Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

DI RUANG PENYAKIT DALAM

RSU ISLAM METRO

Disusun Oleh
BENY HERLAMBANG, S.Kep

(200103019)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TA 2020/2021
KONSEP DASAR OKSIGENASI

A. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,
salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh
sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas,
tubuh mengambil O₂dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh
tubuh (sel-selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya,
sisa pembakaran berupa CO₂ akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru
untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

B. Penyebab
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke
jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah
sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada
penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi
tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan
penurunan kadar O₂ inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya,
tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan
massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit
otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran
hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin
yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh
produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan
atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing
(misal: makanan, permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut
akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan
fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran
alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang
menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan
kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat
ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan
pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja
pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut
jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan
meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan
susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat
meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan
vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang
terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan
ikatan Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa
memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan
udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang
tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi
pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah
akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan
lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau
bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar
zat-zat berbahaya.
C. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh
sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian
kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat
menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah
Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien
menerik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan co2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila
complience baik akan tetapi recoil terganggu maka co2 tidak dapat
dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula oblongata
dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki
kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam
batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan
bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler
paru dan co2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor :
a. Luasnya permukaan paru
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara
epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses
difusi apabila terjadi proses penebalan
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai
mana o2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2
dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan o2 dalam darah vena
pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam
arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli
d. Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan
tubuh c02, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan
berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam
plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan dengan hb membentuk
karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian
menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah.
Normalnya 5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan
kardiak output (misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah)
akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan umumnya
jantung menkompensasi dengan menambahkan rata-rata
pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung
berpengaruh terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan
menyebabkan peningkatkan transport o2 (20 x kondisi normal).
Meningkatkan kardiak output dan penggunaan o2 oleh sel.

D. Anatomi
1. Sistem pernapasan Atas
a. Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses
penyaringan, humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan
makanan. Faring terdiri atas nasoraing dan orofaring yang kaya akan
jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan
kuman patogenyang masuk bersama udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa
disebut jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring
berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi
jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin
kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan
kiri. Di dalam paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus
yang lebih kecil dan berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan
jalan napas tersebut membentuk pohon brokus.
b. Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing
paru terdiri atas beberapa lobus (patu kanan 3 lobus dan paru kiri 2
lobus) dan dipasok oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas
serangkaian jalan napsa yang bercababg-cabang, yaitu alveolus,
pembuluh darah paru dan jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru
dilapisi oleh kantong tertutuup berdinding ganda yang disebut pleura.
Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma,
sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara
ertutuup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal
membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral
membatasi permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan tersebut
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah
friksi selama gerakan bernapas.

E. Fisiologi pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan ekstrenal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada
keseluruhan pertukaran O₂ dan CO₂ antara lingungan ekstrenal dan sel
tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam langkah, yakni
ventilasi pulmoner, pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan
karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui
proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu jalan napas yang bersih, sistem saraf pusat dan
sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplian paru
yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan
berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah
pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi
atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan
rendah. Proses ini berlangsung di alveollus dan membran kapiler dan
dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-
gas pernafasan pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju
jaringan dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju
paru.
- Transport O₂
Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru.
Normalnya, sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah
dengan Hb dan diangkut keseluruh jaringan dalam bentuk
oksihemmoglobin (HbO₂), dan sisanya terlarut dalam plasma.
Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah oksigen yang
masuk dalam ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan
jaringan). Kapasitas darah yang membawa oksigen dipengaruhi
oleh jumlah O₂ dalam plasma, jumlah hemoglobin dan ikatan
oksigenasi dengan hemoglobin.
- Transport CO₂
Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus
menerus produksi dan diangkut menuju paru dalam 3 cara:
a. Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel
darah merah dalam bentuk bikarbonat
b. Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb
membentuk karbaminohemoglobin
c. Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma
dan dalam bentuki asam karbonat.
2. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel
yang berlangsung dalam mitokondria , yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul
nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa
keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.

F. Gangguan-Gangguan pada Fungsi Pernafasan


1. Perubahan Pola nafas
a. Takipnea
Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi
demam, asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau
hipoksemia.
b. Bradipnea
Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat
pada orang yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan
pada kasus alkalosis metabolic, dan lain-lain.
c. Apnea
Biasanya juga disebut dengan henti napas.
d. Hiperventilasi
Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini
terjad saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk
pembuangan karbondioksida.
e. Hipoventilasi
Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini
terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolic untuk penyaluran oksigen dan pembuangan
karbondioksida.
f. Pernapasan Kusmal
Salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolic.
g. Orthopnea
Ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau
berdiri.
h. Dispnea
Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas.

G. Patofisiologi/pathway
Pathway
Pernapasan

Oksigenasi

Ventilasi Transportasi

Gangnguan Batuk Adanya sumbatan


pada jalan napas Difusi

ketidakefektifan Obstruksi jalan napas

jalan napas

Ketidakefektifan
pola napas
H. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang
, gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk
gangguan status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Penggunaan obat
c. Adanya batuk dan penanganan
d. Kebiasaan merokok
e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler
f. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
g. Riwayat penggunaan medikasi’
h. Stressor yang dialami
i. Status atau kondisi kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum,
postur tubuh, kondisi kulit, dan membran mukosa, dada (kontur
rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur toraks,
pergerakan dinding dada), pola napas (frekuensi dan kedalaman
pernapasann, durasi inspirasi dan ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa
mendatar diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya
fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya
menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya, fremitus
taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat pada
kondisi konsolidasi.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk
organ dalam sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara
dalam paru. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung
perkusi.
d. Auskultasi
Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan
stetoskop. bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada,
intensitas, durasi dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik
, valid dan akurat, sebaiknya auskultasi dilakukan lebih dari satu
kali.
3. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status,
fungsi dan oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis
pemeriksaan diagnostik antara lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan
gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan
paru.
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit toraketensis.
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah :
1. Ketidakefektifan bersiihan jalan nafas yang berhubungan dengan
gangguan batuk.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
J. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
. (NANDA)
DX ( NOC ) (NIC )

1 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Airway management


selama …. x 24 jam - Jaga kepatenan jalan napas: buka jalan
nafas berhubungan dengan
Respiratory : airway patency napas, suction, fisioterapi dada sesuai
obstruksi jalan napas - Klien mampu mengidentifikasi dan indikasi
mencegah faktor yang dapat - Monitor pemberian oksigen, vital sign
menghambat jalan napas tiap .... jam
- Menunjukan jalan napas yang paten: - Monitor status respirasi: adanya suara
klien tidak merasa tercekik, tidak tambahan
terjadi aspirasi, frekuensi napas dalam - Ajarkan teknik batuk napas efektif
rentang normal - Kolaborasi dengan tim medis
- Tidak ada suara napas abnormal pemberian o2
- Mampu mnegeluarkan sputum dari - Catat tipe dan jumlah sekret
jalan napas pencegahan aspirasi
- Tinggikan posisi kepala tempat tidur
30-45 derajat setelah makan untuk
mencegah aspirasi dan mengurangi
dispnea
2 Ketidakefektifan bersiihan Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Airway management
jalan nafas yang selama …. x 24 jam - Pantau addanya pucat dan sianosis
berhubungan dengan Respiratory : ventilation - Pantau efek obat pada status respirasi
- Pasien akan menunjukan pernapasan - Pantau bunyi respirasi, pola respirasi,
gangguan batuk
optimal pada saat terpasang ventilator dan vital sign
makanis’mempunyai kecepatan dan Informasikan kepada klien dan
irama respirasi dalam batas normal keluarga tentang teknik relaksasi
- Mempunyai dalamfunsi paru dalam - Ajarkan cara batuk efektif
batas normal - Catat tipe dan jumlah sekret
pencegahan aspirasi
K. Evaluasi
1. Klien mengatakan dapat bernapas dengan normal
2. Tidak adanya hambatan pada pola napas
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi


7.Jakarta: EGC

Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC.

Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol.
3, jakarta, EGC.

Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.

Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen19 halaman
    Bab Ii
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Kti Indah 1
    Kti Indah 1
    Dokumen87 halaman
    Kti Indah 1
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Fix Ditampilin
    Fix Ditampilin
    Dokumen17 halaman
    Fix Ditampilin
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Lilis S
    Lilis S
    Dokumen1 halaman
    Lilis S
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Benson
    Benson
    Dokumen23 halaman
    Benson
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • LEMBAR KONSULTASI Ikhwan
    LEMBAR KONSULTASI Ikhwan
    Dokumen3 halaman
    LEMBAR KONSULTASI Ikhwan
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsultasi Ony
    Lembar Konsultasi Ony
    Dokumen3 halaman
    Lembar Konsultasi Ony
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Fix Ditampilin
    Fix Ditampilin
    Dokumen17 halaman
    Fix Ditampilin
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Implementasi Pemberian Kompres Hangat untuk Mengurangi Nyeri Dismenore pada Remaja Putri
    Implementasi Pemberian Kompres Hangat untuk Mengurangi Nyeri Dismenore pada Remaja Putri
    Dokumen34 halaman
    Implementasi Pemberian Kompres Hangat untuk Mengurangi Nyeri Dismenore pada Remaja Putri
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Lenny T
    Lenny T
    Dokumen1 halaman
    Lenny T
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Lia V
    Lia V
    Dokumen1 halaman
    Lia V
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • ROSI
    ROSI
    Dokumen1 halaman
    ROSI
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Tugas Praktek Manajemen Role Play Ronde
    Tugas Praktek Manajemen Role Play Ronde
    Dokumen9 halaman
    Tugas Praktek Manajemen Role Play Ronde
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • FUAD
    FUAD
    Dokumen1 halaman
    FUAD
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Leni M
    Leni M
    Dokumen1 halaman
    Leni M
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Dwi Joko S
    Dwi Joko S
    Dokumen1 halaman
    Dwi Joko S
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Dwi Joko S
    Dwi Joko S
    Dokumen1 halaman
    Dwi Joko S
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • KURNIASARI
    KURNIASARI
    Dokumen1 halaman
    KURNIASARI
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Dwi Joko S
    Dwi Joko S
    Dokumen1 halaman
    Dwi Joko S
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Dwi Joko S
    Dwi Joko S
    Dokumen1 halaman
    Dwi Joko S
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • FUAD
    FUAD
    Dokumen1 halaman
    FUAD
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • FUAD
    FUAD
    Dokumen1 halaman
    FUAD
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan TB Paru
    Laporan Pendahuluan TB Paru
    Dokumen12 halaman
    Laporan Pendahuluan TB Paru
    Hamyd
    Belum ada peringkat
  • Hernovi A
    Hernovi A
    Dokumen1 halaman
    Hernovi A
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Leni M
    Leni M
    Dokumen1 halaman
    Leni M
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Batuk Efektif
    Satuan Acara Penyuluhan Batuk Efektif
    Dokumen5 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Batuk Efektif
    Beny Herlambang
    Belum ada peringkat
  • Sap Manajemen Nyeri
    Sap Manajemen Nyeri
    Dokumen9 halaman
    Sap Manajemen Nyeri
    akhda mar'atus s
    Belum ada peringkat