Golongan Terpelajar
Pada tahun 1900, Indonesia mulai melaksanakan politik etis yang merupakan
pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral
bagi kesejahteraan bumiputera termasuk dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan itu,
Dengan perkembangan pendidikan Barat dan pendidikan Islam, kaum Bumiputera
memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal. Kedua hal tersebutlah
yang menyebabkan lahirnya golongan terpelajar di Indonesia. Yang kemudian akan menjadi
pelopor pergerakan nasional melawan kolonial.
Golongan terpelajar Indonesia juga disebut sebagai kelompok masyarakat baru
atau hominess novi. Kelompok tersebut juga merupakan kelompok masyarakat pertama
yang menyadari bahwa penjajahan sesungguhnya telah merugikan bangsa Indonesia. Hal
ini disebabkan karena Golongan terpelajar telah mempunyai pandagan baru, yaitu
nasionalisme Indonesia. Pada saat itu, sifat kedaerahan merupakan sebuah sesuatu yang
masih dipegang oleh mayoritas rakyat Indonesia, Sehingga Golongan Terpelajar berusaha
mengubah pandangan tersebut.
Golongan terpelajar berkeyakinan bahwa cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia
hanya akan tercapai apabila nasionalisme telah tumbuh yang mengikat suku bangsa di
Indonesia dalam ikatan persatuan nasional. Beberapa kegiatan yang dilakukan Golongan
Terpelajar dalam menumbuhkan kesadaran nasional adalah:
Lalu pada tahun 1908 terjadilah sebuah pergerakan yang dikenal dengan sebutan
pergerakan Nasional. Ini merupakan pergerakan bangsa Indonesia yang meliputi segala
macam aksi yang dilakukan dengan organisasi modern. Diawali dengan berdirinya Boedi
Utomo, Pergerakan dilanjutkan oleh organisasi organisasi lain seperti Perhimpunan
Indonesia, Sarekat Islam, Indische Partij dan Muhammadiyah. Sejak terjadinya pergerakan
tersebut, terdapat beberapa ciri khas dalam perjuangan Golongan terpelajar yaitu:
Golongan Professional
Golongan Pers
Pada tahun 1850 sudah banyak terbit surat kabar di berbagai kota di Indonesia, juga sudah
pesat pula Berkembangnya pers di negri kita. Hal ini menyebabkan pers mempunyai
kekuatan untuk membangkitkan mengenai kepentingan umum. Pertumbuhan pers nasional
berkaitan dengan pertumbuhan pergerakan nasional karena pimpinan surat kabar adalah
tokoh pergerakan nasional, Beberapa diantaranya adalah:
Drs. Moh. Hatta, sukiman, dan Sartono adalah tokoh yang menerbitkan surat kabar
Hindia Poetera.
Abdul Muis dan haji Agus salim menerbitkan surat kabar Neratja.
Dr Wahidin Sudirohusodo menerbitkan surat kabar Retnodumilah
Saat itu kebebasan pers belum ada, karena adanya sensor yang sangat keras dari
pemerintah kolonial. Namun, Lambat laun muncul kesadaran akan pentingnya pers bagi
masyarakat. Ini disebabkan karena Pers tidak hanya sekedar memberikan informasi tentang
berbagai hal, tetapi juga berdampak besar dalam pergerakan nasional yaitu
Atas kesadaran itu, pada masa pergerakan nasional hampir setiap partai politik dan
organisasi massa yang tumbuh di Indonesia mempunyai surat kabar atau majalah. Karena
kedua hal tersebut membawa suara dan kepentingan organisasi masing-masing, juga
Dengan itulah, tiap organisasi kebangsaan memasyarakatkan, mengkampanyekan, dan
mempropagandakan program-program organisasi, pandangan tentang nasionalisme
Indonesia, serta kritik terhadap kebijakan pemerintah kolonial. Sehingga, berdirinya berbagai
organisasi kebangsaan menandai kebangkitan pers di Indonesia. Akibatnya, Jelas bahwa
pers memiliki peran yang besar dalam menumbuhkembangkan rasa nasionalisme bangsa.
Walau tidak mengikuti perjuangan secara fisik, Tidak dapat dipungkiri bahwa ketiga
golongan masyarakat diatas juga memiliki peran yang sangat besar dalam
menumbuhkembangkan Nasionalisme pada awal masa pergerakan nasional. Yang
kemudian turut menjadi modal dalam perjuangan mengusir kolonial dan meraih
kemerdekaan bangsa. Oleh karena itu, harus kita hargai dan hormati juga perjuangan dari
ketiga golongan tersebut bagi Indonesia.