Anda di halaman 1dari 2

BAB V

PEMBAHASAN

Pada sumur yang telah berproduksi, seiring waktu akan semakin berkurang
kemampuannya untuk mengalirkan fluida ke permukaan minyak ataupun gas.
Penurunan kemampuan ini secara alami terjadi di akibatkan oleh menurunnya
tekanan reservoir dikarenakan adanya kegiatan produksi,sehingga perlu di lakukan
usaha untuk mengoptimasinya kembali.

Sumur “LS-01” merupakan salah satu sumur dengan laju alir yang rendah,
sehingga diperlukan usaha untuk dapat mengoptimasinya kembali.

Metode pengangkatan buatan dengan menggunakan Wellhead compressor


pada sumur gas di lapangan “NEKO” sangat membantu proses produksi dan
terbukti mampu meningkatkan laju alir. Untuk mengetahui apakah Wellhead
compressor dapat berfungsi pada sumur “LS-01”, maka dilakukan berbagai
analisa beberapa sensitivitas wellhead pressure dan membuat kurva Inflow
Performance Relationship (IPR) terhadap Vertical Lift Performance (VLP).

Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat Inflow


Performance Relationship (IPR) menggunakan data Well test sumur “LS-01”
(Gambar 4.3). Dalam pemodelan kurva IPR data well test sangat penting untuk
diketahui karena dari data well test didapatkan tekanan reservoir dan skin factor.
Asumsi hambatan yang terjadi pada reservoir ini karena adanya skin factor, maka
persamaan yang digunakan untuk membuat kurva IPR adalah persamaan Vogel
yang telah dimodifikasi oleh Standing, dimana persamaan ini dapat digunakan
pada kondisi skin factor tidak sama dengan 1. Setelah dilakukan perhitungan IPR
pada sumur “LS-01” didapatkan nilai Absolute Open Flow (AOF) adalah 0.568
MMscfd.

Pada kurva Vertical Lift performance (VLP) menggambarkan performa dari


tubing yang digunakan pada sumur “LS-01” untuk menganalisa pressure drop
yang dihasilkan oleh tubing sehingga fluida produksi dapat naik ke permukaan

41
(Gambar 4.4). Pembuatan Vertical Lift performance (VLP) menggunakan
persamaan yang dikembangkan oleh Darcy-Weisbach yang dikenal dengan
persamaan Moody. Persamaan ini cocok untuk sumur “LS-01” karena fluida
produksi dari sumur ini adalah Dry gas. Perpotongan antara kurva VLP dengan
IPR jika berada pada satu grafik akan diperoleh satu titik yang disebut laju alir
Optimum (Qoptimum). dimana pada sumur “LS-01” menggukan beberapa skenario
sensitivitas wellhead pressure yaitu 40 psig, 30 psig, dan 15 psig. Dari
perpotongan kurva IPR terhadap kurva VLP nilai laju alir di hasilkan dari tiga
sensitivitas tersebut tidak jauh berbeda, 40 psig di dapatkan laju alir yaitu 0.518
MMscfd, 30 psig 0.525 MMscfd, dan 15 psig 0.538 MMscfd (Gambar 4.5).

Setelah didapatkan nilai laju alir pada setiap skenario, kemudian dilakukan
production forcast selama 3 bulan menggunakan software komersil untuk
mengetahui perbandingan antara cumulative produksi dan recovery factor disetiap
skenario sensitivitas wellhead pressure dengan menggunakan laju alir yang
didapatkan sebelumnya. Pada histori produksi terakhir tanpa dilakukannya
pemasangan WHC didapatkan hasil laju alir yaitu 0.354 MMscfd, cumulative
produksi gas 21,594 MMscf dan recovery factor 0.060 % selama 3 bulan dengan
FTHP 36 psig, Sedangkan pada skenario I, II, dan III mendapatkan hasil
cumulative produksi dan recovery factor jauh lebih tinggi dibandingkan tidak
dilakukannya pemasangan WHC (Tabel 4.5.). Setelah melakukan berbagai
skenario sensitivitas wellhead pressure maka didapatkan skenario yang paling
optimal adalah skenario III dengan cumulative produksi dan recovery factor yang
paling tinggi diantara skenario yang telah dibuat.

42

Anda mungkin juga menyukai