Anda di halaman 1dari 8

VARIASI PENGADUKAN DAN WAKTU PADA PEMBUATAN

BIOETANOL DARI PATI SORGUM DENGAN PROSES SAKARIFIKASI


DAN FERMENTASI SERENTAK (SSF)

Maulia Rayana, Chairul, Hafidawati


Laboratorium Rekayasa Bioproses Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau
Jl. HR Subrantas Km 12,5 Kampus Bina Widya Panam Pekanbaru 28293
Email : mauliarayana38@yahoo.com,

ABSTRACT
Sorghum is one of the agricultural commodities used for biofuels. Sorghum
starch characteristics of high carbohydrate and contains high levels of starch as raw
material potential of bioethanol. Making bioethanol done with simultaneous
saccharification and fermentation process using yeast enzymes StargenTM 002 and
Saccharomycess Cereviciae with varying speed agitation of 200, 250, 300 and 350 rpm
and fermentation time 12, 24, 48, and 72 hours. The results of the analysis using a
spectrophotometer and Alkoholmeter with highest bioethanol yield at speed agitation 350
rpm at 42 hours of fermentation with ethanol content of 8% (v/v)

Keyword: Sorghum, Bioethanol, Enzym StargenTM 002, SSF, Speed Agitation.

1. PENDAHULUAN
Sorgum (Sorghum bicolor) menjadi bioetanol melalui proses
merupakan sumber daya biji-bijian yang fermentasi. [Kunamneni dkk, 2005].
sangat berpotensi sebagai bahan baku Hidrolisis adalah proses
produksi bioetanol. Tanaman sorgum dekomposisi kimia dengan
memiliki keunggulan tahan terhadap menggunakan air untuk memisahkan
kekeringan dibanding jenis tanaman ikatan kimia dari substansinya.
serealia lainnya. Tanaman ini mampu Hidrolisis pati merupakan proses
beradaptasi pada daerah yang luas, dari pemecahan molekul amilum menjadi
daerah yang beriklim tropis–kering bagian-bagian penyusunnya yang lebih
(semi arid) sampai daerah beriklim sederhana seperti dekstrin, isomaltosa,
basah. Sorgum sangat potensial ditanam maltosa dan glukosa [Purba, 2009].
di wilayah Riau yang memiliki lahan Proses hidrolisis pati menjadi
marginal yang luas, yaitu 5,7 hektar atau sirup glukosa dapat menggunakan
64% wilayah Riau merupakan lahan katalis enzim, asam atau gabungan
gambut [Pemerintah Provinsi Riau, keduanya. Hidrolisis secara enzimatis
2011], lahan gambut ini dapat memiliki perbedaan mendasar dengan
dimanfaatkan dalam budidaya sorgum. hidrolisis secara asam. Hidrolisis secara
Sorgum memiliki komposisi karbohidrat asam memutus rantai pati secara acak,
sebanyak 73% [Dir Gizi DepKes, 1994]. sedangkan hidrolisis secara enzimatis
Sorgum memiliki kandungan pati memutus rantai pati secara spesifik pada
sebanyak 56-73%, Pati sorgum terdiri percabangan tertentu. Hidrolisis secara
atas amilosa (20-30%) dan amilopektin enzimatis lebih menguntungkan
(70-80%). Kandungan pati sorgum dibandingkan hidrolisis asam, karena
tersebut sangat berpotensi sebagai prosesnya lebih spesifik, kondisi
sumber bahan bakar nabati yaitu prosesnya dapat dikontrol, biaya
bioetanol. Sorgum dapat dikonversi pemurnian lebih murah, dan kerusakan

1
warna dapat diminimalkan [Virlandi, [Genencor, 2011]. Dan menggunakan
2008]. yeast Saccharomyces ceriviceae yang
Menurut Purba (2009) proses dapat mengubah glukosa menjadi
hidrolisis enzimatik dipengaruhi oleh bioetanol dengan waktu yang tidak
beberapa faktor, yaitu: Enzim, ukuran terlalu lama dan konsentrasi Enzim
partikel, Suhu, pH, waktu hidrolisis, stargenTM 002 adalah 2,5% dari subtrat
perbandingan cairan terhadap bahan dengan menggunakan proses fermentasi.
baku (volume substrat) dan pengadukan. Perbandingan pengaruh kecepatan
Enzim yang dapat digunakan adalah α- pengaduk dan konversi bioetanol yang
amilase, β-amilase, amiloglukosidase, dihasilkan menjadi dasar utama dari
glukosa isomerase, pullulanase, dan penelitian ini. Diharapkan dengan
isoamilase. Enzim yang biasa digunakan perbandingan pengaruh kecepatan
untuk proses pembuatan sirup glukosa pengaduk dan waktu produksi dalam
secara sinergis adalah enzim α-amylase mengkonversi bioetanol, dapat diperoleh
dan enzim glukoamilase. Enzim α- pengaruh kecepatan pengaduk dan
amylase akan memotong ikatan amilosa waktu terbaik untuk menghasilkan
dengan cepat pada pati kental yang telah bioetanol dengan yield yang tinggi.
mengalami gelatinisasi. Kemudian
enzim glukoamilase akan menguraikan 2. METODOLOGI
pati secara sempurna menjadi glukosa
pada tahap sakarifikasi. Bahan-bahan yang digunakan
Pembuatan bioetanol dari dalam penelitian ini adalah Sorgum,
sorgum pada penelitian ini Yeast Saccharomyces Cereviceae, HCl
menggunakan metode sakarifikasi dan dan NaOH, Urea [(NH2)2 CO], NPK
fermentasi simultan/Simultaneous [NH4H2PO4 ], Natrium karbonat
Saccharification and Fermentation anhidrat, garam Rochelle, Natrium
(SSF), yaitu menggabungkan tahap bikarbonat, Natrium sulfat anhidrat,
hidrolisis dan fermentasi secara CuSO4.5H2O, asam sulfat pekat,
bersamaan dalam satu reaktor. Ammonium molybdat,
Keuntungan dari proses ini adalah Na2 HAsO4.7H2O, Enzim
polisakarida yang terkonversi menjadi StargenTM002, Aquades.
monosakarida tidak kembali menjadi Metodologi yang akan
polisakarida karena monosakarida dilakukan pada penelitian ini terdiri dari
langsung difermentasi menjadi etanol tahap persiapan, tahap sterilisasi, tahap
dan akan mengurangi biaya peralatan penyiapan inokulum yeast, tahap
yang digunakan [Uminingsih,2009]. penelitian dan tahap analisa. Diagram
Enzim yang digunakan adalah prosedur penelitian dapat dilihat pada
Enzim komersil jenis baru yaitu enzim Gambar 1.
Stargen™ 002 dalam Bioflo 2000
Fermentor dengan volume 5000 ml.
Enzim ini adalah generasi kedua yang
diproduksi oleh Genencor Internasional
di Palo Alto, CA, USA. Kelebihan dari
enzim ini yaitu dapat langsung
menghidrolisis pati tanpa memerlukan
proses pemanasan (no cook Enzym) dan
dapat mengkonversi butiran pati
menjadi gula secara terus menerus.

2
Gambar 2. Skema peralatan penelitian
Bioflo 2000 Fermentor
Variasi variabel percobaan pada
Gambar 1. Diagram Alir Tahap
penelitan pembuatan bioetanol dari pati
Penelitian
sorgum adalah kecepatan pengaduk 200,
250, 300 dan 350 rpm dan waktu
Bahan baku untuk produksi pengambilan sampel pada proses SSF
bioetanol didapatkan dari biji sorgum
adalah 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72
yang menghasilkan pati. Pati harus
jam. Penelitian ini akan menggunakan
dihancurkan untuk memecahkan
enzim stargenTM 002 pada proses
susunan patinya agar bisa berinteraksi
hidrolisis dan menggunakan yeast
dengan air secara baik. Kemudian biji
Saccharomycess Cereviciae pada proses
sorgum di blender dan diayak dengan
fermentasi.
ukuran 40-60 mesh hingga berbentuk
Biji sorgum yang digunakan
tepung sorgum.
pada penelitian ini adalah dari Kec.
Proses sakarifikasi dan
Banjaran Kabupaten Bandung. Sebelum
fermentasi serentak dilakukan didalam
digunakan pati sorgum ini terlebih
Reaktor Bioflo 2000 fermentor, dengan dahulu dikeringkan dengan cara
volume 5 liter. Adapun skema peralatan
dijemur. Setelah itu, dihaluskan dengan
penelitian (Bioflo 2000 fermentor) dapat
cara diblender dan diayak hingga
dilihat pada Gambar 2.
berukuran kurang lebih 40-60 mesh
sehingga ukuran partikel lebih seragam.

3
Biji sorgum yang digunakan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pada penelitian ini adalah dari Kec. Pengaruh kecepatan pengaduk Dan
Banjaran Kabupaten Bandung. Sebelum Waktu Sakarifikasi Dan Fermentasi
digunakan pati sorgum ini terlebih Pati Sorgum Serentak Terhadap
dahulu dikeringkan dengan cara Konsentrasi Gula Sisa
dijemur. Setelah itu, dihaluskan dengan Fermentasi pati sorgum
cara diblender dan diayak hingga menggunakan saccharomycess
berukuran kurang lebih 40-60 mesh cereviciae dilakukan secara kontinyu
sehingga ukuran partikel lebih seragam. dengan variasi kecepatan pengaduk dan
Sebelum proses SSF dilakukan waktu fermentasi. Hasil fermentasi
terlebih dahulu media fermentasi masih mengandung gula yang dianalisa
disterilisasi didalam autoclave selama dengan menggunakan metode Nelson
15 menit dengan temperature 1210C. somogyi dengan spektrofotometer sinar
Tujuan dari sterilisasi ini adalah untuk tampak. Tujuan dari analisa ini adalah
membunuh mikroorganisme lain yang untuk melihat efektivitas
tidak diinginkan selama proses mikroorganisme dalam mendegradasi
berlangsung. Kemudian penyiapan gula menjadi bioetanol. Konsentrasi
inokulum yeast sebanyak 10% volume gula sisa yang diperoleh dari variasi
stater didalam erlemenyer, lalu diaduk kecepatan pengaduk dan waktu
dengan shaker selama 24 jam. fermentasi dapat dilihat pada Gambar 3.
Proses SSF ini menggabungkan 0.35
200 rpm
antara hidrolisis enzim dan fermentasi 250 rpm
0.3
yang dilakukan serentak didalam satu 300 rpm
konsent rasi gula sisa (g/ l)

0.25
reaktor. Enzim yang digunakan 350 rpm
stargenTM 002, serta yeast yang 0.2
digunakan adalah saccharomycess 0.15
cereviciae. Medium untuk SSF 0.1
sebanyak 5000 ml terdiri dari sampel 0.05
pati sorgum (200 gr) Urea 0,4 gr, NPK 0
0,5 gr, yeast saccharomycess cereviciae 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78
1,2 gr/l, HCl dan NaOH secukupnya
w aktu fer mentasi (jam)
selama proses berlangsung dan aquades.
Campuran bahan berupa pati Gambar3. Hubungan antara kecepatan
sorgum, NPK dan Urea disterilisasi pengaduk dan waktu
selama 15 menit pada autoclave dan sakarifikasi dan fermentasi
temperature 1210C, namun enzim dan serentak terhadap
yeast ditambahkan tanpa sterilisasi. konsentrasi gula sisa.
Kemudian proses SSF dilakukan pada Pada Gambar 3. terlihat bahwa
kecepatan pengaduk 200, 250, 300 dan semakin lama waktu fermentasi,
350 rpm dengan pH 4,5 kecepatan 200 konsentrasi gula semakin berkurang dan
rpm pada suhu ± 300C. Kultivasi diambil dipengaruhi juga pada kecepatan
pada tiap 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan pengadukkan. Menurut [Februadi, 2012]
72 jam kemudian di Distilasi. Setelah itu pengadukkan perlu dilakukan agar zat
dilakukan pengujian konsentrasi etanol pereaksi dapat bertumbukkan dengan
dengan menggunakan Alkoholmeter. baik. Hal ini menunjukkan adanya
konsumsi gula oleh yeast
Saccharomycess Cereviciae yang
digunakan untuk pertumbuhan dan
metabolisme sel. Waktu fermentasi
adalah 72 jam, dilakukan pengambilan
sampel pada 0 jam, (untuk menentukan

4
konsentrasi gula awal), 30 jam, 36 jam, kecepatan pengaduk dan waktu
42 jam, 48 jam, 54 jam, 60 jam, 66 jam fermentasi dapat dilihat pada Gambar 4.
dan 72 jam. Selama waktu fermentasi 10 200 rpm
berlangsung gula terus digunakan 250 rpm

kadar bioetanol (%v/ v)


8 300 rpm
namun tidak sampai habis. Hal tersebut
6 350 rpm
terjadi pada semua variabel.
Pada penelitian ini, waktu 4
fermentasi yang divariasikan adalah 30
2
jam, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 jam.
Dari Gambar 3 dapat dilihat konsentrasi 0
bioetanol tertinggi pada kecepatan 24 30 36 42 48 54 60 66 72
wakt u ferment asi (jam)
pengadukkan 350 rpm dengan waktu
fermentasi 42 jam yaitu sebesar 8% Gambar 4. Hubungan antara kecepatan
(v/v). Saat proses fermentasi tetap pengaduk dan waktu
dilanjutkan bioetanol yang dihasilkan sakarifikasi dan fermentasi
mengalami penurunan setelah serentak terhadap
fermentasi selama 42 jam. Adanya konsentrasi bioetanol.
penurunan konsentrasi bioetanol ini
terjadi karena gula yang dikonversi Gambar 4. Menunjukkan bahwa
menjadi produk oleh mikroorganisme dapat dilihat bahwa kecepatan
semakin sedikit serta akumulasi produk pengadukkan terbaik pada 350 rpm
bioetanol yang dapat menghambat dengan kadar bioetanol sebesar 8 %
pertumbuhan yeast. Bioetanol dapat (v/v) pada waktu fermentasi 42 jam
bersifat racun terhadap mikroorganisme, ditunjukkan pada lampiran
sehingga dengan terbentuknya produk perhitungan. Kecepatan pengaduk
berupa bioetanol akan mengakibatkan berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas menurun [Junitania,2011].
bioetanol pada proses fermentasi.
Selain itu, konsentrasi bioetanol
yang menurun dipengaruhi oleh
Dengan pengadukan maka
konsentrasi gula yang semakin penggunaan gula oleh yeast akan
berkurang dan proses hidrolisis yang keluar, namaun jika kecepatan
lebih rendah dibandingkan laju pengadukan terlalu tinggi
fermentasinya. Ketika laju fermentasi metabolisme yeast akan terganggu
cepat sementara terjadi kekurangan sehingga produksi bioetanol akan
substrat gula, sebagian yeast menurun [Liu dan Shen, 2007].
Saccharomyces cereviceae cenderung Dengan kecepatan pengadukkan 350
untuk mengkonsumsi bioetanol, rpm konsentrasi bioetanol yang
kemudian adanya reaksi lanjut dari dihasilkan lebih besar dibandingkan
bioetanol yang teroksidasi menjadi asam
kecepatan pengaduk pada varibel
asetat.
lain karena semakin cepat terjadi
Pengaruh kecepatan pengaduk Dan
Waktu Sakarifikasi Dan Fermentasi kontak pelarut dengan subtrat, yeast
Serentak Pati Sorgum Terhadap dan enzim pada proses SSF. Selain
Konsentrasi Bioetanol itu juga semakin lamanya waktu
fermentasi, konsentrasi glukosa
Proses produksi bioetanol dari semakin menurun sedangkan
biji sorgum dilakukan menggunakan konsentrasi bioetanol semakin
SSF dengan variasi kecepatan pengaduk meningkat. Hal ini dikarenakan
dan waktu fermentasi. Konsentrasi seiring dengan waktu kontak yang
bioetanol yang diperoleh dari variasi terjadi semakin intens,

5
pengkonversian glukosa menjadi dikarenakan % volume inokulum
bioetanol akan meningkat dipengaruhi fasa lag yaitu semakin besar
[Kurniawan, 2011]. Sehingga inokulum maka semakin pendek fasa lag
kecepatan pengaduk lebih sehingga cepat mencapai fasa
eksponensial yaitu yeast tumbuh dengan
berpengaruh terhadap konsentrasi
sempurna dan mampu beradaptasi
bioetanol daripada lama fermentasi. dengan baik, sehingga glukosa dapat
Hasil penelitian ini lebih baik
terkonversi dengan maksimal dan mulai
dibandingkan dengan Azizah (2013)
terbentuknya produk. Fungsi dari
yang hanya mendapatkan 6% (v/v) pada
pembuatan inokulum adalah mengurangi
waktu ke 48 jam. Hal ini dikarenakan
fasa lag, sehingga waktu fermentasi
pada penelitian ini meggunakan
semakin cepat dan kadar alkohol yang
pengembangan inokulum yeast dan
dihasilkan semakin besar pula.
kecepatan pengaduk lebih besar
3.1 Perbandingan Konsentrasi
sedangkan Azizah tidak melakukan
Bioetanol dalam Penelitian ini
pengembangan inokulum 10% volume
dengan Penelitian Lainnya
starter dan kecepatan pengaduk 200
rpm. Menurut Sari (2009) Volume Penelitian ini menggunakan
inokulum merupakan variabel yang
metode sakarifikasi dan fermentasi
paling berpengaruh dalam menghasilkan
serentak dengan volume total 5000 ml
alkohol, bahwa semakin besar % volume
dan analisa bioetanol menggunakan
inokulum maka akan semakin besar pula
Alkoholmeter.
kadar alkohol yang diperoleh. Hal ini
Tabel 1. Perbandingan Konsentrasi Bioetanol dengan Penelitian Lainnya
Variabel Azizah Yuni (2013) Kurniawan Penelitian ini
(2013) (2011)
Bahan baku Pati sorgum Pati sorgum Pati Sorgum Glukosa Pati sorgum
150 g/l
Enzim Stargen 002 Stargen 002 Tanpa enzim α – Stargen 002
amylase &
glukoamila
se
Yeast S.cerevisiae S. cerevisiae S.cerevisiae Schizosach S.cerevisiae
aromyces
pombe
Kosentrasi 30, 40, 50 40 g/l 40 g/l 150 g/l 40 g/l
substrat dan 60 g/l
Ukuran 40 – 60 40 – 60 mesh 40 – 60 mesh - 40 – 60 mesh
partikel mesh
Variabel Konsentrasi pH 4 ; 4,5 ; 5 pH 4,5 Jenis Kec
substrat 30 ; waktu 12; 24; waktu 12; 24; pengaduk pengadukkan
40; 50 dan 48; 72 jam 48; 72 jam paddle, 200; 250;
60 waktu turbin, 300; 350 rpm
12; 24; 48; propeller dan waktu
72 jam dan kec 30; 36; 42;
pengadukk 48; 54; 60;
an 100; 150 66; 72 jam
rpm

6
Kondisi 48 jam ; 48 jam ; pH - Pengaduk 42 jam; 350
optimum Konsentrasi 4,5 propeller; rpm
Substrat 60 150 rpm
g/l
Konsentrasi 6% (v/v) 5% (v/v) 1% (v/v) 13,325% 8 % (v/v)
Bioetanol (v/v)

Dari Tabel 1 dapat dillihat dihasilkanpun lebih kecil juga karena


bahwa hasil yang didapatkan oleh kecepatan pengaduk berpengaruh
Kurniawan (2011) mendapatkan terhadap proses kontak antar partikel.
konsentrasi bioetanol tertinggi yaitu
13,235% (v/v) yang masih lebih tinggi 4. KESIMPULAN
daripada penelitian ini yaitu 8% (v/v). Dari penelitian yang sudah
Hal ini dikarenakan Kurniawan (2011) dilakukan dapat ditarik kesimpulan
menggunakan glukosa murni dengan sebagai berikut :
konsentrasi subtrat 150 g/l dan ukuran 1. Kecepatan pengaduk pada proses
partikel lebih kecil mempunyai luas fermentasi berperan penting, karena
permukaan yang lebih besar untuk semakin cepat kecepatan pengaduk
bereaksi sehingga laju reaksi juga akan maka akan mempengaruhi
semakin besar pula. konsentrasi bioetanol yang
sedangkan penelitian ini menggunakan dihasilkan.
konsentrasi subtrat 40 g/l dengan ukuran 2. Waktu fermentasi berpengaruh
partikel pati 40-60 mesh. Tetapi hasil terhadap konsentrasi bioetanol yang
dari penelitian ini mendapatkan hasil dihasilkan, karena semakin lama
yang jauh lebih besar dari Yuni (2013) waktu fermentasi akan
sebesar 5% (v/v) dan Azizah (2013) meningkatkan kadar bioetanol.
sebesar 6% (v/v) dikarenakan tanpa Namun bila fermentasi terlalu lama
melakukan pengembangan inokulum. nutrisi dalam substrat akan habis
Menurut Sari (2009) Volume inokulum dan yeast tidak lagi dapat
merupakan variabel yang paling memfermentasi glukosa atau yeast
berpengaruh dalam menghasilkan akan mengalami fasa kematian.
alkohol, bahwa semakin besar % volume 3. Kondisi terbaik pada penelitian ini
inokulum maka akan semakin besar pula dilihat dari konsentrasi bioetanol
kadar alkohol yang diperoleh. Hal ini yang dihasilkan yaitu pada
dikarenakan % volume inokulum kecepatan pengaduk 350 dan waktu
dipengaruhi fasa lag yaitu semakin besar fermentasi 42 jam. Dimana
inokulum maka semakin pendek fasa lag konsentrasi bioetanol sebesar 8%
sehingga cepat mencapai fasa (v/v).
eksponensial yaitu yeast tumbuh dengan
sempurna dan mampu beradaptasi DAFTAR PUSTAKA
dengan baik, sehingga glukosa dapat [1] Azizah. 2013. Variasi Konsentrasi
terkonversi dengan maksimal dan mulai Subtrat Pati Sorgum Menjadi
terbentuknya produk. Fungsi dari Bioetanol dengan Proses
pembuatan inokulum adalah mengurangi Sakarifikasi dan Fermentasi
fasa lag, sehingga waktu fermentasi Serentak Menggunakan Enzim
semakin cepat dan kadar alkohol yang StargenTM 002. Skripsi.
dihasilkan semakin besar pula dan Universitas Riau. Pekanbaru
besarnya kecepatan pengadukkan yang [2] Booklet Kehati Riau.2011.
digunakan lebih kecil yaitu 200 rpm Konservasi Sumber Daya Alam
sehingga konsentrasi bioetanol yang

7
dan Keanekaragaman Riau. [11] Yuni, 2013. Variasi pH pada
PemProv Riau, Pekanbaru. pembuatan bioetanol dari pati
[3] Direktorat Gizi Departemen sorgum dengan proses
Kesehatan RI. 1992. Daftar sakarifikasi dan fermentasi
Komposisi Bahan Makanan. serentak. Skripsi, Universitas
Bhratara,Jakarta. Riau. Pekanbaru.
[4] Genencor ( 2011). “Saccharifying
and Debrancing Enzymes”.
Singapore
[5] Junitania, 2011, Pembuatan
Bioetanol dari Nira Sorgum
Manis dengan Proses
Fermentasi Menggunakan Yeast
Candida Utilis, Skripsi Sarjana,
Fakultas Teknik, Univeristas
Riau.
[6] Kunamneni, A.: Permaul, K: Singh,
S. 2005. Amylase production in
solid state fermentation by the
thermophilic fungus
Thermomyces lanuginosus,
journal of Bioscience and
Bioengineering, Vol. 100(2),
Hal 168-171
[7] Purba, E, (2009), “Hidrolisis Pati
Ubi Kayu (Manihot Esculenta)
dan Pati Ubi Jalar (Impomonea
batatas) menjadi Glukosa secara
Cold Process dengan Acid
Fungal Amilase dan
Glukoamilase”,Skripsi
Universitas Lampung,
Lampung.
[8] Sari, R.P.P. 2009. Pembuatan Etanol
dari Nira Sorgum dengan
dengan Proses Fermentasi.
skripsi, Universitas Diponegoro.
[9] Uminingsih,D.T dan Sari,Y.P. 2009,
Pretreatment Alkali Pada
Hidrolisis Biokonversi Biji
Sorgum Menjadi Etanol Secara
Simultaneous Saccharification
and Fermentation, Skripsi,
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya
[10] Virlandia, F. (2008), “Pembuatan
Sirup Glukosa dari Pati Ubi
Jalar (Impomonea batatas)
dengan metode Enzimatis”.

Anda mungkin juga menyukai