Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Mgr. Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka, M.S.F. atau biasa dikenal dengan nama Mgr.
Sutrisnaatmaka merupakan uskup Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Beliau lahir pada
tanggal 18 Mei 1953 di Pandhes, Wedi, Klaten, Jawa Tengah. Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka
merupakan anak kelima dari delapan bersaudara dari Ignatius Gitusutrisno. Beliau
menyelesaikan pendidikan TK dan SD di Wedi yaitu di TK Santa Maria Wedi dan SD
Kanisius Murukan 1. Setelah itu beliau melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Seminari
Mertoyudan. Terdapat fakta menarik mengenai beliau mengapa memilih untuk melanjutkan
SMP di Seminari. Ketika saat bermain bola bersama temannya di lapangan SD, bola yang
ditendang mengenai kaca ruang guru. Lalu beliau bersama temannya dipanggil oleh guru.
Beliau pun merasa takut jika dimarahi. Guru tersebut menanyakan kepada beliau dan
temannya untuk ingin melanjutkan pendidikan ke mana. Lalu temannya berkata ingin
melanjutkan pendidikan ke Seminari Mertoyudan. Alhasil temannya tersebut tidak dimarahi
oleh guru tersebut. Lalu Mgr. Sutrisnaatmaka pun mengikuti jejaknya untuk menjawab
pertanyaan yang sama yaitu ingin melanjutkan pendidikan di Seminari Mertoyudan. Setahun
kemudian, guru agama memanggilnya dan beberapa teman, termasuk teman main sepak bola
itu. Mereka diminta untuk bertemu Pastor Paroki. Ia terkejut dan bertanya-tanya, siapa yang
mendaftarkan namanya di Seminari Mertoyudan. Tanpa basa-basi, Pastor Paroki langsung
menjelaskan syarat-syarat untuk masuk Seminari, waktu ujian dan perlengkapan apa saja
yang harus di bawa. Saat itu juga, ia teringat kembali akan jawaban untuk masuk Seminari
kepada Pastor Paroki. Dari delapan teman yang mendaftar, ia dan seorang teman yang di
terima. Ia pun bingung dan menerka-nerka bagaimana ia dapat diterima sementara ia tidak
mengerti apa-apa dan merasa biasa-biasa saja. Maka benarlah sabda Yesus dalam Injil
Yohanes, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu,” (Yoh. 15:16).
Lalu setelah menyelesaikan pendidikan di Seminari Mertoyudan, beliau memutuskan
untuk memilih bergabung dengan Terekat Misionaris Keluarga Kudus (MSF). Alasan beliau
memilih MSF dengan alasan utama mau berkarya di paroki agar bisa melayani umat secara
langsung dan sekaligus menjadi biarawan. Bersama 22 teman Novis mereka menjalani hidup
rohani melalui doa yang intens. Menjalani hidup rohani melalui doa yang intens, pada
awalnya terasa berat dan memerlukan perjuangan. Perasaan bahwa berdoa dan meditasi yang
cukup lama itu sepertinya kurang berguna secara praktis. Namun, lama kelamaan, kehidupan
doa menjadi semakin biasa bahkan berubah dari semacam kewajiban menjadi kebutuhan.
Novisiat MSF, bagi Bapa Uskup, memberi bekal yang bermanfaat untuk hidup rohani dan
menjaga panggilan. Dari Novisiat, ia melanjutkan pendidikannya di Skolastikat MSF dan di
Fakultas Teologi Wedabhakti (FTW) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Setelah melewati tahap-tahap pendidikan dan pembinaan, beliau ditahbiskan menjadi
imam 6 Januari 1981 oleh Kardinal Justinus Darmojuwono di Skolastikat MSF, Yogyakarta.
Setelah ditahbiskan menjadi Imam, beliau bertugas di Paroki St. Theresia, Balikpapan selama
1 tahun yaitu pada tahun 1981 hingga 1982. Setelah itu beliau meneruskan pendidikan dan
meraih gelar doktor dalam bidang misiologi dari Universitas Kepausan Gregoriana pada
tahun 1982-1987. Kemudian selama 12 tahun beliau mengajar di Fakultas Teologi
Universitas Sanata Dharma sampai tahun 2001. Saat tahun 1990, selama 11 tahun, Mgr.
Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka menjabat sebagai wakil ketua di komisi Liturgi KWI. Lalu
pada tahun 2000, Mgr. Sutrisnaatmaka juga pernah menjadi narasumber pada perayaan
Yubileum tingkat keuskupan Palangkaraya. Lalu pada tahun 2001, tepatnya tanggal 23
Januari, beliau terpilih menjadi Uskup di Keuskupan Palangkaraya. Beliau ditahbiskan pada
tanggal 7 Mei 2001 oleh Kardinal Julius Darmaatmadja, S.J. yang merupakan Uskup Agung
Jakarta sekaligus juga merupakan Uskup Ordinariat Militer Indonesia. Lalu dibantu dengan
Uskup Agung Pontianak dan Uskup Agung Samarinda yang menjadi Ko-konsekrator. Sampai
saat ini beliau masih menjadi Uskup Palangkaraya yang berarti sudah 19 tahun menjadi
Uskup. Beliau juga aktif menulis sejak tahun 1975. Saat ini beliau menjadi ketua Komisi
KKM-KWI periode 2018-2022 ini menggembalakan 93.285 umat katolik di wilayah Provinsi
Kalimantan Tengah. Luas areal wilayah ini adalah 157.983 Km 2 atau sekkitar 25% dari luas
seluruh areal wilayah Indonesia.
Bersama para imam dan segenap religious biarawan-biarawati dan seluruh umat,
mantan Rektor Skotlastika MSF 1992-1998 ini berusaha untuk mewujudkan Gereja
Keuskupan Palangka Raya yang mandiri dalam bidang iman, tenaga dan dana agar umat
dapat mengungkapkan dan mewujudkan iman akan Allah dengan benar, mantap, konsekuen,
dan penuh tanggungjawab. Mgr. Sutrisna sangat disiplin dalam melaksanakan tugas serta
mengatur ritme hidupnya. Ia adalah pribadi yang supel, hangat, berwawasan luas,
mendengarkan, humoris, dan rendah hati. Dalam kesehariannya, ia konsisten dalam
melaksanakan tugas dan jadwalnya. Setelah sarapan, makan siang dan makan malam, beliau
menyempatkan diri kurang lebih 30 menit untuk berjalan-jalan di sekitar halaman, sambil
mengamati hijaunya tumbuhan yang ia tanam. Sore hari, sebelum potus et cibus (minum,
snack), beliau memberi makan ikan-ikan yang ada di 20 kolam. Tidak mengherankan,
kawasan keuskupan menjadi seperti hutan kota yang ditanami aneka buah-buahan dan kolam
dari berbagai jenis ikan. Beliau menjadi ”tukang kebun” dalam mewujudkan visi-misi
Keuskupan Palangka Raya dalam bidang ekologi yakni melestarikan alam dengan pelbagai
usaha bersama dengan semua pihak yang memiliki kepedulian searah.
Lima belas tahun yang silam, dalam jangka waktu beberapa lamanya, Keuskupan
Palangka Raya tidak memiliki Uskup alias terjadi takhta lowong. Ternyata Tuhan tidak mau
membiarkan umat-Nya yang ada di wilayah penggembalaan Keuskupan Palangka Raya
tanpa gembala. Oleh karena itu, karena cinta kasih-Nya, Ia memilih Rm. A.M.
Sutrisnaatmaka, MSF yang adalah Rektor biara di Wisma Nazareth Yogyakarta untuk
ditahbiskan menjadi seorang Uskup. Tepat pada tanggal 7 Mei 2001, di Gereja Katedral St.
Maria Palangka Raya, Rm. A.M. Sutrisnaatmaka, MSF menerima tahbisan Episcopal dari
tangan Kardinal Julius Darmaatmaja, SJ. Ini merupakan rahmat besar bagi umat Katolik di
Keuskupan Palangka Raya. 15 tahun telah berlalu, dan tepat pada tanggal 7 Mei 2016, Mgr.
A.M. Sutrisnaatmaka, MSF merayakan Lustrum III Tahbisan Uskupnya. Sekali lagi ini
adalah rahmat Allah, kasih Yesus sendiri yang mana ia telah bersabda “Aku akan menyertai
kamu sampai akhir jaman”.
Perayaan Lustrum III tahbisan Uskup ini dirayakan dengan cukup meriah. Para Pastor
yang berkarya di seluruh wilayah Keuskupan Palangka Raya bisa berkumpul semua untuk
merayakan kegembiraan dan pesta iman umat. Hari Sabtu, 7 Mei 2016 di aula magna
Keuskupan telah berkumpul para pastor dan umat untuk merayakan pesta itu Lustrum itu.
Yang tidak kalah pentingnya adalah hadirnya dua uskup regio gerejawi Samarinda yaitu
Uskup Agung Samarinda; Mgr. Yustinus Harjo Susanto, MSF dan uskup Keuskupan
Banjarmasin; Mgr. Piet Bodeng Timang. Dalam pesta yang berlangsung cukup meriah, ada
beberapa persembahan dari umat berupa tampilan-tampilan yang antara lain: drama musical
dari Seminari Menengah Raja Damai Palangka Raya, paduan suara OMK St. Ursula katedral
Palangka Raya, sulap dari RD. Lulus Widodo, sendra tari dari mahasiswi STIPAS Tahasak
Danum, seni jathilan dari umat Yesus Gembala Baik Palangka Raya. Puncak acara pesta
Lustrum III Tahbisan Uskup adalah dengan perayaan ekaristi Kudus di Gereja Katedral St.
Maria Palangka Raya.
Jika dilihat dalam sejarah perkembangannya, keuskupan Palangka Raya dalam kurun
waktu 15 tahun banyak mengalami perkembangan yang cukup signifikan baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Jumlah umat berkembang yang demikian jumlah paroki juga
berkembang, kualitas pelayanan juga semakin baik yakni semakin banyaknya tenaga dan
pelayan pastoral baik jumlah pastor, jumlah suster (biarawati) dan para katekis serta tenaga
awam lainnya. Ini adalah rahmat dan kasih karunia Tuhan. Kasih Allah tinggal dalam karya
penggembalaan di Keuskupan Palangka Raya sebagaimana diyakini dalam semboyan Uskup
Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka, MSF; Permanere in Gracia Dei.
HASIL DAN DISKUSI
1. HASIL
Karya dan Teladan Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka
Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka aktif menulis sejak 1975. Banyak karya-karya beliau
yang sudah terbit di berbagai media seperti di harian KOMPAS (1975), mingguan HIDUP,
majalah UTUSAN (1975-2000), ROHANI (1989-1999), FAJAR LITURGI (1994-1997),
ORIENTASI BARU, Pustaka Filsafat Teologi (1994, 1998, 1999), SAWI (1993-2000).
Dalam bukunya yang berjudul “Segi Ekaristi, Misi, dan Inkulturasi” beliau
mengajarkan bahwa dengan kita hidup dalam tanda cinta kasih. Sebagai contoh, seorang ibu
tahu akan kebutuhan-kebutuhan anaknya, sang ayah mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga, ketika kita pergi ke luar negeri dan membelikan barang untuk
sahabat/kekasih kita sebagai kenang-kenangan. Hal-hal tersebut merupakan tanda cinta kasih.
Bahkan yesus pun juga memberikan tanda kenang kenangan dan peringatan waktu perjamuan
malam dengan murid-muridnya. Terdapat dalam injil Lukas 22 : 19-20. Dengan itu jelas
bahwa tanda peringatan yang ditinggalkan oleh kristus kepada kita yaitu Perjamuan Ekaristi.
Disini Mgr. Mengajarkan kepada kita untuk rajin dalam mengikuti perjamuan ekaristi. Lalu
dalam bukunya juga, beliau mengajarkan kita hidup dengan kesatuan dalam keanekaragaman
yang ada.
Buku yang berjudul “Segi-Segi Kaum Muda dan Kepemimpinan Gereja” beliau
mengajarkan mengenai mengembangkan personalitas mahasiswa dan mendidik
kepemimpinan. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa mahasiswa sebagai angkatan muda
sekaligus calon intelektual bangsa sudah seharusnya menjadi penggerak pembangunan di
negaranya. Lalu dijelaskan bahwa fakotr yang menentukan personalitas yang dibagi menajadi
dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Lalu banyak pula sifat dari beliau yang patut kita teladani.
Beliau dikenal sebagai orang yang ramah dan murah senyum. Dapat dilihat dari perbuatannya
yaitu beliau hanya sekadar menyapa dan menanyakan kabar dengan para karyawan yang
berada di keuskupan. Mgr. Sutrisnaatmaka juga rutin mengadakan pertemuan dengan para
karyawan di keuskupan palangkaraya. Beliau juga dikenal sosok yang humoris dan dapat
membawa suasana menjadi lebih hangat. Ketika makan bersama di meja makan keuskupan,
beliau dapat melemparkan kalimat-kalimat yang dapat menghadirkann tawa sehingga
membuat suasana menjadi lebih hangat. Beliau juga humoris dan sangat baik kepada
keponakan-keponakannya. Saat ada pertemuan keluarga besar yang diadakan di Keuskupan,
beliau mengajak keluarga besar untuk jalan-jalan ke tempat wisata di daerah palangkaraya.
Tentunya hal ini menjadi suatu yang sangat berarti bagi saudara-saudaranya. Beliau juga
memiliki cara unik untuk menegur orang. Beliau menegur dengan cara yang halus. Ia percaya
dengan menggunakan kata-kata yang halus dapat membuat seseorang merenung dengan
perilaku yang sudah dibuatnya. Dari sifat-sifat beliau tersebut, banyak sekali tentunya yang
patut kita contoh karena dengan itu kita dapat berinteraksi dengan lingkungan luar dengan
baik dan mendapatkan timbal balik yang baik pula.
Ketika Presiden Jokowi ingin memindahkan Ibukota Indonesia ke Palangkaraya, Mgr.
Aloysius Sutrisnaatmaka menanggapi dengan positif dan bersedia membantu. Jika kantor
Konferensi Waligereja Indonesia turut pindah dari Jakarta ke Palangkaraya pun beliau
bersedia untuk memberi tanah keuskupan Palangkaraya seluas 60 hektar lahan di kota untuk
kantor dan wisma para Uskup. Saat di ruang makan bersama para Uskup lain,
Mgr Sutrisnaatmaka berkelakar, Keuskupan Palangkaraya masih punya 60
hektar lahan di kota. Tanah itu, lanjutnya, bisa untuk kantor dan wisma
para Uskup. Selain itu, jarak lahan dengan Keuskupan sekitar empat
kilometer. “Malah saya bisa sumbang batu, (tapi hanya) untuk peletakan
batu pertama saja lho”, canda Uskup yang menerima tahbisan episkopal
pada 7 Mei 2001.
Selama masa penggembalaan, Mgr Sutrisnaatmaka bersyukur
berkat bimbingan dan bantuan Tuhan yang amat besar, misal jumlah
imam dari 26 menjadi 59 orang, dari enam imam diosesan kini bertambah
menjadi 21 orang. Pertambahan umat, imam tarekat, biarawan dan
biarawati juga sangat signifikan. Selain itu, berkat bantuan banyak pihak,
tambah Mgr Sutrisnaatmaka, Keuskupan bisa membangun dan
merenovasi fasilitas Seminari Menengah, Sekolah Tinggi Ilmu Pastoral,
asrama, dan bahkan Rumah Sakit Keuskupan.
Pada 14 Februari 2001, Surat Khabar l’Osservatore Romano mengumumkan berita
dari Paus Yohanes Paulus II menunjuk uskup baru untuk Diosesan Palangka Raya, Pastor
Aloysius Mariady Sutrisnaatmaka, MSF. Di samping menjaga apa yang baik, uskup baru ini
juga membawa angin pembaharuan. Angin perubahan untuk menguatkan karya pastoral,
sebagaimana tertulis di dalam Kitab Hukum Kanonik 1983, Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka
menyatakan keputusan-keputusan antara lain,  pertama, membangun Kuria Diosesan, bukan
sebagai pusat kekuasaan, tetapi kerja sama pemerintahan Gereja, mengemban tugas
memimpin untuk seluruh Diosesan Palangka Raya. Kedua, meningkatkan kualitas formasi
para Katekis untuk memperoleh Katekis-katekis yang profesional dan teguh dalam
iman. Ketiga,  mendirikan Seminari Menengah untuk panggilan imamat. Formasi ini adalah
sangat penting sebab dari sini uskup dapat memiliki imam-imam pribumi untuk Diosesannya
sendiri. Keempat, mengirim imam-imam diosesan untuk formasi lanjutan ke luar negeri.
Seorang Uskup dengan berbagai usaha untuk hidup Gereja. Di samping menjaga
apa yang baik, uskup baru ini juga membawa angin pembaharuan. Dia melihat bahwa
pertemuan tahunan untuk pengembangan hidup pastoral adalah sesuatu yang baik, yang telah
dimiliki oleh Keuskupan. Dia ingin melanjutkan kegiatan ini, sebab di sana ada masalah-
masalah pastoral yang dapat dibicarakan dan didiskusikan secara terbuka serta kemudian
dianalisa dan dicarikan solusi yang tepat secara bersama dengan semua peserta umat Allah
yang hadir.
Pertemuan ini bukan hanya momentum untuk mengungkapkan pertisipasi aktif untuk
memberikan aspirasi, ide-ide, kerinduan-kerinduan untuk perkembangan keuskupan, tetapi
juga untuk mengemban tanggung jawab umat beriman lewat segenap utusan yang hadir
terhadap karya misi di dalam wilayah Keuskupan ini. Setiap Paroki memiliki pengalaman
unik di dalam hidup Gereja, karena ada situasi dan kondisi berbeda. Tentu pendekatan dan
sarana berbeda untuk mendukung dan menghadapi kenyataan pastoral. Di sini, Mgr. A.M.
Sutrisnaatmaka ingin juga mengambil poin-poin dari kegiatan ini sebagai
suatu vademecum untuk pedoman dalam langkah pastoral Keuskupan. Angin perubahan
untuk menguatkan karya pastoral, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Hukum Kanonik
1983, Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka menyatakan keputusan-keputusannya; Membangun Kuria
Diosesan, bukan sebagai pusat kekuasaan, tetapi kerja sama pemerintahan Gereja,
mengemban tugas memimpin untuk seluruh Diosesan Palangka Raya, meningkatkan kualitas
formasi para Katekis untuk memperoleh Katekis-katekis yang profesional dan teguh dalam
iman, mendirikan Seminari Menengah untuk panggilan imamat. Formasi ini adalah sangat
penting sebab dari sini uskup dapat memiliki imam-imam pribumi untuk Diosesannya sendiri,
dan mengirim imam-imam Diosesan untuk formasi lanjutan ke luar negeri. Di samping
membangun Kuria Diosesan sebagai sarana untuk membantu kerja sama pemerintahan Gereja
di seluruh Diosesan (KHK 1983, kan. 469 – 474), uskup mengembangkan juga organ-organ
pastoral yang memperhatikan bidang-bidang aktivitas lain  seperti Komisi Liturgi, Komisi
Komunikasi Sosial dan Dewan Pastoral.
Selain itu, karya dan teladan dari Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka adalah Mgr. Aloysius
Sutrisnaatmaka beserta rombongan dari Keuskupan Palangka Raya mengunjungi PT Naga
Buana di Kabupeten Pulang Pisang, Kalimantan Tengah pada tanggal 28 Desember 2018
dalam rangka untuk berkoordinasi dengan pihak perusahaan terkait prospek perkebunan
Sengon di Kalimantan Tengah. Selain itu, kunjungan tersebut memiliki maksud untuk
melihat kemajuan pembanguan pabrik Sengon dalam rangka memperkuat niat dari pihak
keuskupan untuk membina umat Gereja Katolik perkebunanan Sengon. Kunjungan
rombongan Keuskupan Palangka Raya di damping oleh Pastor dari Paroki Pulang Pisang dan
beberapa tokoh masyarakat di Pulpis dan disambut baik oleh PT Naga Buana.
Uskup Palangka Raya, Mgr Aloysius Sutrisnaatmaka juga memiliki peran dalam
pluralism di negeri Indoneisia. Perayaan Natal bernuansa kebangsaan, yang digelar
Pemerintah Provinsi Kalteng, Polda Kalteng, Korem 102/Panju Panjung, Panitia Hari Besar
Keagamaan (PHBK) Provinsi  Kalteng serta didukung Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng,
berjalan lancar dan sukses. Uskup Palangka Raya, Mgr Aloysius Sutrisnaatmaka mengatakan,
Natal Kebangsaan yang diikuti oleh berbagai unsur dan elemen masyarakat ini tidak hanya
dilihat dari sisi keagamaan, namun dari sisi upaya menjaga persatuan dan kesatuan. “Semua
unsur dari segi suku, etnis dan agama ditampilkan bersama. Inilah yang menjadi salah satu
sarana menjaga persatuan dan kesatuan di Kalteng. Kegiatan maupun acara keagamaan
seperti ini harus digiatkan lagi,” pintanya.  Sementara itu Ketua Dewan Adat Dayak (DAD)
Kalteng  H. Agustiar Sabran menyampaikan persatuan dan kesatuan antar umat beragama,
suku dan etnis, bukan hal yang asing lagi di Kalteng.“Kalteng dengan julukan Bumi Tambun
Bungai Bumi Pancasila ini menjunjung tinggi falsapah Huma Betang. Seperti Natal
kebangsaan ini semua elemen agama dan masyarakat hadir menunjukan bukti berjalan
baiknya pluralisme di provinsi ini,” ungkapnya.
Natal yang digelar di Betang Hapakat, Sabtu 19 Januari 2019 pagi tersebut, dihadiri
banyak elemen, baik jajaran OPD dan Forkopimda lingkup Pemerintah Provinsi Kalteng
maupun dari Pemerintah Kota Palangka Raya serta para wakil rakyat. Natal juga dihadiri
jajaran Polda Kalteng, Korem 102/Panju Panjung dan elemen masyarakat lainnya. Terlebih
dari itu, Natal kebangsaan turut dihadir para tokoh nasional, salah satunya anggota Dewan
Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila yang juga mantan Ketua Mahkamah
Konstitusi (MK), Mahfud MD. Dalam perayaan Natal itu, juga ditampilkan tarian lintas etnis,
nyanyian dari berbagai daerah, hingga doa lintas agama.
Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka juga memiliki peran dalam pembangunan Rumah Sakit
Katolik Betang Pambelum di Kalimantan Tengah. Rumah Sakit ini sudah beroperasi sejak
tahun 2018 dan diresmikan langsung oleh orang nomor satu di Kalimantan Tengah, Gubernur
Sugianto Sabran. Rumah Sakit Katolik Betang Pambelum di Kalimantan Tengah memiliki
luas 2,3 hektare berpusat pada jalan Tjilik Riwut kilometer 6,5 dengan 120 kamar untuk
pelayanan kesehatan, laboratorium, dan semua fasilitas kesehatan. Pembangunan Rumah
Sakit Katolik Betang Pambelum sudah berlangsung sejak 2005. Akhirnya, diresmikan pada
tahun 2018 dan siap beroperasi melayani para pasien.

Pemikiran- Pemikiran Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka


Implementasi pemikiran Beliau terhadap permasalahan Covid-19. Secara tidak
langsung, Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka pada pandemi ini mengajarkan kita untuk tetap
tinggal dalam kasih karunia Allah dengan tetap mengikuti perayaan-perayaan ekaristi via live
streaming karena beliau juga memimpin misa ekaristi pada hari minggu lewat channel
youtube Keuskupan Palangkaraya selama pandemi ini. Dengan itu beliau tetap mampu
melayani dengan cinta kasih kepada umatnya walaupun dalam kondisi seperti ini. Lalu
dengan waktu kita yang lebih lama dirumah, kita harus dapat memanfaatkan untuk
mengembangkan diri sebagai seorang pemimpin agar mampu menjadi penggerak dalam
pembangunan gereja ini. Kita mampu memberi contoh dan menegur orang-orang yang keluar
rumah tidak memakai masker.
Keuskupan Palangka Raya mengeluarkan surat pengumuman mengenai pelaksanaan
ibadat tanpa umat pada momen sekitar Paskah tahun 2020 ini."Berdasarkan Keputusan
Pemerintah melalui Surat Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Republik Indonesia No. 13A Tahun 2020 Tentang Perpanjangan Status Keadaan Tertentu
Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia, Surat Keputusan
Gubernur Kalteng No. 188.44/81/2020 Tentang Penetapan Status Siaga Darurat Bencana
Pandemi Virus Corona (Covid-19), dan Petunjuk Perayaan Liturgi Pekan Suci 2020 oleh
Kongregasi Ibadat Ilahi dan Tata Tertib Sakramen Takhta Suci Prot. N. 153/20, serta setelah
mendengarkan masukan-masukan Dewan Keuskupan dan pihak-pihak terkait, dengan ini
saya memutuskan untuk menghentikan semua pelaksanaan kegiatan Gerejawi-Rohani yang
melibatkan banyak orang," kata Uskup Palangka Raya, Mgr Sutrisnaatmaka dalam
pengumumannya, Senin, 23 Maret 2020.
Pertemuan yang melibatkan banyak orang menurut Uskup, termasuk Misa hari
Minggu dan Misa Harian, Misa Krisma, Misa di Lingkungan dan di Stasi, Misa peringatan
arwah, Misa Perkawinan, Jalan Salib, Adorasi, pendalaman iman, pelajaran agama, renungan
APP, Latihan-latihan Persiapan Pekan Suci, perayaan Sakramen Tobat, kursus-kursus dan
Pendalaman iman, Pastoral Care serta pertemuan-pertemuan lainnya."Penghentian
pertemuan yang melibatkan banyak orang ini berlaku mulai tanggal 23 Maret 2020 sampai
dengan tanggal 29 Mei 2020," katanya.Dengan demikian, lanjut Uskup, Misa pada hari
Minggu, 29 Maret 2020, Perayaan Liturgi selama Pekan Suci 2020 dan Misa pada hari
Minggu selanjutnya sampai dengan tanggal 29 Mei 2020 akan dilaksanakan tanpa kehadiran
umat secara fisik.

2. Diskusi
Setelah membaca banyak artikel dan buku mengenai beliau, kita dapat mengetahui dan
meresapi latar belakang Mgr. Sutrisnaatmaka dalam hidup membiara, karya, teladan, dan
pemikiran beliau menjadikan motivasi bagi kita dalam melaksanakan hidup dan melayani
sesama dengan kasih Allah dan cinta kasih. Menanamkan kasih karunia Allah dalam diri kita
dan cinta kasih dapat membuat kita dapat melaksanakan aktivitas dengan “terjaga” karena
kita percaya Tuhan selalu menyertai kita semua.
Sumber :
1. https://kumparan.com/marmora-kristioadi/belajar-hidup-dalam-kasih-allah-bersama-
mgr-aloysius-sutrisnaatmaka-m-s-f-1uW4ADuk49o/full
2. https://www.sesawi.net/permanere-in-gratia-dei-19-tahun-mgr-am-sutrisnaatmaka-
msf-jadi-uskup-keuskupan-palangka-raya/
3. https://www.hidupkatolik.com/2017/05/10/7951/mgr-aloysius-maryadi-sutrisnaatmaka-
msf-siap-sumbang-batu/
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Aloysius_Sutrisnaatmaka
5. https://www.borneonews.co.id/berita/161911-keuskupan-palangka-raya-umumkan-ibadat-
tanpa-umat-di-momen-paskah-dampak-covid-19
6. https://bersaksi.id/keuskupan-palangka-raya-keuskupan-muda-di-kalimantan-dengan-karya-
misi-katolik-di-tengah-populasi-masyarakat-asli-dayak-muslim-dan-kristen-protestan/
7. http://www.kepraya.org/lustrum-iii-tahbisan-uskup-mgr-aloysius-sutrisnaatmaka-msf/
8. https://www.kalamanthana.id/2018/12/29/uskup-aloysius-beserta-rombongan-kunjungi-pt-
naga-buana-ada-apa-ya/
9. https://www.mirifica.net/2020/05/18/uskup-palangka-raya-waktu-tuhan-pasti-yang-
terbaik/
10. https://mediacenter.palangkaraya.go.id/natal-kebangsaan-bukti-pluralisme-di-kalteng/
11.

Anda mungkin juga menyukai