Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK)

(GAHARU)

Oleh :

Kelompok 5

1. Abdul Latif L13118288


2. Fany L13118319
3. Riyan L13118339
4. Risnawati L13118338
5. Faisal Rahman L13118331
6. Jekson Pongki L13118367
7. Nurhidayat L13118342
8. Ade Chandra L13118289

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS TADULAKO

202

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan perlindungan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas

makalah HHBK yakni Gaharu

 Makalah ini kami buat untuk memberi tuntutan dan arahan untuk

membuat karya tulis dengan baik. Teks dalam makalah ini dijadikan sarana

pembelajaran adalah teks yang otentik yaitu bahan-bahan yang bersumber

dari buku, dan internet.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan,

untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan

demi peyempurnaan makalah ini.

Palu, 7 oktober 2020

Kelompok 5 (lima)

penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
1.1 Latar belakang................................................................................................5
Tujuan...................................................................................................................5
1.3 Mamfaat.........................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
A.  Pengertian Gaharu..........................................................................................7
B.     Ciri-ciri Tanaman Gaharu............................................................................7
C.    Jenis dan Kelas Pohon Penghasil Gaharu.....................................................8
a. Aquilaria spp.................................................................................................8
b.      A. malaccensis.........................................................................................8
c. A. microcarpa................................................................................................8
d. Gyrinops spp.................................................................................................8
e. Aetoxylon spp...............................................................................................9
f. Gonystylus spp..............................................................................................9
g. Enkleia spp..................................................................................................10
h. Wiekstroemia spp.......................................................................................10
i. Dalbergia sp.................................................................................................10
j. Excoccaria sp...............................................................................................10
1.      Gaharu Subintegra.....................................................................................11
2.      Gaharu Crassna..........................................................................................11
3. Gaharu Malaccensis.......................................................................................11
D.  Proses Atau Teknis Pembentukan Gubal Gaharu Serta Cara Budidaya
Pohon Gaharu.........................................................................................................11
a.      Penanganan Benih Dan Persemaian..........................................................12
b.      Teknik Penanaman....................................................................................14

3
c.       Pola Tanam...............................................................................................14
d.      Pemeliharaan.............................................................................................15
e.       Pemanenan................................................................................................16
E.     Manfaat Gaharu Itu Dalam Kehidupan Sehari-Hari......................................16
F.       Nilai Ekonomi Pada Pohon Gaharu.............................................................17
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
A.    Kesimpulan.................................................................................................19
B.  Saran.............................................................................................................19

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Gaharu merupakan produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dalam bentuk
gumpalan, serpihan atau bubuk yang memiliki aroma keharuman khas yang
bersumber dari kandungan bahan kimia berupa resin (α-β oleoresin). Gaharu
terbentuk dalam jaringan kayu, akibat pohon terinfeksi penyakit cendawan (fungi)
yang masuk melalui luka batang (patah cabang). Komoditas gaharu telah cukup
lama dikenal masyarakat secara umum. Beberapa jenis tanaman gaharu yang
dikenal antara lain (Aquilaria malaccensis Lamk) adalah salah satu jenis tanaman
hutan yang memiliki mutu sangat baik dengan nilai ekonomi tinggi karena
kayunya mengandung resin yang harum baunya. Gaharu berwarna coklat
kehitaman sampai hitam, berbau harum jika dibakar. Gaharu terdapat pada bagian
kayu atau akar dari jenis pohon penghasil gaharu yang telah mengalami proses
perubahan kimia dan fisika akibat terinfeksi oleh sejenis jamur.
Pemanfaatan gaharu di Indonesia oleh Masyarakat Pedalaman Sumatera dan
Kalimantan, telah berlangsung puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Gaharu
dimanfaatkan antara lain untuk pengharum tubuh, ruangan, bahkan kosmetik dan
obat-obatan sederhana. Saat ini gaharu sangat sulit ditemukan sehingga perlu
dipertahankan dan dilestarikan agar jenis ini tidak punah. Selain mencegah
kepunahan gaharu ini, pembudidayaan juga dapat meningkatkan produksi gubal
gaharu baik secara kualitas maupun kuantitas dan ekspor gaharu dapat berjalan
dengan lancar tanpa merusak hutan alam.

Tujuan
a) Untuk mengetahui jenis-jenis penghasil gaharu
b) Untunk mengetahi apa mamfaat gaharu
c) Ingin mengetahui proses pengolahan gaharu
d) Untuk mengetahui cara pemanenan gaharu

5
1.3 Mamfaat
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman
tentang pengetian gaharu, ciri-ciri tanaman gaharu, jenis dan kelas gaharu, Proses
atau teknis pembentukan gubal gaharu serta faktor kegiatan budidaya pohon
gaharu, dan manfaat gaharu dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat mengetahui
nilai ekonomi pada pohon gaharu.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Gaharu
Suku gaharu-gaharuan atau Thymelaeaceae adalah salah satu suku anggota
tumbuhan berbunga. Menurut Sistem klasifikasi APG II suku ini dimasukkan
ke dalam bangsa Malvales, klad eurosids II.

Klasifikasi ilmiah :

 Kerajaan         : Plantae

 Divisi              : Magnoliophyta

Kelas              : Magnoliopsida

 Ordo               : Malvales

 Family            : Thymelaeaceae genera

Gaharu merupakan substansi aromatic berupa gumpalan yang terdapat


diantara sel-sel kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki
kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil
gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari proses
infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut, dan pada
umumnya terjadi pada pohon Aguilaria sp (Thymelaeaceae).

B.      Ciri-ciri Tanaman Gaharu


ciri-ciri gaharu asli beraroma harum, tanaman gaharu memiliki kandungan
damar wangi yang kuat, dan melekat di tangan apabila di pegang, dan tanaman
yang menghasilkan gaharu memiliki ciri kulit batang menjadi lunak, tajuk
tanaman menguning dan rontok, terjadi pembengkakan, pelekukan atau penebalan
pada batang dan cabang berupa gumpalan berbentuk padat berwarna coklat
kehitaman sampai hitam, berbau harum jika dibakar.

7
C.    Jenis dan Kelas Pohon Penghasil Gaharu

a.  Aquilaria spp.


  Pohon dengan tinggi batang yang dapat mencapai antara 35-40 m,
berdiameter sekitar 60 cm, kulit batang licin berwarna putih atau keputih-putihan
dan berkayu keras. Daun lonjong memanjang dengan ukuran panjang 5-8 cm dan
lebar 3-4 cm, ujung daun runcing, warna daun hijau mengkilat. Bunga berada
diujung ranting atau diketiak atas dan bawah daun. Buah berada dalam polongan
berbentuk bulat telur aatau lonjong berukuran sekitar 5 cm panjang dan 3 cm
lebar. Biji/benih berbentuk bulat atau bulat telur yang tertutup bulu-bulu halus
berwarna kemerahan.

b. Malaccensis
Malaccensis di wilayah potensial dapat mencapai tinggi pohon sekitar 40
m dan diameter 80 cm, beberapa nama daerah seperti: ahir, karas, gaharu, garu,
halim, kereh, mengkaras dan seringak. Tumbuh pada ketinggian hingga 750 m dpl
pada hutan dataran rendah dan pegunungan, pada daerah yang beriklim panas
dengan suhu rata-rata 32° C dan kelembaban sekitar 70%, dengan curah hujan
kurang dari 2.000 mm/tahun.

c. microcarpa
  Tinggi sekitar 35 m berdiameter sekitar 70 cm dengan nama daerah
tengkaras, engkaras, karas, garu tulang, dan lain-lain. Sedangkan A. filaria tinggi
pohon antara 15-18 m berdiameter sekitar 50 cm, di Irian Jaya memiliki nama
daerah age dan di Maluku las. Tumbuh di hutan dataran rendah, rawa hingga
ketinggian sekitar 150 m, pada kawasan beriklim kering bercurah hujan sekitar
1.000 mm/th. A. beccariana, memiliki nama daerah mengkaras, gaharu dan
gumbil nyabak. Tumbuh hingga ketinggian 850 m.dpl pada kondisi kawasan
beriklim kering dengan curah hujan sekitar 1.500 mm/th.

d. Gyrinops spp.
Tumbuhan gaharu jenis ini berbentuk sebagai pohon yang memiliki ciri
dan sifat morfologis yang relatif hampir sama dengan kelompok anggota famili

8
Thymeleacae lainnya. Daun lonjong memanjang, hijau tua, tepi daun merata,
ujung meruncing, panjang sekitar 8 cm, lebar 5-6 cm. Buah berwarna kuning-
kemerahan dengan bentuk lonjong. Batang abu-kecoklatan, banyak cabang, tinggi
pohon dapat mencapai 30 m dan berdiameter sekitar 50 cm. Daerah sebaran
tumbuh di wilayah Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan potensi terbesar berada
di Irian Jaya (Papua).

e. Aetoxylon spp.
Pohon dengan rataan tinggi sekitar 15 m, berdiameter antara 25-75 cm,
kulit batang ke abu-abuan atau kehitam-hitaman dan bergetah putih. Bentuk daun
bulat telur, lonjong, licin dan mengkilap dan bertanggkai daun sekitar 8 mm.
Bunga dalam kelompok berjumlah antara 5-6 bunga, berbentuk seperti payung,
dengan panjang tangkai bunga sekitar 9 mm, bentuk bunga membulat atau bersegi
lima berdiameter sekitar 4 mm, buah membulat panjang sekitar 3 cm dan lebar 2
cm, serta tebal 1 cm. Tumbuh pada kawasan hutan dataran rendah dengan lahan
kering berpasir, beriklim sedang dengan curah hujan sekitar 1.400 mm/th, bersuhu
sekitar 27° C dan berkelembaban sekitar 80%. Gaharu dari jenis ini memiliki
nama daerah sebagai kayu biduroh, laka, garu laka, garu buaya, dan pelabayan.

f.  Gonystylus spp.


Memiliki ciri dan sifat morfologis dengan tinggi dapat mencapai 45 m dan
berdiameter antara 30-120 cm, memiliki tajuk tipis, dan berakar napas (rawa),
Bedaun tunggal, berbentuk bulat telur, panjang 4-15cm, lebar 2-7 cm dengan
ujung runcing, bertangkai daun 8-18 mm, licin dengan warna hijau-kehitaman.
Bunga berbentuk malai berlapis dua, muncul diujung ranting atau ketiak daun,
berwarna kuning, tangkai bunga panjang sekitar 1,5 cm. Berbuah keras,berbentuk
bulat telur dengan ujung meruncing, memiliki 3 ruang, panjang 4-5 cm, lebar 3-4
cm, benih berwarna hitam. Gaharu dari jenis ini umumnya terbentuk pada bekas
taksis duduk cabang, sehingga bentuk gaharu terbentuk umumnya berbentuk
bulatan-bulatan. Nama daerah gaharu dari kelompok jenis ini adalah: karas,

9
mengkaras, garu, halim, alim, ketimunan, pinangbae, nio, garu buaya, garu
pinang, bal, garu hideung, bunta, mengenrai, udi makiri, sirantih, dan lain-lain.

g. Enkleia spp.
Tumbuhan penghasil gaharu dari kelompok jenis ini berbentuk tumbuhan
memanjat (liana) dengan panjang mencapai 30 m berdiameter sekitar 10 cm,
batang kemerah-merahan, beranting dan memiliki alat pengait. Bunga berada
diujung ranting, bertangkai bunga dengan panjang mencapai 30 cm, bunga
berwarna putih atau kekuningan, Buah bulat-telur, panjang 1,25 cm dan lebar 0,5
cm. Dikenal dengan nama daerah tirap akar, akar dian dan akar hitam, garu
cempaka, garu pinang, ki laba, medang karan, mengenrai, udi makiri, garu buaya,
bunta, dan lain-lain.

h.  Wiekstroemia spp.


Pohon berbentuk semak dengan tinggi mencapai sekitar 7 m dan diameter
sekitar 7,5 cm, ranting kemerah-merahan atau kecoklatan. Daun bulat telur, atau
elips/lancet, panjang 4-12 cm dan lebar 4 cm. Helai daun tipis, licin di dua
permukaan, bertangkai daun panjang 3 cm. Bunga berada diujung ranting atau
ketiak daun, berbentuk malai dan tiap malai menghasilkan 6 bunga dengan warna
kuning, putih kehijauan atau putih, dengan tangkai bunga sekitar 1 mm, mahkota
bunga lonjong atau bulat telur dengan panjang 8 mm dan lebar 5 mm berwarna
merah. Kelompok gaharu dari jenis-jenis ini dikenal memiliki nama daerah, layak
dan pohon pelanduk, kayu linggu, menameng atau terentak.

i.  Dalbergia sp.


Sementara hanya ditemukan 1 jenis yakni D. parvifolia sebagai salah satu
dari anggota famili Leguminoceae merupakan tumbuhan memanjat (liana) dan
produk gaharunya kurang disukai pasar.

j.  Excoccaria sp.


Genus ini hanya ditemukan 1 jenis yakni E. agaloccha yang merupakan
anggota famili Euphorbiacae tergolong tumbuhan tinggi dengan tinggi pohon

10
antara 10-20 m dan dapat mencapai kelas diameter sekitar 40 cm. Produksi
gaharunya kurang disukai pasar.

Dari beberapa jenis kayu gaharu, ada 3 jenis yang paling banyak dibudidayakan


saat ini yaitu :

1.      Gaharu Subintegra

2.      Gaharu Crassna

3.      Gaharu Malaccensis

Untuk membedakan ketiga jenis kayu gaharu ini ada 2 hal yang dapat kita
perhatikan dengan mudah yakni penampilan bentuk daun dan bentuk buah.

1. Gaharu Subintegra

Gambar diatas merupakan gambar bentuk fisik daun dan buah gaharu


subintegra. Daun terlihat hijau muda, mengkilat, bentuk memanjang dan terkesan
runcing, permukaan daun nampak lembut atau halus. Gambar disamping adalah
gambar daun muda, pada daun yang sudah tua umumnya daun besar dan panjang
dan berwarna hijau tua dan daun lebih tebal jika dibanding dengan jenis lain.
Ukuran daun jauh diatas ukuran daun crassna dan malacensisi. Sedangkan buah
berwarna kuning cerah, mengkilat, membulat.

11
2.  Gaharu Crassna

Bentuk daun gaharu crassna lebih membulat, warna hijau tua, tebal dan
nampak keras. Bentuk buah gaharu crassna lonjong pada bagian bawah.

3. Gaharu Malaccensis

Daun berwarna hijau tua, daun terlihat agak membulat dan pada ujung
daun terdapat bagian yang runcing. Daun terlihat tipis.

D.  Proses Atau Teknis Pembentukan Gubal Gaharu Serta Cara


Budidaya Pohon Gaharu
Dihasilkan dari tanaman sebagai respon dari mikroba yang masuk ke
dalam jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara
alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun

12
secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian. Masuknya mikroba ke
dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan
menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan
terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin
berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan
floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba
yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka
gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk.

Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman


penghasil gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap
spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi
penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar.

Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum


adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani,
Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium
sp.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan budidaya pohon


penghasil gaharu yaitu persyaratan tumbuh. Tempat tumbuh yang cocok untuk
tanaman penghasil gaharu adalah dataran rendah, lereng-lereng bukit, sampai

13
ketinggian 750 meter diatas permukaan laut. Jenis Aquilaria tumbuh sangat baik
pada tanah-tanah liat (misalnya podsolik merah kuning), tanah lempung berpasir
dengan drainase sedang sampai baik. Tipe iklim A-B dengan kelembaban sekitar
80%. Suhu berkisar antara 22-28 drajat celcius dengan curah hujan berkisar antara
2000 s/d 4000 mm/tahun. Lahan tempat tumbuh yang perlu dihindari adalah (1)
lahan tergenang secara permanen, (2) tanah rawa, (3) lahan dangkal (kedalaman
kura dari 50 cm), (4) pasir kuarsa, dan (5) lahan yang ber-pH kurang dari 4,0.

a. Penanganan Benih Dan Persemaian


Pengadaan bibit gaharu sementara dapat memanfaatakn potensi tegakan
alam gaharu yang masih tersedia sebagai pohon tegakan benih ( seed stand ).
Dalam jangka panjang perlu dibina ketersediaan pohon induk ( seed orchard )
yang berperan sebagai sumber bahan tanaman dalam membina budidaya serta
sekaligus upaya pelestarian sumberdaya genetik jenis gaharu. Pengadaan bibit
gaharu dapat berasal dari biji, anakan cabutan alam, dan stump . Pengunduhan biji
dapat dilakukan dari pohon induk. Anakan alam diperoleh dari hasil cabutan yaitu
dengan cara mengambil bibit cabutan alam yang memiliki tinggi 15-20 cm, daun
lebih dari 6 helai, dan di persemaian akarnya diberi perlakuan hormon tumbuh
Rootone-F sebesar 200 ppm dan dipelihara di persemaian sampai umur 4 bulan.
Bibit dengan stump bisa diperoleh dari anakan alam maupun lewat persemaian
dengan membuat potongan stump dengan panjang batang atas 5 cm dan panjang
bagian bawah (akar) 10 cm yang diikuti pemotongan akar serabut dan diberi
perlakuan Rootone-F sebesar 200 ppm sebelum ditanam di lapangan. Pengadaan
benih gaharu yang berasal dari biji bisa dilakukan dengan pemungutan buah yang
telah masak fisiologis. Buah masak jenis Gyrinops verstegii (Gig) Domke
terbanyak terjadi pada bulan Januari-Februari dan di luar bulan tersebut gaharu
berbuah sangat sedikit. Buah bentuknya bulat lonjong sebesar biji kacang tanah
yang telah dikupas, dengan ukuran tinggi 1 cm dan lebar 0,5 cm. Buah tua
dicirikan kulit berwarna hijau kekuning-kuningan dan cangkang buah belum
merekah. Pemungutan buah dilakukan dengan cara memanjat pohon dan
menjatuhkan buah dengan galah berkait agar buah dapat berjatuhan dan

14
selanjutnya biji dikeluarkan dari buah masak dan segera didederkan di bedeng
tabur, karena biji gaharu tidak tahan lama dalam penyimapanan (bersifat
recasiltran). Setiap buah mengandung 3-4 biji. Dalam 1 kg buah gaharu terdapat
3.000 biji dengan daya kecambah 65 %. Pemakaian Rootone-F dalam
perkecambahan biji dapat meningkatkan persen kecambah sampai 85 % (Surata,
2004). Selanjutnya penyapihan dilakukan di bedeng sapih dengan menggunakan
polybag 15 cm x 20 cm, media semai tanah : kompos 4 :1. Persemaian di bedeng
sapih dapat menggunakan persemaian permanen ( shade house ) dan persemaian
konvensional. Setelah penyapihan maka dilakukan penyiram setiap hari. Bibit
gaharu memerlukan umur > 6 bulan di persemaian sebelum ditanam di lapangan.
Sebelum pemindahan bibit ke lapangan maka perlu dilakukan pemotongan akar
yang tembus polybag dan hardening of (aklimatisasi) yang dilakukan sebulan
sebelum penanaman.

b.       Teknik Penanaman


Sesuai dengan sifat fisiologis pohon gaharu yang mempunyai sifat toleran
(memerlukan naungan) pada awal pertumbuhannya ( vegetaif growth ), maka
persiapan lahan tanaman perlu diiringi persiapan pohon penaung. Letak tanaman
ditata dalam jalur berjarak 3 atau 6 m yang dibersihkan secara jalur sekitar 1 m
dan pohon atau semak di sekitarnya dibiarkan sebagai penaung. Jarak tanam
dalam jalur 3 m atau 6 m, lubang tanam 30 cm x 30 cm x 30 cm. Modifikasi jarak
tanam ini dapat dilakukan sesuai dengan kondisi tapak setempat jenis pohon
penaung yang sudah ada dengan pengaturan pohon penaung sebesar 50 %.
Sebaiknya gaharu ditanam pada awal musim hujan, agar bibit yang ditanam
mempunyai waktu yang cukup panjang untuk tumbuh dan berkembang, sehingga
pada musim kemarau pertama tanaman sudah cukup kuat untuk menghadapi
keadaan cuaca yang kering dan panas di lapangan.

c.        Pola Tanam


Pola tanam budidaya gaharu disesuaikan dengan sifat fisiologis tumbuhan
inang gaharu yang memerlukan pohon penaung. Apabila tanaman penghasil
gaharu akan ditanam pada hamparan lahan yang luas dan masih kosong

15
(monokultur), maka jarak tanam dapat dibuat 3 X 3 m,  3 x 4 m, 3 x 5 m, 4 m x 4
m atau 5 m x 5 m.  Beberapa teknik alternatif yang dapat diterapkan antara lain
dengan memanfaatkan pohon penaung yang sudah ada (sistem perkayaan jalur)
dan pembutan hutan tanaman dengan menanam pohon penaung jenis cepat
tumbuh (pola hutan campuran), baik pada hutan produksi maupun hutan rakyat.
Pola penaung pada hutan alami (sistem perkayaan) dapat diterapkan dengan
membebaskan tajuk pohon penaung yang sudah ada.

Penggunaan naungan ini menunjukkan bahwa pada musim kemarau


pertumbuhan tinggi, diameter, dan persen tumbuh lebih baik serta warna daun
lebih hijau, jumlah daun lebih banyak, dan kondisi vigor tajuk tanaman lebih
sehat; demikian sebaliknya yang dengan tanpa penaung pertumbuhan tanaman
lebih rendah. Penggunaan pohon penaung mempengaruhi iklim mikro seperti
meningkatkan kelembaban udara serta menurunkan intensitas penyinaran,
temperatur udara dan temperatur tanah pada musim kemarau dan hal ini sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan gaharu di daerah kering Nusa Tenggara yang
mempunyai iklim kering yang agak panjang (8 bulan).

d.       Pemeliharaan
Pemeliharaan akan sangat menentukan produksi gaharu pada saat
tegakan masih muda. Pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan tanaman muda,
pemeliharaan tegakan lanjutan, dan perlindungan tanaman. Pemeliharaan tanaman
muda dilakukan sejak bibit ditanam di lapangan sampai terbentuknya tegakan
hutan yaitu pada saat tajuk hutan mulai menutup meliputi penyulaman,
penyiangan, dan pandangiran. Penyulaman dilakukan dua kali yaitu pada tahun
tanam berjalan dan umur satu tahun sampai tercapainya persen tumbuh 80 %.
Penyiangan dilakukan 2 kali setahun atau disesuaikan dengan keadaan
pertumbuhan gulma dan pendangiran dilakukan setahun sekali. Pemeliharaan
tegakan lanjutan dilakukan sejak tajuk hutan menutup dengan pohon penaung
sampai tegakan mencapai umur panen gaharu dengan melakukan pemangkasan
dan penjarangan pohon penaung yang ditujukan untuk memberi kesempatan
tumbuh yang sebaik-baiknya pada setiap pohon inang gaharu.      Pemeliharaan

16
tegakan juga dilakukan pada inang gaharu yang terlalu rapat, dilakukan untuk
mengurangi terjadinya persaingan antar pohon dalam rangka meningkatkan
kesehatan, kualitas, dan nilai tegakan. Penjarangan pohon inang gaharu bisa juga
didahului dengan mempercepat mengadakan penularan secara intensif pada pohon
yang akan dijarangi selagi pohon masih muda, sehingga apabila pohon tersebut
dipotong hasil penjarangan bisa dimanfaatkan.

Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, pohon penghasil gaharu


perlu ditanam pada kondisi yang sesuai dengan tempat tumbuhnya di alam.
Tempat tumbuh yang cocok untuk tanaman penghasil gaharu adalah dataran
rendah, lereng-lereng bukit sampai ketinggian 750 meter di atas permukaan
laut.        

e.        Pemanenan
Pemanenan gaharu dapat dilakukan minimum 1- 2 tahun setelah proses
induksi jamur pembentuk gaharu Apabila ingin mendapatkan produksi gaharu
yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas, maka proses pemanenan dapat 
dilakukan 2-3 tahun setelah proses induksi jamur.Teknik pemanenan dan keahlian
dalam pemilahan kayu gaharu (Gubal dan kemedangan)

E.   Manfaat Gaharu Itu Dalam Kehidupan Sehari-Hari


1. Aktivitas Kebudayaan – Islam, Budha, Hindu
2. Perayaan Keagamaan – Kebanyakan di Negara Islam dan Arab
3. Wangi Parfum – Wanginya Tahan Lama Banyak Diminati di Negara
Eropa Seperti Daerah Yves Saint Laurent, Zeenat dan Amourage
4. Aroma Terapi – Menyegarkan Tubuh, Perayaan dan Undangan
5. Obat & Kesehatan – Biasa Digunakan di Pengobatan Tradisional
Khususnya Dinegara China dan Jepang
6. Koleksi Pribadi – Untuk Ruangan Besar Khusus Eksklusif
7. Kecantikan – Sabun, Shampo Yang Harum Semerbak
8. Untuk pengharum ruangan yang besar

17
9. Bahan obat-obatan yang memiliki khasiat sebagai anti asmatik, anti
mikrobia, dan stimulan kerja syaraf dan pencernaan
10. Contoh gambar pemanfaatan produk gaharu yang lain

Daun pohon gaharu dari budidaya kayu gaharu dapat dibuat menjadi teh yg
membantu kebugaran tubuh. Manfaat teh dari budidaya kayu gaharu :

 Sebagai anti oksidant


 Baik Tuk pengidap insomnia/sukar tidur karena teh gaharu menekan
sistem syaraf pusat sehingga menimbulkan efek menenangkan
 Sebagai obat anti mabuk
 Membantu merendahkan tahap kolestrol
 Membantu meredakan ketegangan/hiperten si/stress
 Membantu mengurangkan toksik dalam badan
 Mengurangkan kadar tekanan dalam darah dan gula yg tinggi

F.        Nilai Ekonomi Pada Pohon Gaharu


Gaharu banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi
terutama untuk gaharu dari tanaman famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria
spp. yang dalam dunia perdangangan disebut sebagai gaharu beringin. Untuk jenis
gaharu dengan nilai jual yang relatif rendah, biasanya disebut sebagai gaharu
buaya. Selain ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya, kualitas gaharu juga
ditentukan oleh banyaknya kandungan resin dalam jaringan kayunya. Semakin
tinggi kandungan resin di dalamnya maka harga gaharu tersebut akan semakin
mahal dan begitu pula sebaliknya.

Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas besar,


yaitu gubal, kemedangan, dan abu. Gubal merupakan kayu berwarna hitam atau
hitam kecoklatan dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang
memiliki kandungan damar wangi beraroma kuat. Kemedangan adalah kayu
gaharu dengan kandungan damar wangi dan aroma yang lemah serta memiliki
penampakan fisik berwarna kecoklatan sampai abu-abu, memiliki serat kasar, dan
kayu lunak. Kelas terakhir adalah abu gaharu yang merupakan serbuk kayu hasil
pengerokan atau sisa penghancuran kayu gaharu.

18
Sebab gaharu sangat mahal harganya salah satunya merupakan kebutuhan
pokok bagi masyarakat di negara-negara Timur Tengah yang digunakan sebagai
dupa untuk ritual keagamaan. Masyarakat di Asia Timur juga menggunakannya
sebagai hio. Minyak gaharu merupakan bahan baku yang sangat mahal dan
terkenal untuk industri kosmetika seperti parfum, sabun, lotions, pembersih muka
serta obat-obatan seperti obat hepatitis, liver, antialergi, obat batuk, penenang
sakit perut, rhematik, malaria, asma, TBC, kanker, tonikum, dan aroma terapi.

Atas dasar itu, pengembangan gaharu sangat mendukung program pelestarian


hutan yang digalakkan pemerintah. Investasi dibidang gaharu sendiri sebenarnya
sangat menguntungkan. Gaharu bisa dipanen pada usia 5-7 tahun.
Untuk satu hektare gaharu hingga bisa dipanen, memerlukan biaya sebesar Rp 125
juta namun hasil panen yang didapat mencapai puluhan kali lipat. Budi daya
gaharu sangat cocok dikembangkan dalam meningkatkan hasil hutan non kayu,
sementara pasarnya sangat luas dan tidak terbatas.

19
BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan
 Gaharu merupakan substansi aromatic berupa gumpalan yang terdapat
diantara sel-sel kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta
memiliki kandungan kadar damar wangi.
 Jenis gaharu yang paling banyak dibudidayakan saat ini yaitu Gaharu
Subintegra Gaharu Crassna, Gaharu Malaccensis
 Proses pembentukan gubal gaharu dihasilkan dari masuknya mikroba ke
dalam jaringan yang terluka dan akhirnya menghasilkan aroma yang
harum.
 Manfaat gaharu bermacam-macam yaitu dapat dibuat obat, dijadikan
bahan kosmetik atau kecantikan, dan juga parfum dan untuk perayaan
keagamaan.
 Gaharu banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi
terutama untuk gaharu dari tanaman famili Themeleaceae dengan jenis
Aquilaria spp.

B. Saran
Tanaman gaharu banyak memberikan manfaat serta meningkatkan
pendapatan masyarakt juga meningkatkan devisa negara oleh karena itu
diharapkan dapat melestarikan plasma nutfah sumberdaya pohon penghasil gaharu
agar keberadanya tetap terjaga.

20

Anda mungkin juga menyukai