Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561

Vol. 5, No. 2, Hal. 64 – 73, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430


DOI : 10.5281/zenodo.3340183

SUMBER DAN METABOLISME ENERGI DALAM OLAHRAGA

I Nengah Sandi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
E-Mail : sandinengah@yahoo.com

ABSTRAK
Olahraga adalah aktivitas fisik yang dilakukan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk
memperbaiki kondisi fisik, mempertahankan kebugaran serta pemulihan pasca cedera. Olahraga
dapat diklasifikasikan menjadi olahraga ringan, sedang, berat, dan berat sekali. Kemudian setiap
olahraga juga dapat diklasifikasikan menjadi apakah bersifat statis atau bersifat dinamis, yang
masing-masing memiliki risiko tersendiri. Untuk mempertahankan kondisi fisik ketika atau
sesudah berolahraga dibutuhkan nitrisi, yang menyangkut karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air. Banyaknya nutrisi yang dikonsumsi tergantung dari jenis dan berat olahraga
yang dilakukan. Olahraga yang lebih berat dengan durasi yang lebih panjang akan
membutuhkan asupan nutrisi yang lebih banyak, sebaliknya menurun untuk olahraga yang lebih
ringan dengan durasi yang lebih pendek. Berat ringannya dan panjang pendeknya durasi
olahraga membutuhkan komposisi energi yang berbeda. Untuk itu pada tulisan ini akan dibahas
mengenai jenis-jenis olahraga, sumber energi olahraga, dan penyediaan energi olahraga.

Kata kunci : metabolisme energi, penyediaan energi, karbohidrat, protein, lemak

ABSTRACT
Exercise is physical activity carried out for certain purposes, for example to improve physical
condition, maintain fitness and post-injury recovery. Exercise can be classified as mild,
moderate, severe, and very heavy exercise. Then each sport can also be classified into whether it
is static or dynamic, each of which has its own risk. To maintain physical condition when or
after exercise it takes nutrition, which involves carbohydrates, protein, fat, vitamins, minerals,
and water. The amount of nutrients consumed depends on the type and weight of the exercise
performed. Sports that are heavier with a longer duration will require more nutritional intake,
conversely decreasing for lighter exercise with a shorter duration. The light weight and the short
length of the sport require different energy compositions. For this reason, we will discuss the
types of sports, sports energy sources, and the supply of sports energy.

Keywords : energy metabolism, supply of energy, carbohydrates, protein, fat

PENDAHULUAN meningkatkan kekuatan fisik pasca


Olahraga merupakan suatu cedera. Hal ini dikenal dengan olahraga
kegiatan terstruktur dan terencana yang tujuan rehabilitasi.
bertujuan untuk memperbaiki kinerja Sesuai dengan Sistem
fisik. Atau dapat dikatakan untuk Keolahragaan Nasional, ruang lingkup
memperbaiki penampilan fisik dengan dari olahraga adalah olahraga
berbagai tujuan misalnya untuk dapat pendidikan, olahraga rekreasi, dan
bekerja penuh waktu tanpa kelelahan olahraga prestasi (Presiden Republik
yang berarti dan masih dapat melakukan Indonesia, 2005). Olahraga pendidikan
kegiatan tambahan yang bersifat darurat. adalah olahraga yang merupakan bagian
Tujuan lain adalah untuk meningkatkan dari proses pendidikan yang dilakukan
kekuatan otot, jantung, pembuluh daran, sejak usia dini dengan dibimbing oleh
dan pernapasan, dan juga untuk guru, dosen, dan tenaga keolahragaan

64
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 64 – 73, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340183

yang disiapkan. Olahraga rekreasi adalah aerobic ataukah anaerobik. Untuk


olahraga yang dilakukan oleh setiap olahraga rekreasi dibutuhkan takaran
orang yang merupakan bagian dari yang lebih rendah yaitu berada pada
proses pemulihan kembali kesehatan dan intensitas ringan dan sedang tetapi
kebugaran seseorang. Disamping itu juga berada pada suasana yang lebih
bertujuan untuk untuk mendapatkan menyenangkan. Baik pada lingkungan
kegembiraan atau kesenangan, yang nyaman maupun keramahan dan
membangun hubungan sosial, serta keakraban masyarakat setempat.
meningkatkan kekayaan dan Sedangkan untuk olahraga rehabilitasi
melestarikan kebudayaan nasional dibutuhkan perhatian khusus yang
Indonesia. Olahraga prestasi dilakukan disesuaikan dengan jenis cedera dan
oleh setiap orang yang mempunyai sakit yang dialami sebelumnya. Olahraga
bakat, potensi, dan kemampuan pada untuk penderita jantung koroner dan
cabang olahraga tertentu. Tujuan dari struk dibutuhkan olahraga secara teratur
olahraga prestasi adalah untuk dengan intenitas ringan sampai sedang
meningkatkan kemampuan dalam upaya pada olahraga yang sifatnya aerobik
meningkatkan harkat dan martabat dengan durasi lebih tinggi dari 30 menit
bangsa. perhari. Olahraga tersebut adalah jalan,
Nala (2011) menyatakan jogging, dan bersepeda. Begitu juga
bahwa olahraga dibagi menjadi lima dengan olahraga untuk penderita
bagian yaitu olahraga rekreasi, olahraga diabetes (gula darah tinggi)
pendidikan, olahraga kesehatan, olahraga membutuhkan takaran olahraga yang
kebugaran, dan olahraga prestasi. sama dengan olahraga pada penderita
Walaupun berbeda dengan Undang- jatung koroner (Kuntaraf dan Kuntaraf,
Undang No 3 tahun 2005, akan tetapi 2009). Disebutkan juga bahwa olahraga
isinya sesungguhnya tidak berbeda. Pada yang teratur dapat meningkatkan vitalitas
pendapat Nala, terdapat olahraga paru, menurunkan tekanan darah,
kesehatan dan kebugaran, sedangkan menyeimbangkan aliran darah,
pada Undang-Undang No 3 terdapat menurunkan berat badan, menyehatkan
olahraga rekreasi. Olahraga kesehatan seksualitas, meningkatkan kesehatan
dan kebugaran merupakan olahraga mental, mengurangi stres, dan
rekreasi atau tergabung dalam olahraga meningkatkan usia harapan hidup.
rekreasi. Selanjutnya Sandi dan Parwata Mengkonsumsi makanan pada
(2018) menyatakan bahwa olahraga berbagai jenis olahraga, tergantung dari
terdiri dari olahraga pendidikan, olahraga jenis dan berat akativitas yang dilakukan.
prestasi, olahraga kesehatan, olahraga Untuk aktivitas yang lebih berat dengan
rekreasi, dan olahraga rehabilitasi. dusasi yang lebih panjang akan
Dalam hal ini olahraga kesehatan, dan dibutuhkan asupan makanan yang lebih
rehabilitasi merupakan olahraga rekreasi. tinggi, sebaliknya dibutuhkan asupan
Jenis olahraga yang diterapkan yang lebih rendah pada aktivitas yang
tergantung dari kebutuhannya. Untuk lebih rendah. Berat ringannya aktivitas
jenis olahraga prestasi dibutuhkan dapat ditentukan dari peningkatan
takaran yang lebih tinggi dan program frekuensi denyut nadi, dimana semakin
latihan yang lebih terstruktur, tentunya meningkat apabila intensitas latihan fisik
disesuaikan juga dengan jenis olahraga ditingkatkan (Sandi, 2016). Kelebihan
yang diikuti, apakah olahraga jenis atau kekuarangan konsumsi makanan

65
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 64 – 73, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340183

akan mempengaruhi status gizi Konsumsi makanan bukan saja


seseorang. Hasil penelitian Ariyasa dan dilihat dari kwantitasnya akan tetapi
Sandi (2017) didapatkan, ada hubungan harus diperhatikan juga dari kualitasnya.
parsial dan positif antara pola konsumsi Karena kualitas dan kuantitas makanan
dengan status gizi dengan r = 0,761 dan yang tepat sesuai dengan jenis dan berat
nilai p = 0,000, antara aktivitas fisik aktivitas dapat menghasilkan kondisi
dengan status gizi dengan r = 0,262 dan fisik yang optimal dan dapat
p = 0,000. Disamping itu juga memberikan energi yang cukup bagi atlet
didapatkan ada hubungan secara simultas selama latihan atau pertandingan. Jadi
antara pola konsumsi dan aktivitas fisik apa jenis makanannya dan seberapa
terhadap status gizi sebesar 91,5% jumlah makanan yang dikonsumsi sangat
dengan R = 0,958. berpengaruh terhadap penampilan. Telah
Disamping itu pemberian diketahui bahwa makin berat aktivitas
konsumsi juga tergantung dari faktor fisik maka kebutuhan kalori semakin
lingkungan. Lingkungan yang tidak meningkat. Oleh karena itu kebutuhan
bersahabat berpengaruh terhadap kalori pada atlet semakin besar
kecepatan pengeluaran panas tubuh yang dibandingkan dengan yang bukanatlet.
berdampak terhadap kecepatan Jadi kebutuhan energi yang berbeda pada
pengeluaran keringat. Kecepatan setiap cabang olahraga ini akan
pengeluaran keringat mempercepat dikelompokkan enjadi empat bagian
terjadinya dehidrasi (Sandi, dkk 2017b). yaitu ringan, sedang, berat dan berat
Untuk mempertahankan penampilan sekali.
tetap berjalan dengan baik maka Pelatih dan atlet harus
dibutuhkan penggantian cairan tubuh mengetahui jenis dan kuantitas makanan
yang keluar melalui keringat (Sandi dan yang dikonsumsi sehingga tidak
Parwata, 2018; Sandi, 2014). Selanjutnya menyebabkan kelebihan atau kekurangan
hasil penelitian Sandi dkk, (2017a) nutrisi. Kekurangan nutrisi akan
mendapatkan bahwa terjadi peningkatan menyebabkan menurunnya penampilan
pengeluaran cairan tubuh yang bermakna dan dapat menjadi mal-nutrisi sedangkan
pada kelembaban relatif udara 60%, kelebihan nutrisi dapat menyebabkan
50%, dan 40%. Perbedaan pengeluaran kegemukan yang berefek terhadap
cairan tubuh terjadi setelah bersepeda penurunan penampilan fisik.
statis selama 2 X 30 menit antara Pada makalah ini akan dibahas
kelembaban 60% dengan kelembaban secara berurutan dan terperinci mengenai
40% dengan nilai p = 0,02 (p<0,05). klasifikasi olahraga, kebutuhan energi
Hasil penelitian terkait juga didapatkan olahraga, dan penyediaan energi
bahwa terjadi peningkatan prekuensi dalamolahraga.
denyut nadi, suhu tubuh, dan kadar asam
laktat darah pada kelembaban relatif KLASIFIKASI OLAHRAGA
udara yang lebih tinggi. Kelembaban Kebutuhan energi pada setiap
relatif udara 40% lebih baik cabang olahraga berbeda-beda yang
dibandingkan dengan kelembaban relatif tergantung dari jenis dan berat aktivitas
50% dan 60% dalam meurunkan yang dilakukan. Untuk mempermudah
frekuensi denyut nadi, suhu tubuh, dan perhitungan kebutuhan energi, maka
asam laktat darah saat latihan (Sandi menurut berat-ringannya olahraga dapat
dkk, 2016). dikelompokkan menjadi empat bagian

66
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 64 – 73, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340183

yaitu olahraga ringan, sedang, berat, dan d. Olahraga berat sekali menyangkut
berat sekali. Pembagian ini dilakukan angkat besi, lari marathon, rowing,
dengan memperhatikan latihan fisik dan dan balap sepeda jarak jauh (> 130
teknik serta jumlah waktu dari masing- km).
masing latihan yang dibutuhkan Sebelumnya olahraga dapat
(Komariah, 2017). dikelompokkan berdasarkan komponen
Klasifikasi cabang olahraga dinamis dan statis selama latihan yaitu
yaitu: statis rendah yang masing-masing
a. Olahraga ringan yaitu panahan, dengan dinamis rendah, sedang, dan
menembak, bowling, dan golf. tinggi. Statis sedang dengan dinamis
b. Olahraga sedang yaitu tenis meja, rendah, sedang, dan tinggi. Selanjutnya
tenis, bola basket, bulutangkis, statis tinggi dengan dinamis rendah,
hockey, soft ball, dan senam. sedang, dan tinggi (Mitchell dkk. (1994).
c. Olahraga berat yang menyangkut Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti
renang, gulat, tinju, judo, kempo, dan Tabel 1 di bawah.
balap sepeda.

Tabel 1
Klasifikasi Olahraga (berdasarkan pada komponen dinamis dan statis puncak
selama kompetisi)

A. Low Dynamic B. Moderate Dynamic C. High Dynamic


I. Low static Billiards Baseball Badminton
Bowling Softball Coss-country skiing (classic
Cricket Table tennis technique)
Curling Tennis (doubles) Field hockey*
Golf Volleyball Orienteering
Ritlety Race walking
Racquetball
Running (long distance)
Soccer*
Squash
Tennis (singles)
II. Moderate Static Archcry Fencing Basketball*
Auto racing*+ Field events (jumping) Jcc hockcv*
Diving*+ Figure skating* Cross-country skiing
Equertrian*+ Football (American)* (skating technique)
Motorcycling*+ Rodroing*+ Football (Aostrahan rules)
Rugby* Lacmssc”
Running (sprint) Running (middle distance)
Surting*+ Swimming
Synchronized swimming+ Team handball

67
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 64 – 73, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340183

III. High static Bobsledding*+ Body building+ Boxing*


Field events Downhill skiing*+ Canoeing/kayaking
(throwing) Wrestling* Cycling* +
Gymnastics*+ Decathlon
Karate/judo* Rowing
Luge*+ Speed skating
Sailing
Rock climbing+
Waterskiing*+
Weight lifting*+
Windsurfing*+

Keterangan : *Bahaya benturan tubuh. +Risiko meningkat apabila terjadi sinkop


Sumber : Mitchell dkk. (1994)

KEBUTUHAN ENERGI Kalori yang dibutuhkan


OLAHRAGA seseorang dihitung terlebih dahulu
Asupan nutrisi atlet dengan memperhatikan beberapa faktor
dibutuhkan untuk penyediaan energi diantaranya adalah jenis kelamin, umur,
selama aktivitas termasuk juga berat badan, jenis aktivitas dan
pemberian suplemen dan usaha khusus. banyaknya aktivitas. Kemudian jumlah
Usaha khusus yang dimaksudkan adalah zat gizi yang diperlukan ditentukan agar
berupa modifikasi terhadap asupan jumlah kalori yang dibutuhkan
nutrisi pada jangka waktu tertentu untuk didapatkan. Perhitungan zat gizi harian
meningkatkan penampilan (Taiyeb, seorang atlet terdiri dari proporsi zat gizi
2009). yang dibutuhkan terhadap kalori total.
Semua zat gizi yang didapat Menurut Komariah (2017), proporsi zat-
dari makanan atau minuman haruslah zat gizi dari kebutuhan kalori total untuk
mencukupi kebutuhan harian. Oleh karbohidrat (hidrat arang) sebanyak 60 -
karena itu maka perhitungan jumlah 70 %, untuk lemak sebanyak 20 - 25%,
nutrisi sangat dibutuhkan agar tidak dan untuk protein sebanyak 10 - 15%.
terjadi kekurangan ataupun kelebihan Pembagian proporsi zat gizi
nutrisi. Ketidak seimbangan nutrisi akan ini kadang kala berbeda, ada pula yang
berakibat terhadap atlet sendiri yang menyebutkan 70% karbohidrat, 15%
tentunya berakibat langsung terhadap lemak dan 15% protein. Seperti yang
penampilannya dilapanan. Dapat disampaikan oleh Arsani dkk (2014).
dibayangkan bahwa kekurangan nutrisi a. Kebutuhan karbohidrat orang dewasa
akan menyebabkan kelelahan lebih dini dengan aktivitas sedang sebanyak 8-
dan kelebihan nutrisi akan menyebabkan 12 gram/kg BB/hari, sedangkan
kegemukan atau obesitas. Perhitungan kebutuhan minimal sebanyak 50-100
jumlah zat gizi ini merupakan gram/hari.
perhitungan yang umum dipakai oleh b. Kebutuhan lemak untuk memelihara
setiap orang termasuk atlet dengan keseimbangan fungsi tubuh,
memperhatikan persentase jumlah kalori dibutuhkan sebanyak 0,5 sampai 1
karbohidrat, lemak, dan protein yang gram/kg BB/hari. Latihan fisik akan
harus dikonsumsi. meningkatkan kapasitas otot
menggunakan lemak sebagai sumber

68
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 64 – 73, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340183

energi. Akan tetapi konsumsi lemak masing-masih sumber kalori mempunyai


yang dianjurkan tidak melebihi 30% kalori yang berbeda pada setiap
dari kebutuhan energi harian. gramnya. Menurut Gabriel (2012), 1
c. Kebutuhan protein tubuh dapat gram hidrat arang mengandung rata-rata
ditentukan dengan menghitung jumlah 4 K kalori, 1 gram lemak mengandung 9
nitrogen yang diekskresikan melalui K kalori, dan 1 gram protein
urine. Umumnya kebutuhan protein mengandung 4 kalori.
adalah sebanyak 0,8 sampai 1 Untuk perhitungan praktis
gram/kg BB/hari. Akan tetapi pekerja dalam menilai kebutuhan enersi untuk
berat dan atlet kebutuhan protein akan macam-macam cabang olahraga tersebut
meningkat. dapat dipakai Tabel 2 di bawah ini.
Untuk mempermudah
pemahaman, perlu diketahui bahwa

Tabel 2. Kebutuhan Energi Untuk Berbagai Cabang Olahraga

Olahraga Olahraga Olahraga berat Olahraga


Kelamin Ringan sedang berat sekali
Kkal/KgBB/Hari
Laki 42 46 54 62
Wanita 36 40 47 55

Waktu makan juga harus dalam tubuh. Sumber energi yang paling
diperhatikan. Makan makanan seperti cepat tersedia untuk kontraksi otot
nasi dilakukan tiga jam sebelum adalah adenosine Triphospate yang
kompetisi. Dinyatakan bahwa makan 0- disingkat dengan ATP (Hairy, 2003).
90 menit sebelum kompetisi dan kurang Selanjutnya ATP merupakan sumber
dari tiga jam tidak akan membantu energi yang terdapat pada serabut otot
meningkatkan penampilan atlet, akan sebagai sumber energi mendadak untuk
tetapi makan sebelum tiga jam kontraksi otot. Energi potensial ini
pertandingan akan dapat menyediakan memiliki dua ikatan fosfat berenergi
glukose ke darah dan otot (Staff UNY, tinggi yang diubah bentuknya menjadi
2017). energi kinetik.
Dinyatakan bahwa di dalam
PENYEDIAAN ENERGI DALAM tubuh terdapat senyawa kimia berupa
OLAHRAGA adenosine trifosfat (ATP). Selama
Setiap aktivitas fisik manusia aktivitas, senyawa ini diubah menjadi
selalu membutuhkan energi. Energi yang adenosine difosfat (ADP) dan
dibutuhkan berasal dari bahan makanan menghasilkan energi untuk kontraksi
yang dikonsumsi yang disediakan dari otot. Proses ini dapat digambarkan
berbagai reaksi kimia yang terjadi di sebagai berikut (Pate dkk, 1993):

ATP → ADP + Energi

69
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 64 – 73, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340183

Jumlah ATP dalam otot sangat dapat melalui penyediaan dari


terbatas, sehingga akan segera habis karbohidrat, lemak, dan protein. Nampak
apabila digunakan. Akan tetapi sistem di bahwa ketiga sistem energi tersebut
dalam otot mampu untuk membentuk berfungsi sesuai dengan intensitas
ATP dari ADP yang telah tersedia di latihan, akan tetapi juga tergantung dari
dalam otot. Terbentuknya ATP ini jenis olahraganya (Hairy, 2003). Untuk
menyebabkan otot mampu melanjutkan olahraga lari jarak pendek dan renang
kontraksi selama olahraga (Janssen, jarak dekat maka sistem fosfokreatin dan
1993). glikolitik lebih dominan sedangkan
Secara garis besarnya untuk olahraga lari jarak jauh dan senam,
penyediaan energi untuk kontraksi otot sistem aerobik atau oksidatif akan lebih
dapat terjadi melalui dua cara yaitu dominan.
secara anaerobik tidak menggunakan Sistem Fosfokeratin (PC)
oksigen) dan secara aerobik Fosfokreatin adalah fosfat
(menggunakan oksigen). Kontraksi berenergi tinggi yang tidak dapat
anaerobik terdiri dari sistem fosfokreatin digunakan secara langsung untuk kerja
(PC) atau yang disebut dengan sistem otot, akan tetapi digunakan untuk
phosphagen dan glikolitik atau sistem memperbaharui ATP dari ADP. Secara
asam laktat, sedangkan penyediaan skematis dapat dituliskan sebagai berikut
energi secara aerobik (sistem oksidatif) :

Fosfokreatin + ADP → keratin +ATP

Fosfokreatin yang tersimpan yang tinggi pula. Hal ini ditunjukkan dari
di dalam otot memungkinkan untuk lebih cabang olahraga yang dicontohkan.
cepat dalam penyediaan energi. PC yang Sistem Glikolitik
terdapat di dalam otot sangat terbatas Sistem glikolitik anaerobik
sehingga hanya dapat berlangsung dalam disebut juga dengan sistem asam laktat.
waktu singkat. Saat ini penyediaan Sistem penyediaan energi ini
energi dari sumber PC habis dan jumlah menggunakan bahan pokok karbohidrat
ATP hanya cukup untuk aktivitas selama berupa glikogen yang tersimpan dalam
1-2 detik dan PC akan habis setelah otot. Sistem glikolisis ini melalui suatu
aktivitas otot selama 6-8 detik (Janssen, rangkaian reaksi kimia yang melepaskan
1993). Menurut Bompa dan Haff (2009), energi dari molekul glikogen untuk
sistem fosfokreatin akan berlangsung memperbaharui ATP yang digunakan
selama 0-10 detik seperti pada cabang untuk kontraksi otot. Dinyatakan bahwa
olehraga lari sprint < 100 meter, cabang glikolisis anaerobik merupakan
lempar, lompat, angkat berat, dan rangkaian reaksi kimia yang dihasilkan
menyelam (diving). dalam pemecahan glikogen menjadi
Jadi Penyediaan energi asam laktat. Secara skematis dapat
fosfokreatin berlaku untuk latihan fisik dituliskan sebagai berikut (Janssen,
pada kecepatan tinggi dengan intensitas 1993) :

70
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 64 – 73, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340183

Glukose + ADP → Laktat + ATP

Sistem glikolitik sangat meter, dan kano jarak 500 meter (Bompa
penting perannya dalam olahraga, hal ini dan Haff, 2009).
disebabkan karena mempunyai Sistem Oksidatif
keuntungan dengan menyediakan sumber Sistem oksidatif merupakan
energi yang begitu banyak tanpa sistem energi yang paling penting
membutuhkan oksigen. Akan tetapi perannya di dalam tubuh karena terjadi
sistem ini mempunyai kelemahan yang pada setiap aktivitas olahraga. Sistem
sudah diketahui berbagai kalangan yaitu aksidatif menyediakan energi melalui
menghasilkan asam laktat. Asam laktat pembaharuan ATP dengan oksidasi
yang dihasilkan akan berhubungan bahan makanan seperti karbohidrat,
dengan kelelahan otot. Pate dkk (1993) lemak dan protein yang tersimpan di
menyatakan bahwa apabila terdapat dalam sel otot. Disamping itu
penumpukan asam laktat di dalam otot, penggunaan sistem energi ini tidak
maka fungsi otot akan melemah dan menyebabkan penumpukan asam laktat
menyebbabkan kelelahan. dan tidak menyebabkan kelelahan otot
Kapasitas dari sistem glikolitik (Pate dkk, 1993).
ini sangat terbatas sehingga atlet akan Dalam kondisi normal
lebih cepat mengalami kelelahan. Pada glikogen yang merupakan karbohidrat
latihan fisik yang dilakukan dengan dan trigliserida yang merupakan lemak
intensitas maksimum seperti lari 800 sangat banyak disimpan di dalam tubuh
meter dan renang jarak 100 meter, sehingga merupakan sumber utama
kelelahan akan mucul pada aktivitas energi aerobik. Sedangkan protein
selama 1-2 menit. Sistem yang dominan merupakan sumber energi yang sedikit
di sini adalah asam laktat (Hairy, 2003). digunakan dalam pengeluaran energi.
Cabang olahraga lain yang Dalam metabolisme karbohidrat dan
dominan menggunakan sistem ini adalah lemak ini, membutuhkan oksigen dan
lari jarak 200 meter, 400 meter dan ADP dan akan menghasilkan karbon
termasuk juga lari 400 meter, renang dioksida, ATP dan air. Secara skematik
jarak 50 meter dan termasuk juga renang dapat dituliskan sebagai berikut (Janssen,
jarak 100 meter, bersepeda jarak 1.000 1993) :

Glukose + oksigen + ADP → CO2 + ADP + air


Lemak + oksigen + ADP → CO2 + ADP + air

Energi dari molekul bahan anaerobik. Dengan demikian maka


makanan yang tersimpan di dalam otot sistem aerobik lebih disukai dalam
digunakan untuk memperbaharui ATP, olahraga dengan intensitas rendah
dimana sistem aerobik lebih efisien sampai sedang. Hal ini disebabkan
dibandingkan dengan sistem anaerobik. karena semua energi diubah menjadi
Dalam system energi aerobik, satu unit ATP (Pate dkk, 1993).
molekul glikogen dapat memperbaharui Cabang olahraga lain yang
38 unit ATP dan hanya dapat dominan menggunakan sistem aerobik
memperbaharui 2 unit ATP pada sistem adalah mulai dari renang jarak 100

71
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 64 – 73, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340183

meter, lari jarak 800 meter, seman lantai, intensitas latihan harus diturunkan
kano jarak 500 meter, kano jarak 1.000 seperti yang biasa dilakukan oleh pelari
meter, lari jarak menengah, tinju, renang jarak jauh. Dalam proses ini asam laktat
jarak jauh, dan lari marathon (Bompa yang dibentuk dengan bantuan oksigen
dan Haff, 2009). dan ADP akan menghasilkan karbon
Asam laktat dapat juga dipakai dioksida, air dan ATP. Secara skematik
sebagai sumber energi apabila sudah dapat dituliskan sebagai berikut (Janssen,
cukup tersedia oksigen. Untuk itu maka 1993) :

Laktat + oksigen + ADP → CO2 + air + ATP

SIMPULAN Methodology of Training.


Setiap aktivitas fisik termasuk United State: Human Kinetics.
olahraga membutuhkan energi yang pada Gabriel, J.F. 2012. Fisika Kedokteran.
prinsipnya berasal dari bahan makanan Jakarta : Penerbit Buku
berupa karbohidrat, lemak, dan protein. Kedokteran EGC.
Semua bahan makanan tersebut diproses Hairy, J. 2003. Daya Tahan Aerobik.
di dalam tubuh untuk secara langsung Jakarta : Direktorat Jenderal
dapat digunakan sebagai sumber energi Olahraga Departemen
berupa ATP. Proses pembentukan ATP Pendidikan Nasional.
dapat melalui tiga sistem yaitu sistem Janssen, P.G.J.M. 1993. Latihan Laktat,
fosfokreatin, sistem glikolisis yang Denyut Nadi. Jakarta: KONI
masing-masing tidak membutuhkan DKI Jaya.
oksigen dan sistem oksidatif yang Komariah, L. 2017. Klasifikasi Olahraga
membutuhkan oksigen. dan Proses Pemecahan Energi
Dalam Tubuh. Diunduh dari
DAFTAR PUSTAKA http://
Ariyasa, G., Sandi, N. 2017. Hubungan file.upi.edu/Direktori/FPOK/J
Antara Pola Konsumsi dan ur._Pend._Olahraga/19590628
Aktivitas Fisik terhadap Status 1989012- Lilis_
Gizi pada Lansia Di Panti Komariah/Modul_IKOR.pdf.
Sosial Tresna Werdha Jara Kuntaraf, J., Kuntaraf, K.L. 2009.
Mara Pati Buleleng. Sport and Olahraga Sumber Kesehatan.
Fitness Journal. Vol 5 (2): Bandung: Indonesia
124-132. Publishing House.
Arsani, L.K.A., Agustini, N.M., Mitchell, J.H., Haskell, W.L., Raven,
Sudarmada, N. 2014. P.B. 1994. Classification of
Manajemen Gizi Atlet Cabang Sport. JACC Vol. 24 (4): 845-
Olahraga Unggulan Di 899.
Kabupaten Buleleng. Jurnal Nala, G.N. 2011. Prinsip Pelatihan Fisik
Sains dan Teknologi. Vol. 3 Olahraga. Denpasar: Udayana
(1): 275-287. University Press.
Bompa, T.O., Haff G.G. 2009. Pate, R.R., McClenaghan, B., Rotella, R.
Periodization Theory and 1993. Scientific Foundations

72
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 64 – 73, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340183

of Coaching. Philadelphia: Olahragawan. Sumber:


Saunders College Publishing. http://staffnew.uny.ac.id/uploa
Presiden Republik Indonesia. 2005. d/132318122/penelitian/Gizi+
Undang-Undang Republik Untuk++Pembinaan+Prestasi+
Indonesia No 3. Tentang Olahraga.pdf.
Sistem Keolahragaan Taiyeb, M. 2009. Optimalisasi
Nasional. Pertumbuhan dan
Sandi, N. 2014. Pengaruh Suhu dan Kemampuan Biomotorik
Kelembaban Relatif Udara Melalui Suplementasi Zn+Fe
Terhadap Penampilan Fisik pada Pesepakbola Kelompok
dalam Olahraga. Prosiding Usia 12 Tahun (Disertasi).
Seminar Nasional Prodi Ilmu Kedokteran Program
Biologi, F MIPA Unhi. Pascasarjana Universitas
Sandi, N. 2016. Pengaruh Latihan Fisik Hasanuddin Makassar.
terhadap Frekuensi Denyut
Nadi. Sport and Fitness
Journal. Vol 4 (2): 1-6.
Sandi, N., Adiputra, N., Pangkahila, A.,
Adiatmika, P.G. 2016.
Relative Humidity of 40%
Inhibiting the Increase of
Pulse Rate, Body
Temperature, and Blood
Lactic Acid during Exercise.
Bali Medical Journal (Bali
Med J). Vol 5 (2): 221-225.
Sandi, N., Ardana, A.G., Parwata, M.Y.,
Teresna, W. 2017. Effect of
Relative Humidity on
Expenditure of Body Fluids
and Blood Pressure when
Exercise. International
Research Journal of
Engineering, IT & Scientific
Research. Vol. 3 (2): 114~122.
Sandi, N., Ariyasa, G., Teresna, W.,
Ashadi, K. 2017. Pengaruh
Kelembaban Relatif Terhadap
Perubahan Suhu Tubuh
Latihan. Sport and Fitness
Journal. Vol 5 (1): 103-109.
Sandi, N., Parwata, M.Y. 2018.
Lingkungan Olahraga.
Yogyakarta: Wahana Resolusi.
Staff UNY. 2017. Gizi Untuk
Peningkatan Prestasi

73

Anda mungkin juga menyukai