Tulisan yang disajikan dibawah ini menyajikan materi secara ringkas mengenai
“Persuteraan Alam di Jawa Barat” dalam rangka Pelatihan Sutera Alam. Diharapkan
dengan adanya kegiatan ini kita, khususnya para Petani Sutera Alam dapat lebih
memahami kondisi sumberdaya alam dan lingkungannya yang ada di Jawa Barat serta
dapat berkiprah, khusunya dalam rangka mendukung upaya pengembangan Persuteraan
Alam di Jawa Barat.
Pengertian
Persuteraan Alam merupakan salah satu kegiatan aneka usaha kehutanan yang
sangat membantu masyarakat yang berada di sekitar hutan untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
Sutera alam bisa menjadi salah satu komoditi unggulan bagi Indonesia, mengingat
iklim dan kondisi alamnya sangat mendukung untuk mengembangkan usaha dimaksud.
Selain itu usaha alama sutera ini mempunyai nilai ekonomi dengan skala investasi yang
dapat dikelola oleh masyarakat.
Dengan demikian, maka kegiatan persuteraan alam mempunyai peran yang cukup
strategis karena :
1. Dapat melibatkan tenaga kerja, termasuk petani
2. Membuka kesempatan usaha
3. Memberi kesempatan mengembangkan ekonomi kerakyatan
4. Meningkatkan pendapatan petani
5. Meningkatkan devisa
6. Membuka peluang dibidang jasa
Selama ini, pengetahuan petani sutera alam hanya mengetahui manfaat sutera
alam menjadi benang dan kain, padahal masih banyak potensi yang dimiliki dalam budi
daya sutera alam yang dapat memberikan harapan, baik untuk industri rumah tangga
maupun skala produk massal.
Beberapa potensi yang dimiliki dalam kegiatan persuteraan alam (masih
diperlakukan kajian dan penelitian lebih lanjut) , yaitu :
1. Daun ; dipakai untuk obat diabetes dan sebagai bahan minuman (the daun
murbei), seperti yang diusahakan oleh petani sutera di Tasikmalaya dan Bandung.
2. Buah, ranting dan kulit akar tanaman murbei ; dapat dijadikan sebagai obat
natural dalam penyembuhan beberapa penyakit, yaitu : sakit kulit, bisul, batuk,
sakit kepala, sakit gigi dan rematik.
3. Ulat Sutera ; mempunyai potensi dijadikan bahan untuk indsutri kosmetik, farmasi
dan pakar hewan.
4. Kepompong; selain menjadi benang, juga dapat dijadikan sebagai kerajinan
tangan seperti bungan dan pigura.
5. Limbah; masih mempunyai nilai tambah yang cukup untuk dapat dimanfaatkan
sebagai bahan industri, seperti kertas, fibre-glass dan semir.
3. Stratergi pengembangan
Untuk mengoptimalisasikan pengembangan usaha Persuteraan Alam di Jawa
Barat, maka perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. Penyuluhan dan Pembinaan
Penyuluhan dan pembinaan diperlukan, baik dalam rangka penyebaran informasi
maupun untuk meningkatkan pengetahuan dalam rangka mengembangkan kegiatan
persuteraan alam dari bagian hulu sampai hilir.
b. Pemberdayaan Petani/Perajin
Dilakukan melalui proses pelatihan dengan menerapkan prinsip “menolong diri
mereka sendiri dan berlandaskan pada peningkatan kemampuan menghasilkan
pendapatan”.
Upaya pemberdayaan ini dapat dilakukan dengan melalui; Pengembangan SDM,
Pengembangan kemampuan dalam permodalan dan Pengembangan Kelembagaan
ekonomi rakyat.
c. Penerapan Teknologi
Penerapan teknologi dan peralatan yang standar, dari sejak proses produksi
pengadaan bibit ulat sampai dengan produksi kokon, benang sutera sehingga dapat
diperoleh jumlah dan kualitas yang memadai dan bermutu.
d. Pengadaan Kemitraan
Pendekatan Pola Kemitraan ini harus berprinsip adanya sinergisitas dan saling
menguatkan, saling membutuhkan dan saling menguntungkan para pihak.
Dengan pendekatan pola ini, maka diarapkan para petani dan badan
usaha/investor akan mendapatkan keuntungan, antara lain petani sutera alam terjamin
pemasaran produksinya dan badan usaha/investor terjamin untuk mendapatkan bahan
baku.
e. Koordinasi
Kegiatan persuteraan alam mempunyai rangkaian yang cukup panjang dan
keberhasilan kegiatan sebelumnya akan sangat menetukan kegiatan berikutnya. Untuk
itu diperlukan adanya koordinasi dan sinkronisasi antara pihak-pihak terkait, baik
pada kegiatan di bagian hulu, hilir sampai dengan pemasarannya.
Keterkaitan dengan sektor dan sub-sektor serta SKPD dan Lembaga terkait, baik
tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, diantaranya ; Departemen terkait,
BAPEDA, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas
Kehutanan, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, BUMN dan BUMS serta
Asosiasi/Mitra lainnya.