Makalah Partisipsi Kerja
Makalah Partisipsi Kerja
PENDAHULUAN
TPAK atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah salah satu ukuran
ketenegakerjaan yang banyak digunakan. Pengukuran TPAK dilakukan dengan
cara menghitung jumlah absolut seluruh angkatan kerja dibagi dengan seluruh
tenaga kerja atau penduduk usia kerja kemudian dikalikan 100. Jika TPAK 75
persen, artinya terdapat 75 orang angkatan kerja, yaitu mereka yang bekerja dan
sedang mencari pekerjaan, setiap 100 orang tenaga kerja. Berdasarkan TPAK kita
dapat melakukan perkiraan, berapa besar penduduk usia kerja yang berpartisipasi
dalam aktivitas ekonomi.
Gambaran dalam Grafik 2.1 memperlihatkan, ternyata TPAK di pedesaan
jauh lebih tinggi dalam semua tingkatan umur. Keadaan seperti itu, paling tidak
telah terjadi sejak lebih dari tigapuluh tahun yang lalu (Secha dan Trisilo, 1990).
Hal ini merupakan bukti, tentang lebih banyaknya penduduk usia kerja di
pedesaan yang memasuki dunia kerja dibandingkan dengan yang bersekolah, atau
yang hanya mengurus rumah tangga serta kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya
bukan kerja dan mencari pekerjaan.
Lebih tingginya TPAK pedesaan dibandingkan dengan perkotaan, paling
tidak dapat ditafsirkan dari dua sisi. Pertama, dilihat dari etos kerja, mungkin
masyarakat desa lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perkotaan, sehingga
mereka kebanyakan bergiat dalam aktivitas ekonomi. Kedua, bisa pula mereka
masuk ke dunia kerja karena terpaksa, akibat adanya himpitan kehidupan yang
begitu kuat, sehingga mau tidak mau mereka harus bekerja agar dapat bertahan
hidup.
Grafik 1. TPAK Menurut Kelompok Umur di Pedesaan dan Perkotaan Indonesia,
2004
Alasan yang terakhir sepertinya lebih masuk akal, sebab kalau di lihat
berdasarkan struktur umur, ternyata TPAK di pedesaan lebih tinggi pada semua
kelompok umur. Hal ini berarti, ada “pengerahan” tenaga kerja mulai dari pekerja
yang masih muda, sudah dewasa, sampai yang telah tua, untuk selalu melakukan
berbagai aktivitas ekonomi dengan cara melakukan pekerjaan dan mencari
pekrjaan apa saja, yang penting dapat menghidupi dirinya serta keluarganya.
Tersirat pula adanya kecenderungan yang berbeda antara di pedesaan dan
di perkotaan. Di Pedesaan walaupun umur sudah beranjak tua, mereka harus tetap
bekerja. Hal ini terlihat engan makin merenggangnya garis TPAK antara di
pedesaan dan perkotaan, yang mulai terjadi pada kelompok umur 35-39 tahun ke
atas (Grafik 1). Mungkin hal ini berkaitan dengan tanggung jawab dari mereka
yang sudah memiliki keluarga dan punya anak, sehingga pada umur ini harus
bekerja ekstra guna membiayai sekolah anak-anaknya.
2.2. TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) Menurut Tingkat
Pendidikan
Seperti halnya TPAK yang didasarkan pada kelompok umur, pola TPAK yang
didasarkan pada pengelompokkan tingkat pendidikan pun, seperti nampak pada Grafik
2.2, juga merupakan gambaran umum di Indonesia, dan telah terjadi sejak beberapa tahun
ke belakang (Setiawan, 2002). Ternyata pada semua jenjang pendidikan, TPAK di
pedesaan lebih tinggi dari perkotaan.
Informasi baik yang diperoleh dari Grafik 4.2 adalah rendahnya TPAK dari
kelompok yang tidak sekolah, jika dibandingkan dengan kelompok tingkat pendidikan
lainnya. Kondisi seperti itu, selain terjadi di pedesaan, terjadi pula di daerah perkotaan.
Rendahnya TPAK di sini, jika kembali melihat pembahasan terdahulu, sebagai akibat
sedikitnya angkatan kerja yang tidak sekolah, yang diperkirakan berasal dari angkatan
kerja generasi tua.
Pada segmen pendidikan SLTP ada kecenderungan yang sama antara pedesaan
dan perkotaan, yaitu memiliki TPAK yang rendah, bahkan yang terendah diantara
kelompok yang pernah menamatkan pendidikan formalnya. Sementara pada pendidikan
yang lebih rendah, yaitu tidak tamat SD, dan tamat SD, TPAK-nya malah lebih tinggi.
Grafik 2. TPAK Menurut Tingkat Pendidikan di Pedesaan dan Perkotaan
Indonesia, 2004
2.5. Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan
dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal
istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa
dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
3.1. Kesimpulan
Oleh :
Kelompok III
Much. Miftah Arif E 321 10 186
Alfin Susanto E 321 10 189
Nurhilal Lapodo E 321 11
Jein Susana Arumpone E 321 11
Desi Astriani E 321 11
Lilis Andiani E 321 11
Wesly Ade P. E 321 11
Nur Syafa’ah E 321 11