Anda di halaman 1dari 5

Pengembangan Persuteraan Alam di Jawa Barat

Oleh : Ir. Budi Susatijo


Kepala Sub Dinas Pembinaan dan Perlindungan Hutan
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat
Pengantar

Tulisan yang disajikan dibawah ini menyajikan materi secara ringkas mengenai
“Persuteraan Alam di Jawa Barat” dalam rangka Pelatihan Sutera Alam. Diharapkan
dengan adanya kegiatan ini kita, khususnya para Petani Sutera Alam dapat lebih
memahami kondisi sumberdaya alam dan lingkungannya yang ada di Jawa Barat serta
dapat berkiprah, khusunya dalam rangka mendukung upaya pengembangan Persuteraan
Alam di Jawa Barat.

Pengertian

Persuteraan Alam merupakan kegiatan “agro-industri” yang dimulai dari


penanaman murbei (produksi daun), pembibitan ulat sutera (produksi bibit ulat),
pemeliharaan ulat sutera (produksi kokon), penanganan kokon (processing), pemintalan
(produksi benang), pertenunan (produksi kain sutera) sampai dengan pemasaran kain
sutera.
Kegiatan Persuteraan Alam ini merupakan salah satu upaya rehabilitasi lahan dan
konservasi tanah, serta merupakan salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan daya
dukung dan produktivitas lahan, terutama pada lahan-lahan yang belum optimal
dimanfaatkan.
Usaha ini termasuk pada usaha industri rumah tangga yang relatif mudah
dikerjakan, bertekhnologi sederhana, bersifat padat karya, cepat menghasilkan dan
bernilai ekonomis tinggi.

Manfaat Usaha Persuteraan Alam

Persuteraan Alam merupakan salah satu kegiatan aneka usaha kehutanan yang
sangat membantu masyarakat yang berada di sekitar hutan untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
Sutera alam bisa menjadi salah satu komoditi unggulan bagi Indonesia, mengingat
iklim dan kondisi alamnya sangat mendukung untuk mengembangkan usaha dimaksud.
Selain itu usaha alama sutera ini mempunyai nilai ekonomi dengan skala investasi yang
dapat dikelola oleh masyarakat.
Dengan demikian, maka kegiatan persuteraan alam mempunyai peran yang cukup
strategis karena :
1. Dapat melibatkan tenaga kerja, termasuk petani
2. Membuka kesempatan usaha
3. Memberi kesempatan mengembangkan ekonomi kerakyatan
4. Meningkatkan pendapatan petani
5. Meningkatkan devisa
6. Membuka peluang dibidang jasa

Potensi dalam usaha Persuteraan Alam

Selama ini, pengetahuan petani sutera alam hanya mengetahui manfaat sutera
alam menjadi benang dan kain, padahal masih banyak potensi yang dimiliki dalam budi
daya sutera alam yang dapat memberikan harapan, baik untuk industri rumah tangga
maupun skala produk massal.
Beberapa potensi yang dimiliki dalam kegiatan persuteraan alam (masih
diperlakukan kajian dan penelitian lebih lanjut) , yaitu :
1. Daun ; dipakai untuk obat diabetes dan sebagai bahan minuman (the daun
murbei), seperti yang diusahakan oleh petani sutera di Tasikmalaya dan Bandung.
2. Buah, ranting dan kulit akar tanaman murbei ; dapat dijadikan sebagai obat
natural dalam penyembuhan beberapa penyakit, yaitu : sakit kulit, bisul, batuk,
sakit kepala, sakit gigi dan rematik.
3. Ulat Sutera ; mempunyai potensi dijadikan bahan untuk indsutri kosmetik, farmasi
dan pakar hewan.
4. Kepompong; selain menjadi benang, juga dapat dijadikan sebagai kerajinan
tangan seperti bungan dan pigura.
5. Limbah; masih mempunyai nilai tambah yang cukup untuk dapat dimanfaatkan
sebagai bahan industri, seperti kertas, fibre-glass dan semir.

Kegiatan Persuteraan Alam di Jawa Barat

1. Perkembangan di Jawa Barat


Bagi masyarakat di wilayah Jawa Barat, usaha persuteraan alam bukanlah
merupakan hal yang baru, karena kegiatan ini sudah cukup lama hidup dan
berkembang di Jawa Barat.
Usaha Persuteraan Alam, khususnya di Jawa Barat, selama ini banyak mengalami
pasang surut. Hal ini disebabkan terbatasnya bahan baku/benang lokal (baik dari segi
kualitas dan kuantitas) untuk mendukung kelancaran proses produksi kain sutera.
Kondisi ini menyebabkan usaha sutera alam meredup beberapa tahun sekitar
1985-1990, karena bahan baku dari dalam negeri/lokal tidak pernah memenuhi
permintaan pasar. Pada era setalah tahun 1990-an kegiatan ini mulai menampakkan
kembali gairah dalam produksi kain, hal ini disebabkan karena terbantu dengan
adanya bahan baku import, khususnya dari negara China dan Thailand. Kondisi ini
seyogyanya tidak dibiarkan berlarut-larut, karen apotensi bahan baku industri
pemintalan benang sutera.
Berdasarkan data dan hasil kajian dari Achmad Subandy (Januari 2008),
diwilayah Jawa Barat terdapat jumlah Petani Sutera Alam ± 3.700 orang yang
memanfaatkan lahan untuk budidaya tanaman murbei seluas ± 2.600 Ha, yang
tersebar beberapa daerah potensial untuk pengembangan persuteraan alam yaitu di
kabupaten ; Bogor, Cianjur, Sukabumi, Subang, Purwakarta, Bandung, Sumedang,
Garut, Tasikmalaya dan Majalengka.
Sebagai tambahan informasi, produksi Nasional per-tahun untuk kokon yaitu
sebanyak ± 250 ton yang setara dengan 31,25 ton benang, sedangkan kapasitas
produksi industri pemintalan benang yaitu ± 700 ton yang setara dengan ± 87,50 ton
benang. Jadi untuk kebutuhan bahan baku industri pemintalan masih kekurangan ±
450 ton kokon per-tahunnya.
Sedangkan untuk kebutuhan kokon secara Nasional diperoleh data yaitu sebanyak
± 2.400 ton per-tahun. Berdasarkan data dan hasil kajian tersebut, maka masih
terbuka lebar peluang bagi usaha sutera alam lokal untuk mendukung pemenuhan
kebutuhan kokon / benang.

2. Beberapa permasalahan dalam kegiatan Persuteraan Alam


Berdasarkan hasil berbagai lokakarya dan kajian, diperoleh gambaran mengenai
berbagai permasalahan dalam rangka pengembangan Persuteraan Alam secara umum,
termasuk untuk kondisi di Jawa Barat, diantaranya yaitu :
a. Persepsi dan pandangan tentang persuteraan alam dari para-pihak terkait belum
sama, sehingga penetuan kebijakan sering tidak sejalan.
b. Belum adanya peta potensi kegiatan persuteraan alam yang memuat data secara
lengkap. Hal ini menyebabkan kurangnya minat bagi para investor yang akan
berusaha dalam bidang persuteraan alam.
c. Alih tekhnologi untuk dapat lebih meningkatkan produksi (baik jumlah maupun
kualitas) masih belum optimal/lancar.
d. Keterbatasan Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil yang menguasai teknis,
penyuluhan dan manajemen kegiatan persuteraan alam masih relatif terbatas, baik
jumlah maupun penyebarannya.
e. Tekhnologi yang digunakan oleh petani/perajin sutera alam relatif masih
tradisional, sehingga mutu produksi relatif masih rendah
f. Tata niaga usaha persuteraan alam dirasakan masih belum ada penerapan standar
harga produksi.

3. Stratergi pengembangan
Untuk mengoptimalisasikan pengembangan usaha Persuteraan Alam di Jawa
Barat, maka perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. Penyuluhan dan Pembinaan
Penyuluhan dan pembinaan diperlukan, baik dalam rangka penyebaran informasi
maupun untuk meningkatkan pengetahuan dalam rangka mengembangkan kegiatan
persuteraan alam dari bagian hulu sampai hilir.

b. Pemberdayaan Petani/Perajin
Dilakukan melalui proses pelatihan dengan menerapkan prinsip “menolong diri
mereka sendiri dan berlandaskan pada peningkatan kemampuan menghasilkan
pendapatan”.
Upaya pemberdayaan ini dapat dilakukan dengan melalui; Pengembangan SDM,
Pengembangan kemampuan dalam permodalan dan Pengembangan Kelembagaan
ekonomi rakyat.
c. Penerapan Teknologi
Penerapan teknologi dan peralatan yang standar, dari sejak proses produksi
pengadaan bibit ulat sampai dengan produksi kokon, benang sutera sehingga dapat
diperoleh jumlah dan kualitas yang memadai dan bermutu.

d. Pengadaan Kemitraan
Pendekatan Pola Kemitraan ini harus berprinsip adanya sinergisitas dan saling
menguatkan, saling membutuhkan dan saling menguntungkan para pihak.
Dengan pendekatan pola ini, maka diarapkan para petani dan badan
usaha/investor akan mendapatkan keuntungan, antara lain petani sutera alam terjamin
pemasaran produksinya dan badan usaha/investor terjamin untuk mendapatkan bahan
baku.

e. Koordinasi
Kegiatan persuteraan alam mempunyai rangkaian yang cukup panjang dan
keberhasilan kegiatan sebelumnya akan sangat menetukan kegiatan berikutnya. Untuk
itu diperlukan adanya koordinasi dan sinkronisasi antara pihak-pihak terkait, baik
pada kegiatan di bagian hulu, hilir sampai dengan pemasarannya.
Keterkaitan dengan sektor dan sub-sektor serta SKPD dan Lembaga terkait, baik
tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, diantaranya ; Departemen terkait,
BAPEDA, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas
Kehutanan, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, BUMN dan BUMS serta
Asosiasi/Mitra lainnya.

4. Peraturan yang mendukung, diantaranya :


a. Peraturan Bersama 3( tiga) Menteri, yaitu ; Menteri Kehutanan, Menteri
Perindustrian dan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
tentang Pembinaan dan Pengembangan Persuteraan Alam Nasional dengan
Pendekatan Klaster
b. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 1 tahun 2004 tentang Rencana
Strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
c. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.7 tahun 2005 tentang Pengendalian dan
Rehabilitasi Lahan Kritis
d. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 2 tahun 2006 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung
e. Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 11 tahun 2006 tentang Pemberdayaan
Masyarakat Desa Sekitar Hutan Negara dan Perkebunan Besar

5. Prasyarat keberhasilan Strategi


a. Adanya visi dan misi yang jelas dari para pihak, khususnya dalam
pengemabangan kegiatan persuteraan alam.
b. Komitmen para pihak dalam rangka mendukung pengembangan kegiatan
persuteraan alam
c. Komitmen yang kuat dari para pihak dalam melaksanakan upaya konservasi dan
perbaikan kondisi sumberdaya alam dan lingkungannya.
d. Tetap menjaga keseimbangan antara daya dukung lingkungan dan
pemanfaatannya
e. Konsistensi terhadap peraturan dan perundang-undangan

6. Kondisi yang diharapkan


a. Kegiatan persuteraan alam merupakan salah satu altenatf untuk meningkatkan
peranan sektor kehutanan dalam mendorong perekonomian masyarakat
dipedesaan
b. Adanya keseragaman dan persamaan persepsi dari para pihak, sehingga terwujud
sinergitas yang saling menguntungkan.
c. Masyarakat/petani sutera khususnya, secara bertahap mau dan mampu melakukan
kegiatan serta serta mampu menggerakkan perubahan dalam kehidupannya
menuju keadaan yang lebih baik
d. Secara bertahap menghilangkan sifat ketergantungan dan tumbuhnya swadaya
masyarakat di pedesaan pada umumnya, sehingga mampu berusaha untuk dapat
lebih meningkatkan kesejahteraannya.
e. Dalam jangka panjang, diharapkan ketergantungan terhadap bahan baku impor,
secara bertahap mulai berkurang dan secara kontinyu dapat dipenuhi kebutuhan
bahan baku dari hasil produksi dalam negeri/lokal.
f. Apabila potensi sutera alam bisa dimanfaatkan secara optimal, maka akan terbuka
peluang penyerapan tenaga kerja, baik pada usaha/industri pemintalan maupun
pada industri pertenunan kain sutera.
g. Terpeliharanya keberlangsungan fungsi dan manfaat sumberdaya lahan bagi
kehidupan masyarakat.
h. Lahan-lahan kritis di wilayah DAS dapat terehabilitasi, sehingga areal tersebut
dapat berperan kembali sesuai fungsinya.

Anda mungkin juga menyukai