Anda di halaman 1dari 14

Kapata Arkeologi, 13(1), 95-108

ISSN (cetak): 1858-4101


ISSN (elektronik): 2503-0876
http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id

EKSPANSI KEKUASAAN ISLAM KESULTANAN TERNATE


DI PESISIR TIMUR HALMAHERA UTARA

The Expansion of Islamic Power of Ternate Sultanate


in the East Coastal of North Halmahera

Wuri Handoko
Balai Arkeologi Maluku - Indonesia
Jl. Namalatu-Latuhalat Ambon 97118
wuri_balarambon@yahoo.com

Naskah diterima: 04/03/2017; direvisi: 22/03 - 04/06/2017; disetujui: 05/06/2017


Publikasi ejurnal: 25/07/2017

Abstract
North Halmahera is an expansion area of Ternate Sultanate, a Muslim state in eastern
Indonesia. This study focuses on archaeological evidence to explain the process and
development of the influence of Islamic Ternate Sultanate in that region. Through
archaeological surveys, literature studies and interviews, gathered evidence on the influence
of Islam in the region, especially its relation to the political power and economic factor of
the Ternate Sultanate, as the center of Islamic power in North Maluku. The result shows that
the east coast of North Halmahera, including Tobelo, Galela and Kao, is an expansion area
of Ternate's Islamic rule that developed since the 16th century AD, even the evidence of the
region under Ternate's rule can still be found today.

Keywords: expansion, Islam, archeology, history, Ternate, North Halmahera

Abstrak
Halmahera Utara merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate, sebuah kerajaan Islam
di Indonesia bagian timur. Kajian ini menitikberatkan pada bukti-bukti arkeologis untuk
menjelaskan proses dan perkembangan pengaruh Islam Kesultanan Ternate di wilayah
tersebut. Melalui survei arkeologi, studi literatur dan wawancara, dikumpulkan bukti-bukti
tentang pengaruh Islam di wilayah tersebut, terutama hubungannya dengan faktor politik
kekuasaan dan ekonomi Kesultanan Ternate, sebagai pusat kekuasaan Islam di Maluku Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah pesisir timur Halmahera Utara, meliputi
Tobelo, Galela dan Kao, merupakan wilayah ekspansi kekuasaan Islam Ternate yang
berkembang sejak abad 16 M, bahkan bukti-bukti wilayah tersebut dibawah kekuasaan
Ternate masih dapat dijumpai hingga sekarang.

Kata kunci: ekspansi, Islam, arkeologi, sejarah, Ternate, Halmahera Utara

PENDAHULUAN tentang Islam, sejauh ini dalam berbagai


Wilayah Maluku Utara, diwakili oleh literatur, Kesutanan Ternate tampil menjadi
Ternate dan Tidore dikenal sebagai pusat penguasa Islam yang paling dominan di Maluku
penghasil cengkeh, sebuah hasil dari Utara, yang kekuasaannya menyebar di berbagai
pengembangan cengkeh yang berjalan cepat wilayah pulau-pulau sekitarnya, bahkan hingga
pada akhir abad XV dan XVI. Selain itu Ternate ke wilayah bagian selatan Kepulauan Maluku,
dan Tidore juga dikenal sebagai pusatnya yang saat ini termasuk dalam wilayah
Maluku, bahkan menurut Andaya (2015) di luar administratif Provinsi Maluku antara lain
wilayah Ternate dan Tidore disebutnya sebagai meliputi Pulau Seram, Buru, Ambon, Lease dan
dunia pinggiran Maluku (Andaya, 2015:95). wilayah-wilayah lainnya (Putuhena, 2001: 62-
Demikian pula, dalam konteks penulisan sejarah
95
doi: 10.24832/kapata.v13i1.396
© 2017 Kapata Arkeologi – Balai Arkeologi Maluku. Bebas akses di bawah lisensi CC BY-NC-SA.
Nomor Akreditasi: (LIPI) 678/Akred/P2MI-LIPI/07/2015.
66; Leirissa, 2001: 8). Kesultanan Ternate Islam, dan berbagai bentuk dinamikanya di
menjadi pusat kekusaan Islam yang bertahan wilayah-wilayah yang secara geopolitik
hingga sekarang. dianggap strategis maupun wilayah yang
Meskipun Kesultanan Ternate, sebagai dianggap jauh secara geopolitik dan sosial
wilayah pusat peradaban dan kekuasaan Islam, ekonomi dari pusat kekuasaan dan zona
namun menyangkut proses perkembangan dan perdagangan Islam, di wilayah Maluku Utara.
penyebaran pengaruh Islam ke daerah lainnya, Secara geopolitik, dalam catatan sejarah
merupakan kajian yang kompleks. Hal ini karena yang ada, wilayah-wilayah penelitian ini
perluasan kekuasaan Islam dari Kesultanan beberapa diantaranya dianggap tidak cukup
Ternate, dilakukan dalam mobilitas tinggi, dan siginifikan berpengaruh terhadap perkembangan
bersaing pengaruh dengan pihak kolonial. sosial, ekonomi dan politik masa pengaruh
Persaingan pengaruh kekuasaan dari Kesultanan Islam. Wilayah-wilayah di Halmahera Utara,
Ternate dengan pihak kolonial, terutama dalam seperti Tobelo, Galela, Moro dan Kao serta
perebutan geopolitik dan geoekonomi, Loloda memiliki hubungan histroris dengan
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya Ternate, baik politik maupun ekonomi (Amal,
budaya Islam, sekaligus menjadi pemicu atas 2010: 212-215; Naping, 2013: 82-91; Willard,
faktor perbedaan karakteristik budaya Islam Hana, & Alwi, Des, 1996: 84-89). Meski
antara Kesultanan Ternate dengan wilayah demikian, berdasarkan bukti-bukti arkeologi
lainnya (Handoko, 2008: 3-5, 11; Handoko, yang ditemukan, menunjukkan bahwa wilayah-
2009: 19). wilayah itu memiliki peran penting dalam proses
Dalam konteks penulisan ini, wilayah penyebaran kekuasaan Kesultanan Ternate.
Halmahera Utara, dari studi historiografi, Berbagai penulisan sejarah Islam di
merupakan salah satu wilayah pengaruh Islam wilayah Kepulauan Maluku, diantaranya
Kesultanan Ternate. Adanya bukti-bukti meliputi kajian tentang proses penyebaran Islam,
pengaruh budaya, adopsi dan konversi Islam daerah asal penyebar, proses penerimaan hingga
masyarakat dan bukti-bukti ekspansi kekuasaan perkembangannya, dan secara keseluruhannya

Gambar 1. Peta keletakan situs-situs di pesisir timur Halmahera Utara


(Sumber: Tim Penelitian, 2014)

96
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 95-108
itu selalu dihubungkan dengan Kesultanan kaitannya dengan sejarah kerajaan Islam di
Ternate, sebagai daerah pusat peradaban Islam. Maluku Utara juga masih sangat terbatas.
Meski demikian, hingga saat ini, teori tentang Kesultanan Ternate yang berkedudukan di
jalur Islamisasi di Kepulauan Maluku (Provinsi Pulau Ternate, dengan wilayah geografis yang
Maluku dan Maluku Utara) masih terus dikaji. kecil itu mampu menjadi penguasa Islam di
Beberapa pendapat yang mengemukakan teori wilayah Kepulauan Maluku. Kesultanan
masuknya Islam di wilayah ini diantaranya oleh Ternate, adalah satu dari empat kerajaan besar
Mailoa (1977), bahwa Islam berkembang di yang berkembang menjadi kesultanan Islam,
Maluku Utara diduga berasal dari Malaka, bahkan menjadi kesultanan yang memimpin
Kalimantan, atau Jawa. Prodjokusumo (1991), empat aliansi kekuasaan Islam lainnya yakni
mengemukakan bahwa Banjar dan Giri atau Kesultanan Tidore, Bacan dan Jilolo. Isu penting
Gresik cukup besar pengaruhnya dalam dari penelitian ini adalah tentang faktor
sosialisasi Islam di Maluku Utara, sebelum penguasaan wilayah yang kaya sumberdaya,
terjadi arus balik, yakni penyebaran Islam dari merupakan aspek yang sangat penting dan
Maluku ke arah barat yakni Buton dan daerah menentukan sehingga Kesultanan Ternate dapat
lain di Sulawesi Selatan (Mailoa dan berkembang dan bertahan menjadi pusat
Prodjokusumo dalam (Ambary, 1998: 153). kekuasaan Islam di Kepulauan Maluku.
Meski demikian, penting dicatat, Islam dianggap Berdasarkan hal tersebut, rumusan
masuk ke wilayah Maluku pada sekitar abad 14, masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan
seperti yang terkandung dalam tradisi lisan yang sebagai berikut: pertama, bagaimana jejak
menyebutkan Raja Ternate XII akrab dengan arkeologi dan sejarah perkembangan Islam di
pedagang Islam (Ambary, 1996: 6). wilayah Halmahera Utara? Kedua, bagaimana
Berdasarkan hal tersebut, Ambary faktor yang melatarbelakangi Kesultanan
mengemukakan kemungkinan lain bahwa Islam Ternate, meluaskan pengaruh kekuasaan dan
masuk melalui jalan Cina Selatan dan tidak mengembangkan Islam di wilayah Halmahera
melalui Selat Malaka. Pada abad 15, Ternate Utara?
merupakan pusat kekuatan utama penghasil Tujuan penelitian ini dalam kerangka
rempah-rempah. Diantara kerajaan besar akademis mengacu pada tiga paradigma
lainnya, seperti Kesultanan Tidore, Jailolo dan arkeologi yakni rekonstruksi sejarah
Bacan,Ternate menjadi pusat untuk memimpin kebudayaan, rekonstruksi tingkah laku manusia
aliansi empat kerjaan tersebut (Ambary, 1998: masa lampau dan di wilayah proses
153-154). Selain itu pengaruh Islam yang penggambaran budaya. Berdasarkan
langsung dari negara asal penyebar Islam juga permasalahan penelitian, maka penelitian ini
terdapat bukti-bukti yang kuat, seperti bertujuan untuk: pertama, menjelaskan
berkembangnya koloni-koloni Arab di Ternate. perkembangan Islam wilayah-wilayah pengaruh
Komponen kota Ternate, menempatkan Kesultanan Ternate. Dalam kerangka
kampung-kampung Arab dalam tata ruang kota rekonstruksi sejarah kebudayaan, maka tujuan
yang bertahan hingga sekarang, disamping peran ini meliputi pada penjelasan tentang
penyebar Islam dari komunitas Melayu dan Jawa perkembangan awal Islam dan perkembangan
(Handoko, 2015: 129-130). agenda Islamisasi itu sendiri berdasarkan data
Penelitian ini adalah untuk menelusuri arkeologi yang ditemukan maupun berdasakan
pengaruh dan perkembangan Islam dari analogi data sejarah. Kedua, Menjelaskan
Kesultanan Ternate di wilayah Halmahera Utara, dinamika Islam hidup dan dianut masyarakat,
berdasarkan bukti-bukti arkeologi. Tema tentang prosespenyebaran Islam dan
tersebut diangkat dalam penelitian ini, karena karakteristisk Islam yang berkembang di
penelitian arkeologi sejarah, terutama berkaitan masyarakat pada masa lampau. Penjelasan ini
dengan Islam di wilayah pesisir timur mencakup pula tentang kemungkinan adanya
Halmahera Utara, masih minim. Sejauh ini model pendekatan konversi Islam masyarakat
penelitian arkeologi di wilayah ini fokus pada baik melalui kelembagaan raja atau sultan,
tema prasejarah yang beberapa diantaranya maupun pendekatan secara individual, latar
terutama di lakukan oleh peneliti asing. Selain politik yang berkembang dan motivasi ekonomi
itu, bahkan penelitian sejarah Halmahera Utara yang mempengaruhi proses penyebaran Islam di
wilayah penelitian pada masa lampau.

97
Ekspansi Kekuasaan Islam Kesultanan Ternate di Pesisir Timur
Halmahera Utara, Wuri Handoko
Islamisasi adalah tentang bagaimana mengontrol perdagangan dan politik (Johns
Islam datang, kemudian diterima dan 1995; Reid 1995; Ricklefs 1979; Lape 2000c:
dipraktekkan oleh pemimpin politik dan 145).
sejumlah besar pengikut mereka. Mereka Dalam sejarah Islam di wilayah
membangun bukti kronologi dan konteks budaya Kepulauan Maluku, terdapat empat kerajaan
masyarakat yang banyak dipercaya oleh para besar yang disebut Moluko Kie Raha (Ternate,
sarjana tentang adanya ide-ide yang dibawa Tidore, Bacan, dan Jalilolo) sebagai pusat-pusat
Islam ke wilayah Asia Tenggara. Dua kekuasaan dan peradaban Islam. Wilayah-
pendekatan teoretis tentang model konversi wilayah ini kemudian memperlebar daerah
menjadi dasar panduan. Satu mengusulkan top- kekuasaan dengan melakukan ekspansi ke
down konversi, ketika para pemimpin politik wilayah lainnya. Pada banyak kasus, ekspansi
mendorong konversi skala besar dari pengikut kekuasaan dibarengi pula dengan perluasan
mereka, sedangkan yang lainnya mengusulkan jaringan perdagangan. Oleh karenanya wilayah-
bahwa Islamisasi adalah proses bottom-up wilayah ekspansi kekuasaan Islam, merupakan
konversi, yakni pemimpin politik melakukan juga daerah perluasan zona perdagangan
konversi hanya jika cukup banyak rakyat mereka kerajaan-kerajaan Islam.
sudah Muslim. Dalam kerangka ini, telah terjadi
perdebatan tentang peran politik Islam dan METODE
pendekatan sufi yang dianggap mudah diterima Lokasi penelitian berada di wilayah-
masyarakat dan lebih adaptif dengan sistem wilayah yang dianggap sebagai wilayah
kepercayaan masyarakat Asia Tenggara yang kekuasaan Ternate, di daratan Pulau Halmahera
ada sebelum mengenal Islam (Reid 1995: 333; dan pulau-pulau di sekitar wilayah Ternate.
Lape: 2000c: 830). Islamisasi tampaknya telah Penentuan lokasi penelitian ini merujuk data
disertai peningkatan perdagangan maritim antara pustaka sebelumnya tentang wilayah-wilayah
Pulau Asia Tenggara dan dunia muslim barat. ekspansi kekuasaan Ternate diantaranya adalah
Peningkatan perdagangan ini dipicu oleh wilayah yang sekarang menjadi bagian
permintaan yang muncul untuk rempah-rempah administratif Kabupaten Halmahera Utara.
di Eropa abad pertengahan akhir dan penurunan Lokasi penelitian meliputi wilayah bekas
aktivitas pedagang Cina akibat politik internal Kerajaan Moro dan sekitarnya, meliputi
dan ketidakstabilan politik di sepanjang Jalur kecamatan Kao, Tobelo dan Galela. Selain itu
Sutra. Peluang pasar baru ini bertemu dengan lokasi penelitian dikembangkan dari hasil
pedagang maritim dari Timur Tengah dan Asia wawancara.
Selatan (Chaudhuri 1990; Glover 1990; Miksic Pengumpulan data melalui survei dan
et al. 1994 dalam Lape: 2000a: 48-55). observasi. Penelitian ini menggunakan metode
Penyebaran Islam, dalam berbagai sudut arkeologi (Willey dan Philips, 1958 dalam
pandang, dilihat pula sebagai faktor integrasi, Deetz, 1967:17) yang pada tingkat observasinya
yakni menyatukan kekuatan-kekuatan dalam dititikberatkan pada survei permukaan. Metode
satu formasi politik dan sosial untuk melawan survei permukaan dan observasi dilakukan di
hegemoni kolonial pada masa itu. Hal ini karena wilayah-wilayah dari kekuasaan Ternate di
antara pengaruh Islam dan kedatangan kolonial pesisir timur Halmahera Utara berdasarkan hasil
yang tidak terpaut jauh, mengakibatkan studi pustaka maupun wawancara.
persaingan tidak hanya melibatkan kekuasaan- Studi pustaka dengan mempelajari
kekuaasaan Islam, namun juga pihak kolonial. literatur tentang sejarah perkembangan wilayah
Bagi banyak orang Maluku, Islam memberikan Halmahera Utara. Selain itu juga dilakukan
kerangka ideologis penting untuk melawan wawancara terbuka dengan informan-infoman
pengaruh budaya dan kontrol politik Eropa dan kunci unuk mengetahui berbagai informasi
sebagai alat pemersatu dari entitas politik yang sejarah setempat, toponim-toponim kuno dan
berbeda (Andaya 1993; Reid, 1993 dalam Lape, sebagainya. Wawancara juga untuk menggali
2000c: 145). Islam adalah alat politik yang informasi tradisi lisan terkait dengan
digunakan oleh para pemimpin untuk perkembangan Islam di wilayah penelitian.
mengkonsolidasikan kekuasaan mereka dalam Analisis ragam dan sebaran data arkeologi dan
bentuk monarki yang sesuai dalam doktrin Islam interpretasi berdasarkan data arkeologi dan hasil
dan melemahkan lawan mereka dalam usaha catatan lapangan baik hasil wawancara,

98
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 95-108
deskripsi tentang kondisi sosial masyarakat, memberi petunjuk adanya pusat penyebaran
lingkungan dan vegetasi, serta kemungkinan Islam di wilayah Halmahera Utara, yang
adanya data-data sekunder yang penting seperti menempatkan peran sentral Kao dalam proses
peta kuno, naskah kuno dan sebagainya. ekspansi Islam oleh Ternate (Tim Penelitian,
2014: 71-72, Handoko et.al., 2016: 112).

Gambar 3. Susunan batu, bekas masjid tua di situs


desa Soakonora, di tepi danau Galela
(Sumber: Tim Penelitian, 2014)

Pada survei di wilayah Galela desa


Soakonora, ditemukan bukti-bukti atau indikasi
adanya bekas pemukiman di wilayah Danau
Galela. Meskipun masih sebatas survei awal
dengan jangkauan survei yang terbatas,
ditemukan jejak adanya pemukiman lama yang
mungkin hadir sejak masa Islam awal. Dalam
Gambar 2. Sebaran situs-situs arkeologi di kawasan tradisi tutur masyarakat dijelaskan bahwa
situs Kampung tua Kao Soakonora yang sekarang, merupakan
(Sumber: Tim Penelitian, 2014) pemukiman yang dibentuk oleh penganjur Islam
yang sekaligus merupakan utusan Sultan
HASIL DAN PEMBAHASAN Ternate, Jabir Syah. Dari hasil survei pada posisi
Bukti Arkeologi Ekspansi Kekuasaan Islam di pinggir danau sebelah timur, ditemukan
Ternate sebaran keramik.
Penelitian ini menjangkau di wilayah
pesisir timur Halmahera Utara. Survei antara lain
di wilayah kecamatan Galela, meliputi desa
Galela, Soa Konora dan Pune. Kemudian di
wilayah Kecamatan Tobelo, meliputi desa Ruko
dan Mamuya, serta di wilayah Kecamatan Kao,
yakni di Desa Kao. Dari keseluruhan survei,
ditemukan indikasi-indikasi arkeologi yang
potensial untuk menjelaskan perkembangan
budaya dan sejarah masyarakat setempat. Dalam
kerangka arkeologi Islam, hasil survei dapat
memberi petunjuk tentang proses Islamisasi dan
beberapa diantaranya secara faktual Gambar 4. Kompleks Makam Abdullah Geser atau
menunjukkan peran Ternate dalam proses Abdullah Joge bersama kerabat yang berada di
perluasan Islam di wilayah itu. Selain itu, tengah pemukiman di Desa Soakonora
tampaknya Situs Kao yang paling banyak (Sumber: Tim Penelitian, 2014)
ditemukan data arkeologi, kemungkinan

99
Ekspansi Kekuasaan Islam Kesultanan Ternate di Pesisir Timur
Halmahera Utara, Wuri Handoko
Meskipun sebaran keramik dari keramik yang cukup padat. Pada umumnya
pengamatan survei tidak begitu padat, namun keramik berasal dari Dinasti Ming (16-17) dan
cukup memberikan gambaran bahwa di wilayah Qing (18-19). Pada masa lampu hubungan niaga
tersebut difungsikan sebagai pemukiman. Selain antara Pune dan Galela, merupakan satu
itu keramik juga diperoleh dari koleksi kesatuan sebagai pusat niaga dan Islamisasi di
penduduk. Pada bagian sebelah selatan danau, Galela. Pune adalah salah satu desa yang
ditemukan adanya indikasi bekas bangunan, terdekat dengan Galela, atau berbatasan
berupa susunan batu yang diduga sebagai bagian langsung dengan Desa Galela. Dalam sejarah,
dari pondasi bangunan. Menurut informasi meskipun Pune kurang disebut, namun pada
masyarakat, struktur batu tersebut merupakan masa kesultanan, Pune dianggap sebagai salah
bekas pondasi masjid lama. Menurut tradisi satu kota penting di wilayah Galela, sebagai
setempat, Soa Konora, pada masa lampau wilayah niaga (Amal, 2010: 129). Dari hasil
terbentuk dari gabungan dua negeri yang disebut survei ditemukan sebaran keramik yang cukup
Kampung Suku Ici dan kampong Suku Hate padat, yang membuktikan bahwa daerah ini pada
(Tim Penelitian, 2014). masa lampau merupakan salah satu pelabuhan
penting pada masa ekspansi kekuasaan Ternate
di wilayah Galela khususnya dan pesisir
Halmahera Utara pada umumya.
Hasil survei di wilayah Soasiu, ibukota
Kecamatan Galela, ditemukan bekas masjid
kuno Soasiu, bekas pelabuhan lama, dan makam
kuno Kapitan Lahamajojo, seorang sangaji
(kapitang atau panglima perang) yang
diperintahkan di wilayah Galela. Pada lokasi
bekas masjid kuno sekarang, digunakan sebagai
bangunan untuk rumah pengajian, masih
terdapat bekas struktur pondasi, dan sumur tua
yang masih dimanfaatkan. Masih terdapat sisa-
sisa struktur bekas tangga naik.

Gambar 5. Berbagai jenis keramik Situs Desa Pune


(Sumber: Balai Arkeologi Ambon, 2014)
Ketika proses Islamisasi, dua kampung
tersebut disatukan menjadi Soakonora, yang
berarti dikumpulkan di tengah-tengah kampung.
Dari tradisi tutur menyebutkan bahwa
penggabungan dua kampung tersebut dilakukan
oleh Sultan Ternate, Jabir Syah. Pada masa itu, Gambar 6. Sisa-sisa pondasi Masjid Kuno Soasio,
diutuslah penyebar Islam oleh Sultan Jabir Syah Galela
seseorang dari wilayah setempat yang (Sumber: Tim Penelitian, 2014)
sebelumnya sudah diislamkan bernama
Abdullah Geser atau Abdullah Joge. Sebutan Tampak lokasi masjid tanahnya lebih
penyebar Islam adalah Joguru. Soakonora tinggi di banding permukaan tanah sekitarnya.
terletak di sebelah timur laut Danau Galela. Sisa-sisa tangga tampak di bagian depan atau
Menurut sumber lisan, proses pengislaman bagian timur lokasi masjid. Struktur bekas
berakhir tahun 1914. tangga terdiri dari spesi pasir dan batu kapur
Situs Pune di daerah pesisir, dekat yang menyambungkan batu-batu pondasi.
Pelabuhan lama Galela, ditemukan sebaran Sementara sumur tua terdapat di bagian depan
sebelah utara masjid. Sumur tua tersebut, masih

100
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 95-108
tampak susunan batu pembentuk dinding sumur Mamuya, adalah sebuah desa yang pada
Soa Siu sekarang merupakan ibukota kecamatan masa lampau dianggap sebagai ibukota Kerajaan
Galela. Peninggalan arkeologi di daerah ini juga Moro (Naping, 2013: 83). Meskipun demikian
sangat minim. Berdasarkan hasil survei dan dari hasil survei tidak banyak ditemukan data
wawancara, tinggalan arkeologi di permukaan arkeologi di permukaan tanah. Dari hasil survei
tanah hanyalah bekas masjid lama Soa Siu dan dijumpai lokasi dipinggir pantai yang
makam kuno Kapitan Lahamajojo, seorang berhadapan dengan pulau Morotai di sebelah
kapitang utusan Ternate yang menjadi pemimpin utara, yang sekarang menjadi pemukiman
di wilayah Galela. Makam berbentuk sederhana, penduduk. Dari hasil survei permukaan tanah, di
jirat susunan batu dan nisan menhir. Selain itu lokasi tersebut banyak ditemukan pecahan
disamping makan tersebut, terdapat makam keramik yang didominasi keramik yang berasal
kuno yang spesisik, berbentuk bundar, yakni dari Dinasti Qing abad 18-19 M.
jirat susunan batu berbentuk lingkaran dan satu Data yang cukup signifikan di wilayah ini
buah nisan batu menhir diletakkan ditengah ditemukan di Desa Ruko yang lebih dekat
susunan batu yang berbentuk melingkar dengan kota Tobelo. Di Desa Ruko, tim
(lingkaran). Makam berada di samping rumah penelitian melakukan survei di wilayah bukit, di
penduduk, seorang keturunan dari Kapitang Daerah Aliran Sungai (DAS) Mede, dan muara
Lahamajojo. sungai di sebelah baratnya. Dari tradisi tutur
masyarakat Ruko, di wilayah ini pada masa
lampau merupakan wilayah benteng pertahanan
Portugis sebelum memindahan pusat
pertahanannya di Mamuya. Di lapangan
ditemukan singkapan struktur batu yang
kemungkinan sebagai susunan batu benteng
pertahanan tradisional.
Hasil survei di lokasi situs juga
menemukan adanya lesung batu yang
merupakan salah satu perkakas sehari-hari
masyarakat di wilayah tersebut. Ukuran lesung
batu adalah diameter atas 48 cm dan diameter
Gambar 7. Foto repro masjid kuno Soasio Galela,
yang kemungkinan gambar diambil dari awal abad bawah 15 cm. Kondisi lesung batu di bagian
20 M. bawah sudah berlubang, karena aus dimakan
(Sumber: Foto diperoleh dari koleksi penduduk, waktu, atau karena adanya tetesan air hujan terus
2014) menerus dalam waktu yang lama. Tinggi lesu
batu 27 cm (Tim Penelitian, 2014: 43).

Gambar 8. Makam Kapitan Lahamajojo dan


Gambar 9. Temuan lesung batu di situs Desa Ruko
kerabat di Situs Desa Galela
(Sumber: Tim Penelitian, 2014)
(Sumber: Tim Penelitian, 2014)

101
Ekspansi Kekuasaan Islam Kesultanan Ternate di Pesisir Timur
Halmahera Utara, Wuri Handoko
Temuan lesung batu memberikan Belanda melancarkan tipu muslihat, agar
ketegasan atas peran situs dalam perkembangan terkesan Belanda lebih dulu selesai membangun
pemukiman masyarakat pendukungnya pada benteng. Belanda memerintahkan orang untuk
masa lampau. Selain itu dapat memberikan membungkus Pulau Mede dengan kain putih,
gambaran tentang aktivitas penduduk, soal dan siang hari, Portugis mengira, bahwa kain
mengolah sumberdaya lahan, tradisi bercocok putih itu adalah benteng Belanda yang dicat
tanam dan sebagainya. Situs Ruko, dalam warna putih. Sementara karena bekerja
beberapa sumber merupakan salah satu situs membangun benteng seperti biasa, pada siang
kampung tua, sebuah tempat bermukim, hari, Portugis belum menyelesaikan bangunan
masyarakat Ruko pada masa lampau. bentengnya. Akhirnya karena malu, Portugis
Fakta ini pula menyebabkan wilayah meninggalkan lokasi itu (Hasil percakapan
Ruko menjadi ajang perebutan antara Ternate dengan Ibu Dorsilam Popa, 2014).
dan Portugis serta Belanda. Tradisi tutur Selain data yang disebutkan di atas, bukti
menyebutkan, Ruko merupakan salah satu yang sekarang, wilayah Ruko merupakan
benteng pertahanan tradisional masyarakat pada wilayah dari kekuasaan Ternate, adalah adanya
masa lampau sebelum dikuasai Portugis. naskah surat keputusan tahun 1998 yang
Portugis sempat membangun benteng di lokasi ditandantangani oleh Sultan Ternate, tentang
tersebut, namun belum selesai pengerjaannya pemberian gelar Adat Kapitang Boeng, kepada
sudah dihancurkan oleh Belanda. Franco Tigele Tamagola, seorang tokoh
Berdasarkan sumber lisan menyebutkan, masyarakat desa Ruko. Data ini memperkuat
pada masa itu sekitar 1557, Ruko dikuasai oleh data sejarah, bahwa sejak abad 16, yakni pada
Portugis, dijadikan sebagai pusat pemukiman, masa Sultan Baabullah, praktis wilayah
sebelum kemudian pindah di wilayah Mamuya, Kerajaan Moro, meliputi Galela dan Tobelo,
sebelah selatan Ruko sekarang. Pada saat survei, dibawah kekuasaan Ternate.
ditemukan struktur batu yang diduga sebagai
susunan batu bekas perbentengan, yang
kemungkinan menunjukkan bekas struktur
benteng tradisional masyarakat Ruko sebelum
dikuasai Portugis. Menyangkut keberadaan
susunan batu, terdapat tradisi tutur masyarakat
Ruko yang menceritakan tentang keberadaan
Benteng, yang dibangun Portugis pada masa
lampau.
Perlawanan Ternate terhadap Portugis dan
Belanda, di wilayah pesisir Halmahera Barat,
dilakukan oleh utusan Sultan, yakni Tomagola
yang bergelar Kapitang Joumamongare, yang Gambar 10. Surat Keputusan dari Kolano Moluko
menguasai empat suku di Tobelo, sudah merapat Kie Raha Sultan Ternate, tentang penunjukkan
dan menetap di Gamsungi, dan mendirikan Kapitang Boing Kesultanan Ternate, tertanggal 5
rumah O Hibua. Sementara itu Portugis dan Oktober 1998
Belanda, masih mencari jalan menuju utara. (Sumber: Tim Penelitian, 2014)
Akhirnya Portugis yang terlebih dahulu sampai
Data arkeologi berupa pemukiman kuno
di Ruko Tanjung Selatan, sedangkan Belanda,
yang dikenal Situs Kampong Tua Kao, di
turun di Pulau Mede. Saat itu Belanda dan
Kecamatan Kao, menunjukkan pengaruh Islam
Portugis terlibat persaingan dan masing-masing
yang kuat. Pada lokasi situs juga ditemukan
memerintahkan rakyat disitu untuk membangun
kompleks Makam kuno masa Islam. Situs
benteng pertahanan. Diantaranya keduanya
makam yang paling populer adalah Stus Makam
membuat kesepakatan, siapa yang terlebih dulu
Syekh Mansyur, yang dipercaya sebagai penyiar
selesai membuat benteng, dialah yang berkuasa,
Islam pertama di wilayah tersebut. Selain situs
baik Portugis maupun Belanda memaksa rakyat
makam Syekh Al Mansyur yang terletak di Desa
membangun benteng pada tengah malam.
Popon, juga terdapat kompleks makam istri
Portugis, membuat benteng dengan bekerja
seperti biasa dan tidak menyadari bahwa saat itu,

102
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 95-108
Syekh Al Mansyur beserta kerbat yang terletak tersebut, di seberang sungai ditemukan
350 M dari makam Syekh Al Mansyur. kompleks makam yang cukup masif yang
tersebar di daerah atau di bantaran Sungai Kalak.
Makam-makam tersebut tersebar di sepanjang
tepian atau bantaran sungai di atas permukaan
tanah yang cukup rata.
Temuan arkeologis di wilayah Kao, ini
yang paling padat dan beragam dibanding
dengan wilayah situs lainnya di wilayah
Halhmahera Utara. Dalam tradisi tutur
masyarakat setempat situs pemukiman kuno,
dikenal dengan nama Situs Kampong Tua Kao,
merupakan wilayah pemukiman awal ketika
masuknya Islam di wilayah pesisir pantai Kao
dan Halmehera Utara. Menurt tradisi setempat
Gambar 11. Makam Syekh Mansyur dan muridnya
pada masa awal Islam masuk di wilayah ini,
di Bukit Gogoneng
(Sumber: Tim Penelitian, 2014) masyarakat masih ‘tafakur’ atau kondisi berdiam
diri. Pada masa ini, adalah masa awal
pengenalan Islam yang dibawa oleh seorang
penyebar Islam bernama Syekh Al Mansyur,
yang dipercaya datang dari Bagdad (masyarakat
setempat menyebutnya Buqudad).
Pengertian Islam masih tafakur menurut
tokoh adat setempat adalah bahwa Islam yang
diajarkan merupakan ajaran sufi dan ajaran
syariat yang belum lengkap atau masih sebatas
pengenalan. Kata tafakkur berdiam diri, artinya
masih sebatas mendengarkan ajaran dan
merenung serta berdiam diri untuk
Gambar 12. Makam istri Syekh Mansyur di mendengarkan ajaran-ajaran tentang Islam,
Gamsungi, Situs Kampung Tua Kao
dalam kondisi ini maka syariat Islam belum
(Sumber: Tim Penelitian, 2014)
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Pada saat mengajarkan Islam, Syekh Al
Mansyur mengangkat penduduk setempat
menjadi muridnya yang sangat setia. Kesetiaan
muridnya itu dibuktikan saat Syekh Al Mansyur
meninggal dunia, muridnya mengubur diri di
samping makam Syekh Al Mansyur, oleh karena
itu di lokasi makam Syekh Al Mansyur yang
dapat disaksikan sekarang yang terletak di
sebuah bukit di Desa Popon, terdapat dua
makam, satu makam berukuran besar adalah
makam Syekh Al Mansyur, dan disampingnya
Gambar 13. Situs bekas masjid kuno yang makam yang lebih kecil, adalah makam
memperlihatkan umpak-umpak bekas tiang masjid di muridnya, yang tidak diketahui namanya (Hasil
situs Kampong Tua Kao
percakapan dengan Kifli Tukan, 2014).
(Sumber: Tim Penelitian, 2014)
Berdasarkan informasi masyarakat
Pada kompleks tersebut terdapat sembilan setempat, masyarakat Kao yang sekarang
makam, selain makam utama adalah makam Istri bermukim di pesisir, pada masa lampau
Syekh Al Mansyur, yakni makam kerabat atau bermukim di Situs Kampong Tua Kao lama yang
pengikutnya. Lokasi makam, disebut masyarkat terletak di pinggir sungai Air Kalak, yang
sebagai Situs Gamsungi. Selain situs makam muaranya terletak di sebelah utara. Pada tahun
1904, penduduk Kao lama pindah ke pemukiman

103
Ekspansi Kekuasaan Islam Kesultanan Ternate di Pesisir Timur
Halmahera Utara, Wuri Handoko
yang sekarang ditempati di pesisir pantai. Desa dipisahkan dengan wilayah kerajaan-kerajaan
Kao di pesisir pantai berbatasan dengan sebelah Islam yang berkembang di wilayah Maluku
utara dengan Kao Utara, sebelah selatan dengan Utara yang diwakili oleh empat kerajaan besar
Kecamatan Malifut, sebelah timur dengan Teluk yakni Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Hamka
kao dan sebelah barat dengan Kecamatan Kao Naping menjelaskan meski sejak awal
Barat. Lokasi situs kampong lama, termasuk Halmahera Utara adalah bagian (vassal) dari
dalam wilayah Kecamatan Kao Barat, tepatnya 2 Kesultanan Ternate, penguasaannya tidak secara
km sebelah barat Desa Popon. langsung, tetapi melalui para Sangaji.
Berkaitan dengan keberadaan kompleks Karenanya kekuasaaan terhadap wilayah-
Makam Syekh Mansyur dan para pengikutnya, wilayah ini hanya ada dalam proporsi dengan
terdapat tradisi ziarah yang berlangsung satu kerjasama yang mereka dapatkan dengan
tahun sekali, yakni pada bulan Sya’ban (Nisyu penguasan distrik (Sangaji). Sebagai bukti dari
Sya’ban), 7 (tujuh ) malam sebelum masuk bulan situasi ini dapat dilihat misalnya di abad ke 18,
Ramadhan, ziarah berlangsung selama dua hari. tepatnya 1741, VOC mengadakan perjanjian
Ritual ziarah meliputi dzikir sampai pagi, dengan Sultan Ternate. Saat itu tidaklah cukup
kemudian esok harinya ke makam Syekh kalau perjanjian tersebut ditandatangai oleh
Mansyur. Satu hari sebelumya ziarah ke makam sultan yang berkuasa saat itu, Amir Iskandar
yang disebut sebagai kubur panjang, yakni Zulkarnain Safiuddin Kaitjil Radja Laut, selain
makam Ahmad Solok dari suku Aluk. Ia adalah Gubernur Belanda (Landvoogd) dari Maluku,
orang pertama masuk Islam yang diajarkan Syeh Maren lelievelt, yang mewakili kompeni. Selain
Mansyur. tandatangan Sultan, juga harus ada tandatangan
Secara keseluruhan, di kawasan situs para sangaji dari Tobelo-tai (pedalaman
pemukiman lama Kao atau Stus Kao Lama, Tobelo), Kao, Madoli (Madole, yaitu pedalaman
terdiri dari beberapa kluster situs, yakni: a) Situs Kao, Pagu (bagian dari Kau), Loloda, Tobaru,
Makam Kuno Syekh Al Mansyur dan muridnya Tolofuo, Galela dan Sahoe. Inilah gambaran
yang terletak di daerah bukit di Desa Popon, b) kekuasaan Ternate. Kesultanan memang pusat
Makam istri Syekh Al Mansyur beserta yang paling berkuasa di wilayah tersebut, namun
pengikutnya, yang terletak 500 M di sebelah pengaruh mereka atas Halmahera Utara dan
barat makam Syekh Mansyur, atau masyarakat Morotai tidaklah mutlak (Naping et.al, 2013:
menyebut lokasi tersebut dengan sebutan 207-208).
Kampong Gamsungi, c) Situs Pemukiman Lama, Peta sejarah politik kekuasaan Islam di
di sebelah barat Situs Makam Istri Sykeh Al Halmahera Utara pada abad 16 dipengaruhi oleh
Mansyur dan pengikutnya yang terletak di dua kekuatan utama yang berkedudukan di
seberang Sungai Air Kalak. Pada area lokasi daratan yakni Kesultanan Jailolo dan di seberang
situs pemukiman, selain terdapat banyak sebaran lautan adalah Kesultanan Ternate. Perluasan
makam-makam kuno, juga situs atau lokasi pengaruh dari kedua kerajaan itu berkaitan erat
bekas Masjid Kuno Kao Lama, yang ditandai dengan penyebaran Islam dan pembendungan
adanya temuan sebaran umpak-umpak yang misi Jesuit di negeri-negeri di Halmahera Utara.
tertata rapi, tampak menunjukkan pola keletakan Setelah masyarakat Tobelo turun dari Talaga
tertentu yang diduga sebagai bekas umpak tiang Lina ke kawasan pesisir, baik Tobelo maupun
penyangga Masjid Kao Lama yang berjumlah 12 Kao mereka terkait dengan sistem pemerintahan
sesuai dengan konstruksi masjid-masjid kuno Ternate,yang telah ada disana. Para pemimpin
pada umumnya di Maluku (Handoko, 2013 : 44; mereka pun mulai menggunakan gelar-gelar
Handoko, 2016: 145; Handoko, dalam yang lazim digunakan oleh para Bobato di
persiapan). Situs bekas masjid kuno, menempati negeri-negeri pesisir. Sebagai upeti kepada
areal yang lebih tinggi dibanding daerah sekitar kedaton, mereka dikenakan wajib untuk
yang kemungkinan dimanfaatkan sebagai lokasi menyediakan tenaga dan perahu perang bagi
hunian. hongi kerajaan dan upeti dalam bentuk materi.
Meski demikian, pendapat lain mengatakan oleh
Islamisasi di Halmahera Utara: Faktor karena jarak geografis yang jauh antara Ternate
Politik dan Ekonomi dengan Tobelo dan wilayah Halmahera Utara
Sejarah dan perkembangan Islamisasi di lainnya, sesungguhnya pengaruh kedaton
wilayah pesisir Halmahera Utara tidak bisa Ternate terhadap wilayah itu tidaklah terlalu

104
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 95-108
besar, hal ini berbeda dengan distrik lainnya arkeologis berupa pemukiman lama Kao di
seperti Jailolo, Sahu, Gamkonora, Loloda, selain bantaran sungai Aer Jodo dan Aer Kala, di
karena wilayah-wilayah itu juga sebagai wilayah pedalaman Kao sekarang. Hal ini karena
sumber makanan untuk Kedaton Ternate, mengingat sumber sejarah juga menyebut
sehingga frekwensi saling mengunjungi lebih adanya pemukiman orang-orang Tobelo yang
besar (Naping, 2013:46). berpindah ke wilayah Kao, yang juga disebutkan
Salah satu sumber sejarah yang ditulis berjumlah sekitar 403 jiwa, meskipun pada awal
(Leirissa, 1990) menyebutkan bahwa pada abad kepindahan tersebut, sesungguhnya belum
ke-16 setidaknya terdapat empat distrik yang diperoleh informasi yang pasti. Kemungkinan
penting di Halmahera Utara, namun pada abad pemukiman awal orang-orang Tobelo yang
ke-19 berkembang menjadi Sembilan distrik, berpindah ke wilayah Kao, dapat dihubungkan
yaitu Galela, Tobelo, Kao, Loloda, Gamkonora, dengan situs pemukiman kuno Kao di Aer Kalak
Tolofuo, Tobaru, Sahu, dan Jailolo (Leirissa, tersebut.
1990: 118). Dengan demikian, Kao sudah Kedatangan Islam menimbulkan
menjadi bagian kekuasaan Ternate sejak abad pengaruh ekonomi yang cukup besar terhadap
16, dan hal ini sesuai dengan informasi tutur pulau-pulau di wilayah Maluku Utara, termasuk
yang menyebutkan bahwa pemukiman kuno wilayah Halmahera Utara. Ada banyak
Islam di bantaran Aer Kalak, berkembang sejak hubungan antara penyebaran Islam dan
abad itu. Selain itu, sumber lisan menyebutkan perkembangan perdagangan internasional.
bahwa Ternate, menempatkan utusannya yang Terlihat bagaimana perkembangan pos-pos
dikenal dengan sebutan Sangaji Kao. Data perdagangan selain Ternate juga di Tobelo,
arkeologi keramik, yang berasal dari Dinasti Galela (termasuk Pune), dan Kao. Dalam
Ming abad 16 M, dapat mengkonfirmasi data masing-masing wilayah vassal atau sangadji
sejarah tersebut. Informasi kesejarahan yang muncul suatu komunitas perdagangan yang
penting menyangkut adanya temuan situs berhubungan langsung dengan istana.
pemukiman lama Kao, di wilayah Daerah Aliran Komunitas ini mungkin ada di lebih dari satu
Sungai (DAS) Kao atau lebih tepatnya yang desa pantai di sebuah daerah vassal. Sumber lain
mengarah ke aliran Sungai Kala atau Sungai tentang perjalanan para pelaut China pada abad
Jodo, bahwa pemukiman lama di bantaran 15, lebih spesisifik menyebutkan daerah Galela
sungai itu, merupakan komunitas muslim yang di Halmahera Utara sebagai salah satu tujuan
dapat dihubungkan dengan fakta-fakta sejarah pelayaran dari China. Rutenya dari Amoy
yang berhubungan dengan wilayah Tobelo dan melalui Mindoro ke Halmahera. Dari Mindoro,
pesisir timur Halmahera Utara lainnya. kapal China menuju bagian timur Mandanau
Sejak berpindah ke wilayah pesisir, kemudian ke kepulauan talaud, selanjutnya ke
masyarakat Tobelo mulai terkait dengan Chih-Lo-Li (Galela di Halmahera), salah satu
kekuasaan Ternate, yang sudah tertanam antara daerah di Mei-Lo-chu (Maluku). Dalam catatan
lain sebelumnya di Gamkonora, Loloda dan navigasi itu terdapat sejumlah nama daerah di
Jailolo. Orang Tobelo sejak saat itu mempunyai Maluku utara, seperti ‘Ch’ien-tzu- Informasi
hubungan politik tertentu dengan penguasa terakhir menjelaskan antara Galela dan Maluku,
negeri Gamkonora seperti halnya sebagian dari keduanya dapat dipahami sebagai Maluku Utara.
masyarakat Alifuru lainnya di jazirah utara itu. Menyangkut peran Kerajaan Moro, meskipun
Sejak abad ke-18 Ternate mengangkat seorang dalam sejarah wilayah ini cukup penting, namun
penguasa (bobota) tersendiri dari salah satu hasil survei di Desa Mamuya, belum
keluarga dalam suku Lina yang telah beragama memperoleh data arkeologi yang memperkuat
Islam untuk orang-orang Tobelo tersebut. babakan sejarah tentang peran wilayah ini dalam
Sekitar masa itu suatu kelompok dari orang- sejarah lokal. Kota penting kerajaan Moro
orang Tobelo memisahkan diri dan berpindah ke adalah Mamuya. Selain itu kota penting lainnya
wilayah Kao, tempat mereka juga terbagi dalam adalah Sugala, Pune (Galela), Tolo, Cawa,
empat Hoana yaitu Boeng, Tunai, Seleruru dan Samafo (Tobelo), Sakita, Mira, Cio, dan Rao.
Madang. Oleh Ternate mereka dianggap sebagai Penduduknya menganut Islam, sebagian Kristen
bagian dari kekuasaan Distrik Kao (Heuting, dan agama lokal. Pada zaman Portugis, kerajaan
1905 dalam Naping, 2013:42). Informasi ini ini diperintah oleh seorang raja bernama Tioliza.
kiranya dapat dihubungkan dengan temuan Secara etnografis, kerajaan ini terdiri dari etnis

105
Ekspansi Kekuasaan Islam Kesultanan Ternate di Pesisir Timur
Halmahera Utara, Wuri Handoko
Tobelo dan Galela. Mereka berasal dari merupakan penghasil beras terbesar di Maluku,
kelompok hoana (kampung, negeri) Morodina, karenanya menjadi gudang pangan seperti beras,
Morodai, Lina, Gura, Mumulati dan Huboto ikan, sagu, daging yang menyuplai kebutuhan ke
(Amal 2010: 129, Naping, 2013:78 ). Ternate (Amal, 2010: 208).
Hasil survei yang penting ditemukan di
situs Desa Ruko dengan lanskap perbukitan
landai yang diapit sungai dan laut, serta
permukaan tanah situs yang rata dengan kondisi
tanah yang subur, tidak menutup kemungkinan
desa ini cukup penting pada masa lampau.
Informasi penduduk yang menyebutkan bahwa
pada masa lampau di wilayah ini terdapat
benteng pertahanan dalam upaya melawan
Portugis, dapat dikonfirmasi dengan data
lapangan, yakni adanya temuan struktur batu
yang diduga sisa-sisa reruntuhan benteng
tradisional. Gambar 14. Lingkungan di wilayah Kecamatan
Selain itu temuan penting lainnya adalah Kao, terdapat areal padi ladang. Tradisi padi ladang
adanya lesung batu yang dapat mengkonfirmasi sudah berkembang sejak masa pertumbuhan
catatan-catatan sejarah meskipun disertai mitos kerajaan-kerajaan Islam di Maluku Utara
soal adanya aktivitas pertanian ataupun (Sumber: Tim Penelitian, 2014)
pengolahan padi ladang di wilayah tersebut.
Pada lokasi sekitar tempat permukiman Tolo
berada, diantara penduduk dikenal sebagai kota KESIMPULAN
Tolo. Menurut kisah mereka sering mendengar Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aktivitas menumbuk padi pada malam hari dan kawasan pesisir utara Pulau Halmahera,
sering tampak bahwa seseorang di daerah ini potensial untuk menjelaskan sejarah Islamisasi,
menemukan sebuah batu yang cocok perdagangan dan perkembangannya masa
difungsikan sebgai lesung dan jika orang kemudian. Data arkeologi setidaknya dapat
membawanya ke kampung, keesokan harinya mendukung informasi sejarah yang selama ini
ditemukan bahwa batu itu telah kembali ke sudah banyak diungkap. Berdasarkan temuan
tempatnya ditemukan, diduga dibawa oleh orang data arkeologi dapat disimpulkan beberapa hal
Tobelo. Pada lokasi itu juga ditemukan berbagai antara lain: pertama, kawasan pesisir utara Pulau
potongan keramik di benteng ini. Benteng ini Halmahera merupakan wilayah pinggiran
berdiri di tepi aliran kiri dengan muara Sungai kekuasaan Kesultanan Ternate yang cukup
Mede. Setelah letusan gunung Dukono, daerah penting posisinya dalam rangka mendukung
antara Sungai Mede dan Gunung Mamuya eksistensi Ternate sebagai pusat peradaban
ditaburi dengan material gunung api yang Islam. Kedua, kisaran abad 16 merupakan
membuat sebagian lahannya tidak subur periode yang sangat penting bagi wilayah itu
(Naping, 2013: 202). dalam konteks perkembangan niaga dan proses
Fakta arkeologi maupun catatan sejarah penyebaran Islam. Ketiga, wilayah Halmahera
dapat menjelaskan bahwa wilayah Halmahera utara, sebagai wilayah dari kekuasaan Ternate,
Utara memiliki peran penting sebagai penyedia merupakan wilayah jejaring niaga dalam
bahan makanan pokok, padi ladang dan sagu perkembangan Islam dan perkembangan
bagi suplai kebutuhan Kesultanan Ternate ekonomi politik Kesultanan Ternate. Keempat,
maupun daerah sekitarnya. Fakta tentang sumber terbentuknya kantung-kantung pemukiman
ekonomi itu misalnya ditunjukkan adanya Islam pada masa lampau baik di wilayah pesisir
pengelolaan sagu dan tradisi padi ladang yang maupun pedalaman, sebagai bentuk
masih bertahan hingga kini, diantaranya di perkembangan Islam di wilayah itu, dan
wilayah Kecamatan Kao hingga sekarang (Tim beberapa diantaranya masih dapat ditemukan
Penelitian, 2014: 71; Handoko, et.al., 2016: seperti di wilayah Kecamatan Kao.
127). Terdapat sumber informasi yang Pada wilayah-wilayah situs potensial yang
menjelaskan bahwa pada masa lampau, Moro diperoleh berdasarkan survei, kiranya perlu

106
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 95-108
ditindaklanjuti melalui penelitian yang lebih Timur, Provinsi Maluku. Kapata Arkeologi,
sistematis, misalnya melalui ekskavasi untuk 6(10), 1–18.
memperoleh gambaran tentang aktivitas Handoko, W (2008) Ekspansi dan Rivalitas
penduduk dan perkembangan pemukiman di Kekuasaan Islam: Pengaruhnya di Wilayah Siri
Sori Islam, Pulau Saparua, Maluku Tengah.
wilayah-wilayah situs potensial tersebut. Selain
Kapata Arkeologi 5(8), 1-22.
itu perlunya sosialisasi di sekolah dan Handoko, W (2009). Dinamika Budaya Islam di
pemerintah setempat, tentang nilai sejarah Wilayah Maluku Bagian Selatan. Kapata
budaya di wilayah-wilayah penelitian. Situs Arkeologi, 5(9), 14-31.
pemukiman kuno Kao di Daerah Aliran Sungai Handoko, W. (2013). Karakteristik Arsitektur Masjid
(DAS) Akejodo di Kecamatan Kao, perlu di Maluku. Amerta, 31(1), 1-80.
diletarikan dan dikelola dengan sistem Handoko, W. (2015). Tata Kota Islam Ternate.
manjamen lebih baik, karena lokasi situs Tinjauan Morfologi dan Kosmologi. Kapata
potensial untuk obyek studi lapangan dan wisata Arkeologi, 11(2), 123-138.
religi atau wisata ziarah Melalui pengelolaan Handoko, W. (2016). Islam Negeri Kaitetu: Relasi
Islam, Adat dan Pemerintahan Lokal.
situs yang lebih terpadu, diharapkan dapat
Universitas Pattimura.
menjadi asset pembangunan daerah bidang Handoko, W. et.al. (2016). Laporan penelitian:
pariwisata, kebudayaan dan juga pendidikan. Menguak Identitas Asal Usul Komunitas,
Sejarah dan Peradaban Islam di Halmahera
Ucapan Terima Kasih Utara. Ambon: Balai Arkeologi Maluku.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Hanna, W., A., & Alwi, Des. (1996). Ternate dan
seluruh pihak-pihak yang telah membantu Tidore, Masa Lalu Penuh Gejolak. Jakarta:
selama penelitian berlangsung hingga Sinar Harapan.
dipublikasikannya artikel ilmiah ini. Terima Insoll, T. (2001). Introduction. The Archaeology of
kasih kepada saudara Cheviano Alputila yang World Religion. In Insoll, T. (Ed.), Archaeology
banyak membantu melakukan analisis kronologi and World Religion. London: Routledge.
keramik. Kepada saudara Muhammad Al Lape, P. V. (2000a). Contact and colonialism in the
Banda Islands, Maluku, Indonesia. Bulletin of
Mujabuddawat juga diucapkan terima kasih atas
the Indo-Pacific Prehistory Association, 20, 48-
bantuannya menyiapkan peta dan deskripsi data 55.
lainnya. Lape, P. V. (2000b). Contact and Conflict in the
Banda Islands, Eastern Indonesia, 11th–17th
Centuries. Ph.D. Brown University.
Lape, P. V. (2000c). Political Dynamics and
***** Religious Change in the Late Pre-colonial
Banda Islands, Eastern Indonesia. World
Archaeology, 32(1), 138-155.
Lape, P. V. (2005). Archaeological Approaches to the
Study of Islam in Island Southeast Asia. Focus
DAFTAR PUSTAKA
on Islam IV. Antiquity, 79, 829–836.
Amal, A. M. (2010). Kepulauan Rempah-rempah
Leirissa, R. Z. (1990). Masyarakat Halmahera dan
Perjalalanan Sejarah Maluku Utara 1250-
Raja Jailolo. Studi tentang Sejarah Masyarakat
1950. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Halmahera Utara. Universitas Indonesia.
Ambary, H. M. (1998). Menemukan Peradaban Jejak
Leirissa, R. Z. (2001). Jalur Sutera: Integrasi Laut-
Arkeologis Historis Islam di Indonesia. Jakarta:
Darat dan Ternate sebagai Bandar di Jalur
Logos. Wacana Ilmu.
Sutera. In M. J. Abdulrahman, dkk, (Ed.),
Andaya, Leonard, Y. (2015). Dunia Maluku.
Ternate: Bandar Jalur Sutera. Ternate: LinTas
Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal.
(Lembaga Informasi dan Transformasi Sosial).
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Naping, Hamka, dkk, (2013). Halmahera Utara,
Deetz, James. (1967). Invitation to Archeology. New
Sejarah Perkembangan Peradaban di Bumi
York: The Natural History Press.
Hibua Lamo. Makassar: Fakultas Sosial Politik
Fagan, Brian, M. (1985). In the Beginning: An
Univeritas Hasanuddin, Pemerintah Kabupaten
Introduction to Archaeology. Toronto: Little,
Halmahera Utara dan Yayasan Bina Generasi.
Brown and Company.
Reid, Anthony. (2011). Asia Tenggara dalam Kurun
Handoko, W. (2010). Konversi Islam dan
Niaga 1450-1680. Jilid 1: Tanah Di Bawah
Determinasi Kekuasaan. Studi Arkeologi di
Angin. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Kawasan Teluk Waru, Kabupaten Seram Bagian
Indonesia.

107
Ekspansi Kekuasaan Islam Kesultanan Ternate di Pesisir Timur
Halmahera Utara, Wuri Handoko
Ricklefs, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern
1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Tim Penelitian. (2014). Laporan penelitian:
Arkeologi Islam di Wilayah Pesisir Timur
Kabupaten Halmahera Utara. Ambon: Balai
Arkeologi Maluku. Tidak terbit.

108
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 95-108

Anda mungkin juga menyukai