Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Manajemen Media Cetak, Elektronik Dan Online”


Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Jurnalistik dan Publistik
Dosen pengampu: Muthoharoh, M.Pd.I

Disusun oleh :
Kelompok 3
Ainun Umami 1708101003
Muhammad Yusuf 1708101199
Sovi Inayah 1708101191

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2020/2021
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon Jawa Barat 45132
Telp. (0231) 481264 Faks : (0231) 489926
KATA PENGANTAR
‫يم‬
ِ ‫س ِمالل ِهال َّر ْحمنِال َّر ِح‬
ْ ِ‫ب‬

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Tak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kepada
keluarganya, para sahabat, tabi’in dan tabi’at serta semoga dapat sampai kepada kita
selaku umatnya hingga akhir zaman nanti.

Makalah ini berisikan mengenai pemaparan tentang “Manajemen Media Cetak,


Elektronik Dan Online”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi dosen, rekan-rekan
dan para pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak kesalahan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik yang membangun guna
dapat memperbaiki lagi pada makalah selanjutnya.

Cirebon, 18 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan Perumusan..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. MANAJEMEN MEDIA Lembaga Pers.....................................................................3

B. Media Cetak...............................................................................................................5

C. Media Elektronik (Penyiaran)....................................................................................7

D. Media Online (Media Siber)....................................................................................10

BAB III PENUTUP.........................................................................................................13

A. Kesimpulan...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini, media massa tidak bisa lagi dipisahkan dari kehidupan manusia,
karena media massa, baik cetak maupun elektronik sudah menjadi kebutuhan hidup.
Mulai dari masyarakat kota hingga pedesaan memanfaatkan media massa untuk
berbagai keperluan. Melalui media massa, masyarakat minimal mendapatkan
beragam hiburan dan informasi terbaru tentang berbagai hal yang terjadi di berbagai
belahan dunia. Kalaupun terjadi pengecualian, ada masyarakat yang belum
menikmati media massa, mungkin hanya bagi masyarakat suku terasing saja
(Moondry,2008:12).

Setiap manusia memiliki kebutuhan informasi yang berbeda–beda.


Kebutuhan akan informasi tersebut bisa terpenuhi ketika mereka mengonsumsi
media yang menyajikan informasi seputar kebutuhan mereka tersebut. Masyarakat
sebagai konsumen pers, sangat selektif memilih informasi. Menurut Djuroto (2004:6)
“Jika penyajian pers tidak sesuai dengan kebutuhannya, jangankan untuk membaca,
membeli pun tidak. Minat baca masyarakat terhadap suatu produk pers sangat
berpengaruh terhadap kehidupan pers itu sendiri.”

Pada hakikatnya, pers merupakan perusahaan yang memiliki ideologis


dengan misi tertentu. Maka dari itu, sebuah perusahaan media harus memiliki orang–
orang yang berkompeten untuk terlibat dalam kegiatan bidang redaksi. Setiap
personil yang ada didalamya, diwajibkan mengikuti suatu sistem kerja yang telah
ditentukan perusahaan guna menghasilkan produk yang berkualitas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Struktur Lembaga Pers di Indonesia?
2. Apa saja yang termasuk kedalam Media Cetak jurnalistik itu?
3. Apa saja yang termasuk kedalam Media Elektronik (Penyiaran) jurnalistik
itu?

1
4. Apa saja yang termasuk kedalam Media Online (Siber) jurnalistik itu?

C. Tujuan Perumusan
1. Untuk Memahami Struktur Lembaga Pers di Indonesia Pengertian Pers dan
Jurnalistik
2. Untuk Memahami Media Cetak jurnalistik
3. Untuk Mengetahui Media Elektronik (Penyiaran) jurnalistik
4. Untuk Memahami Media Media Online (Siber) jurnalistik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. MANAJEMEN MEDIA LEMBAGA PERS


Pengertian manajemen secara harfiah berarti mengelola atau
mengatur, sedangkan pengertian persmerupakan suatu lembaga
penerbitan media massa cetak seperti majalah, surat kabar, tabloid dan
lainnya. Dengan begitu, maka pengertian manajemen pers secara umum
adalah suatu usaha atau cara untuk mengelola media massa berupa
koordinasi dengan unsur-unsur yang terkait di dalamnya.
Dari pengertian manajemen pers tersebut maka prosedur
manajemen mengacu pada empat komponen fungsi penting yaitu:
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pelaksanaan
4. Pengendalian media massa
Keempat komponen manajemen pers menjadi prinsip dasar untuk
membangun bisnis di bidang pers atau media massa. Berikut penjelasan
dari masing-masing komponen tersebut:
1. Perencanaan
Dalam perencanaan mencakup persiapan sumber daya manusia
berserta sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pers. Perencanaan
membahas hal-hal yang terkait dengan strategi dan bagaimana
perusahaan pers akan membuat, menjual dan mendistribusikan
produknya.
2. Pengorganisasian
Pada komponen ini menyangkut struktur organisasi dalam pers
seperti redaksi, tata usaha/ pemasaran dan produksi/ percetakan. Ketiga
hal tersebut merupakan unsur dasar yang harus ada dalam sebuah bisnis

3
pers. Setiap bagian memiliki job description yang berbeda dan
bertanggung jawab terhadap tugas masing-masing.
3. Pelaksanaan
Segala perencanaan dan strategi yang sudah dibuat, kemudian
diimplementasikan atau dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
berlaku di perusahaan pers. Pada tahap ini sangat menentukan
keberhasilan bisnis pers termasuk bagaiman pers dapat diterima di
masyarakat.
4. Pengendalian
Dengan adanya UU yang memuat tentang kebebasan pers, tidak
berarti bisnis pers yang Anda jalankan bisa sepenuhnya bebas. Adanya
unsur pengendalian di dalam bisnis pers yang Anda kembangkan akan
membantu mempertahankan bisnis tersebut.
Struktur Manajemen Lembaga Media Pers

MANAJEMEN MEDIA

LEMBAGA PERS

PENYIARAN SIBER

MEDIA MEDIA
CETAK ONLINE

MEDIA
ELEKTRONIK

4
B. MEDIA CETAK
Media cetak adalah media yang proses pembuatannya melalui
percetakan, seperti, surat kabar, majalah, bulletin, dan sejenisnya. Surat
kabar yang sering lekat juga disebut Koran adalah salah satu media cetak
utama. Koran dari Bahasa Belanda: Krant, dari Bahasa Perancis courant
adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya
dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas Koran. Koran
berisi berita-berita terkini dalam berbagai topic, bisa berupa even politik,
kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca dan lain-lain.

Di kalangan pemerhati media massa, terdapat persepsi yang


berbeda tentang surat kabar yang berkembang dalam khasanah ilmu
komunikasi. Satu persepsi menyamakan konteks surat kabar dengan
penamaan pers: Pers dianggap singakatan persuratkabaran. Namun,
persepsi lain menyebutkan bahwa surat kabar adalah bagian dari pers.
Persepsi pertama muncul dengan dasar pemikiran bahwa istilah pers
dikhususkan hanya untuk media yang tercetak. Dalam konteks ini, media
cetak yang sangat dominan dalam kehidupan komunikasi adalah surat
kabar, selain media massa lain yang posisinya tidak menonjol. Oleh
karena itu, pers sering disejajarkan dengan makna surat kabar.

Persepsi kedua, menggunakan dasar pemikiran bahwa istilah pers


tidak hanya untuk media cetak, tetapi media elektronik. Oleh karena itu,
radio, televisi, internet, dan sejenisnya pun sering menamakan dirinya
pers. Hal itu lebih ditegaskan lagi dalam Undang-Undang No. 40 Tahun
1999 tentang Pers yang menyatakan bahwa Pers adalah lembaga sosial
dan wahana komunikasi massa yang melaksanakankegiatan jurnalistik,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik maupun media
elektronik,dan segala jenis saluran yang tersedia.

Di Indonesia, pengertian pers ditegaskan dalam Undang-Undang


No. 11 tahun 1966 tentang ketentuan-ketentuan pokok pers dan

5
UndangUndang No. 21 tahun 1982 tentang perubahan atas Undang-
Undang tahun 1966. Kemudian disempurnakan lagi dengan lahirnya
UndangUndang No.40 tahun 1999.

Dalam undang-undang tersebut dikatakan bahwa pers adalah


lembaga kemasyarakatan, alat perjuangan nasional yang hanya sebagai
salah satu media komunikasi massa, yang bersifat umum berupa
penerbitan yang teratur waktu terbitnya diperlengkapi atau tidak
diperlengkapi dengan alat-alat milik sendiri berupa percetakan, alat-alat
foto, klise, mesin-mesin stensil atau alat-alat teknik lainnya.

Surat kabar memiliki empat ciri umum yang menonjol. Keempat


ciri tersebut yakni, aktualitas, publisitas, perioditas, dan universalitas.
Aktualitas dalam surat kabar mengandung pengertian, memiliki nilai
waktu, nilai psikologis, nilai pengetahuan, dan nilai sosial. Publisitas
dalam surat kabar mengandung pengertian bahwa surat kabar terbit
secara teratur atau periodik. Tidak menjadi soal apakah terbitnya itu
sehari sekali, sehari dua kali, atau seminggu sekali, dan seterusnya.
Universalitas dalam surat kabar mengandung pengertian bahwa surat
kabar memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia
dan tentang segala aspek kehidupan manusia.

Surat kabar pun memiliki sifat, terekam, menimbulkan perangkat


mental secara aktif, mengandung teknik pentransmisian, dan
memnimbulkan efek. Surat kabar memiliki sifat terekam, artinya
beritaberita yang dipublikasikan surat kabar sudah tersusun dalam bentuk
alinea, kalimat, kata-kata, dan gambar yang dicetak pada kertas. Surat
kabar memiliki sifat menimbulkan perangkat mental secara aktif, artinya
pesan-pesan yang dikomunikasikan kepada khalayak dengan
menggunakan bahasa dan huruf yang tercetak ‚mati‛ di atas kertas dan
agar dimengerti maknanya, pembaca harus menggunakan perangkat
mental secara aktif.

6
Surat kabar memiliki sifat mengandung teknik pentransmisian
agar mengenai sasaran. Mengenai hal ini Schramm dalam
(Effendy,1986:2004) menyatakan bahwa pesan hendaknya dirancang dan
disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian, pesan
hendaknya menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga sama-sama dapat
dimengerti. Pesan hendaknya dapat membangkitkan kebutuhan pribadi
pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh
kebutuhannya, dan pesan hendaknya menyarankan suatu jalan untuk
memperoleh kebutuhan tadi, yang layak bagi situasi kelompok di mana
sasaran berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan
yang dikehendaki. Surat kabar pun memiliki sifat menimbulkan efek,
artinya memberikan pengetahuan, meningkatkan intelektual, dan
mengubah sikap.

Fungsi surat kabar secara umum identik dengan fungsi pers.


Fungsi di sini mengandung makna ideal atau didasari oleh suatu
semangat idealisme yang kuat. Hal ini penting untuk ditekankan,
mengingat pers (surat kabar) di Indonesia adalah sebagai lembaga
kemasyarakatan yang memiliki idealisme, yakni,

1) social control: secara bebas menyatakan pendapat,

2) memiliki idealisme social responsibility: memiliki tanggung


jawab sosial.

C. MEDIA ELEKTRONIK (PENYIARAN)


Seperti halnya surat kabar, eksistensi media elektronik pun
mengalami pasang surut. Salah satu media elektronik yang sempat
merakyat adalah radio. Radio di Indonesia pun mengalami pasang surut
sesuai perkembangan pemerintahan di Indonesia. Peristiwa yang maha
penting bagi seluruh rakyat Indonesia, yakni Proklamasi Kemerdekaan
tidak dapat disiarkan langsung oleh radio siaran karena radio siaran

7
masih dikuasai oleh Jepang. Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia
baru dapat disiarkan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris pukul 19.00
WIB, dan hanya dapat didengar oleh penduduk sekitar Jakarta. Baru pada
18 Agustus 1945, naskah bersejarah itu dapat dikumandangkan di luar
batas tanah air dengan resiko petugasnya diberondong senjata serdadu
Jepang.
Media massa yang baik adalah media massa yang dapat diterima
masyarakat dan tidak mengganggu keamanan nasional, apalagi
mengandung konten-konten yang menyebabkan perpecahan di tengah
masyarakat.
Setelah itu, dibuat pemancar radio gelap, radio siaran dengan
stasiun call ‚Radio Indonesia Merdeka‛. Dari situlah Wakil Presiden
Mohamad Hatta dan pemimpin lainnya menyampaikan pidato melalui
radio siaran yang ditujukan kepada rakyat Indonesia. Pada 11 September
1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara pemimpin radio
siaran untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran. Tanggal 11
September itu menjadi hari ulang tahun Radio Republik Indonesia
(Effendy, 1990: 58-60) .
Hingga akhir 1966, RRI adalah satu-satunya radio siaran di
Indonesia yang dikuasai dan dimiliki pemerintah. Selain sebagai media
informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI
menyajikan acara pendidikan dan persuasi. Acara pendidikan yang
berhasil adalah “Siaran Pedesaan” yang mulai diudarakan pada
September 1969 oleh stasiun RRI regional. Stasiun RRI regional juga
membantu menginformasikan program-program pemerintah, seperti
keluarga berencana, transmigrasi, kebersihan lingkungan, imunisasi ibu
hamil dan balita. Sejalan dengan perkembangan budaya sosial dan
teknologi, maka bermunculan radio siaran-radio siaran amatir yang
diusahakan oleh perorangan.
Kemudian Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.
55 tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Karena jumlah

8
radio siaran swasta semakin banyak dan fungsinya makin penting, tahun
1974 stasiun-stasiun radio siaran swasta niaga terhimpun dalam wadah
yang dinamakan Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia,
disingkat PRSSNI.
Pada zaman orde baru radio-radio wajib merelai warta berita dari
RRI, pada era reformasi tidak lagi terjadi. Pada masa reformasi
bermunculan radio-radio siaran swasta. Menurut catatan PRSSNI, hingga
tahun 2005, terdapat sekitar 900 radio siaran swasta. Namun banyak juga
radio siaran swasta yang tidak terdaftar di PRSSNI karena sejak
reformasi, radio siaran tidak lagi diwajibkan menjadi anggota PRSSNI.
Radio-radio tersebut memiliki kewenangan untuk menyiarkan warta
berita secara mandiri dengan nama program yang berbeda-beda.
Selain radio, media elektronik yang sangat fenomenal adalah
televisi. Televisi dianggap media massa yang paling berpengaruh
terhadap kehidupan manusia karena seperti di Amerika, 99% penduduk
memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali
hiburan, berita, dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton
televisi sekitar tujuh jam dalam sehari (Agee,et.al,2001:279).
Secara historis tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia
pertelevisian dengan adanya perubahan dari televisi eksperimen ke
televisi komersial di Amerika. Karena perkembangan televisi yang sangat
cepat, dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak yang besar
terhadap masyarakat. Kegiatan penyiaran melalui televisi di Indonesia
dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962 bertepatan dengan
dilangsungkannya pembukaan Pesta Olahraga Se-Asia IV atau Asean
Game di Senayan Jakarta. Sejak itu pula TVRI dipergunakan sebagai
stasiun panggilan (station call) hingga sekarang (Effendy:1993:54).
Pada tanggal 16 Agustus 1976, Presiden Soeharto meresmikan
penggunaan stasiun satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran
televisi. Sejak 1989, lahirlah televisi swasta pertama, yakni RCTI,
kemudian SCTV, dan seterusnya hingga sekarang ratusan stasiun televisi

9
sudah berdiri di seluruh Indonesia, baik televisi SSJ (Sisten Stasiun
Berjaringan) maupun televisi lokal.
Perkembangan televisi sangat luar biasa setelah ditemukan
televisi kabel, apalagi setelah muncul juga televisi analog dan televisi
berlangganan, bahkan ke depan akan muncul televisi digital.
Perkembangan kuantitas televisi tidak hanya menyangkut kepemilikan
pesawat televisi yang dimiliki oleh warga Negara Indonesia, tetapi juga
makin bertambahnya jumlah stasiun televisi dan tidak hanya di kota
besar, tetapi ke daerah-daerah atau ibu kota kabupaten/kota.
Hingga November 2015, jumlah televisi Jakarta yang sering
disebut televisi nasional karena daerah layanannya sangat luas ada 14
stasiun, yakni RCTI, SCTV, Indosiar, AnTV, TransTV, Trans7, TV One,
Metro TV, MNC TV, Global TV, TVRI, Kompas TV, I News TV, Net
TV. Di salah satu provinsi terbesar, yakni Jawa Barat jumlah stasiun
televisi lokal mengalami pelonjakan, hingga November 2015 berjumlah
30. Penambahan stasiun pun terjadi di provinsi lainnya.

D. MEDIA ONLINE (MEDIA SIBER)


Media sosial adalah salah satu media massa dari ketiga media
massa, yakni media cetak dan media elektronik. Kebetulan pada era ini
media sosial tengah mengalami masa puncaknya karena didukung oleh
perkembangan teknologi infomasi yang sangat pesat, terutama internet
yang merambah dengan dapat menggunakan media apapun, termasuk hand
phone yang jelas menjadi bagian hal yang sangat pribadi.

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para


penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan
isi meliputi, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring
sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum
digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Andreas Kaplan dan Michael
Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi
berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi

10
Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-
generated content". Teknologi media sosial dalam berbagai bentuk,
termasuk majalah, forum internet, weblog, blog sosial, microblogging,
wiki, podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan bookmark sosial.
Dengan menerapkan satu set teori-teori dalam bidang media penelitian
(kehadiran sosial, media kekayaan) dan proses sosial (self-presentasi, self-
disclosure) Kaplan dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi untuk
berbagai jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka
diterbitkan dalam 2010.

Media sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang, tetapi bisa
keberbagai banyak orang, contohnya pesan melalui SMS ataupun internet;
Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu ''Gatekeeper''.
b. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibanding media lainnya;
Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi. Akhir-akhirnya ini,
pengguna media sosial di Indonesia berkembang pesat.
Fakta pengguna internet di Indonesia hingga tahun 2012 ini telah
mencapai 63 juta orang (Okezone, 12 Desember 2012) atau naik 300%
dalam 5 tahun terakhir. Kondisi ini diperkuat dengan adanya 29 juta orang
meng-akses internet secara mobile sebagai tanda tingkat produktivitas
pemakaian bahasa pemakainya. Proyeksi ini akan terus berkembang
hingga mencapai 80 juta orang pada tahun 2014.
Di sisi lain, data Kominfo April 2012 menyebutkan jumlah
pengguna jejaring sosial di Indonesia juga sangat besar. Setidaknya
tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna Facebook dan sebanyak 19,5 juta
pengguna Twitter di Indonesia. Hal itulah di antaranya yang mendorong
penggunaan bahasa, terutama bahasa Indonesia di media sosial
berkembang dan memiliki ciri khas tersendiri yang disebut sebagai bahasa
Indonesia ragam media sosial. Berbahasa di media sosial semisal
facebook, twitter, chatting yahoo messenger sering dilakukan dengan

11
bahasa yang tidak baku oleh pengguna akun tersebut. Tentu saja tidak
salah, sebab dunia maya sering tidak jelas siapa dan dimana posisi lawan
bicara.
Walaupun banyak juga orang yang sudah berinteraksi dan
bertemu di dunia nyata, dan berlanjut komunikasi ke dunia maya (media
sosial). Bahasa di media sosial bukanlah bahasa resmi sebagaimana
menulis artikel karya ilmiah, makalah, jurnal, skripsi dan thesis. Walaupun
begitu, media sosial tentu saja bersifat resmi sebagai alat komunikasi antar
teman jarak jauh, sehingga bahasa yang digunakan bersifat (mendekati)
bahasa/kata resmi yang tidak terlalu jauh melenceng dari bahasa EYD.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa Manajemen
Media Lembaga Pers tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia,
karena media massa, baik cetak maupun elektronik sudah menjadi
kebutuhan hidup. Melalui media massa, masyarakat minimal mendapatkan
beragam hiburan dan informasi terbaru tentang berbagai hal yang terjadi di
berbagai belahan dunia.

Media cetak adalah media yang proses pembuatannya melalui


percetakan, seperti, surat kabar, majalah, bulletin, dan sejenisnya. Surat
kabar yang sering lekat juga disebut Koran.

Media elektronik yang sempat merakyat adalah radio. Radio di


Indonesia pun mengalami pasang surut sesuai perkembangan
pemerintahan di Indonesia. Peristiwa yang maha penting bagi seluruh
rakyat Indonesia, yakni Proklamasi Kemerdekaan. Selain radio, media
elektronik yang sangat fenomenal adalah televisi. Televisi dianggap media
massa yang paling berpengaruh terhadap kehidupan manusia karena.

Pada era ini media sosial tengah mengalami masa puncaknya


karena didukung oleh perkembangan teknologi infomasi yang sangat
pesat, terutama internet yang merambah dengan dapat menggunakan
media apapun, termasuk hand phone yang jelas menjadi bagian hal yang
sangat pribadi.

Media massa yang baik adalah media massa yang dapat diterima
masyarakat dan tidak mengganggu keamanan nasional, apalagi
mengandung konten-konten yang menyebabkan perpecahan di tengah
masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA
George R. Terry dan Lesie W.Rue,2014, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Bumi
Aksara).

Juliansyah Noor, 2013, Penelitian Ilmu Manajemen, (Jakarta: Prenadamedia


Group), Hlm. 26.

Mahi M Hikmat, 2018, Jurnalistik ; Literary Journalism, Jakarta Timur: Prenada


Media Group.

Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah.

Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.

14

Anda mungkin juga menyukai