Anda di halaman 1dari 5

Peranan Golongan Terpelajar,Profesional,dan Pers dalam

menumbuhkankembangkan Nasionalisme Indonesia

Oleh: Farhan Nafis Rayhan


Kelas: XI MIPA 8

Pengaruh pendidikan barat telah melahirkan beberapa golongan yang merupakan


bagian dari elite nasional. Elite nasional tersebut mempunyai dasar baru dalam memandang
masyarakat sekitarnya yaitu nasionalisme Indonesia. Untuk mempercepat proses
tercapainya hal tersebut, perlu disusun organisasi rakyat, dikarenakanTumbuh dan
berkembangnya kesadaran nasional tidak bisa terlepas dari peranan berbagai pihak. Pada
masa awal pergerakan nasional, terdapat 3 golongan yang memiliki peran paling signifikan.
Yaitu adalah Golongan Terpelajar, Golongan Profesional, serta Golongan Pers.

Golongan Terpelajar

Pada tahun 1900, Indonesia mulai melaksanakan politik etis yang merupakan
pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral
bagi kesejahteraan bumiputera termasuk dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan itu,
Dengan perkembangan pendidikan Barat dan pendidikan Islam, kaum Bumiputera
memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal. Kedua hal tersebutlah
yang menyebabkan lahirnya golongan terpelajar di Indonesia. Yang kemudian akan menjadi
pelopor pergerakan nasional melawan kolonial.
Golongan terpelajar Indonesia juga disebut sebagai kelompok masyarakat baru
atau hominess novi. Kelompok tersebut juga merupakan kelompok masyarakat pertama
yang menyadari bahwa penjajahan sesungguhnya telah merugikan bangsa Indonesia. Hal
ini disebabkan karena Golongan terpelajar telah mempunyai pandagan baru, yaitu
nasionalisme Indonesia. Pada saat itu, sifat kedaerahan merupakan sebuah sesuatu yang
masih dipegang oleh mayoritas rakyat Indonesia, Sehingga Golongan Terpelajar berusaha
mengubah pandangan tersebut.
Golongan terpelajar berkeyakinan bahwa cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia
hanya akan tercapai apabila nasionalisme telah tumbuh yang mengikat suku bangsa di
Indonesia dalam ikatan persatuan nasional. Beberapa kegiatan yang dilakukan Golongan
Terpelajar dalam menumbuhkan kesadaran nasional adalah:

 Diskusi sosial atau politik antar organisasi


 Melontarkan kritik terhadap kebijakan politik kolonial di Indonesia
karena telah melakukan praktik diskriminasi terhadap masyarakat pribumi
 Menyebarkan gagasan nasionalisme dan semangat kebangsaan dari
hasil bacaan karya filsuf-filsuf dunia

Lalu pada tahun 1908 terjadilah sebuah pergerakan yang dikenal dengan sebutan
pergerakan Nasional. Ini merupakan pergerakan bangsa Indonesia yang meliputi segala
macam aksi yang dilakukan dengan organisasi modern. Diawali dengan berdirinya Boedi
Utomo, Pergerakan dilanjutkan oleh organisasi organisasi lain seperti Perhimpunan
Indonesia, Sarekat Islam, Indische Partij dan Muhammadiyah. Sejak terjadinya pergerakan
tersebut, terdapat beberapa ciri khas dalam perjuangan Golongan terpelajar yaitu:

 perjuangan digerakan oleh kaum terpelajar yang berwawasan luas


 perjuangan bersifat kebangsaan dibanding sebelumnya yang bersifat kedaerahan
 perjuangan menggunakan organisasi modern yang teratur
 organisasinya bersifat demokratis dan tidak tergantung pada seorang pimpinan
wujud perjuanganya tidak mengandalkan kekuatan fisik, tetapi berupa gerakan
sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya yang meningkatkan menjadi gerakan politik
untuk menuntut kemerdekaan indonesia.

Golongan Professional

Pelaksanaan politik etis di indonesia tidak hanya berdampak dengan munculnya


golongan terpelajar, tetapi juga menimbulkan lahirnya golongan profesional di Indonesia.
Golongan profesional merupakan golongan terpelajar yang tidak masuk dalam birkrasi
pemerintah dan menjalankan profesinya secara mandiri. Mereka mempunyai ruang gerak
yang lebih luas yang akhirnya berkembang menjadi jaringan sosial dan akan terbentuk
integrasi nasional. Pada awal masa pergerakan Nasional, terdapat dua profesi yang memiliki
pengaruh besar yaitu Guru dan Pedagang.
Program pendidikan dari pemerintah kolonial mendapat tanggapan yang antusias
dari rakyat Indonesia. Akan tetapi, tidak semua anak yang berminat dapat ditampung akibat
masih terbatasnya daya tampung sekolah serta pembatasan yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial Belanda. Kebijakan pemerintah ini membuat pendidikan disalahartikan.
Sehingga sekolah tidak lagi dipahami sebagai ajang kegiatan belajar mengajar, melainkan
sebagai sarana menaikkan status sosial dan meningkatkan kedudukan di tengah
masyarakat.
Di tengah situasi tersebut munculah para pendidik bumiputera yang bertekad
menggunakan pendidikan sebagai ajang penggemblengan para putera bangsa. Hal itu
dilakukan dengan mendirikan pergurunan kebangsaan. Sesuai dengan namanya, perguruan
ini berupaya merangkul semua pemuda bumiputera tanpa membedakan dari kalangan
manapun. Perguruan ini bertujuan mendidik angkatan muda bumiputera agar menjiwai
kebangsaan Indonesia. Untuk itu dalam kegiatan belajar mengajar ditanamkan dan
dikembangkan semangat anti penjajahan sekaligus kecintaan akan tanah air. Sehingga
diharapkan mereka nantinya akan dapat diandalkan sebagai pemimpin yang
memperjuangkan kemerdekaan.
Sejak tahun 1924 mulai bermunculan beberapa perguruan yang mengutamakan
nilai nilai Nasionalisme. Diantaranya adalah INS Kayu Tanam yang didirikan oleh
Mohammad Syafei, Ksatrian School yang didirikaan oleh E.F.E Douwes Dekker, serta
Perguruan Rakyat. Perguruan tersebut memiliki kesamaan yaitu proses belajar mengajar
diupayakan sedapat mungkin menghilangkan hal-hal yang berbau kedaerahan. Selain itu,
Materi yang diajarkan pada perguruan tersebut menyangkut Tradisi semangat Kerja,
kemandirian, Harga Diri, Bahasa, Ilmu ilmu Bangsa dan sosial. Dengan tujuan supaya para
pemuda bumiputera memiliki kepercayaan atas kemerdekaan sebagai manusia merdeka
juga agar siap mengabdi kepada bangsa dan perjuangan kemerdekaan. Jadi jelas bahwa
guru mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk dan menumbuhkembangkan
Nasionalisme bangsa.
Selain Guru, peran dari golongan profesional juga datang dari Kaum pedagang. .
Seorang saudagar batik dari Solo, Kyai Haji Samahudi, mendirikan perkumpulan pedagang
muslim dengan nama Sarekat Dagang Islam pada tahun 1909. Motivasi awal pembentukan
organisasi ini adalah untuk memeperjuangkan kepentingan pribumi di Hindia Belanda.
Namun, pada perkembangannya, SDI berubah menjadi Sarekat Islam yang lebih mengarah
pada perjuangan untuk lepas dari kolonialisme dan menumbuhkan semangat nasionalisme
bangsa.

Golongan Pers

Pada tahun 1850 sudah banyak terbit surat kabar di berbagai kota di Indonesia, juga sudah
pesat pula Berkembangnya pers di negri kita. Hal ini menyebabkan pers mempunyai
kekuatan untuk membangkitkan mengenai kepentingan umum. Pertumbuhan pers nasional
berkaitan dengan pertumbuhan pergerakan nasional karena pimpinan surat kabar adalah
tokoh pergerakan nasional, Beberapa diantaranya adalah:

 Drs. Moh. Hatta, sukiman, dan Sartono adalah tokoh yang menerbitkan surat kabar
Hindia Poetera.
 Abdul Muis dan haji Agus salim menerbitkan surat kabar Neratja.
 Dr Wahidin Sudirohusodo menerbitkan surat kabar Retnodumilah
Saat itu kebebasan pers belum ada, karena adanya sensor yang sangat keras dari
pemerintah kolonial. Namun, Lambat laun muncul kesadaran akan pentingnya pers bagi
masyarakat. Ini disebabkan karena Pers tidak hanya sekedar memberikan informasi tentang
berbagai hal, tetapi juga berdampak besar dalam pergerakan nasional yaitu

 mempengaruhi dan membentuk pendapat masyarakat.


 sarana komunikasi yang pertama
 meluaskan kebangkitan nasional untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesian
 mempekuat cita-cita kesatian kaum bumi Poutera

Atas kesadaran itu, pada masa pergerakan nasional hampir setiap partai politik dan
organisasi massa yang tumbuh di Indonesia mempunyai surat kabar atau majalah. Karena
kedua hal tersebut membawa suara dan kepentingan organisasi masing-masing, juga
Dengan itulah, tiap organisasi kebangsaan memasyarakatkan, mengkampanyekan, dan
mempropagandakan program-program organisasi, pandangan tentang nasionalisme
Indonesia, serta kritik terhadap kebijakan pemerintah kolonial. Sehingga, berdirinya berbagai
organisasi kebangsaan menandai kebangkitan pers di Indonesia. Akibatnya, Jelas bahwa
pers memiliki peran yang besar dalam menumbuhkembangkan rasa nasionalisme bangsa.

Walau tidak mengikuti perjuangan secara fisik, Tidak dapat dipungkiri bahwa ketiga
golongan masyarakat diatas juga memiliki peran yang sangat besar dalam
menumbuhkembangkan Nasionalisme pada awal masa pergerakan nasional. Yang
kemudian turut menjadi modal dalam perjuangan mengusir kolonial dan meraih
kemerdekaan bangsa. Oleh karena itu, harus kita hargai dan hormati juga perjuangan dari
ketiga golongan tersebut bagi Indonesia.

Sumber baca: https://tugassekolah.co.id/2020/06/peran-golongan-terpelajar-dalam-


pergerakan-nasional.html

Anda mungkin juga menyukai