Zaman ini adalah zaman edan. Zaman yang penuh kegilaan. Zaman yang penuh
kejutan. Tak terduga, menyentak jiwa, dan menyakitkan tentu saja. Zaman ini adalah
zaman di mana orang mengalami stress. Mengalami tekanan jiwa yang tak pernah
diduga sebelumnya. Tak terbayangkan akan menimpa diri kita. Dan biasanya kita akan
bertanya : Kok Saya?
Berbicara, tidak dilakukan dengan hanya membuka mulut dan bersuara. Sebab, itu
berbicara untuk didengar orang lain. Pernahkah kita berbicara pada diri sendiri? Jika kita
sudah jarang melakukannya, maka latihlah lagi kemampuan dasar ini agar kita selamat
dari prahara dan anarki. Bicaralah pada diri sendiri. Inilah kekuatan dasar Anda yang
akan sangat menentukan kualitas eksternal Anda. Berkomunikasilah secara internal
Dan tentu saja, ini ada ilmu dan tekniknya. Ada tips dan triknya juga.
1. METODE JIKA
Coba lakukan ini suatu hari. Setidaknya hanya untuk hari itu saja. Ubahlah "pernyataan
pembatasan" Anda, menjadi "pernyataan strategi".
2. METODE BERTANYA
Belajarlah untuk mengalihrupakan setiap keluhan (Anda dan orang di sekitar Anda)
menjadi suatu pertanyaan. Keluhan adalah tanda kekalahan. Pertanyaan di sisi yang
lain, adalah tuntutan untuk suatu jawaban. Dan jawaban itu, bermuara pada solusi.
3. METODE BAHASA
Waspadai bahasa Anda. Seperti dua contoh di atas, bahasa dan bicara adalah sesuatu
yang teramat penting untuk dijaga. Bicara baik atau diam. Mulutmu harimaumu. Dan
sebagainya. Anda mungkin bisa mengatakan ini:
Jika Anda masih belum puas dan merasa masih ingin "membahasnya", lakukan dengan
cara yang sama. Ganti setiap serangan dengan pertanyaan yang sehat dan
permakluman.
1. TIDAK MENGINTERUPSI
Interupsi hanya akan menciptakan perlombaan dan kontes. Dan ini namanya "the bigger
fish syndrome".
Komunikator yang baik adalah pendengar yang baik. Komunikator yang baik adalah
yang terbuka dan tidak menghakimi. Terus demikian, sampai lawan bicaranya berhenti
atau memberi giliran.
Jika Kita mencoba menahan diri untuk tidak menginterupsi, manakala Kita merasa sudah
saatnya untuk membuka mulut, Kita pasti mengalami gejala ini: mual, ingin muntah,
tenggorokan serasa akan pecah. Itu artinya, Kita belum terbiasa.
- Etnis;
- Ras;
- Gender;
- Generasi;
- Agama;
- Pangkat atau status;
- Kelompok atau golongan;
- Kesenjangan usia; dan sebagainya.
Semua itu, bisa mengganggu komunikasi Anda.
Jawabannya ada pada keahlian yang sudah berumur tua tapi sempat dilupakan oleh
manusia, yaitu dialog. Dan dialog, menjadi alat terbaik yang bisa membantu Anda,
manakala Anda menghadapi kendala komunikasi.
Di dalam debat, Anda mendengar dan mencari, apa-apa yang salah dari argumentasi
lawan bicara Anda. Dengan begitu Anda berkeinginan untuk mengkonternya dan
menunjukkan betapa benarnya posisi Anda. Di dalam dialog, Anda harus mendengar
apa yang benar dari argumentasi lawan bicara Anda, untuk lebih memahami dan
mengerti posisinya. Lebih jauh lagi, Anda mencari tahu apa-apa yang bisa Anda pelajari
dari
perspektif yang berbeda.
Di dalam debat, Anda mempertahankan sudut pandang Anda sendiri, dan mengkritisi
sudut pandang lawan bicara. Di dalam dialog, Anda menguji semua sudut pandang --
sudut Anda dan sudut lawan bicara Anda, untuk mencari tahu apa yang bisa Anda
berdua pelajari. Anda menunda 'penghakiman' Anda, dan mencoba melihat segala
sesuatu dengan cara yang baru.
Di dalam debat, tujuan Anda adalah menang. Di dalam dialog, tidak ada yang menang
dan tidak ada yang kalah. Sasarannya adalah saling mengerti.
3. MEMINTA MAAF
Apa kabar Anda hari ini? Anda pasti sehat dan bersemangat sebab Anda sedang
membaca email ini. Jika Anda sedang sakit, obatilah dengan renungan ini. Jika Anda
sedang suntuk, renungkan saja obat ini. Dan jika Anda sedang merenung, obat ini tak
akan membuat Anda suntuk.
(Tidakkah kini, Kita bisa mulai belajar bahwa segalanya adalah tentang apa yang ada di
dalam kepala, yang tunduk pada hati?)
Mari Kita coba lagi mengingat-ingat siapa diri Kita sesungguhnya. Agar Kita tak larut
termakan oleh hidup yang sibuk, atau kadang bahkan pedih dan perih.
Sebaik apa Anda sebagai penumpang di luasnya laut kehidupan? Apakah Anda nakhoda
dari nasib Anda sendiri, ataukah kapal Anda mengembara tak tentu ke mana arahnya?
Pernahkah Anda dengan berhati-hati memetakan perjalanan Anda, atau Anda hanya
mengikuti saja ke mana perginya setiap perahu yang Anda temui? Di tengah badai
kehidupan, apa yang Anda lakukan saat perahu Anda tergesek atau bertabrakan
dengan perahu orang lain?
Tak seorangpun senang terjebak di dalam badai. Akan tetapi, itu bisa sangat berharga
jika diakhiri dengan munculnya pelangi.
Hidup ini sendiri penuh dengan badai dan pelangi. Dan tentu saja, ada banyak badai
yang Kita sendiri menjadi pembuatnya. Dan jika Kita mau menengok sedikit ke
belakang, lihatlah betapa panjang jejak kehancuran yang telah Kita buat.
Setiap semburan yang keluar dari mulut, kritik yang pedas dan menghunjam, berbagai
tindakan egoistik yang Kita lakukan, amukan dan cemburu buta, adalah badai yang telah
Kita ciptakan dan meninggalkan korban-korban yang berjatuhan. Di tengah kehancuran,
para korban itu hening terdiam, berdiri menanti munculnya pelangi.
Anda mulai frustrasi. Terus frustrasi dan frustrasi. Anda merasa kalah dan mulai
kelelahan. Dan akhirnya, menyerah. Capek ya?
Lain kali, jika Anda menghadapi orang dengan tipe yang seperti ini, gunakanlah
langkah-langkah berikut ini.
DENGARKAN
Dengarkanlah Ia dengan sopan. Tidak usah memberi usul atau masukan terlebih dahulu.
Dengarkan saja. Dan ingatlah, persoalannya bukan persoalan Anda. Tidak perlu larut
atau terlibat.
TEKANKAN
Afirmasikan bahwa persoalan yang dibeberkan adalah penting baginya. Katakan begini,
"Kedengarannya itu serius banget."
Gunakan kata "kedengarannya", bukan "kayaknya", atau "sepertinya", atau
"kelihatannya". Ingat, Anda sedang mendengarkan, bukan merasakan atau melihat,
atau lainnya.
GALI
Tanyakan padanya, "Apa yang sudah Kamu coba atau pikirkan tentang persoalan ini?"
Dengan begini, Anda mengesampingkan berbagai usul dan masukan Anda. Anda sedang
membantunya memberdayakan diri.
KONFIRMASI
Tanyakan selanjutnya, "Gimana, berhasil nggak?" Dengan ini Anda mengajak Dia untuk
memikirkan kembali tantangan yang dihadapinya. Banyak kejadian yang menunjukkan,
bahwa cara ini bisa memberi solusi dengan instan. Dan Dia, tidak akan lupa
berterimakasih kepada Anda. Anda tidak memberi masukan, tapi Anda telah
membantunya.
TAWARKAN
Ada banyak cara untuk bisa mengingat bahan bicara. Setidaknya, empat cara berikut ini
adalah cara yang paling umum dilakukan oleh banyak pembicara publik. Anda pilih
sendiri mau yang mana, akan tetapi ingatlah bahwa beberapa cara ternyata merupakan
cara yang salah.
- Menghafal;
- Membaca sepenuhnya;
- Menggunakan catatan;
- menggunakan alat bantu visual.
MENGHAFAL
Inilah cara yang paling buruk menurut para pakar public speaking. Mengapa? Karena
dengan menghafal, Anda akan disibukkan oleh berbagai kata atau kalimat, dan bukan
ide yang ada di belakangnya. Padahal, apa yang penting adalah idenya, dan bukan kata
atau kalimatnya. Cara ini menjadi cara terburuk untuk mengingat bahan bicara, karena
Anda akan:
Ini juga merupakan cara yang buruk untuk mengingat bahan bicara karena Anda akan:
Anda akan terjebak dalam model bahasa yang 'tinggi', rumit atau terlalu teknis. Efeknya,
Anda akan kesulitan membacanya. Dan lebih parah lagi, audience Anda akan jauh lebih
sulit mendengarkanya.
Apa yang Anda ciptakan, hanyalah sedikit pergerakan, sedikit energi dan sedikit daya
tarik.
Anda mungkin terjebak dalam pola dan kebiasaan ini, karena tidak berani mencoba cara
lain yang lebih baik. Maka tipsnya; paksakan saja!
Catatan: Memang ada saatnya Anda harus membaca. Misalnya untuk kutipan ayat
hukum atau kebijakan yang resmi sifatnya. Atau, jika batasan waktu Anda memang
sangat ketat.
Kata-kata yang Anda pilih dan Anda gunakan, berpengaruh pada efektifitas komunikasi
Anda dengan orang lain. Pilihan kata-kata Anda itu memiliki kontribusi yang besar bagi
kesuksesan atau kegagalan Anda dalam berkomunikasi.
KERANGKA PERSETUJUAN
Keberhasilan Anda bernegosiasi, ditentukan oleh keberhasilan Anda dalam
menempatkan pihak lain ke dalam kerangka persetujuan. Kerangka persetujuan adalah
sebuah posisi di mana pihak tersebut berharap atau menginginkan bisa berkata 'ya'.
Untuk menempatkan pihak itu ke dalam kerangka persetujuan, Anda harus mengajukan
serangkaian pertanyaan yang bermuara pada jawaban 'ya'.
Contoh:
Prospek Anda sudah mengatakan 'ya' empat kali. Ini artinya, Anda sudah menempatkan
dirinya ke dalam kerangka persetujuan. Prospek Anda sudah masuk ke dalam sebuah
pola untuk mengatakan 'ya'. Tentunya, ini tidak berarti bahwa Ia akan selalu
mengatakan 'ya' untuk setiap pertanyaan Anda. Ini, baru berarti bahwa Ia telah
melakukan 'pemanasan' dan mau masuk ke dalam kerangka persetujuan.
Dua minggu kemudian, Anda meneleponnya kembali. Anda bisa melanjutkan pola 'ya'
dan mempertahankan kerangka persetujuan yang sudah Anda ciptakan.
Anda bisa meng-closing-nya, atau Anda bisa menundanya. Akan tetapi bagaimanapun,
pertahankanlah kerangka persetujuan itu.