TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus)
Menurut Ghufran (2005) Ikan Patin mempunyai klasifikasi sebagai berikut
Phyllum : Chordata
Kelas : pisces
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroide
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasianodon hypopthalmus
4
2.2 Habitat dan Penyebaran
Ikan patin mampu tumbuh normal dengan perairan yang seperti kondisi
lingkungan aslinya dalam yang ada dialam. Ikan patin membutuhkan kandungan
oksigen (O2) yang baik berkisar sekitar 2-5 ppm dengan kandungan karbondioksida
(CO2) tidak lebih 12,0 ppm. Derajat keasaman berkisar 7,2-7,5, dan kandungan
amonia (NH3) pada toleeransi ikan patin yaitu 1 ppm. Keadaan optimal suhu air
antara 280 C-290C. Kehidupan ikan patin lebih menyukai suhu pada perarian yang
memiliki fluktuasi rendah. Ikan Patin akan merasa terganggu jika suhu pada
perairan menurun drastis dan akan mengganggu aktivitas ikan tersebut (Djariah,
2001).
Habitat atau lingkungan untuk ikan Patin adalah air tawar, hidup di perairan
atau sungai-sungai besar dan perairan tenang seperti di Sumatra, jawa dan
kalimantan. Umumnya ikan ini di temukan di lokasi tertentu bagian sungai seperti
lubuk, (lembah sungai) yang dalam (Susanto dan Amri, 2002).
2.3 Makan dan Kebiasaan Makan
Ikan patin merupakan hewan yang bersifat nokturnal, yakni aktif pada
malam hari atau melakukan aktivitas pada malam hari. Ikan patin suka bersembunyi
di liang-liang pada tepi sungai. Benih ikan patin di alam biasanya akan
bergerombolan dan sesekali menghirup udara ke permukaan air untuk menghirup
oksigen pada pagi hari (Mahyudin, 2010).
Susanto dan Amri (2002) di alam makan utama ikan patin yaitu (crustacea)
udang renik moluska dan insektea, rotifera, ikan-ikan kecil dan daun-daun yang
terdapat di perairan juga termasuk dalam makanan ikan patin tetapi hanya sebagai
pelengkap. Ikan patin pada dasar memakan apa saja ketika ikan tersebut di perlihara
di dalam kolam atau di pelihara di jala apung atau KJA ( Keramba Jaring Apung)
(Cholik et al, 2005).
Ikan patin membutuhkan makan yang mempunyai sumber energi yang
berasal dari makanannya untuk melakukan pertumbuhan dengan baik dan
kelangsungan hidup. Ikan patin merupakan ikan omnivora (pemakan segala) akan
tetapi cenderung ke karnivora. Di dalam air ikan patin mampu mngenali
5
makanannya dan mencarinya walaupun sampai ke dasar perairan atau ke dasar
kolam budidaya (Cholik et al, 2005).
2.4 Kunyit
Herbal adalah tanaman yang mempunyai kegunaan dan nilai lebih dalam
dunia pengobatan. Tanaman Herbal kadang disebut juga sebagai tanaman obat-
obatan, sehingga dalam perkembanganya dapat dimaksukkan sebagai salah satu
bentuk pengobatan alternative. Suplemen herbal untuk ikan terbuat dari tanaman
yang mengandung bahan atau zat aktif yang berguna untuk menambah nafsu makan
dan juga pengobatan salah satunya yaitu Kunyit (Andini, 2017).
Kunyit adalah salah satu bahan alami yang berpotensial untuk
meningkatkan pertumbuhan. Kunyit merupakan jenis tanaman herbal penghasil
rimpang. Kandungan kimia yang terdapat dalam kunyit yaitu antara lain: protein,
lemak, dan sisanya terdiri atas vitamin C dan garam-garaman (Asai & Miyasawa,
2001). Kunyit juga mengandung komponen utama yaitu minyak atsiri sebesar 1-
3% dan kurkumin sebasar 2,6-9,61%. Kunyit merupakan salah satu rimpang yang
sangat bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai bahan campuran untuk pakan, karena
banyak manfaat yang terkadung di dalam kunyit, salah satunya untuknya
meningkatkan nafsu makan dan pertahan terhadap serangan penyakit. Berikut
kandungan kunyit dan kandungan ektrak kunyit dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Kandungan Kunyit
Kandungan Zat Jumlah Zat (%) Manfaat
Pati 40-50% Membantu metabolisme
dan fisiologis organ
tubuh
Protein 8-15%
Kadar Air 5-6%
Serat 7-10% Memulihkan kesegaran
badan (bersifat tonik)
Kurkumin 2,6-9,61% Melancarkan proses
pencernaan
Minyak Atsiri 1-3% Meningkatkan fungsi
ginjal dalam tubuh
Vitamin C 1-3%
Sumber : (Sinurat et al, 2009).
6
Tabel 2. Ektrak Kunyit
Kandungan Zat Jumlah Zat (%)
Kurkumin 25,84%
7
2.6 Kelangsungan Hidup (SR)
SR merupakan salah satu parameter yang dapat menunjukkan keberhasilan
suatu budidaya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya kualitas air
(Maryam, 2010). Kelangsungan hidup atau yang biasa disebut Survival Rate (SR)
adalah perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir pemeliharaan
dengan jumlah individu yang hidup pada awal pemeliharaan. Peluang hidup dalam
suatu waktu tertentu yang dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Kondisi
lingkungan perairan yang baik menunjang kelangsungan hidup ikan selama masa
pemeliharaan (Radhiyufa, 2011).
Tingkat kelangsungan hidup ikan patin yang baik berkisar antara 73,5-
86,0%. Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya
rasio antara jumlah pakan, kepadatan, serta kualitas air meliputi suhu, kadar
amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH) perairan
(Unisa, 2000).
2.7 Kualitas Air
Dalam proses budidaya air mempunyai peranan penting karena air sebagai
media hidup ikan yang harus mempunyai kecocokan dengan kehidupan ikan pada
kondisi alam aslinya, karena kulitas air dapat memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan untuk makhluk hidup di air. Kualitas air merupakan pembatas
terhadap jenis biota yang hidup dan yang dibudidayakan di suatu perairan (Kordi
dan Tancung, 2007).
2.7.1 Suhu
Ikan Patin membutuhkan Suhu yang optimal agar bisa menunjang pada
pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerane suhu memiliki peranan peting dalam
menentukan pertumbuhan ikan yang akan dibudidaya, menurut Kordi dan Tancung
(2010) bahwa suhu optimal kisaran untuk kehidupan ikan patin adalah 25 0C-320C.
Hal ini menunjukkan bahwa keadaan suhu pada perairan harus optimal selama masa
pemeliharaan berlangsung.
2.7.2. DO (Oksigen Terlarut)
DO atau oksigen terlarut dapat digunakan sebagai indikator dalam budidaya
ikan sebagai tingkat kesegaran air. Oksigen sangat memegang peranan penting
8
dalam kualitas air, karena oksigen terlarut dalam perairan berperan sebagai proses
oksidasi dan reduksi bahan-bahan oraganik maupun nonorganik. Karena proses
tersebut oksigen terlarut memiliki perananan sangat penting untuk membantu dalam
mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami (Wibowo, 2005).
2.7.3. pH (Derajat Keasaman)
Pertumbuhan pada ikan akan terhambat dan ikan akan sangat sensitif
terhadap bakteri dan parasit ketika pH pada kisaran 5-6,5. Sementara pada ikan
patin pH pada angka 7-8 baru dapat tumbuh dengan baik dan secara optimal. Dalam
proses budidaya pH sangatlah berpengaruh dalam perairan karena ketika pH naik
atapun turun secara drastis maka akan menggangu proses budidaya atau proses
pertumbuhan ikan patin. Derajat Keasaman atau pH optimal untuk mlakukan
budidaya ikan patin adalah antara 6,5-8,5 (Salmin, 2005).