Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus)
Menurut Ghufran (2005) Ikan Patin mempunyai klasifikasi sebagai berikut
Phyllum : Chordata
Kelas : pisces
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroide
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasianodon hypopthalmus

Gambar 1. Ikan Patin (Pangasius hytydpopthalmus)


Sumber ( Dok Pribadi 2017 )
Menurut Khairuman dan Suhenda (2002) Ikan Patin pada umumnya
memiliki warna tubuh putih keprak-perakan dan pada punggungnya berwarna
kebiru-biruan, kepala relatif kecil, dan tubuh memanjang. Pada ujung kepala
terdapat mulut yang dilengkapai dua pasang kumis pendek. Hal ini menandakan
bahwa ikan ini termasuk dalam ciri khas golongan catfish. Susanto dan Amri (2002)
menyatakan bahwa, Pada sirip punggung ikan patin memiliki sebuah jari-jari keras
yang dapat berubah menjadi patil yang bergerigi dan tubuh menjadi besar di sebelah
belakangnya. Sirip ekor ikan patin yang membentuk simetris. Ikan patin tidak
mempunyai sisik, sirip dubur yang terletak di atas lubang dubur, sirip perutnya yang
bersifat lunak. Pada jari-jari yang bergigi yang terdapat pada punggung dan sebelah
kepala sebagai cara untuk melindungi diri dari para pemangsanya. Ikan patin
banyak memproduksi lendir pada sekujur tubuhnya.

4
2.2 Habitat dan Penyebaran
Ikan patin mampu tumbuh normal dengan perairan yang seperti kondisi
lingkungan aslinya dalam yang ada dialam. Ikan patin membutuhkan kandungan
oksigen (O2) yang baik berkisar sekitar 2-5 ppm dengan kandungan karbondioksida
(CO2) tidak lebih 12,0 ppm. Derajat keasaman berkisar 7,2-7,5, dan kandungan
amonia (NH3) pada toleeransi ikan patin yaitu 1 ppm. Keadaan optimal suhu air
antara 280 C-290C. Kehidupan ikan patin lebih menyukai suhu pada perarian yang
memiliki fluktuasi rendah. Ikan Patin akan merasa terganggu jika suhu pada
perairan menurun drastis dan akan mengganggu aktivitas ikan tersebut (Djariah,
2001).
Habitat atau lingkungan untuk ikan Patin adalah air tawar, hidup di perairan
atau sungai-sungai besar dan perairan tenang seperti di Sumatra, jawa dan
kalimantan. Umumnya ikan ini di temukan di lokasi tertentu bagian sungai seperti
lubuk, (lembah sungai) yang dalam (Susanto dan Amri, 2002).
2.3 Makan dan Kebiasaan Makan
Ikan patin merupakan hewan yang bersifat nokturnal, yakni aktif pada
malam hari atau melakukan aktivitas pada malam hari. Ikan patin suka bersembunyi
di liang-liang pada tepi sungai. Benih ikan patin di alam biasanya akan
bergerombolan dan sesekali menghirup udara ke permukaan air untuk menghirup
oksigen pada pagi hari (Mahyudin, 2010).
Susanto dan Amri (2002) di alam makan utama ikan patin yaitu (crustacea)
udang renik moluska dan insektea, rotifera, ikan-ikan kecil dan daun-daun yang
terdapat di perairan juga termasuk dalam makanan ikan patin tetapi hanya sebagai
pelengkap. Ikan patin pada dasar memakan apa saja ketika ikan tersebut di perlihara
di dalam kolam atau di pelihara di jala apung atau KJA ( Keramba Jaring Apung)
(Cholik et al, 2005).
Ikan patin membutuhkan makan yang mempunyai sumber energi yang
berasal dari makanannya untuk melakukan pertumbuhan dengan baik dan
kelangsungan hidup. Ikan patin merupakan ikan omnivora (pemakan segala) akan
tetapi cenderung ke karnivora. Di dalam air ikan patin mampu mngenali

5
makanannya dan mencarinya walaupun sampai ke dasar perairan atau ke dasar
kolam budidaya (Cholik et al, 2005).
2.4 Kunyit
Herbal adalah tanaman yang mempunyai kegunaan dan nilai lebih dalam
dunia pengobatan. Tanaman Herbal kadang disebut juga sebagai tanaman obat-
obatan, sehingga dalam perkembanganya dapat dimaksukkan sebagai salah satu
bentuk pengobatan alternative. Suplemen herbal untuk ikan terbuat dari tanaman
yang mengandung bahan atau zat aktif yang berguna untuk menambah nafsu makan
dan juga pengobatan salah satunya yaitu Kunyit (Andini, 2017).
Kunyit adalah salah satu bahan alami yang berpotensial untuk
meningkatkan pertumbuhan. Kunyit merupakan jenis tanaman herbal penghasil
rimpang. Kandungan kimia yang terdapat dalam kunyit yaitu antara lain: protein,
lemak, dan sisanya terdiri atas vitamin C dan garam-garaman (Asai & Miyasawa,
2001). Kunyit juga mengandung komponen utama yaitu minyak atsiri sebesar 1-
3% dan kurkumin sebasar 2,6-9,61%. Kunyit merupakan salah satu rimpang yang
sangat bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai bahan campuran untuk pakan, karena
banyak manfaat yang terkadung di dalam kunyit, salah satunya untuknya
meningkatkan nafsu makan dan pertahan terhadap serangan penyakit. Berikut
kandungan kunyit dan kandungan ektrak kunyit dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Kandungan Kunyit
Kandungan Zat Jumlah Zat (%) Manfaat
Pati 40-50% Membantu metabolisme
dan fisiologis organ
tubuh
Protein 8-15%
Kadar Air 5-6%
Serat 7-10% Memulihkan kesegaran
badan (bersifat tonik)
Kurkumin 2,6-9,61% Melancarkan proses
pencernaan
Minyak Atsiri 1-3% Meningkatkan fungsi
ginjal dalam tubuh
Vitamin C 1-3%
Sumber : (Sinurat et al, 2009).

6
Tabel 2. Ektrak Kunyit
Kandungan Zat Jumlah Zat (%)

Kadar Air 8,68%

Kurkumin 25,84%

Minyak Atsiri 1,35%

Sumber: (Rojtinnakorn et al, 2012)


2.5 Pertumbuhan
Pertumbuhan pada ikan merupakan perubahan ukuran tubuh ikan dalam
waktu tertentu. Perubahan pada ukuran ikan bisa dikatakan dalam satuan panjang
dan juga bobot. Pertumbuhan pada individu ikan dapat disebabkan dengan adanya
pertambahan jaringan diakibatkan oleh pembelahan sel mitosis.hal ini akan terjadi
jika ada kelebihan energi dan asam amino (protein) berasal dari makanan. Makanan
tersebuat akan digunakan oleh tubuh ikan dalam proses metabolisme dasar,
produksi, organ seksual, pergerakan, dan mengganti sel-sel dalam tubuh yang rusak
(Handajani dan Widodo, 2010).
Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari suatu proses metabolisme
pakan yang terjadi di dalam tubuh yang diakhiri dengan proses penyusunan unsur-
unsur tubuh. Tidak semua jenis pakan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk
pertumbuhan. Pada sebagian besar energi dari suatu pakan dapat digunakan untuk
pmeliharaan tubuh dan sisinya digunakan untuk aktivitas sehari-hari (Fujaya,
2008).
Ikan patin yang dipelihara dikolam diberi pakan dengan kandungan protein
28-35 %, Pakan pellet 3 % per hari dan diberikan 3 kali per hari, untuk mempercepat
pematangan gonad, induk ikan diberi pakan ikan rucah 10 % dari bobotnya dan
diberikan 2 kali. Ikan patin sebagaimana hewan air lainnya untuk memperoleh
pertumbuhan maksimal membutuhkan asupan makanan yang unsur-unsurnya
(protein, karbohidart, lemak dan lain-lainnya) mencukupi hewan tersebut. Padat
tebar yang tinggi akan mengganggu laju pertumbuhan meskipun kebutuhan
makanan tercukupi. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan dalam
memperebutkan makanan dan ruang. (Setiawati, 2013).

7
2.6 Kelangsungan Hidup (SR)
SR merupakan salah satu parameter yang dapat menunjukkan keberhasilan
suatu budidaya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya kualitas air
(Maryam, 2010). Kelangsungan hidup atau yang biasa disebut Survival Rate (SR)
adalah perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir pemeliharaan
dengan jumlah individu yang hidup pada awal pemeliharaan. Peluang hidup dalam
suatu waktu tertentu yang dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Kondisi
lingkungan perairan yang baik menunjang kelangsungan hidup ikan selama masa
pemeliharaan (Radhiyufa, 2011).
Tingkat kelangsungan hidup ikan patin yang baik berkisar antara 73,5-
86,0%. Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya
rasio antara jumlah pakan, kepadatan, serta kualitas air meliputi suhu, kadar
amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH) perairan
(Unisa, 2000).
2.7 Kualitas Air
Dalam proses budidaya air mempunyai peranan penting karena air sebagai
media hidup ikan yang harus mempunyai kecocokan dengan kehidupan ikan pada
kondisi alam aslinya, karena kulitas air dapat memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan untuk makhluk hidup di air. Kualitas air merupakan pembatas
terhadap jenis biota yang hidup dan yang dibudidayakan di suatu perairan (Kordi
dan Tancung, 2007).
2.7.1 Suhu
Ikan Patin membutuhkan Suhu yang optimal agar bisa menunjang pada
pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerane suhu memiliki peranan peting dalam
menentukan pertumbuhan ikan yang akan dibudidaya, menurut Kordi dan Tancung
(2010) bahwa suhu optimal kisaran untuk kehidupan ikan patin adalah 25 0C-320C.
Hal ini menunjukkan bahwa keadaan suhu pada perairan harus optimal selama masa
pemeliharaan berlangsung.
2.7.2. DO (Oksigen Terlarut)
DO atau oksigen terlarut dapat digunakan sebagai indikator dalam budidaya
ikan sebagai tingkat kesegaran air. Oksigen sangat memegang peranan penting

8
dalam kualitas air, karena oksigen terlarut dalam perairan berperan sebagai proses
oksidasi dan reduksi bahan-bahan oraganik maupun nonorganik. Karena proses
tersebut oksigen terlarut memiliki perananan sangat penting untuk membantu dalam
mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami (Wibowo, 2005).
2.7.3. pH (Derajat Keasaman)
Pertumbuhan pada ikan akan terhambat dan ikan akan sangat sensitif
terhadap bakteri dan parasit ketika pH pada kisaran 5-6,5. Sementara pada ikan
patin pH pada angka 7-8 baru dapat tumbuh dengan baik dan secara optimal. Dalam
proses budidaya pH sangatlah berpengaruh dalam perairan karena ketika pH naik
atapun turun secara drastis maka akan menggangu proses budidaya atau proses
pertumbuhan ikan patin. Derajat Keasaman atau pH optimal untuk mlakukan
budidaya ikan patin adalah antara 6,5-8,5 (Salmin, 2005).

Anda mungkin juga menyukai