Anda di halaman 1dari 38

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Payudara

1. Pengertian

Kanker payudara (Carcinoma Mammae) adalah suatu penyakit pertumbuhan

sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker

pada jaringan payudara (Suryaningsih & Bertiani, 2009).

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus

tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di

payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias

bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada

kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel

kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit (Erik,

2005).

Dapat disimpulkan bahwa kanker payudara adalah suatu penyakit pertumbuhan

sekelompok sel tidak normal, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel

normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara yang terus tumbuh berupa

ganda, Jika benjolan sel kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bisa

bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain.


9

2. Etiologi Kanker Payudara

Pada dasarnya penyebab utama pada kanker payudara secara spesifik masih

belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor risiko yang dapat

menyebabkan kanker payudara ini ada yang tidak dapat di ubah dan beberapa

faktor lainnya dapat diubah untuk mencegah timbulnya kanker payudara sperti

diuraikan dalam Brunner & Suddart (2005) diantaranya:

a. Riwayat pribadi dengan kanker payudara. Resiko mengalami kanker

payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahunnya.

b. Ibu dengan kanker payudara berusia ≤ 60 tahun akan meningkatkan resiko

dua kali lipat pada anaknya.

c. Menstruasi sebelum usia 12 tahun.

d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama yaitu > 30

tahun mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara.

e. Menopause pada usia setelah 50 tahun.

f. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara

disertai dengan perubahan epitel proliferatif mempunyai resiko dua kali

lipat untuk mengalami kanker payudara.

g. Pemajanan terhadap reaksi ionisasi.

h. Penggunaan kontrasepsi oral.

i. Terapi pengganti hormon yang digunakan pada wanita yang berusia lebih

tua.
10

j. Konsumsi alkohol pada wanita muda rentan mengalami kanker payudara

pada tahun-tahun terakhirnya.

3. Manifestasi Klinis Kanker Payudara

Menurut Daniel & Jane, (2005) Fase awal kanker payudara yaitu tanpa ada

tanda dan gejala (asimtomatik) Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai :

a. Fase mamae yang tidak nyeri.

b. Sering kali ditemukan secara tak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di

kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas

c. tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut

dapat terfiksasi ke dinding toraks).

d. Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah

besar secara jelas. Sedangkan menurut Suyatno & Pasaribu (2010)

menyebutkan beberapa tanda dan gejala kanker payudara di antaranya yaitu:

Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit.

Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus-

menerus) atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge).

Ada perubahan kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit jeruk

(peau d’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulkus).

Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul

satelit).
11

Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh.

Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa masa di payudara.

4. Klasifikasi kanker payudara

Berdasarkan The World Health Organization (WHO) tahun 2012,

kankerpayudara dibagi atas :

1) Karsinoma Non-invasivesering disebut juga dengan in situ breast cancer. In

situbreast cancer adalah type kanker yang mana sel kanker tetap berada

dalam selubung tempat asalnya. Jadi sel kanker tidak menyerang jaringan

disekitarsaluran air susu atau kelenjar air susu. Jenisnya antara lain :

a. Ductal Carsinoma In Situ ( DCIS )

Enlargement Adalah suatu sel abnormal di sepanjang saluran air susu

yang tidak menyerang jaringan sekitar payudara. Ini adalah kanker

payudara stadiumawal. Beberapa ahli menganggap DCIS adalah kondisi

sangat awal darikanker. Hampir semua wanita dengan DCIS ini bisa

disembuhkan. Tapi ada juga yang berkembang menjadi kanker payudara

yang invasife. Karsinomaduktus in situ dapat terjadi baik pada wanita

pre-menopause maupun pasca-menopause, biasanya pada kelompok umur

40-60 tahun.
12

b. Lobular Carsinoma In Situ ( LCIS )

Enlargement Bahwa suatu sel abnormal masih berada dalam kelenjar air

susu, dantidak menyerang jaringan disekitarnya. LCIS terjadi `terutama

pada wanita pre-menopause. Apabila setelah menopause, biasanya

dihubungkan denganadanya karsinoma infiltratif. LCIS ditemukan pada

6% dari seluruh karsinoma mamae. Masalah utamanya, tumor ini secara

klinis tidak teraba, dan ditemukan pada hasil biopsi yang dilakukan atas

indikasi adanya kista atau lesi palpabel jinak lainnya. Masih menjadi

kontroversi diantara ahli-ahli kanker bahwa apakah LCIS merupakan

suatu stadium sangat awal dari kankerataukah hanya merupakan penanda

bahwa itu dimasa datang akan berubahmenjadi kanker. Tetapi para ahli

juga sepakat bahwa apabila seseorangmempunyai LCIS, berarti di

kemudian hari dia mempunyai resiko untuk mempunyai kanker pada

salah satu payudaranya. Pada payudara yangterdapat LCIS bisa berubah

menjadi invasive lobular breast cancer. Bilakanker berkembang pada

payudara yang lain, maka bisa jadi menjadi Invasife Lobular atau Invasife

Ductal Carsinoma.

2) Invasive breast cancer ( Kanker payudara yang invasive )

Invasive ( infiltrating ) breast cancer adalah jenis kanker yang selkankernya

telah keluar/lepas dari mana dia berasal, menyerang jaringan sekitaryang

mendukung saluran dan kelenjar- kelenjar payudara. Sel-sel kanker inibisa


13

menyebar keberbagai bagian tubuh, seperti ke kelenjar getah bening.

Basement membrane dianggap sebagai penyebab terbesar kanker payudara

yang invasive (85%). Jikaseorang wanita mempunyai Invasife Ductal

Carsinoma (IDC), maka sel kanker yang berada di sepanjang saluran air

susu akan keluar dari dinding saluran tersebut dan menyerang jaringan

disekitar payudara. Sel kanker bisa saja tetap terlokalisir, berada didekat

tempat asalnya atau menyebar ( metastasis ) kebagian tubuh yang lain,

terbawa oleh peredaran darah atau system kelenjar getah bening. Untuk jenis

IDC solid tubular, meskipun invasive tapi masih lumayan terkendali

dibanding jenis invasive lain.

a. Invasive Lobular Carsinoma ( ILC ) Enlargment

Meskipun tidak sebanyak IDC (10%), type ini juga mempunyai sifat yang

mirip ILC, berkembang dari kelenjar yang memproduksi susu dan

kemudian menyerang jaringan payudara disekitarnya. Juga bahkan ke

tempat yang lebih jauh dari asalnya. Dengan ILC, penderita mungkin

tidak akan merasakan suatu benjolan, yang dirasakan hanyalah adanya

semacam gumpalan atau suatu sensasi bahwa ada yangberbeda pada

payudara. ILC, bisa diditeksi hanya dengan menyentuh, dan kadang juga

bisa tidak terlihat dalam mammogram. ILC ini bersifat seperti cermin,

kalau payudara kanan ada benjolan, biasanya sebelah kiri juga ada.
14

Tidak semua type kanker payudara berasal dari saluran air susu atau

kelenjarair susu. Beberapa jenis yang tidak umum adalah :

1) Inflammatory Breast Cancer

Jenis ini jarang, tapi termasuk type kanker payudara yang agresive. Kulit

pada payudara menjadi merah dan bengkak. Atau menjadi tebal / besar.

Berbintik-bintik menyerupai jeruk yang terkelupas. Ini dikarenakan oleh

selkanker yang memblock pembuluh getah bening yang letaknya dekat

permukaan payudara.

2) Medullary Carcinoma

Type spesifik pada invasive breast cancer. Dimana batas tumor jelas

terlihat. Sel kanker lebar dan sel system imun terlihat disekitar batas

tumor.

3) Tubular carcinoma

Jenis kanker yang jarang ini dinamai demikian karena bentuk sel kanker

ketika dilihat dibawah microscope. Meskipun merupakan invasive breast

cancer tapi tampilannya lebih baik dari Invasive Ductal Carcinoma dan

Invasive Lobular Carcinoma.

4) Metaplastic carcinoma

Mewakili kurang dari 1% dari seluruh pasien yang baru di diagnosis

mempunyai kanker payudara. Perubahan bentuk jaringan biasanya

terlokalisir/terbatas dan berisi beberapa sel yang berbeda, yang secara

typical tidak ditemui pada kanker payudara yang lain


15

5) Sarcoma

Tumor yang tumbuh pada sambungan antara jaringan di payudara. Jenis

tumor ini biasanya kemudian menjadi kanker ( malignant).

6) Micropapillary carcinoma

Type ini cenderung untuk menjadi agresive, sering menyebarnya

kekelenjar getah bening, meskipun ukurannya kecil.

7) Adenoid cystic carcinoma

Jenis kanker ini penggolongannya dilihat dari ukurannya, tumor local.

Termasuk jenis invasive, tetapi lambat dalam pertumbuhan dan

penyebaran (KPKN, 2015).

5. Klasifikasi stadium Kanker Payudara

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat

mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh

manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar

maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas

atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium,

harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan

penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila

memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk

menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium

kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC


16

(International Union Against Cancer dari World Health Organization)/AJCC

(American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer

Society dan American College of Surgeons). TNM merupakan singkatan dari

"T" yaitu tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu node atau kelenjar getah

bening regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor

T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah

operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA) (KPKN, 2015).

Tabel 2.1
Penentuan Ukuran Tumor, Penyebaran Ke Kelenjar Limfe Dan
Tempat Lain Pada Carcinoma Mammae (KPKN, 2015)

TUMOR SIZE (T)


TX Tidak ada tumor
T0 Tidak dapat ditunjukkan adanya tumor primer
T1 Tumor dengan diameter 2 cm atau kurang
T1a diameter 0,5cm atau kurang, tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T1b >0,5 cm tapi kurang dari 1 cm, dengan fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T1c >1 cm tapi < 2 cm, dengan fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T2 Tumor dengan diameter antar 2-5cm
T2a tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T2b dengan fiksasi
T3 Tumor dengan diameter >5 cm
T3a tan pa fiksasi, T3b dengan fiksasi
T4 Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan secar langsung ke dalam
dinding thorak dan kulit
REGIONAL LIMFE NODES (N)
NX Kelenjar ketiak tidak teraba
N0 Tidak ada metastase kelenjar ketiak homolateral
N1 Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakkan
N2 Metastase ke kelenjar ketiak homolateral yang melekat terfiksasi satu sama lain atau terhadap
jaringan sekitarnya
N3 Metastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler atau intraklavikuler terhadap edema lengan
METASTASE JAUH (M)
M0 Tidak ada metastase jauh
M1 Metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara
17

Tabel 2.2
Pengelompokan Stadium (AJCC 2010)

STADIUM T N M
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1, N2 M0
StadiumIIIB T4 Semua N M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
StadiumIV Semua T Semua N M1

Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):

Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya

di dalam jaringan payudara yang normal

Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum

menyebar keluar payudara

Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke

kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2

cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak


18

Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan

belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis

tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak

Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah

menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama

lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah

lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak

Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam

kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah

bening di dalam dinding dada dan tulang dada

Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding

dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.


19

6. Penatalaksanaan Kanker Payudara

Metode penanganan dapat diberikan pada pasien kanker payudara, disesuaikan

dengan stadium yang ditemukan. Penatalaksanaan kanker payudara didasarkan

pada pengobatan lokal dan sistemik. Tujuan utama terapi lokal adalah untuk

menyingkirkan adanya kanker lokal, penatalaksanaan kanker payudara lokal

adalah pembedahan serta dikombinasikan dengan terapi radiasi lalu

kemotherapi (Brunner & Suddarth, 2008).

Menurut Jong (2005), penanganan kanker payudara ditetapkan dalam suatu

rencana penanganan, di sini nantinya akan dibahas alasan, tujuan, cara, dan

waktu penanganan. Penanganan baru dimulai bila pasien sudah memahami

dengan jelas mengapa penanganan ini dilakukan, apa yang akan terjadi, dan apa

yang dapat diharapkan daripadanya. Penanganan kanker payudara meliputi

terapi kuratif, penunjang, paliatif, dan simtomatis. Secara berurutan penanganan

kanker payudara ini berarti penyembuhan, penambahan, penunjang, dan

memerangi symtom dikelompokan sebagai berikut:


20

a. Farmakotherapy

1) Terapi Kuratif

Adalah suatu penanganan, operasi, atau penyinaran yang dilaksanakan

apabila di perkirakan penyembuhannya dimungkinkan. Tujuan dari terapi

ini adalah penyembuhan kanker namun hanya kankernya belum tumbuh

terlalu jauh ke jaringan sekitar dan tidak ada penyebaran.

2) Terapi Penunjang

Dalam dasawarsa terakhir ini terjadi perkembangan yang hebat untuk

memperbaiki angka penyembuhan dengan lebih sering

mengkombinasikan berbagai bentuk terapi, misalnya menambahkan

kemoterapi atau penyinaran pada penanganan bedah. Penanganan

semacam ini disebut sebagai penanganan penunjang, yang diberikan

sesudah terapi dasar dengan maksud kuratif guna membunuh sumber sel

kanker atau sel-sel kanker yang terlepas letaknya yang mungkin ada. Hal

ini menyangkut penyebaran yang tidak dapat ditunjukkan lewat saluran

limfe ke kelenjer limfe atau lewat peredaran darah ke organ-organ lain,

seperti hati, paru-paru, atau tulang, yaitu yang di sebut mikrometastasis.


21

b. Non Farmakotherapy

1) Terapi Paliatif

Terapi ini digunakan apabila pasien tidak dapat disembuhkan, tapi dapat

ditangani dan dirawat. Terapi paliatif tidak menghilangkan penyakitnya

tetapi meniadakan penyulitnya, tentunya dapat ditangani misalnya rasa

nyeri atau sesak nafas termasuk didalamnya. Tujuan dari terapi ini adalah

meringankan penderitaan, dan mendapatkan kualitas hidup yang dapat

diterima dengan atau tanpa memperpanjang kehidupan. Terapi paliatif

mencakup pula mengurus penderita dan keluarganya di saat fase terminal.

Disini meliputi aspek paramedik, perawatan, psikososial, dan kejiwaan.

2) Terapi Simtomatis

Terapi ini diarahkan untuk meniadakan atau menekan simptom sehari-

hari yang mengganggu. Misalnya obat-obat untuk memerangi rasa mual,

lelah, atau nyeri. Tujuan dari terapi ini adalah untuk secepat mungkin

menghilangkan keluhan yang dirasakan.


22

B. Kemoterapy

1. Pengertian

Kemoterapi adalah terapi untuk membunuh sel-sel kanker dengan obat-obat anti

kanker yang disebut sitostatika (Suryaningsih & Bertiani 2009). Di mana fungsi

utama kemoterapi ini adalah mencari sel kanker (sel yang pertumbuhannya

cepat) dan menghancurkannya sebelum sel-sel tersebut semakin memperbanyak

diri (Taylor, 2004). Diperlukan adanya diskusi khusus dengan dokter onkologi

tentang manfaat dan resiko kemoterapi dan jenis-jenis obat yang di sediakan

bagi masing-masing pasien Lincoln & Wilensky (2008).

Kemoterapi berbeda dengan terapi radiasi dan pembedahan. Karena ada hal

penting yang harus di perhatikan dalam pengobatan ini yaitu harus di

perhatikan dalam penatalaksanaan intoksikasi obat, reaksi host, tumor, dan agen

onkogen serta mekanisme pertahanan host. Hal penting lainnya adalah

penentuan kemoterapi yang sesuai untuk di berikan pada kanker tertentu, serta

kombinasi obat apa yang digunakan dan juga saat pemberian obat dalam

perjalanan penyakitnya apakah sebelum tindakan pembedahan atau sesudah

pembedahan, penggunaan bersamaan dengan radioterapi (Rasjidi, 2007).


23

2. Tujuan Kemoterapy

Kemoterapi memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu Wan Desen (2008):

1) Kemoterapi kuratif

Terhadap tumor sensitif yang kurabel, misalnya leukemia limfositik akut,

limfoma maligna, kanker testis, karsinoma sel kecil paru dan lainnya.

Kemoterapi kuratif harus memakai formula kemoterapi kombinasi yang

terdiri atas obat dengan mekanisme kerja berbeda.

2) Kemoterapi paliatif

Kemoterapi disini hanya digunakan untuk mengurangi gejala-gejala dan

memperpanjang waktu survival. Terapi ini digunakan apabila pasien tidak

dapat disembuhkan. Terapi paliatif tidak menghilangkan penyakitnya tetapi

meniadakan penyulitnya, tentunya dapat ditangani misalnya rasa nyeri atau

sesak nafas termasuk didalamnya.

3) Kemotherapy adjuvan

Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada karsinoma

mammae tanpa pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5

cm dan tidak dianjurkan. Jika ukuran tumo 0,6 sampai 1 cm tanpa

pembesaran KGB dan dengan resiko rekurensi tinggi maka kemoterapi

dapat diberikan. Faktor prognostik yang tidak menguntungkan termasuk

invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan histologis yang tinggi,
24

overekspresi HER-2/neu dan status reseptor hormonal yang negatif sehingga

direkomendasikan untuk diberikan kemoterapi adjuvan. Contoh regimen

kemoterapi yang digunakan antara lain siklofosfamid, doxorubisin, 5-

fluorourasil dan methotrexate.

Untuk wanita dengan karsinoma mammae yang reseptor hormonalnya

negatif dan lebih besar dari 1 cm, kemoterapi adjuvan cocok untuk diberikan.

Rekomendasi pengobatan saat ini, berdasarkan NSABP B-15, untuk stadium

IIIa yang operabel adalah modified radical mastectomy diikuti kemoterapi

adjuvan dengan doxorubisin diikuti terapi radiasi.

4) Neoadjuvant

Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang diberikan

sebelum dilakukan tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila tumor

terlalu besar untuk dilakukan lumpectomy. Rekomendasi saat ini untuk

karsinom mammae stadium lanjut adalah kemoterapi neoadjuvan dengan

regimen adriamycin diikuti mastektomi atau lumpectomy dengan diseksi

KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi adjuvan, dilanjutka dengan

terapi radiasi. Untuk Stadium IIIa inoperabel dan IIIb, kemoterapi

neoadjuvan digunakan untuk menurunkan beban atau ukuran tumor

tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan modifie radical

mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.


25

5) Terapi anti-estrogen

Dalam sitosol sel- sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik

berupa reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron

Reseptor hormon ini ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal

dan lobular invasif yang masih berdiferensiasi baik. Setelah berikatan

dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen menghambat

pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis terhadap

antiestrogen sekitar 60% pada wanita dengan karsinoma mammae

dengan reseptor hormon yang positif, tetapi lebih rendah yaitu sekitar

10% pada reseptor hormonal yang negatif. Kelebihan tamoxifen dari

kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri tulang,

hot flushes, mual, muntah dan retensi cairan dapat terjadi pada

pengunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang pengunaan

tamoxifen adalah karsinoma endometrium. Terapi dengan tamoxifen

dihentikan setelah 5 tahun. Beberapa ahli onkologi

merekomendasikan tamoxifen untuk ditambahkan pada terapi

neoadjuvan pada karsinoma mammae stadium lanjut terutama pada

reseptor hormonal yang positif. Untuk semua wanita dengan

karsinoma mammae stadium IV, anti estrogen (tamoxifen),

dipilih sebagai terapi awal.


26

6) Terapi antibodi anti-HER2/neu

Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae yang

baru didiagnosis, saat ini direkomendasi. Hal ini digunakan untuk tujuan

prognostik pada pasien tanpa pembesaran KGB, untuk membantu

pemilihan kemoterapi adjuvan karena dengan regimen adriamycin

menberikan respon yang lebih baik pada karsinoma mammae dengan

overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan overekspresi Her-2/neu

mungkin dapat diobati dengan trastuzumab yang

ditambahkan pada kemoterapi adjuvan.

3. Cara pemberian kemoterapy

Cara pemberian kemoterapi di antaranya yaitu:

1) Pemberian per oral, di antaranya adalah chlorambucil dan etoposide

Pemberian secara intra-muskulus, di antaranya yaitu bleomicin dan

methotrexate.

2) Pemberian secara intravena, diberikan secara infuse/drip. Cara ini

merupakan cara pemberian yang paling umum dan banyak digunakan.

3) Pemberian secara intra-arteri, jarang dilakukan karena membutuhkan sarana

yang cukup banyak, antara lain alat radiologi diagnostik, mesin, atau alat

filter serta memerlukan keahlian tersendiri.

4) Pemberian secara intraperitoneal, di indikasikan dan di isyaratkan pada

minimal tumor residu pada kanker ovarium (Rasjidi, 2007).


27

4. Efek samping kemoterapy

Suryaningsih & Bertiani, (2009) mengemukakan bahwa obat sitotoksik

menyerang sel-sel kanker yang sifatnya cepat membelah. Namun, terkadang

obat ini juga memiliki efek pada sel-sel tubuh normal yang mempunyai sifat

cepat membelah seperti rambut, mukosa (selaput lendir), sumsum tulang, kulit,

dan sperma. Obat sitotoksik juga dapat bersifat toksik pada beberapa organ

seperti jantung, hati, ginjal, dan sistem saraf. Berikut ini beberapa efek samping

kemoterapi yang sering ditemukan pada pasien, yaitu:

a. Supresi sumsum tulang

Trombositopenia, anemia, dan leukopenia adalah kondisi yang terjadi

sebagai efek samping kemoterapi yang mensupresi sumsum tulang. Sel- sel

dalam sumsum tulang lebih cepat tumbuh dan membelah, sehingga sel-sel

tersebut rentan terkena efek kemoterapi.

b. Mukositis

Mukositis dapat terjadi pada rongga mulut (stomatitis), lidah (glositis),

tenggorok (esofagitis), usus (enteritis), dan rectum (proktitis). Umumnya

mukositis terjadi pada hari ke-5 sampai 7 setelah kemoterapi. Satu kali

mukositis muncul, mukositis dapat menyebabkan infeksi sekunder.

c. Mual dan muntah

Mual dan muntah pada pasien yang mendapat kemoterapi digolongkan

menjadi tiga tipe yaitu akut, tertunda (delayed) dan antisipasi (anticipatory).

Muntah akut terjadi pada 24 jam pertama setelah diberikan kemoterapi.


28

Muntah yang terjadi setelah periode akut ini kemudian digolongkan dalam

muntah tertunda (delayed). Sedangkan muntah antisipasi merupakan suatu

respon klasik yang sering dijumpai pada pasien kemoterapi (10-40%)

dimana muntah terjadi sebelum diberikannya kemoterapi atau tidak ada

hubungannya dengan pemberian kemoterapi. Lebih jauh Suryaningsih &

Bertiani mengemukakan bahwa secara umum, ada 4 mekanisme yang

menyebabkan mual dan muntah.

Mekanisme pertama terjadinya muntah yaitu melalui impuls yang

dibangkitkan dalam area di otak di luar dari pusat muntah. Area ini

dinamakan Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) yang terletak secara

bilateral pada dasar dari ventrikel. Muntah yang terjadi pada pasien yang

mendapat kemoterapi diduga terutama disebabkan oleh stimulasi CTZ oleh

agen kemoterapi. Mekanisme kedua melalui kortek, yang disebabkan oleh

rangsang rasa, bau, kecemasan, iritasi meningen dan peningkatan tekanan

intrakranial, kesemuanya itu dapat merangsang pusat muntah yang akan

memicu respon muntah, Anticipatory nauseaand vomiting terjadi melalui

mekanisme yang ke dua ini. Pada pasien yang mengalami mual dan muntah

setelah kemoterapi dan tidak teratasi dengan baik akan menimbulkan

trauma, sehingga pada pasien ini sering mengalami mual dan muntah

sebelum obat dimasukkan karena sudah mempunyai pengalaman yang

buruk tentang kemoterapi Jong, (2005).


29

Mekanisme ketiga, yaitu impuls dari saluran cerna bagian atas yang

diteruskan vagus dan serabut simpatis afferent ke pusat muntah, kemudian

dengan impuls motorik yang sesuai akan menyebabkan muntah. Mekanisme

muntah yang terakhir atau mekanisme ke empat, menyangkut sistem

vestibular (keseimbangan) atau labirin pada telinga tengah dipengaruhi oleh

kerusakan atau gangguan dalam labirin akibat penyakitnya atau akibat

pergerakan Dianda, (2007).

d. Diare

Diare disebabkan karena kerusakan epitel saluran cerna sehingga absorpsi

tidak adekuat. Obat golongan antimetabolit adalah obat yang sering

menimbulkan diare. Pasien dianjurkan makan rendah serat, tinggi protein

(seperti enteramin) dan minum cairan yang banyak. Obat anti diare juga

dapat diberikan dan dilakukan penggantian cairan dan elektrolit yang telah

keluar Brunner & Suddarth, (2005).

e. Alopesia

Pada pasien yang sedang menjalani kemotherapy akan terjadi kerontokan

rambut atau alopesia sering terjadi pada kemoterapi akibat efek letal obat

terhadap sel-sel folikel rambut. Hal ini yang sering dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan pada pasien-pasien yang akan menghadapi

kemotherapi karna mereka akan menghadapi salah satu efek dari


30

kemotherapi yaitu kerontokan pada rambutnya. Pemulihan total akan terjadi

setelah terapi dihentikan. Pada beberapa pasien rambut dapat tumbuh

kembali pada saat kemoterapi masih berlangsung. Tumbuhnya kembali

rambut dapat merefleksikan proses proliferative kompensatif yang

meningkatkan jumlah sel-sel induk atau mencerminkan perkembangan

resistensi obat pada jaringan normal.


31

C. Kecemasan

1. Pengertian

Cemas (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh situasi. Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman takut dan

memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa

emosi yang mengancam tersebut terjadi (Videbeck, 2008 hal. 307)

Kecemasan merupakan suatu kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,

yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi

ini tidak memiliki objek yang spesifik ( Stuart,2011 )

Dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah perasaan takut atau suatu

kekhawatiran yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa

cemas individu merasa tidak nyaman takut dan memiliki firasat akan ditimpa

malapetaka, perasan tidak berdaya padahal ia tidak mengerti mengapa emosi

yang mengancam tersebut terjadi.

2. Etiologi Cemas

Penyebab timbulnya kecemasan dapat ditinjau dari 2 faktor yaitu :

o Faktor internal yaitu tidak memiliki keyakinan akan kemampuan diri


32

o Faktor eksternal dari lingkungan seperti ketidaknyamanan akan kemampuan

diri, Threat (ancaman), Conflik (pertentangan), Fear (ketakutan), Unfuled

need (kebutuhan yang tidak terpenuhi) (Videbeck, 2008, hal. 312).

3. Teori Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan

tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap

suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk

melegakan tingkah laku Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik.

Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi

dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut menurut (Stuart, 2011)

adalah sebagai berikut :

1) Teori Psikodinamik

Freud mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik

psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk

mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil,

kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus

berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme

pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah

laku ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan

bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan

merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah,
33

sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan

kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul

apabila ada suatu keinginan dari Id untuk menuntut pelepasan dari ego,

tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam

ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego

lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam

bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering

tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan

melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id

meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-

kecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 2008).

2) Teori Perilaku

Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap

stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan

respon kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan

hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk

mencapai tujuan yang di inginkan.

3) Teori Interpersonal

Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar

individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak

berharga.
34

4) Teori Keluarga

Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat

adanya konflik dalam keluarga.

5) Teori Biologik

Beberapa kasus kecemasan (5 – 42%), merupakan suatu perhatian terhadap

proses fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit

fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini

termasuk kecemasan sekunder (Stuart & Sundden, 2007).

4. Klasifikasi Kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan menurut (Stuart & Sundden, 2007), yaitu

kecemasan ringan, sedang, berat dan panik.

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang

muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi

meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan

tingkah laku sesuai situasi.


35

b. Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting

dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian

yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi

yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut

jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat

dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar

namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif

dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah

tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.

c. Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan

berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik,

serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan

banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain.

Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit

kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi,

lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada

dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi,

perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.


36

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang

terjadi adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis,

inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana,

berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart & Sundden

(2007), yaitu:

1) Faktor Internal

a. Potensial stresor

Menurut Stuart (2007) Stresor psikososial merupakan keadaan yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga individu dituntut

untuk beradaptasi.

b. Maturitas

Kematangan kepribadian inidividu akan mempengaruhi kecemasan yang

dihadapinya. Kepribadian individu yang lebih matur maka lebih sukar

mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu mempunyai

daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.


37

c. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2007) Pendidikan adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar

sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin

luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

perpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin mudah

berpikir rasional dan menangkap informasi baru. Kemampuan analisis

akan mempermudah individu dalam menguraikan masalah baru.

Pendidikan dapat membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu,

mencari pengalaman sehingga infornasi yang diterima akan menjadi

pengetahuan, dalam menumbuhkan karakter dan kepribadian pada

seseorang, pendidikan sangat penting bahkan salah satu faktor yang

mempengaruhi kecemasan adalah Pendidikan dan status ekonomi.

Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir

(Stuart 2007).

Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir rasional

serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah. Menurut

UU RI No. 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari:


38

1) Pendidikan Dasar Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama

6 tahun pertama pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang

pendidikan.

2) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah adalah jenjang

pendidikan dasar selama 3 tahun. Pendidikan menengah dibagi

menjadi:

a) Pendidikan Menengah Umum Pendidikan menengah di

selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA

(Madrasah Aliyah). Pendidikan menengah umum

dikelompokkan dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk

melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

b) Pendidikan Menengah Kejuruan Pendidikan Menengah Kejuruan

diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dan

MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan). Pendidikan Menengah

Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, dunia industry, tenaga kerja baik secara nasional

maupun global regional.

3) Pendidikan Tinggi Pendidikan Tinggi adala jenjang setelah pendidikan

menengah. Pendidikan tinggi diselenggarakan oleh akademi,

institusi, Sekolah Tinggi dan Universitas.


39

d. Respon koping

Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami kecemasan.

Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan

penyebab terjadinya perilaku patologis.

e. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan

individu mudah mengalami kecemasan.

f. Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik akan mudah mengalami

kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami akan mempermudah

individu mengalami kecemasan.

g. Tipe kepribadian

Individu dengan tipe kepribadian A lebih mudah mengalami gangguan

akibat kecemasan daripada orang dengan tipe kepribadian B. Misalnya

dengan orang tipe A adalah orang yang memiliki selera humor yang

tinggi, tipe ini cenderung lebih santai, tidak tegang dan tidak gampang

merasa cemas bila menghadapi sesuatu, sedangkan tipe B ini orang yang

mudah emosi, mudah curiga, tegang maka tipe B ini akan lebih mudah

merasa cemas.
40

h. Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih mudah mengalami

kecemasan dibandingkan di lingkungan yang yang sudah dikenalnya.

i. Dukungan sosial

Dukungan sosial dan lingkungan merupakan sumber koping individu.

Dukungan sosial dari kehadiran orang lain membantu seseorang

mengurangi kecemasan sedangkan lingkungan mempengaruhi area

berfikir individu.

j. Usia

Status umur berpengaruh terhadap tingkat kecemasan, usia muda lebih mudah

cemas dibandingkan individu dengan usia yang lebih tua. Semakin

bertambah umur maka penalaran dan pengetahuan semakin bertambah. Tingkat

kematangan seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat kecemasan dimana individu yang matang mempunyai daya adaptasi yang

besar terhadap stresor yang muncul. Sebaliknya individu yang berkepribadian

tidak matang akan bergantung dan peka terhadap rangsangan sehingga sangat

mudah mengalami gangguan kecemasan (Maslim, 2004)

Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009):

Masa dewasa awal : 26-40 tahun

Masa dewasa akhur : 41-60 tahun


41

k. Pengalaman

Menurut (Kaplan dan Sadock, 2007) mengatakan pengalaman awal pasien dalam

pengobatan merupakan pengalaman-pengalaman yang sangat berharga yang

terjadi pada individu terutama untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman

awal ini sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi

mental individu di kemudian hari. Apabila pengalaman individu tentang

kemoterapi kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan kecemasan saat

menghadapi tindakan kemoterapi.

l. Jenis kelamin

Berkaitan dengan kecemasan dalam Trismiati (2006) mengatakan bahwa

perempuan lebih cemas kepanikan dibanding dengan laki-laki, laki-laki

lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian

lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan.

m. Pengetahuan

Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan dapat

digunakan untuk mengatasi masalah (Kaplan dan Sadock, 2007). Menurut

Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.Dari

pengertian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa pengetahuan

merupakan segala sesuatu yang diketahui seseorang melalui sejumlah


42

penginderaan baik indera penglihatan, pendengaran, rasa dan raba yang

menghasilkan suatu informasi tertentu.

Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif sangat penting menentukan tindakan seseorang. Pengetahuan

yang termasuk dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan,

yaitu:

1) Tahu (Know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk mengingat kembali suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima.

2) Memahami (Comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyelesaikan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpresikan

materi tersebut secara.

3) Apliksai (Aplicaton)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi dalam struktur organisasi,dan

masih dad kaitannya satu sama lain.


43

4) Sintesis (Synthesis)

Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-

formulasi yang ada.

5) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat

kualitatif di gambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat

kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan ataupengukuran,

dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah

yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu

ditafsirkan kedalam kalimat yang bersifat kualitatif.

Kategori baik yaitu menjawab benar > mean dari yang diharapkan

Kategori kurang yaitu menjawab benar < mean dari yang diharapkan.
44

2) Faktor Eksternal menurut (Stuart, 2006)

a. Ancaman integritas diri

Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap

kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan).

b. Ancaman sistem diri

Antara lain: ancaman terhadap identitas diri, harga diri, hubungan

interpersonal, kehilangan, dan perubahan status dan peran.

6. Skala Kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS)

a. Menurut Nursalam (2013). Kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale

(SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang

dirancang oleh William W.K.Zung, Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap

pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sering, 4:

hampir setiap waktu). Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan

kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan (Zung Self-

Rating Anxiety Scale dalam Ian mcdowell, 2006).

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain :

Skor 20-44 : normal/tidak cemas

Skor 45-59 : kecemasan ringan

Skor 60-74 : kecemasan sedang

Skor 75-80 : kecemasan berat


45

b. Tingkat kecemasan menurut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala

HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya

symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS

terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami

kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0

(Nol Present) sampai dengan 4 (severe).

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-

14 dengan hasil:

1) Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.

2) Skor 14-20 = kecemasan ringan.

3) Skor 21-27 = kecemasan sedang.

4) Skor 28-41 = kecemasan berat.

5) Skor 42-56 = panik

Anda mungkin juga menyukai