar 5,3%, luwu 5,2%


7

dan pinrang 3,4%.. Kasus terendah adalah di pangkajene, enrekang dan luwu

timur masing-masing 1%.

Prevalensi penderita Diabetes Melitus di Indonesia semakin meningkat

sesuai bertambahnya umur namun mulai umur ≥65 tahun prevalensi Diabetes

Melitus cenderung menurun. Prevalensi DM berdasarkan diagnosa dan gejala

tertinggi berada pada kelompok umur 55-64 tahun yaitu 5,5%. Prevalensi

Diabetes Melitus berdasarkan diagnosa dan gejala cenderung lebih tinggi

pada masyarakat dengan kuintil indeks penghasilan tinggi atau teratas (3,0%),

semakin tinggi kuintil indeks kepemilikan prevalensi Diabetes Melitus

semakin meningkat jumlah penderita Diabetes Melitus . Prevalensi Diabetes

Melitus lebih banyak pada daerah perkotaan (2,5%) dari pada pedesaan

(1,7%) (Balitbangkes, 2013). Disini terlihat ada perbedaan antara urban dan

rural yang menunjukkan bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian penyakit

Diabetes Melitus (Soegondo, 2009).

Diabetes mellitus jikatidak ditangani dengan baik maka akan

mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti

mata, gunjal, jantung, pembuluh darah, saraf dan lain-lain. Mengingat resiko

dari diabetes mellitus tersebut maka tindakan keperawatan yang sempurna

sangat dibutuhkan . olehnya karena itu perawat memegang peranan penting

dalam melakukan tindakan pencegahan demi meredam peningkatan jumlah

penderita diabetes mellitus di Indonesia.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data dalam latar belakang maka penulis membuat rumusan

masalah pada penelitian ini adalah “Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien

Diabetes Melitus Dalam Mengontrol Kadar Gula Darah Di Puskesmas Baraka

Kabupaten Enrekang”

C. Tujuan Penelitian

a) Tujuan umum

Untuk mengetahui “Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes

Melitus Dalam Mengontrol Kadar Gula Darah”

b) Tujuan khusus

 Untuk mengetahui gambaran penyakit diabetes melitus

 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang

cara mengontrol gula darah

 Untuk mengetahui manfaat mengontrol kadar gula darah bagi pasien

diabetes melitus

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Bagi Institusi

Dapat memberikan gambaran pengetahuan tentang penyakit

Diabetes Melitus Dalam Mengontrol Kadar Gula Darah dan bagi

pendidikan dapat menjadi tambahan ilmu bagi perawat dalam

meningkatkan kemampuan dalam penanganan penyakit diabetes melitus.


9

b. Manfaat Bagi Teoritis

Sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam

mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang

cara mengontrol kadar gula darah bagi penderita penyakit diabetes

melitus.

c. Manfaat Bagi Klien

Agar klien memperoleh perawatan secara komprehensif dan

berkesinambungan sehingga pasien dapat mandiri dalam pemeliharaan

keseha
BAB 1I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum diabetes melitus

1. Pengertian

a. Diabetes melitus

Sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolism kronis dengan

multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

disertai dengan gangguan metabolism karbohidrat, lipid dan protein

sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin (WHO).

b. Diabetes melitus

Suatu penyakit kronik dimana tubuh tidak dapat meproduksi

insulin atau tidak dapat menggunakan insulin secara efektif

(IDF”internasional diabetes federation” tahun 2013).

c. Diabetes melitus

Suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja

insulin atau kedua-keduanya (ADA 2010).

d. Diabetes melitus

Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)

darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (pusat

diabetes dan lipid RSCM dan FKUI).

10
11

2. Anatomi Fisiologi Pankreas

a. Anatomi Pankreas

Suatu alat tubuh yang berbentuk agak panjang kira-kira 15 cm

dengan berat 60-100 gram. Terletak di abdomen pada kuadran bagian

kiri atas diantara kurvatura duodenum dan limpa.

Bagian-bagian pankreas

Pankreas dibagi menjadi 4 bagian utama, yaitu kepala, leher, badan, dan

ekor :

1) Kepala pankreas

Bagian yang terlihat menempel pada usus halus, kepela merupakan

bagian terluar dari pankreas.

2) Leher pankreas

Bagian pancreas yang panjangnya sekitar 2,5 cm dan terletak

diantara kepala dan badan.

3) Badan pankreas

Bagian pankreas yang terletak diantara leher dan ekor, disebut juga

bagian yang paling penting dari pankreas.

4) Ekor pankreas

Bagian meruncing yang terletak pada perut kiri, ekor merupakan

bagian terakhir dari tubuh pankreas


12

Gambar 2.1 : bagian-bagian pankreas

Pankraes terdiri dari dua jaringan utama yaitu

a. Acini yang mensekresi getah pencernaan ke duodenum

b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi

menyekresikan insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau-

pulau langerhans berbentuk oval dan tersebar diseluruh pancreas.

Dalam tubuh manusia terdapat 1-2 juta pulau-pulau langerhans

yang dibedakan atas granulasi dan pewarnaan, setengahnya dari sel

ini menyekresi hormone insulin.

Pulau-pulau langerhans menghasilkan 4 jenis sel :

1) Sel-sel A (alfa)

Sekitar 20-40 % memproduksi glukagon. Glukagon

melepaskan glukosa dengan glikogenolosis sehingga dapat

meningkatkan kadar gula dalam darah , memecah cadangan

gula dalam hati lalu dibawa ke darah dan melepaskan peptide

aktif termasuk hormon ACTH.


13

2) Sel-sel B (beta)

Sekitar 60-68% berfungsi memproduksi insulin. Sel ini

lebih banyak mengandung granulose. Ciri khasnya adalah

kristaloid rhomboid yang merupakan penghasilan insulin.

Selain itu, sel ini bekerja terhadap membrane sel untuk

memudahkan transport glukosa ke dalam sel sehingga kadar

gula darah menurun, jika kadar gula dalam darah berlebihan

maka insulin akan menyimpan gula berlebih tersebut ke dalam

hati. Jika hormone ini tidak ada atau kurang maka orang itu

akan terkena penyakit diabetes melitus.

3) Sel-sel D (delta)

Sekitar 5-15% membuat somatostatin, tidak bergranula dan

bentuk poliguna tidak teratur, inti sel berbentuk bundar dan

terletak di tengah motokondria.

4) Sel-sel F (sel gamma pankreas)

Sekitar 1% mengandung dan menyekresi pengkreatik

polipeptida. Sel ini berjumlah lebih sedikit dan terletak

berdekatan dengan sel A, selain itu, sel tersebut berisi

gelembung kecil dalam pulau langerhans di daerah kepala

pankreas dan melepaskan somatotatin yang dapat

menghambat sekresi insulin. (syaifuddin,anatomi tubuh manusi

: 2009)
14

Gambar 2.2 : pulau langerhans

b. Fisiologi Pankreas

Fungsi pankreas ada dua yaitu :

 Eksokrin

Untuk meproduksi cairan pancreas yang disekresikan melalui

duktus pangrestikus ke dalam usus halus.

 Endokrin atau kelenjar tertutup

Membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok

pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pankreas

terpisah dan tidak mempunyai saluran.

Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pankreas adalah insulin dan

glukagon :

1) Insulin

Merupakan protein yang terdiri atas dua rantai asam amino

yang satu sama lainnya dihubungkan oleh ikatan disulfide, sebelum


15

dapat berfungsi ia harus berikatan dengan reseptor yang besar

dalam membrane sel. Sekresi insulin dikendalikan oleh kadar

glukosa darah. Kadar glukosa darah berlebihan akan merangsang

sekresi insulin dan bila kadar glukosa darah normal atau rendah

maka sekresi insulin akan berkurang.

Mekanisme kerja insulin :

 Meningkatkan transport glukosa ke dalam sel/ jaringan tubuh

kecuali otak, tubulus ginjal, mukosa usus halus dan sel darah

merah. Masuknya glukosa adalah suatu proses difusi dalam sel

 Meningkatkan transport asam amino ke dalam sel

 Meningkatkan sintesa protein di otak dan hati

 Menghambat kerja hormone yang sensitive terhadap lifase dan

meningkatkan sintesa lipid.

 Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan skresi.

2) Glukagon

Suatu hormone yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau

langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan

insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi

glukosa dalam darah.

3. Klasifikasi

Berdasarkan klasifkasi dari WHO dibagi beberapa tipe yaitu :

a. Diabetes mellitus tipe 1


16

Insulin dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal

dengan nama juvenile onset diabetes, penderita tergantung pada

pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan

mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia mudah

dapat disebabkan karena keturunan.

b. Diabete mellitus tipe 2

Non insulin dependen diabetes mellitus (NIDDM) yang dahulu

dikenal dengan nama maturity onset diabetes, disebabkan karena

kurangnya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya

terjadi pada orang tua atau anak dengan obesitas.

c. Diabetes mellitus tipe lain

Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas kelainan

hormone, diabetes karena obat atau zak kimia, kelainan reseptor

insulin, kelainan genetik.

d. Diabetes gestasional (diabetes kehamilan)

Intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan

kedalam NIDDM. Pada pertengahan kehamilan meningkatkan sekresi

hormon pertumbuhan dan hormone chorionic somatomamotropin

(HCS). Hormone ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan

glukosa ke fetus.

4. Etiologi

a. Diabetes Melitus tipe I


17

Diabetes Melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta

pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula

lingkungan (misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan

destruksi sel beta.

1) Faktor-faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,

tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke

arah terjadinya Diabetes Melitus tipe I. Kecendrungan genetik ini

ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human

leococyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen trasplantasi dan proses imun

lainnya.

2) Faktor-faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon

autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi

terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap

jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan

asing (Smeltzer Suzanne C, 2001).

3) Virus dan bakteri

Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human

coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel

beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa

juga, virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang


18

menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes Melitus

akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli

kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.

4) Bahan toksik atau beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara

langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin

(produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal

dari singkong (Maulana Mirza, 2009).

b. Diabetes Melitus tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.

Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya

resistensi insulin.

Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang

berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Menurut Hans

Tandra (2008), faktor-faktor ini adalah:

a. Ras atau Etnis

Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika,

Hispanik, dan orang Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih

besar terkena diabetes tipe II. Kebanyakan orang dari ras-ras tersebut

dulunya adalah pemburu dan petani dan biasanya kurus. Namun,

sekarang makanan lebih banyak dan gerak badannya makin

berkurang sehingga banyak mengalami obesitas sampai diabetes.


19

b. Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe II adalah mereka

yang kelewat gemuk. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh

dan otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral

atau perut (central obesity). Lemak ini akan memblokir kerja insulin

sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk

dalam peredaran darah.

c. Kurang Gerak Badan

Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang

terkena diabetes. Olahraga atau aktivitas fisik membantu kita untuk

mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi. Sel-

sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Peredaran darah

lebih baik. Dan resiko terjadinya diabetes tipe II akan turun sampai

50%.

d. Penyakit Lain

Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung

diikuti dengan tingginya kadar glukosa darah. Akibatnya, seseorang

juga bisa terkena diabetes. Penyakit-penyakit itu antara lain

hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh

darah perifer, atau infeksi kulit yang berlebihan.

e. Usia
20

Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan

bertambahnya usia, terutama di atas 40 tahun. Namun, belakangan

ini, dengan makin banyaknya anak yang mengalami obesitas, angka

kejadian diabetes tipe II pada anak dan remaja pun meningkat.

5. Patofisiologi

a. Diabetes melitus tipe 1

Pada diabetes melitus tipe 1 terdapat ketidaksinambungan pancreas

menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau pancreas.

Dengan tingginyaa konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan

muncul glukosuria (glukosa dalam urine) dan eskresi ini akan disertai

pengeluaran cairan dan elktrolit yang berlebihan (dieresis osmotik)

sehingga pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih

(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga menggangu metabolisme protein dan lemak

sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan

selera makan (polifagia).

b. Diabetes melitus tipe 2

Terdapat dua masalah utama pada diabetes mellitus tipe II yaitu

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

berikatan pada reseptor khusus pada permukaan sel tapi dalam hal ini

reseptor kurang meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja

glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga sel akan kekurangan

glukosa.
21

Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk

mengatasi resistensi insulin dan memecah terbentuknya glukosa dalam

darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin

yang disekresikan. Namun demikian sel-sel beta tidak mampu

mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi

diabetes mellitus tipe II.

6. Manifestasi klinis

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat

sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi

osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit

sehingga klien mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan

cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih

banyak minum.

c. Polifagia (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel

mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan

terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan

tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.


22

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi

glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian

tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan

lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang

ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga

klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol

fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat

penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan

katarak.

f. Kulit bermasalah

Kulit gatal dan kering bias menjadi tanda diabetes. Contoh lain

adalah acanthosis, yaitu penggelapan kulit di sekitar leher atau ketiak.

Orang yang memiliki kondisi ini sudah mengalami proses resistensi

insulin meskipun gula darah mereka mungkin tidak tinggi.

g. Infeksi jamur

Diabetes akan menurunkan sestem kekebalan tubuh secara

umum. Tubuh menjadi rentan terhadap berbagai infeksi, termasuk

infeksi paling umum seperti jamur. Jamur dan bakteri mampu

berkembang biak pesat di lingkungan yang kaya gula. Perempuan

khususnya perlu waspada terhadap infeksi camdida yang terjadi pada

keputihan.
23

h. Kesemutan

Kesemutan dan mati rasa ditangan dan kaki bersama dengan rasa

sakit terbakar atau bengkak merupakan tanda-tanda bahwa saraf sedang

rusak oleh diabetes. Jika dibiarkan kondisi ini dapat menyebabkan

neuropati (kerusakan jaringan) permanen.

7. Pemeriksaan penunjang dan diagnostik

Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah

seseorang menderita diabetes atau tidak.

a. Tes kadar gula dalam darah

Ukuran kadar gula dalam darah harus disesuaikan. Berikut ini

kadar gula dalam darah setelah puasa.

 Kadar gula darah normal adalah kurang dari 100 mg/dl.

 Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 100 sampai 126 mg/dl.

 Kadar gula darah orang yang menderita diabetes adalah lebih dari

126 mg/dl.

 Kadar gula dalam darah 2 jam setelah makan juga dapat

mengindikasi orang terkena diabetes atau tidak. Berikut ini ukuran

kadar gula darah setelah makan 2 jam yang lalu .

 Kadar gula darah normal adalah kurang dari 140 mg/dl.

 Kadar gula darah paradiabetes adalah antara 140 sampai 200 mg/dl.

 Kadar gula darah bagi penderita diabetes adalah lebih dari 200

mg/dl.

b. Tes darah
24

Tes darah dilakukan di laboratorium. Tes darah dilakukan saat

puasa dan setelah puasa. Sebelum melakukan tes, penderita harus

berpuasa selama 12 jam.

Kadar gula normal selama berpuasa adalah di bawah 100 mg/dl.

Setelah itu pengambilan darah akan dilakukan kembali 2 jam setelah

makan. bila hasilnya diatas 140 mg/dl dapat berarti anda menderita

diabetes.

c. Tes urine

Tes urine dilakukan di laboratorium. Urine atau air kencing

diperiksa kadar albumin, gula dan mikroalbuminuera. Pemeriksaan ini

untuk mengetahui apakah seseorang menderita penyakit diabetes atau

tidak.

8. penatalaksanaan

diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan

berbagai penyakit dan diperlukan kerja sama semua pihak ditingkat

pelayanan kesehatan untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai

usaha dan aakn diuraikan sebagai berikut :

a. Perencanaan Diet
25

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi

seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan

kecukupan gizi yang baik :

 Karbohidrat sebanyak 60-70%

 Protein sebanyak 10-15%

 Lemak sebanyak 20-25%

Untuk kepentingan klinis prakttis, penentuan jumlah kalori dipakai

rumus nroca yaitu berat badan ideal = (TB-100-10%). Sehingga

didaptkan :

 Berat badan kurang < 90% dari BB idaman.

 Berat badan normal 90-100% dari BB idaman.

 Berat badan lebih 110-120% dari BB idaman.

 Gemuk (obesitas) >120% dari BB idaman.

Jumlah kalori yang diperlukan dari BB idaman dikali berlebihan

kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB dan wanita kkal/kg BB,

kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30%) untuk

pekerja berat, koreksi atau status gizi (gemuk dikurangi dan kurus

ditambah) dan kalori untuk mengadapi stress akut sesuai dengan

kebutuhan.

b. Latihan jasmani
26

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)

selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan

kondisi penyakit.

Bekerja dengan otot dengan melakukan aktivitas fisik secara

teratur dapat meningkatkan sirkulasi dan kemampuan untuk

membangkitkan insulin dan menyerap glukosa. Hanya dengan berjalan

cepat setengah jam setiap hari mengurangi risiko terkena diabetes sebesar

30%. Menambahkan lebih banyak aktivitas fisik di siang hari dapat

mengurangi risiko diabetes.

Contoh aktivitas fisik bagi penderita diabetes melitus : olaraga

ringan dengan berjalan kaki biasa selama 30 menit dan oloraga sedang

dengan berjalan cepat selama 20 menit.

Dalam melakukan olaraga, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan :

 Kadar gula darah penderita saat melakukan olaraga harus berada

pada kisaran 100 sampai 300 mg/dl.

 Apabila lebih dari 300 mg/dl dikhawatirkan terjadi ketosis atau

kelebihan keton dalam jaringan.

 Penderita dengan kadar gula yang terlalu rendah juga dilarang

melakukan latihan.

 Jika kadar gula belum normal lalu melakukan olaraga bias berakibat

terjadi hipoglikemia.
27

 Penderita diabetes sebaiknya juga berbekal sedikit makanan atau

minuman yang manis-manis, boleh roti manis, permen dan teh

manis. Kalau kepala sudah mulai melayang, langsung saja makan

atau minum bekal itu secukupnya. Jika bila keringat dingin sudah

mulai keluar. Kepala melayang dan keringat dingin itu menunjukkan

gula darahnya sudah turun berlebihan.

 Pada cuaca sangat panas, penyerapan insulin banyak sekali berarti

gula darah lebih terserap lagi.

c. Penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologis bagi penderita

diabetes melitus.

1) Non farmakologis

Merupakan pengobatan penyakit diabetes melitus tanpa

menggunakan obat-obatan apapun. Cara pengobatan ini lebih

menekankan pada merubah pola hidup.

 Mengatur pola makan khusus untuk penderita diabetes melitus.

 Menurunkan berat badan yang berlebih.

 Tidak merokok dan minum minuman yang mengandung

alcohol.

 Berolaraga secara teratur.

Meskipun pengobatan non farmakologis terlihat mudah

untuk dilakukan, namun banyak sekali penderita diabetes melitus

yang gagal menggunakan pengobatan ini.

2) Farmakologis
28

Jika penderita diabetes melitus gagal menjalankan pengobatan

non farmakologis, maka dokter akan menyarankan mereka untuk

mulai menggunakan pengobatan farmologis. Pengobatan secara

farmakologis sangat berbeda dengan non farmakologis, pada

pengobatan farmakologis ini , penderita diabetes melitus disarankan

dokter untuk meminum berbagai macam jenis obat-obatan untuk

membantu menormalkan kadar gula darah seperti :

 Sulfonylurea

Berfungsi untuk merangsang sel beta pancreas untuk

memproduksi hormone insulin.

 Biguanid

Untuk meningkatkan kepekaan sel tubuh dalam menerima

glukosa dari hormone insulin.

 Acarbose

Membantu memperlambat proses perubahan karbohidrat

menjadi glukosa di dalam tubuh.

 Penyuntikan Insulin

Suntikan insulin adalah obat medis yang biasanya

disarankan untuk penderita diabetes melitus tipe 1. Obat ini

sangat dibutuhkan oleh penderita diabetes melitus tipe 1 karena

organ pancreas penderita diabetes tipe 1 sudah tidak dapat lagi

memproduksi hormone insulin.


29

Cara pemberian insulin ada beberapa macam yaitu intra

vena, intramuscular dan subkutan.

 Pemberian intra vena

Bekerja sanagt cepat yakni dalam 2 hingga 5 menit akan

terjadi penurunan glukosa darah.

 Pemberian intramuscular

Penyerapanya lebih cepat 2 kali lipat daripada subkutan.

 Pemberian subkutan

penyerapanya tergantung lokasi penyuntikan, pemijatan

ke dalam konsentrasi. Lokasi abdomen lebih cepat dari

paha maupun lengan. Jenis insulin human lebih cepat dari

insulin animal, insulin analog lebih cepat dari insulin

human.

9. Komplilasi

a. Akut

 Hypoglikemia (kadar gula darah rendah)

 Ketoasidosis diabetic (kurang insulin dalam tubuh)

b. Kronik

 Makroangiopati

Mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung,

pembuluh darah tepid an pembuluh darah otak.

 Mikroangiopati
30

Mengenai pembuluh darah kecil , retinopati diabetik dan nefropati

diabetik.

 Neuropati diabetic

Kerusakan saraf yang terjadi akibat penyakit diabetes.

B. Konsep dasar tentang tingkat pengetahuan

1. Pengetahuan

a. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

b. Pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang, dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata

perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

c. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan, yaitu :

1) Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


31

2) Memahami (comprehension)

Sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek

kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

antara lain:
32

 Umur

Bertambahnya umur maka bertambah pula pengalaman

yang dimiliki oleh seseorang sehingga pengetahuan yang

dimiliki juga akan bertambah. Namun, pertambahan umur

seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan pertambahan

pengetahuan, artinya tidak selalu dengan bertambahnya umur

seseorang, pengetahuannya juga ikut bertambah. Ketika

seseorang sudah memasuki usia lanjut yaitu lebih dari 60 tahun

menurut WHO dan 65 tahun menurut Depkes RI, maka sudah

terjadi berbagai penurunan fungsi dalam tubuh orang tersebut

termasuk produktivitas dan intelegensia sehingga secara tidak

langsung pengetahuan orang tersebut juga akan menurun.

 Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung

maupun tidak langsung.

 Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin

mudah orang tersebut menerima informasi, sehingga semakin

banyak juga pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan

yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.


33

 Informasi

Apabila seseorang benyak memperoleh informasi maka ia

cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas

(Notoadmodjo, 2010).

 Minat

Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan

cenderung merasa senang bila berkecimpung di dalam obyek

tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan perhatian

yang besar terhadap obyek. Perhatian yang diberikan tersebut

dapat diwujudkan dengan rasa ingin tahu dan mempelajari

obyek tersebut.

 Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulangi kembali pengetahuan yang diperoleh memecahkan

masalah yang dihadapi masa lalu (Notoatmodjo, 2010).

 Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Cara memperoleh pengetahuan :


34

a) Cara memperoleh kebenaran nonilmiah

 Cara Coba Salah (Trial and Error)

Metode ini telah digunakan oleh orang dalam waktu yang

cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan

sampai sekarang metode ini masih sering digunakan,

terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui

suatu cara tertentu dalam memecahkan suatu masalah yang

dihadapi.

 Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi

karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah

satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers

pada tahun 1926.

 Otoritas atau kekuasaan

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak

sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan

oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan

tersebut baik atau tidak. Kebiasaan seperti ini tidak hanya

terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga

terjadi pada masyarakat modern. Para pemegang otoritas,

baik pemerintah, tokoh agama, maupuan ahli ilmu

pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang

sama di dalam penemuan pengetahuan.


35

 Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh

sebelumnya dalam memecahkan suatu permasalahan yang

dihadapi di masa lalu.

 Cara akal sehat

Akal sehat atau common sense terkadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Terdapat metode seperti

pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment)

yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan

anak dalam konteks pendidikan.

 Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan, cara

berpikir seseorang pun ikut berkembang, dimana seseorang

telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuan.

b) Cara memperoleh secara ilmiah

Sebuah cara baru atau modern dalam memperoleh

pengetahuan yang lebih sistematis, logis, dan ilmiah, disebut

metode penelitian ilmiah atau lebih dikenal dengan istilah

metodologi penelitian (research methodology). Dalam

memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan


36

observasi langsung, dan membuat catatan terhadap semua fakta

sehubungan dengan objek yang diteliti. Pencatatan yang

dilakukan mencakup tiga hal pokok, yaitu:

 Segala sesuatu yang positif, yaitu gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan

 Segala sesuatu yang negatif, yaitu gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan

 Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-

gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

C. Konsep dasar tentang mengontrol gula darah

1. Diabetes melitus

adalah suatu penyakit atau gangguan metabolism kronis dengan

multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai

dengan gangguan metabolism karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat

dari insufisiensi fungsi insulin (WHO).

2. Kadar gulah darah

adalah kadar gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari

karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot

rangka. Kadar gula darah tersebut merupakan sumber energi utama bagi

sel tubuh di otot dan jaringan.Tanda seseorang mengalami DM apabila

kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula

darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl.


37

Dari beberapa rekomendasi terapi menyatakan bahwa penurunan

kadar gula darah secara baik dan tepat mendekati nilai normal dpat

menurunkan komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular. American

diabetes association (ADA) merekomendasikan nilai HbA1c < 7% dalam

pencapaian control glikemik yang baik dan penurunan kadar HbA1c akan

lebih besar pengaruhnya terhadap risiko terjadinya komplikasi (PERKENI

2010).

HbA1c yang lebih dikenal dengan hemoglobin glikat adalah salah

satu fraksi hemoglobin didalam tubuh manusia yang berikatan dengan

glukosa secara enzimatik. Hal ini dapat dimengerti jika kadar glukosa yang

berlebihan akan selalu terikat didalam hemoglobin, jika dengan kadar yang

tinggi.

Standar pemeriksaan kadar gula darah di pelayanan kesehatan

idealnya dilakukan minimal tiga bulan sekali setelah kunjungan pertama,

yang meliputi pemeriksaan kadar gula darah puasa, kadar gula darah 2 jam

setelah makan, dan pemeriksaan HbA1C. Untuk pemeriksaan kadar gula

darah sewaktu idealnya dilakukan sebanyak empat kali sehari setiap

sebelum makan dan sebelum tidur dan dapat dilakukan di rumah.

Konsentrasi glukosa darah harus dipertahankan pada kadar normal.

Konsentrasi glukosa darah juga perlu dijaga agar tidak meningkat terlalu

tinggi karena empat alas an berikut :


38

 Glukosa dapat meninbulkan sejumlah besar tekanan osmotic dalam

cairan ekstrasel dan bila konsentrasi glukosa meningkat berlebih

akan dapat mengakibatkan timbulnya dehidrasi sel.

 Tingginya konsentrasi glukosa darah menyebabkan keluarnya

glukosa dalam air seni.

 Hilangnya glukosa melalui urine juga menimbulkan diuresis osmotok

oleh ginjal yang dapat mengurangi jumlah cairan tubuh dan

elektrolit.

3. Hubungan gula darah dengan insulin

Dalam melakukan fungsinya, kadar gula darah membutuhkan

insulin yang dikeluarkan oleh sel-sel beta dalam pankreas. Insulin

berfungsi dalam mengendalikan kadar gula darah dengan cara mengatur

dan penyimpanannya. Pada saat tubuh dalam keadaan puasa, pankreas

mengeluarkan insulin dan glukagon (hormon pankreas) secara bersama-

sama untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal.Kadar gula

tidak boleh lebih tinggi dari 180 mg/dl dan tidak lebih rendah dari 60

mg/dl sehingga tubuh mempunyai mekanisme dalam mengaturnya agar

selalu konstan. Kompensasi yang dilakukan tubuh dalam menurunkan

kadar gula darah adalah dengan:

a) Menaikkan produksi insulin

b) Mengeluarkan gula melalui urin

c) Menghilangkan dalam proses pembakaran

d) Menyimpan dalam jaringan


39

4. Strategi pengendalian gula darah

a) Diet

Salah tujuan utama terapi diet pada pasien DM adalah menghindari

kenaikan kadar gula darah yang tajam dan cepat setelah makan. Diet

untuk pasien DM adalah menu yang sehat dan seimbang (healthy and

balance diet) yang mempunyai komposisi karbohidrat, lemak, dan

proteinnya dalam jumlah yang sesuai dengan keadaan pasien. Diet

digunakan untuk melihat keberhasilan pengendalian kadar gula darah

agar komplikasi penyakit DM tidak terjadi atau memudahkan

penyembuhan bagi komplikasi yang sudah ada. Pada pasien DM tipe 1,

mengkonsumsi makanan banyak atau sedikit harus diikuti dengan

suntikan insulin karena organ pankreas sudah tidak dapat bekerja

kembali. Sementara pada pasien DM tipe 2 yang pada umumnya

mengalami obesitas, diet tidak hanya berguna untuk mengatur gula

darah tetapi juga untuk menurunkan lemak.

b) Olaraga

Olahraga adalah bagian penting dalam program pengobatan

penyakit DM. Olahraga dapat menurunkan kadar gula darah dengan

meningkatkan pengembalian gula darah oleh otot dan memperbaiki

pemakaian insulin.Selain itu olahraga dapat mengubah kadar lemak

darah dengan meningkatkan kadar HDL kolesterol dan menurunkan

kadar kolesterol total serta trigliserida. Olahraga yang rutin dan benar

sangat membantu dalam menormalkan gula darah dan mencegah


40

komplikasi akibat DM. Olahraga ini berupa aktivitas fisik seperti:

senam, jogging, berjalan, atau berenang. Penggunaan sepatu olahraga

dengan bahan yang halus juga perlu diperhatikan agar tidak melukai

kaki.

c) Menjaga berat badan

Obesitas merupakan faktor resiko yang paling penting untuk

diperhatikan oleh pasien DM. Semakin banyak jaringan lemak maka

jaringan tubuh dan otot akan semakin resisten terhadap kerja insulin

(insulin resistance). Jaringan lemak dapat memblokir kerja insulin

sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk

dalam peredaran darah.

d) Obat

Apabila diet dan olahraga teratur sudah dilakukan namun

pengendalian kadar gula darah belum tercapai maka dilakukan

pemberian obat diabetes yang sesuai. Obat diabetes diberikan untuk

membantu insulin agar bekerja lebih keras. Pada DM tipe 1, pasien

mutlak membutuhkan insulin karena pankreas sudah tidak dapat

memproduksi hormon insulin untuk mengatasi kadar gula yang tinggi.

Sementara pada DM tipe 2, pasien perlu mengkonsumsi obat diabetes

secara oral dan perlu tambahan kombinasi insulin. Macam-macam obat

diabetes yaitu: Sulfonilurea, Biguanida, Meglitinida, Inhibitor Alfa-

Glukosidase, Tiazolidinedion, Pramlintide Asetat, dan Exenatide.


41

e) Pemeriksaan gula darah

Pemeriksaan gula darah adalah suatu pengukuran langsung

terhadap keadaan pengendalian kadar gula darah pasien pada waktu

tertentu saat dilakukan pengujian. Pemeriksaan gula darah baiknya

dilakukan secara teratur pada pasien diabetes melitus. Hal ini penting

dilakukan agar kadar gula darah dapat terkendali. Saat dilakukan

pemeriksaan, sebaiknya jangan dilakukan ketika sedang sakit atau stres

karena kondisi tersebut dapat menyebabkan peningkatkan kadar gula

darah secara berlebihan.Selain itu, hindari juga olahraga berat sehari

sebelumnya karena dapat menurunkan angka pengukuran kadar gula

akibat proses pembakaran glukosa untuk energi


42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan

menggunakan desain penelitian cross sectional artinya peneliti melakukan

proses pengambilan data dalam satu kali pengamatan, dimana akan dilakukan

pengambilan data kuesioner yang akan dibagikan kepada pasien diabetes

melitus untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

mengontrol kadar gula darah pada saat yang bersamaan (sastroakmoro, 2012).

B. Kerangka konsep penelitian

Variabl Independen Variabl Dependen

Tahu

Tingkat Pengetahuan Memahami


Menontrol

Aplikasi Kadar Gula Darah

g
Analisis

Sintesis

Evaluasi
Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian

Keterangan :

Variabe independen (variable bebas)

Variabel dependen ( variabel terikat)


43

C. Definisi operasional

1. Tingkat pengetahuan

a. Tingakt pengetahuan

hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu.

b. Tahu

mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

c. Memahami

Sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar.

d. Aplikasi

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi yang sebenarnya.

e. Analisis

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek kedalam

komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.


44

f. Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

g. Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

h. Alat ukur

1) Jika jawaban benar : 3-4

2) Jika jawaban salah : 1-2

i. Kategori

1) Baik : bila jawaban benar adalah (37-44)

2) Cukup : bila rentang jawaban benar adalah (29-36)

3) Kurang : bila rentang jawaban benar adalah (21-28)

2. Mengontrol kadar gula darah

a. Definisi : pasien diabetes melitus untuk mengontrol kadar gula darah

b. Cara ukur

Metode angket dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar

pertanyaan yang berupa formulir-formulir diajukan secara tertulis

kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan

tanggapan,informasi,jawaban.

c. Alat ukur

1) Jika jawaban benar : 3-4


2) Jika jawaban salah : 1-2
45

Perhitungan sampel data nominal simple random sampling yaitu

sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi (madiyono dan

sastroasmoro 2012).

Dari jumlah populasi yang ada di puskesmas Baraka kabupaten

enrekang yaitu kunjungan periode bulan September-Oktober 2017 yang

berjumlah 110 0rang, maka penulis mengambil sample sebanyak 30

responden dengan criteria inklusi.

D. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di puskesmas Baraka kabupaten enrekang .

2. Waktu penelitian

Pelaksanaan penelitian studi kasus tingkat pengetahuan pasien

diabetes melitus dalam mengontrol kadar gula darah dilaksanakan pada

tanggal 20 september- 06 oktober 2017.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan tujuan

penalaksanaan peneliti kepada calon responden dan yang bersedia

berpartisipasi dimint untuk menandatangani lembar persetujuam. Responden

yang bersedia diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya

apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Responden yang tidak mampu

mengisi sendiri dibantu oleh peneliti dengan cara membacakan kuesioner.

Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis oleh peneliti.


46

F. Pengolahan dan analisis data

1. Editing

Dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data, apabila data

belum lengkap atau terdapat kesalahan, maka data akan dilengkapi

kembali dengan penyebaran kuesioner kembali kepada responden, bila

tidak memungkinkan maka angket tersebut dikeluarkan.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya

kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan

program computer.

3. Entry data

Data yang telah dibersihkannkemudian dimasukkan ke dalam program

computer yang.

4. Cleaning data

Data-data yang telah dientri diperiksa kembali untuk menghindari

terjadinya kesalahan dalam pemasukkan data.

5. Saving

Data-data yang telah melewati tahapan yang diatas akan disimpan untuk

keperluan analisis data selanjutnya.

G. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat rekomendasi dari

institusinya atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada


47

institusinya/lembaga tempat peneliti, setelah mendapat persetujuan barulah

melakukan penelitian dengan menekankan etika yang meliputi :

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti.

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan

dilakukan serta dampak yang mungkin akan terjadi selama dan sesudah

pengumpulan data. Jika calon responden bersedia untuk diteliti, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Bila calon

responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak boleh memaksa dan

tetap menghormati hak-haknya.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Kerahasiaan identitas responden harus dijaga. Oleh karena itu

peneliti tidak boleh mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data (observasi). Peneliti cukup memberi nomor kode pada

masing-masing lembar tersebut.

3. Kerahasian (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti karena

hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan

sebagai hasil riset.


48

DAFTAR PUSTAKA

Alvian.C,2011.Diabetes Melitus,Harrison internal Medicine 17th Edition.

American Diabetes Association,2012.Nutrition Http://Www.Diabetes.Org/Food

Nutrition Lifestyle/Nutrition,Jps.

Ari Kunto,2010.Penelitian Deskriftif,Prosedur Penelitian Kesehatan.

Iwan S,2010.Askep Klien Dengan Gangguan System Endokrin:Diabetes

Melitus,Available From:Http:/Ahmadyozi.Blogspot.Com/2010/01/Askep-

Klien-Dengan-Gangguan-Sistem,Html.

Notoatmodjo,Soekidjo,2011. Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka

Cipta.

Notoatmodjo,Soekidjo,2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka

Cipta.

Reno Gustaviani,2013.Diagnosis Dan Klasifikasi Diabetes Melitus,Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam,Jilid III.Edisi IV:Jakarta.

Schteingrat, D.S.,2010. Metabolisme Glukosa Dan Diabetes

Melitus.Dalam:Price,S.A.,ed.Patofisiologi,Konsep Klinis, Dan Proses

Penyakit.Edisi Ke-5,Jakarta:EGC

Guyton, 1987, fisiologi manusia dan mekanisme penyakit,EGC,Jakarta.


49

Anda mungkin juga menyukai