Anda di halaman 1dari 2

Kanker Anak : Mereka Butuh Keyakinan

Akan Masa Depan


Ditulis oleh : Ridwansyah Yusuf Achmad

Kanker pada anak-anak yang kini semakin bertambah jumlah penderitanya di Indonesia menjadi suatu
fenomena tersendiri. Diperkirakan jumlah penderita kanker anak bertambah sejumlah 4000 pasien
setiap tahunnya. Jumlah pasien kini tidak lagi sedikit, dengan spektrum pasien yang juga semakin luas
baik dari segi ekonomi, dimana ada yang berasal dari keluarga miskin maupun yang berasal dari keluarga
yang berkemampuan ekonomi lebih, maupun dari segi lainnya.

Seperti pada umumnya seorang pasien, penderita kanker anak bisa dikatakan mengerti penyakit apa
yang diderita olehnya, dan mengerti bahwa penyakit yang diderita merupakan penyakit yang tak mudah
untuk disembuhkan. Kita tidak bisa memandang sebelah mata para pasien kecil ini, mereka juga
mengerti konsekuensi apa yang akan mereka hadapi, keluarga mereka hadapi dengan divonisnya
penyakit kanker pada diri mereka. Hanya memang, pasien kecil ini lebih memilih diam atau menangis
tanpa mengeluarkan kata-kata sebagai ekspresi akan kekhawatirannya terhadap penyakit yang
dideritanya.

Tak ketinggalan orang tua pasien yang juga pasti khawatir akan anaknya, terlepas kekhawatiran akan
protokol pengobatan yang akan dihadapi dan besarnya biaya yang akan ditanggung untuk pengobatan.
Orang Tua Pasien punya kekhawatiran lain seperti dampak kemoterapi terhadap kecerdasan anak,
dampak langsung kemoterapi yang tampak seperti rambut rontok, atau kekhawatiran apakah anak
mereka bisa sehat dan menjadi anak normal dikemudian hari.

Kekhawatiran ini tentu bukan hal yang aneh, karena memang ini merupakan kewajaran psikologis bagi
pasien dan orang tua pasien yang sedang mengalami kebingungan. Sehingga, tanpa disadari,sembari
menjalani pengobatan, orang tua pasien membentuk suatu komunitas informal para orang tua pasien
penderita kanker anak di tempat mereka melakukan pengobatan. Biasanya mereka saling berdiskusi
tentang sebab kanker, kebiasaan yang bisa menyebabkan kanker, makanan yang baik saat kemoterapi
hingga masalah pembagian perhatian dengan anggota keluarga yang lain.

Akan tetapi, sebetulnya pasien dan orang tua pasien tidak hanya butuh sekedar informasi mengenai
makanan sehat, atau kisah sendu tentang pasien kanker anak yang telah meninggal. Akan tetapi, mereka
membutuhkan suatu harapan akan masa depan pasien penderita kanker. Kebanyakan dari mereka tidak
mempunyai contoh figur cancer survivor yang juga menderita kanker di masa kecil dan saat ini mereka
sudah dewasa dan tumbuh normal. Pada dasarnya mereka membutuhkan itu, sosok yang mungkin bisa
memberikan bayangan dan harapan besar akan pasien pasca-pengobatan.
Peran cancer survivor disini menjadi suatu hal yang sangat penting. Karena mereka bisa memberikan
gambaran bagaimana lika-liku kemoterapi, rasanya ketinggalan kelas sekolah karena harus mengikuti
pengobatan, menceritakan perjuangan mereka menahan sakit saat proses bone marrow, atau kisah
menahan keinginan untuk bersenang-senang akibar pengobatan. Dimana hal-hal ini tidak bisa
disampaikan oleh dokter sekalipun. Karena hanya para cancer survivor lah yang paling memahami
rasanya menjadi pasien kanker. Disisi lain cancer survivor bisa memberikan sentuhan lebih terpercaya
kepada para pasien khususnya, karena mereka sangat memahami dan merasakan betul bagaimana
rasanya menjadi penderita kanker, dan biasanya pendekatan personal yang diberikan bisa dipercaya
oleh pasien.

Selain itu, peran terpenting dari seorang cancer survivor adalah memberikan harapan kepada para
pasien dan orang tua pasien bahwa jika mereka bisa sehat seperti sediakala dan tidak terganggu apapun
pasca-kemoterapi. Disinilah peran cancer survivor untuk memberikan inspirasi dan semangat hidup bagi
para pasien dan orang tua pasien bahwa dengan bersabar menjalani pengobatan, dan bekerja keras
untuk berusaha sembuh dan terus yakin bahwa kesembuhan itu pasti datang, maka kesembuhan total
akan terwujud.

Bisa dikatakan peran cancer survivor adalah satu komponen dalam proses penyembuhan selain dokter,
suster, rumah sakit, psikolog, dan kemoterapi itu sendiri. Cancer survivor sejatinya bisa terus
mendampingi pasien dan orang tua pasien agar mereka bisa bertanya tentang banyak hal selama
pengobatan, dan agar mereka juga menyiapkan diri pasca-pengobatan agar pasien bisa beraktifitas
seperti sedia kala.

Peran besar ini harus disambut positif oleh para cancer survivor di Indonesia, tidak boleh para cancer
survivor menutup diri setelah lepas dari kemoterapi, akan tetapi menjadi tanggung jawab moral bagi
para cancer survivor untuk memberikan sebagian waktunya dalam rangka membantu pengobatan
kanker anak dari sisi psikologis yakni dengan memberikan harapan yang positif bahwa pasien kanker
bisa disembuhkan dan akan menjadi manusia yang normal di masa yang akan datang.

Kami hanya ingin mengatakan “AKU SEKUAT KAMU !!!”

Anda mungkin juga menyukai